Anda di halaman 1dari 11

KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No.

2 November 2021

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGKONSUMSI KOPI DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI

Budi Kristanto, Diyono

STIKES PANTI KOSALA, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia

Abstrak

Latar belakang : saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total
penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari seperlima yang
melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. Adapun faktor
yang terkait dengan tekanan darah sangat kompleks, baik yang dapat dikontrol maupun
tidak dapat dikontrol. Salah satu kebiasaan yang diduga terkait dengan hipertensi adalah
kebiasaan konsumsi kopi.
Tujuan penelitian : mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi kopi dengan
kejadian hipertensi.
Subjek dan Metode : responden penelitian ini adalah warga Desa Ngringo RW 22 dan
29 Kecamatan Jaten Karanganyar sejumlah 45 responden. Jenis penelitian adalah
analitik observasional, desain korelasi dengan pendekatan cross sectional untuk
mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi kopi dengan kejadian hipertensi.
Teknik sampling menggunakan total sampling, Data dianalisis menggunakan uji Pearson
Corelation.
Hasil : mayoritas responden memiliki kebiasaan konsumsi kopi dalam kategori ringan (1-
3 cangkir perhari) sebesar 97,8%, sedangkan yang kategori sedang (4-6 cangkir perhari)
sebesar 2,2%. Mayoritas responden dengan tekanan darah yang normal yaitu 82,2%,
dan hipertensi 17,8%. Hasil analisis uji Pearson Corelation diketahui tidak ada hubungan
yang signifikan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi (p=0,058).
Kesimpulan : kebiasaan mengkonsumsi kopi tidak berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi (p = 0,058).

Kata kunci : konsumsi kopi, hipertensi

THE RELATIONSHIP OF COFFEE CONSUMING HABITS


WITH HYPERTENSION

Budi Kristanto, Diyono

Abstract

Background : currently the global prevalence of hypertension is 22% of the total world
population. The number of sufferers, only less than a fifth who make efforts to control
their blood pressure. The factors associated with blood pressure are very complex, both
controllable and uncontrollable. One of the habits thought to be associated with
hypertension is the habit of consuming coffee.
The aims of the study: knowing the relationship between coffee consumption habits and
the incidence of hypertension.
Subject and Methods : the respondents of this research were 45 respondents in Ngringo
Village RW 22 and 29, Jaten, Karanganyar District. This research used observational
analytic method, correlation design with cross sectional approach to determine the
relationship between coffee consumption habits and the incidence of hypertension. The
sampling technique used total sampling. Data were analyzed using the Pearson
Correlation test.
Result : the majority of respondents have a habit of consuming coffee in the light
category (1-3 cups per day) of 97.8%, while the moderate category (4-6 cups per day) is
2.2%. The majority of respondents with normal blood pressure were 82.2%, and

73
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

hypertension 17.8%. the Pearson Correlation test analysis showed that there was no
significant relationship between coffee drinking habits and the incidence of hypertension
(p = 0.058).
Conclusion : the habit of consuming coffee has no effect on the incidence of hypertension
(p : 0.058).

Keywords: coffee consumption, hypertension

Korespondensi: Budi Kristanto. Program Studi D3 Keperawatan STIKES PANTI


KOSALA. Jl. Raya Solo-Baki KM. 4 Gedangan, Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Email: budikrist18@gmail.com

LATAR BELAKANG yaitu 1 di antara 4 orang mengalami


Hipertensi merupakan hipertensi.
penyakit tidak menular yang Menurut Riskesdas tahun
menjadi salah satu penyebab utama 2018, angka prevalensi hipertensi
kematian prematur di dunia. Indonesia pada penduduk > 18
Hipertensi juga menjadi ancaman tahun berdasarkan pengukuran
kesehatan masyarakat karena secara nasional sebesar 34,11%.
potensinya mampu mengakibatkan Angka prevalensi di atas diperoleh
kondisi komplikasi seperti stroke, melalui pengukuran tekanan darah
penyakit jantung koroner dan gagal pada responden Riskesdas dengan
ginjal. Sebagian kalangan juga berdasarkan pada kriteria Joint
menyebutnya sebagai “the silent National Committee VII (JNC VII)
killer” atau “pembunuh diam-diam”, yaitu bila tekanan darah sistolik >
hal ini dikarenakan mempunyai 140 mmHg atau tekanan darah
gejala yang sering tidak tampak diastolik > 90 mmHg. Prevalensi ini
pada penderitanya dan sering pula lebih tinggi dibandingkan prevalensi
tidak merasa kesakitan pada tahun 2013 sebesar 25,8%.
sebelumnya. Oleh karena itu, Estimasi jumlah kasus hipertensi di
banyak penderita hipertensi yang Indonesia sebesar 63.309.620
terlambat menyadari akan orang, sedangkan angka kematian
datangnya penyakit (Shanty, 2011). di Indonesia akibat hipertensi
Menurut World Health sebesar 427.218 kematian
Organization sebagaimana dikutip (Kemenkes RI, 2019).
oleh Kementerian Kesehatan RI Berdasarkan hasil data
(2019) mengestimasikan saat ini Riskesdas tahun 2018,
prevalensi hipertensi secara global menunjukkan bahwa Provinsi
sebesar 22% dari total penduduk Kalimantan Selatan memiliki
dunia. Dari sejumlah penderita prevalensi tertinggi sebesar 44,13%
tersebut, hanya kurang dari diikuti oleh Jawa Barat sebesar
seperlima yang melakukan upaya 39,6%, Kalimantan Timur sebesar
pengendalian terhadap tekanan 39,3% dan Jawa Tengah
darah yang dimiliki. Dimana wilayah menempati posisi keempat sebesar
Afrika memiliki prevalensi hipertensi 37,57% dalam kasus hipertensi.
tertinggi sebesar 27%. Asia Provinsi Papua memiliki prevalensi
Tenggara berada di posisi ke-3 hipertensi terendah sebesar 22,2%
tertinggi dengan prevalensi sebesar diikuti oleh Maluku Utara sebesar
25% terhadap total penduduk. WHO 24,65% dan Sumatera Barat
juga memperkirakan 1 di antara 5 sebesar 25,16%. Secara nasional
orang perempuan di seluruh dunia prevalensi hipertensi menunjukkan
memiliki hipertensi. Jumlah ini lebih kecenderungan peningkatan dari
besar diantara kelompok laki-laki,

74
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

Riskesdas tahun 2007 (Kemenkes jantung, dan meningkatkan tekanan


RI, 2019). darah (Savitri, 2017 : 232).
Berdasarkan hasil data Menurut Sheps sebagaimana
Riskesdas tahun 2018, yang dikutip oleh Septian, dkk. (2018 :
mengalami hipertensi terjadi pada 117) kafein dapat menyebabkan
kelompok yang berumur 18-24 tekanan darah tinggi. Namun, kafein
tahun (13,2%), umur 25-34 (20,1%), tidak memiliki jangka panjang
umur 35-44 tahun (31,6%), umur terhadap tekanan darah dan
45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 menyarankan untuk tidak
tahun (55,2%), umur 65-74 tahun mengkonsumsi kafein tidak lebih
(63,2%) dan umur diatas 75 tahun dari dua cangkir dalam sehari.
(69,5%) dimana secara fisiologis Dimana beberapa penelitian lain
semakin tinggi umur seseorang juga berpendapat kafein bisa
maka semakin berisiko untuk memblokir hormon yang berfungsi
mengidap hipertensi. Pola ini terjadi menjaga arteri tetap lebar, serta
pada hasil data Riskesdas terakhir dapat membuat adrenalin
di tahun 2013 dan 2018 yang meningkat sehingga tekanan darah
mengalami peningkatan hipertensi ikut naik.
pada semua kelompok umur di atas Penelitian terkait hubungan
(Kemenkes RI, 2019). konsumsi kopi dengan tekanan
Menurut Shanty (2011 : 14), darah sudah banyak dilakukan.
tekanan darah dapat meningkat di Menurut Elvivin, et al. (2015), dalam
atas normal disebabkan oleh dua penelitiannya menunjukkan bahwa
klasifikasi, yaitu hipertensi primer ada hubungan kebiasaan minum
dan hipertensi sekunder. Hipertensi kopi dengan faktor risiko kejadian
sekunder disebabkan oleh adanya hipertensi pada nelayan Suku Bajo
gangguan organ lain seperti ginjal, di Pulau Tasipi Kabupaten Muna
endokrin dan kekakuan aorta. Barat tahun 2015 dengan nilai OR
Sedangkan hipertensi primer sebesar 12,500 dan nilai pada
disebabkan oleh tidak adanya tingkat kepercayaan (CI) = 95%
gangguan organ lain. Namun, dengan lower limit (batas bawah) =
hipertensi ini dapat disebabkan oleh 4,883 dan upper limit (batas atas) =
kondisi lingkungan, faktor 31,999. Kesimpulan dalam
keturunan, pola hidup yang tidak penelitian tersebut didapatkan
seimbang, stress, garam, kebiasaan bahwa ada hubungan kebiasaan
merokok, kebiasaan konsumsi minum kopi dengan faktor risiko
alkohol dan kebiasaan kejadian hipertensi pada nelayan
mengkonsumsi kafein atau kopi. Suku Bajo.
Kebiasaan mengkonsumsi Penelitian yang lain adalah
kopi dapat menyebabkan keasaman penelitian Hadi (2015), dalam
pada usus yang berdampak pada penelitiannya yang menunjukkan
terhambatnya penyerapan mineral bahwa ada hubungan kebiasaan
seperti vitamin B kompleks, mineral minum kopi dengan CI 95%;
basa (Kalsium, Magnesium, Fosfor) POR=2,414 (1,387-4,204) dengan
dan elektrolit ke dalam darah. Hal kejadian hipertensi di Puskesmas
tersebut bisa mempengaruhi Kelayan Timur Banjarmasin.
tekanan darah yang akhirnya Kesimpulan dalam penelitian
tekanan darah menjadi meningkat tersebut didapatkan bahwa ada
(Lingga, 2012 : 138-139). Kopi tidak hubungan kebiasaan minum kopi
hanya meningkatkan keasaman dengan kejadian hipertensi pada
lambung hingga sangat asam, pasien hipertensi.
tetapi juga sangat merangsang Penelitian Firmansyah dan Rustam
sistem saraf pusat, mempercepat (2017), juga menunjukkan bahwa

75
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

ada hubungan konsumsi kopi (p- memiliki kebiasaan mengkonsumsi


value=0,017) dengan tekanan darah kopi tidak mengalami hipertensi.
pada pasien hipertensi di Berdasarkan uraian di atas, maka
Puskesmas Pembina Palembang peneliti tertarik untuk melakukan
tahun 2016. Kesimpulan dalam penelitian tentang “Hubungan
penelitian tersebut didapatkan kebiasaan mengkonsumsi kopi
bahwa ada hubungan kebiasaan dengan kejadian hipertensi”.
mengkonsumsi kopi dengan Penelitian ini merupakan
kejadian hipertensi pada pasien replikasi dari penelitian-penelitian
hipertensi. sebelumnya, dimana variabel yang
Demikian juga penelitian diteliti adalah konsumsi kopi dan
Warni, dkk. (2020), dalam hipertensi. Adapun perbedaan pada
penelitiannya tentang perilaku penelitian ini adalah pada lokasi
konsumsi kopi dengan resiko penelitiannya, dimana penelitian
terjadinya hipertensi diperoleh hasil akan dilakukan di RW 22 dan RW
analisis bivariat dengan 29 Desa Ngringo Kecamatan Jaten
menggunakan uji Chi Square Kabupaten Karanganyar. Adapun
bahwa ada hubungan perilaku pada lokasi penelitian belum pernah
konsumsi kopi dengan risiko dilakukan penelitian untuk variabel
terjadinya hipertensi di Puskesmas kebiasaan mengkonsumsi kopi dan
Daya Murni Kabupaten Tulang kejadian hipertensi pada usia
Bawang Barat Tahun 2018 (p-value: produktif yang peneliti ketahui.
0,000 dan OR= 5,917). Kesimpulan
penelitian tersebut yaitu ada TUJUAN PENELITIAN
hubungan perilaku konsumsi kopi Penelitian ini secara umum
dengan risiko terjadinya hipertensi bertujuan untuk mengetahui
pada pasien hipertensi. hubungan kebiasaan mengkonsumsi
Tren “wedangan” atau “ngopi” kopi dengan kejadian hipertensi,
begitu banyak dilakukan oleh secara khusus untuk mengetahui
masyarakat untuk sarana gambaran kebiasaan
sosialisasi. Hal itu juga penulis mengkonsumsi kopi pada
dapatkan dari hasil pengamatan di masyarakat dan gambaran kejadian
Desa Ngringo, banyak orang hipertensi pada masyarakat.
berkumpul sambil minum kopi,
bahkan menjadi kebiasaan yang METODE
rutin dilakukan. Banyak juga Penelitian dengan metode
aktivitas “ngopi” dilakukan pada analitik observasional, desain
pagi hari sehabis bangun tidur. korelasi dengan pendekatan cross
Berdasarkan studi sectional. Data diambil
pendahuluan melalui observasi dan menggunakan kuesioner dan
wawancara yang dilakukan pada 5 dianalisis menggunakan uji Chi
orang usia produktif di RW 22 dan Square.
RW 29 Desa Ngringo Kecamatan
Jaten Kabupaten Karanganyar SUBJEK
diperoleh informasi ada 2 orang Populasi pada penelitian ini
dewasa mempunyai kebiasaan adalah warga masyarakat Desa
mengkonsumsi kopi yang Ngringo. Sampel diambil
mengalami hipertensi, terdapat 1 menggunakan Teknik sampling
orang dewasa yang mempunyai jenuh sejumlah 45 orang.
kebiasaan mengkonsumsi kopi
namun tidak mengalami hipertensi, HASIL
sedangkan 2 orang yang tidak Berikut hasil penelitian dapat
dijabarkan sebagai berikut :

76
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

Tabel 1. memiliki kebiasaan sedang


Distribusi Frekuensi konsumsi kopi sebesar 2,2%.
Karakteristik Responden Sedangkan responden dengan
Karakteristik n % tekanan darah normal yaitu 82,2%,
Usia (tahun) dan hipertensi 17,8%.
<20 1 2,2
20-30 4 8,9 Tabel 3.
31-40 3 6,7 Tabulasi Silang Kebiasaan
41-50 19 42,2 Konsumsi Kopi dengan Kejadian
>50 18 40 Hipertensi
Jenis Kelamin Kejadian Hipertensi p
Kebiasaan
Laki-laki 19 42,2 Hiper
Konsumsi Normal
Perempuan 26 57,8 Kopi tensi
Pendidikan Ringan 7 37
Dasar 7 15,6
(15,5) (77,8)
Menengah 22 48,9
Sedang 1 0
Tinggi 16 35,6 0.058
Pekerjaan (2,2) (0)
Wiraswasta 1 22,2 Berat 0 0
Karyawan swasta 18 40 (0) (0)
Pedagang 4 8,9 Jumlah 10 35
PNS 2 4,4 (17,7) (77,8)
Ibu rumah tangga 9 20
Dari tabulasi silang antara
Tabel 1 menunjukkan mayoritas kebiasaan konsumsi kopi dengan
usia responden adalah rentang usia kejadian hipertensi diperoleh hasil
di atas 50 tahun (40%) dan jenis bahwa terdapat 7 (15,5%)
kelamin mayoritas responden responden dengan kebiasaan
adalah perempuan (57,8%). konsumsi kopi kategori ringan
Mayoritas responden berpendidikan dengan hipertensi dan sejumlah 37
menengah (48,9%), sedangkan (77,8%) dengan tekanan darah
pekerjaan mayoritas karyawan normal. Sedangkan kebiasaan
swasta (40%) dan wiraswasta konsumsi kopi sedang sejumlah 1
(22,2%). (2,2%) yang mengalami hipertensi
dan tidak ada responden dengan
Tabel 2 kebiasaan konsumsi kopi kategori
Distribusi Frekuensi berat.
Kategori Variabel
Variabel Kategori f % PEMBAHASAN
Konsumsi Ringan 44 97,8 Pada penelitian ini diperoleh
Kopi Sedang 1 2,2 bahwa mayoritas responden yang
Berat 0 0 mengkonsumsi kopi adalah pada
Tekanan Normal 37 82,2 usia di atas 40 tahun sebanyak 37
Darah Hipertensi 8 17,8 responden (82,2%). Pada usia ini
Jumlah 45 100 aktivitas seseorang cukup tinggi
atau usia produktif yang
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat memerlukan banyak energi untuk
diperoleh bahwa mayoritas beraktivitas ataupun bekerja,
responden memiliki kebiasaan sehingga banyak yang memiliki
konsumsi kopi kategori ringan yaitu tujuan mengkonsumsi kopi untuk
97,8%, sedangkan yang meningkatkan kinerja. Hal tersebut

77
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

beralasan, seperti dipaparkan oleh Adapun berdasarkan jenis


Chandra (2019 : 10-11), kopi tidak kelamin diperoleh hasil bahwa
hanya mengandung satu mayoritas yang mengkonsumsi kopi
kandungan kimia tetapi berjenis kelamin perempuan
mengandung lebih dari satu sebanyak 26 (57,8%), hasil
kandungan kimia, salah satu penelitian ini menepis anggapan
diantaranya kopi diketahui bahwa hanya laki-laki yang gemar
mengandung kafein yang mengkonsumsi kopi. Saat ini
merupakan stimulan yang bisa konsumsi kopi dianggap sebagai
membuat tubuh terasa lebih segar suatu budaya, seperti yang
dan lebih berenergi. Hal ini tentu dipaparkan oleh Solikatun, dkk.
menjadi alasan banyak orang pada (2015), yang menyebutkan oleh
usia produktif mengkonsumsi kopi. karena globalisasi pengaruh
Hal tersebut juga didukung oleh kapitalisme dan sistem demokrasi
paparan Solikatun, dkk. (2015) liberal yang menggiring ke arah
yang menyebutkan beberapa hegemoni budaya yang
manfaat mengkonsumsi kopi. menyebabkan setiap tempat
Manfaat tersebut meliputi manfaat menjadi sama, baik bentuk
secara kognitif yaitu menajamkan arsitektur, fashion, gadget, dan
logika, daya ingat, kefasihan verbal, lainnya. Dalam hal ini termasuk
konsentrasi, dan pengambilan dalam budaya minum kopi. Minum
keputusan, serta meningkatkan kopi saat ini lazim oleh remaja
persepsi tentang keindahan. ataupun orang tua, laki-laki ataupun
Manfaat lain adalah afektif yaitu perempuan. Berdasarkan penelitian
memoles emosi, meningkatkan Meliala (2017), bahwa seseorang
ketenangan, melepas kebosanan, mengkonsumsi kopi memiliki
dan meningkatkan rasa percaya berbagai alasan, salah satu
diri. Sedangkan manfaat secara diantaranya adalah pengaruh
fisik yaitu meningkatkan kecepatan, sosial. Dari penelitian tersebut
daya tahan energi yang dihasilkan, diperoleh hasil bahwa sebanyak
kekuatan, waktu reaksi, dan proses 53,3% responden mengkonsumsi
termogenesis, yakni pembakaran kopi karena pengaruh teman. Hal
lemak dan laju metabolisme, inilah yang menjadi alasan adanya
meningkatkan ketahanan otot dan pergeseran usia ataupun jenis
kapasitas paru-paru. kelamin dalam konsumsi kopi,
Pada sisi yang lain seseorang seperti pada hasil penelitian ini
yang telah mengkonsumsi kopi bahwa mayoritas yang
secara kontinyu akan mengalami mengkonsumsi kopi berjenis
ketergantungan atau adiksi. Hal kelamin perempuan sebanyak 26
tersebut sesuai dengan paparan (57,8%).
Riyanti (2020) yang menyebutkan Dari Tabel 2 dapat diperoleh
bahwa kopi mengandung kafein informasi bahwa mayoritas
yang merupakan salah satu zat responden memiliki kebiasaan
yang bersifat adiktif. Dari konsumsi kopi kategori ringan yaitu
penjelasan tersebut memberikan 97,8%, sedangkan yang memiliki
informasi bahwa seseorang yang kebiasaan sedang konsumsi kopi
telah mengkonsumsi kopi akan sebesar 2,2%. Dari tabulasi silang
terbiasa dan terus menerus antara kebiasaan konsumsi kopi
mengkonsumsi kopi, hal ini relevan dengan kejadian hipertensi
dengan hasil penelitian ini bahwa diperoleh hasil bahwa terdapat 8
sampai usia 40 bahkan di atas 50 (17,7%) responden dengan
kebiasaan mengkonsumsi kopi kebiasaan konsumsi kopi kategori
masih dilakukan. ringan dengan hipertensi dan

78
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

sejumlah 35 (77,8%) dengan Hasil tersebut dapat disimpulkan


tekanan darah normal. Sedangkan bahwa individu dengan kebiasaan
kebiasaan konsumsi kopi kategori konsumsi kopi hitam 5-7 gelas,
sedang sejumlah 1 (2,2%), tidak mempunyai risiko 1,403 kali lebih
ada responden dengan kebiasaan besar untuk menderita hipertensi
konsumsi kopi kategori berat. Dari daripada orang yang tidak minum
hasil penelitian tersebut dapat kopi hitam. Penelitian Nabila dan
diketahui bahwa mayoritas Kurniawaty (2016), juga
responden dengan konsumsi kopi memperoleh kesimpulan bahwa
kategori ringan tidak mengalami konsumsi kopi dapat meningkatkan
hipertensi dan hanya 17,7% saja tekanan darah bila dikonsumsi
yang mengalami hipertensi. berlebihan dalam sehari.
Hasil analisis dengan Sedangkan pada penelitian ini
menggunakan Pearson Corelation 93,4% responden mengkonsumsi
untuk mengetahui hubungan kopi 1-3 cangkir perhari yang
kebiasaan konsumsi kopi dengan masuk kategori konsumsi ringan.
kejadian hipertensi diperoleh nilai p Walaupun 17,7% responden
: 0,058. Dari hasil tersebut dapat mengalami hipertensi namun hasil
disimpulkan bahwa tidak ada analisis menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara hubungan yang bermakna secara
kebiasaan konsumsi kopi dengan statistik antara variabel konsumsi
kejadian hipertensi (p>0,05). Hasil kopi dengan peningkatan tekanan
penelitian ini relevan dengan hasil darah. Kandungan kafein dalam
penelitian dari Mullo, dkk. (2018) kopi serta jumlah kafein yang
dengan judul “Hubungan antara masuk ke dalam tubuh yang
Kebiasaan Minum Kopi dengan menjadi penentu. Cofefirst (2019)
Kejadian Hipertensi di Wilayah menyebutkan bahwa dalam
Kerja Puskesmas Paniki Bawah secangkir kopi terkandung sekitar
Kota Manado” yang memperoleh 85 mg kafein. Pada espresso
hasil bahwa hampir 50% pasien ukuran 30 ml mengandung 40-75
yang konsumsi kopi memiliki mg kafein. Espresso dekaf masih
hipertensi. Namun demikian, mengandung kafein sekitar 15 mg.
hubungan tersebut tidak signifikan Sementara 240 ml kopi instan bisa
(p = 0,380). Konsumsi kopi tidak mengandung 27-173 mg kafein.
terbukti meningkatkan risiko Satu cup (480 ml) kopi seduh yang
hipertensi pada penelitian tersebut. dijual di kedai kopi modern bisa
Senada dengan hasil penelitian mengandung 330 mg kafein.
Bellah (2018), yang memperoleh Ukuran cup kopi di berbagai negara
hasil bahwa tidak ada hubungan memang tidak sama. Di Amerika
antara konsumsi kopi dengan Serikat misalnya, 1 cup kopi
kejadian hipertensi pada penelitian ukurannya sekitar 240 ml, atau dua
yang dilakukan di Desa Puger kali dibanding porsi cup di Eropa.
Wetan dan Puger Kulon, Karena itu kadar kafeinnya tentu
Kecamatan Puger, Kabupaten tidak sama. Disarankan
Jember. mengonsumsi tak lebih dari 400 mg
Adapun hasil yang berbeda kafein per hari. Ini bisa dari 4
adalah penelitian Setyawan, et al. cangkir kopi saring atau 2 cangkir
(2016), mengenai faktor risiko kopi tubruk per hari. Adapun
konsumsi kopi hitam 5-7 gelas asupan kafein yang aman pada
terbukti merupakan faktor risiko orang dewasa sehat adalah 200-
kejadian hipertensi, dengan hasil 300 mg/ hari atau setara 2-4 cangkir
analisis Chi-Square p=0,017; OR = kopi.
1,403 dan 95% CI 1,106-1,779.

79
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

Food and Drug jenis latte atau mocha (237 ml)


Administration (FDA) yang dikutip mengandung 63-175 mg kafein.
oleh Candra (2019) memperkirakan Chandra (2019 : 10-11),
bahwa secangkir kopi mengandung menjelaskan bahwa kopi tidak
80-100 mg kafein. Meski demikian, hanya mengandung satu
seperti dilansir dari Medical News kandungan kimia tetapi
Today, kandungan kafein mengandung lebih dari satu
bergantung pada beberapa faktor, kandungan kimia. Kandungan kopi
seperti metode pembuatan hingga biji arabika adalah karbohidrat,
merek-merek tertentu. Kopi seduh polisakarida, asam klorogenat, lipid,
(brewed coffee) atau kopi yang protein, kafein, trigonelin, mineral,
diseduh, atau kerap disebut kopi dan asam amino. Kandungan kafein
saring, melibatkan pembuatan kopi pada biji kopi berbeda-beda
bubuk dalam air panas. Campuran tergantung dari jenis kopi dan
ini biasanya memanfaatkan air kondisi geografisnya dimana kopi
mendidih dan filter kertas atau tersebut ditanam. Biji kopi arabika
metal untuk memisahkan bubuk mengandung kafein 0,4 – 2,4% dari
atau ampas dari kopi yang diseduh. total berat kering sedangkan kopi
Dalam secangkir kopi seduh (237 robusta mengandung kafein 1 – 2%
ml) ini biasanya mengandung dan asam organik 10,4%.
sekitar 95 mg kafein. Jenis yang Kandungan standar kafein dalam
lain yaitu kopi seduh decaf secangkir kopi seduh yaitu 0,9 –
(decaffeinated brewed), dalam 1,6% pada kopi arabika, 1,4 – 2,9%
secangkir kopi seduh decaf (237 pada kopi robusta, dan 1,7% pada
ml), terkandung 2-12 mg kafein campuran kopi arabika dan kopi
saja. Sebuah penelitian pada 2017 robusta dengan perbandingan 3 : 2.
melaporkan, 354 ml kopi cold Kafein yang terkandung di dalam
brew mengandung 153-238 mg biji kopi sangrai adalah sebesar 1%
kafein. Kopi instan biasanya biji kopi untuk kopi arabika dan 2%
mengandung lebih sedikit kafein biji kopi untuk kopi robusta.
dari pada brewed coffee, dalam Kandungan kafein biji mentah kopi
secangkir kopi instan, biasanya arabika lebih rendah dibandingkan
mengandung 27-173 mg biji mentah kopi robusta, kandungan
kafein. Jika kopi instan tersebut kafein kopi robusta sekitar 2,2%
termasuk jenis decaf, maka dan arabika sekitar 1,2 %.
kandungan kafeinnya bisa lebih Berdasarkan uraian di atas
kecil lagi, yaitu 2-12 mg. Adapun dapat diambil kesimpulan bahwa
jenis Espresso yaitu kopi yang cukup beralasan jika pada
dibuat dengan cara memberi penelitian ini diperoleh hasil bahwa
tekanan pada bubuk kopi yang tidak ada hubungan signifikan
sangat halus dengan air panas atau secara statistik antara variabel
uap yang sangat panas. Ukuran konsumsi kopi dengan kejadian
penyajian espresso umumnya jauh hipertensi dikarenakan jumlah
lebih kecil dari pada kopi seduh konsumsi kopi harian dari
karena kandungan kafeinnya yang responden sebanyak 1-3 cangkir
tinggi. Satu cangkir espresso hanya sehari (93.4%) masih cukup aman
berisi 30 ml kopi kandungan karena asupan kafein yang aman
kafeinnya bisa mencapai 75 mg. pada orang dewasa sehat adalah
Jika itu adalah espresso decaf, 200-300 mg/ hari atau setara 2-4
kandungan kafeinnya sekitar 0-15 cangkir kopi.
mg. Apabila kopi dicampur susu Namun pada penelitian ini
atau cokelat maka secangkir kopi juga diperoleh hasil bahwa 15,5%
responden yang mengkonsumsi

80
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

kopi 1-3 cangkir perhari, yang SARAN


merupakan kadar harian cafein 1. Bagi masyarakat, perlu
yang aman, akan tetapi mengalami memahami batas maksimal
peningkatan tekanan darah. Hal ini konsumsi kopi yang aman,
dapat dijelaskan seperti sehingga tidak meningkatkan
dikemukakan oleh Majid (2018), resiko hipertensi. Sehari 1-3
klasifikasi berdasarkan etiologi dari cangkir termasuk takaran yang
hipertensi yang paling banyak aman.
adalah hipertensi esensial (primer). 2. Perawat khususnya dalam
Sembilan puluh persen penderita lingkup komunitas dapat lebih
hipertensi mengalami hipertensi meningkatkan perannya
esensial (primer) penyebabnya terutama mengedukasi
secara pasti belum diketahui. masyarakat terkait dengan
Beberapa faktor yang konsumsi kopi, menekankan
mempengaruhi terjadinya hipertensi takaran yang aman dalam
esensial yaitu faktor genetik, stres, konsumsi kopi.
dan psikologis, faktor lingkungan, 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat
dan diet (peningkatan penggunaan melakukan penelitian tentang
garam dan berkurangnya asupan hubungan konsumsi kopi dengan
kalium atau kalsium). Klasifikasi hipertensi dengan
yang kedua adalah hipertensi membandingkan jenis kopi yang
sekunder dimana hipertensi dikonsumsi.
sekunder lebih mudah dikendalikan
dengan penggunaan obat-obatan. DAFTAR PUSTAKA
Penyebab hipertensi sekunder Belah, R. 2018. Konsumsi Kopi,
diantaranya adalah berupa kelainan Status Gizi, dan Tekanan
ginjal; seperti obesitas, retensi Darah pada Masyarakat
insulin, hipertiroidisme, dan Nelayan di Desa Puger Kulon
pemakaian obat-obatan, seperti dan Puger Wetan (Studi di
kontrasepsi oral dan kortikosteroid. Desa Puger Kulon dan Puger
Berdasarkan uraian tersebut maka Wetan Kecamatan Puger
dapat diambil kesimpulan bahwa Kabupaten Jember).
tekanan darah yang tinggi pada https://repository.unej.ac.id/ha
15,5% responden tersebut ndle/123456789/86613. Dilihat
disebabkan oleh faktor yang lain 8 Desember 2020.
seperti diuraikan di atas yang tidak Chandra, D. 2019. Pemanfaatan Biji
diteliti pada penelitian ini. Kopi Sebagai Anti Selulit. 1.
Dilihat 8 Desember 2020.
KESIMPULAN https://books.google.co.id/boo
1. Mayoritas responden memiliki ks?id=6A6fDwAAQBAJ&
kebiasaan konsumsi kopi dalam printsec=frontcover&dq=pema
kategori ringan (1-3 cangkir nfaatan+biji+kopi&hl=id&sa=X
perhari) sebesar 97,8%, &ved=2ahUKEwi9jYKh6cjtAh
sedangkan yang kategori sedang XC7XMBHYdTBxUQ6AEwAH
(4-6 cangkir perhari) sebesar oECAMQAg.htm>.
2,2% Elvivin, et al. 2015. "Analisis Faktor
2. Mayoritas responden dengan Risiko Kebiasaan
tekanan darah yang normal yaitu Mengkonsumsi Garam,
82,2%, dan hipertensi 17,8%. Alkohol,Kebiasaan Merokok
3. Tidak ada hubungan antara dan Minum Kopi Terhadap
kebiasaan konsumsi kopi dengan Kejadian Hipertensi Pada
kejadian hipertensi (p : 0,058). Nelayan Suku Bajo di Pulau
Tasipi Kabupaten Muna Barat

81
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

Tahun 2015". Jurnal Ilmiah Meliala.2017. Tingkat Konsumsi


Mahasiswa Kesehatan Kopi Berdasarkan
Masyarakat. Fakultas Pendapatan, Usia, Dan Harga
Kesehatan Masyarakat Di Kota
Universitas Halu Oleo, Depok.https://repository.uinjkt.
Kendari. Diakses pada ac.id/dspace/bitstream/12345
tanggal 23 Oktober 2020. 6789/37161/1/RADEN%20RO
Firmansyah, M. R. dan Rustam. RO%20ATIQAH%20SEKARA
2017. "Hubungan Merokok RUM%20DEWANTI%20MELI
dan Konsumsi Kopi dengan ALA-FEB.pdf. Dilihat 9
Tekanan Darah pada Pasien Desember 2020.
Hipertensi". Jurnal Kesehatan. Mullo, O.E., dkk.2018. Hubungan
STIK Siti Khadijah Antara Kebiasaan Minum Kopi
Palembang, Palembang. Dengan Kejadian Hipertensi
Diakses pada tanggal 23 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Oktober 2020. Paniki Bawah Kota Manado.
Hadi, Z. 2016. "Hubungan https://ejournal.unsrat.ac.id/in
Kebiasaan Minum Kopi Dan dex.php/kesmas/article/view/2
Minum-Minuman Keras 2076 . Dilihat 9 Desember
Dengan Kejadian Hipertensi 2020.
Di Puskesmas Kelayan Timur Kurniawaty, E., A. N. Insan. 2016.
Banjarmasin Tahun 2015". Pengaruh Kopi terhadap
Journal of Chemical Hipertensi.https://xdocs.tips/d
Information and Modeling. 3. oc/52-andi-nabila-maharani-
UNISKA, Kalimantan. Diakses insan-done1-x8q60lm5yqnw
pada tanggal 23 Oktober Dilihat 9 Desember 2020.
2020. Riyanti, et al. 2020. Analisis
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Kandungan Kafein Pada Kopi
Hipertensi Si Pembunuh Seduhan Warung Kopi Di
Senyap. Kota Banda Aceh.
file:///C:/Users/USER~1.DES/ https://jurnal.ar-
AppData/Local/Temp/infodatin raniry.ac.id/index.php/lantanid
-hipertensi-si-pembunuh- a/article/view/5759. Dilihat 8
senyap.pdf.htm. Diakses Desember 2020.
tanggal 27 Oktober 2020. Savitri, D. 2017. Diam-Diam
Lingga, L. 2012. Bebas Hipertensi Mematikan, Cegah Asam Urat
Tanpa Obat. Dilihat 9 dan Hipertensi. Healthy,
Desember 2020. Yogyakarta.
https://books.google.co.id/boo Septian, A., et al. 2018. Kopi :
ks?id=GWvjAwAAQBAJ&print Aroma, Rasa, Cerita. Pusat
sec=frontcover&dq=hipertensi Data dan Analisa Tempo,
+tanpa+obat&hl=id&sa=X&ve Jakarta.
d=2ahUKEwj4orrx4svtAhURb Setyawan, A.D.R.,dkk.2016.Faktor
n0KHSFbD5MQ6AEwAHoEC Risiko Kejadian Hipertensi
AMQAg#v=onepage&q=hipert Studi Cross-Sectional
ensi%20tanpa%20obat&f=fals Terhadap Pasien Rawat Jalan
e. htm>. Rumah Sakit Umum Daerah
Majid, A. 2018. Asuhan Kota Semarang Tahun 2016.
Keperawatan Pada Pasien http://repository.unissula.ac.id/
Dengan Gangguan Sistem 7599/. Diakses 8 Desember
Kardiovaskuler. Pustaka Baru 2020.
Ekspress, Yogyakarta. Shanty, M. 2011. Silent Killer
Diseases (Penyakit yang

82
KOSALA: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 9 No. 2 November 2021

Diam-Diam Mematikan).
Javalitera, Yogyakarta.
Solikatun, et al. 2015. Perilaku
Konsumsi Kopi Sebagai
Budaya Masyarakat
Konsumsi: Studi
Fenomenologi Pada Peminum
Kopi Di Kedai Kopi Kota
Semarang.
https://media.neliti.com/media/
publications/227594-perilaku-
konsumsi-kopi-sebagai-
budaya-ma-cd215bf2.pdf.
Diakses 8 Desember 2020.

83

Anda mungkin juga menyukai