Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH DEMOGRAFI, PSIKOSOSIAL DAN LAMA MENDERITA

HIPERTENSI PRIMER TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT


ANTIHIPERTENSI

Chandra Tri Wahyudi1, Diah Ratnawati2, Sang Ayu Made3


1
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta 2 Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta 3 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Email: 1 chan.tw.1987@gmail.com, Ratnawatidiah@gmail.com, udek_yani@yahoo.com

ABSTRAK

Hipertensi adalah adanya peningkatan tekanan systole diatas 140 mmhg dan
diastole diatas 90 mmhg. Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Penurunan angka mortalitas menjadi indikator keberhasilan pengobatan
hipertensi. Studi pendahuluan menunjukkan masyarakat dalam meminum obat
antihipertensi masih tergolong rendah. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengaruh demografi, psikosial dan lama menderita hipertensi primer yang
berhubungan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi di
Kelurahan Limo Depok 2017. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan
Simple Random Sampling. Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif analitik
dengan analisa data yang digunakan adalah Analisa data bivariat yaitu uji chi-
square dan untuk analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil
penelitian menunjukkan subvariabel sikap dari variabel psikososial yang paling
berhubungan dengan kepatuhan minum obat dengan p value 0,001 < 0,05. Nilai OR
terbesar yang diperoleh yaitu 21,860 artinya sikap baik yang dimiliki responden
mempunyai peluang 21,860 kali untuk patuh minum obat antihipertensi. Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan dampak untuk lebih disiplin dalam
mengkonsumsi obat antihipertensi agar tidak terjadi komplikasi akibat hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi, kepatuhan, obat anti hipertensi

PENDAHULUAN yang menjadi predisposisi terjadinya


Dewasa awal dan tengah adalah periode peningkatan tekanan darah. Menurut
Perhimpunan Dokter Spesialis
yang penuh tantangan, penghargaan dan
Kardiovaskuler Indonesia (Perki,2015),
krisis. Tantangan ini meliputi tuntunan
Hipertensi adalah salah satu penyebab
kerja dan membentuk keluarga, meskipun
utama mortalitas dan morbiditas di
orang dewasa juga dapat diberi
Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit
penghargaan karena kesuksesan karier
ini merupakan intervensi yang sangat
mereka dan kehidupan pribadi mereka.
umum dilakukan diberbagai tingkat
Orang dewasa juga menghadapi krisis
fasilitas kesehatan. Hampir semua
seperti kehilangan pekerjaan dengan
consensus/ pedoman utama baik dari dalam
berubah lingkungan ekonomi dan
walaupun luar negeri, menyatakan bahwa
menghadapi kebutuhan perkembangan
mereka sendiri seperti juga kebutuhan seseorang akan dikatakan hipertensi bila
memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140
anggota keluarga mereka. Krisis inilah
mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 14


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

90 mmHg, pada pemeriksaan yang tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),


berulang. Tekanan darah sistolik diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
merupakan pengukuran utama yang Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
menjadi dasar penentuan diagnosis (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia
hipertensi. yang didapat melalui kuesioner
Hipertensi juga sering tidak terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
menimbulkan manifestasi sehingga disebut persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan
sebagai silent killer, sementara tekanan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen.
darah yang terus menerus tinggi dalam Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat
jangka waktu lama dapat menimbulkan sendiri. Responden yang mempunyai
komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi tekanan darah normal tetapi sedang minum
perlu dideteksi dini yaitu dengan obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi
pemeriksaan tekanan darah secara prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
berkala(kontrol tekanan darah) (Depkes RI, 26,5 persen. Menurut data dinas kesehatan
2012). Menurut American Heart Kota depok tahun 2013, prevalensi
Association {AHA}, penduduk Amerika Hipertensi Primer menduduki urutan
yang berusia diatas 20 tahun menderita pertama dengan presentase 53,9% atau
hipertensi telah mencapai angka hingga sebanyak 19275 penduduk (Profile
74,5 juta jiwa, namun hamper sekitar 90- Kesehatan Kota Depok,2013). Data dari
95% kasus tidak diketahui penyebabnya. puskesmas Limo Kelurahan Limo Kota
Selain menurut Depkes, Hipertensi juga Depok didapatkan presentase penyakit
merupakan silent killer dimana gejala dapat hipertensi 13% dari 10 Penyakit
bervariasi pada masing-masing individu (Puskesmas Limo,2014). Data yang didapat
dan hampir sama dengan gejala penyakit dari hasil survey Praktek Keperawatan
1
lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit Komunitas pada bulan Januari 2016 di
kepala/rasa berat di tengkuk, mumet wilayah RW 15 pada RT 01,02 dan ) 3
(vertigo), jantung. berdebar-debar, mudah Kelurahan Limo Kecamatan Limo Depok
Ielah, penglihatan kabur, telinga didapatkan data masalah kesehatan
berdenging (tinnitus), dan mimisan. tertinggi yang pertama yaitu masalah
Menurut World Health Organization kesehatan hipertensi dengan presentase
(WHO) tahun 2012 Hipertensi memberikan sebesar 54% dari 12 penyakit yang
kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian ditemukan. (Laporan PKL Keperawatan
akibat penyakit kardiovaskuler setiap Komunitas,2016). Banyaknya warga RW
tahun. Hal ini juga meningkatkan risiko 15 yang menderita hipertensi salah satunya
penyakit jantung koroner sebesar 12% dan disebabkan dari pola makan, karena
meningkatkan risiko stroke sebesar 24% kebiasaan warga yang sering
(WHO, 2012). Setiap tahunnya, mengkonsumsi ikan asin dan tidak
penyakit hipertensi telah membunuh 9,4 patuhnya dalam meminum obat
juta jiwa penduduk di seluruh dunia. WHO antihipertensi. Dari studi pendahuluan
juga telah memperkirakan bahwa jumlah Januari 2017 berdasarkan wawancara dari
pengidap hipertensi akan terus 20 orang yang menderita hipertensi primer
meningkat seiring dengan pertambahan di kelurahan Limo Depok terdapat 14 orang
jumlah penduduk. Dan WHO juga tidak teratur meminum obat antihipertensi
memprediksi bahwa pada tahun 2025 yang hanya meminum obat apabila sakit kepala
akan datang, ada sekitar 29% jiwa di dunia yang dirasakan sudah tidak tertahan, 4
yang terserang penyakit hipertensi. orang yang meminum obat antihipertensi
Menurut data Riskesdas tahun 2013, (kaptopril 1 x 1 mg) secara teratur dan 2
bahwa Prevalensi hipertensi di Indonesia orang tidak meminum obat antihipertensi.
yang didapat melalui pengukuran pada Tidak terkontrolnya masyarakat yang
umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, menderita hipertensi akan memicu

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 15


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti pengobatan hipertensi. Hasil uji statistik
penyakit kardiovaskular. Penyakit jantung, pada faktor – faktor yang mempengaruhi
Stroke dan Ginjal merupakan resiko kepatuhan menunjukkan hasil yang
komplikasi penyakit kardiovaskuler yang signifikan pada; tingkat pengetahuan
sering terjadi. Penggunaan obat anti (p=0.015), motivasi (p=0.02), dukungan
hipertensi saat ini masih efektif dalam petugas (p=0.048) dan dukungan keluarga
penanggulanggan hipertensi. Masyarakat (p=0.000). Dari penjelasan diatas bahwa
saat ini masih mempunyai pola meminum kepatuhan dalam meminum obat
obat anti hipertensi tidak diminum secara antihipertensi masih dominan rendah dan
rutin,hanya diminum pada saat tekanan masih beberapa variabel yang belum diteliti
darah meningkat saja. Hal ini yang sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
menyebabkan komplikasi dari hipertensi penelitian dengan variabel yang berbeda
terjadi.Kepatuhan pengobatan pasien dengan judul “Pengaruh demografi,
hipertensi merupakan hal penting karena psikososial dan lama Menderita hipertensi
hipertensi merupakan penyakit yang tidak terhadap kepatuhan minum obat
dapat disembuhkan tetapi harus selalu antihipertensi di Kelurahan Limo,Depok “.
dikontrol atau dikendalikan agar tidak
terjadi komplikasi yang dapat berujung
pada kematian (Palmer dan William, 2007). 1. Hipertensi
Problem ketidakpatuhan umum dijumpai Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
dalam pengobatan penyakit kronis yang sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90
memerlukan pengobatan jangka panjang mmhg (Brunner & Suddarth, 2005).
seperti hipertensi. Obat-obat antihipertensi Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 untuk
yang ada saat ini telah terbukti dapat pasien dewasa (umur ≥18 tahun)
mengontrol tekanan darah pada pasien berdasarkan rata-rata pengukuran tekanan
hipertensi, dan juga sangat berperan dalam darah atau lebih pada dua atau lebih
menurunkan risiko berkembangnya kunjungan klinis (Tabel 2.1). Klasifikasi
komplikasi kardiovaskular. Namun tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan
demikian, penggunaan antihipertensi saja nilai normal pada tekanan darah sistolik
terbukti tidak cukup untuk menghasilkan (TDS) <120 mmHg dan tekanan darah
efek pengontrolan tekanan darah jangka diastolik (TDD) <80 mmHg. Pre-hipertensi
panjang apabila tidak didukung dengan tidak dianggap sebagai kategori penyakit
kepatuhan dalam menggunakan tetapi mengidentifikasi pasien-pasien yang
antihipertensi tersebut (Saepudin dkk, tekanan darahnya cenderung meningkat ke
2011) klasifikasi hipertensi dimasa yang akan
Menurut hasil penelitian Puspita, (2016) datang. Ada dua tingkat (stage) hipertensi,
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan dan semua pasien pada kategori ini harus
bahwa faktor tingkat pendidikan terakhir diterapi obat.
(p=0,000), lama menderita hipertensi
(p=0,005), tingkat pengetahuan tentang Tabel 1.1 Klasifikasi Hipertensi
hipertensi (p=0,000), dukungan keluarga (Sumber : JNC VII, 2003)
(p=0,000), peran petugas kesehatan
(p=0,000),motivasi berobat (p=0,000) Tekanan Tekanan
memiliki hubungan dengan kepatuhan Derajat Sistolik Diastolik
(mmhg) (mmhg)
dalam menjalani pengobatan hipertensi.
Normal <120 Dan < 80
Dan menurut Pratama Wahyu G dan Pre-hipertensi 120-139 atau 80-89
Ariastuti Putu Tahun 2014, dari 97 orang Hipertensi
140-159 atau 90-99
sampel, 62 (63.9%) sampel memiliki derajat I
kepatuhan rendah dan 36.1% sampel Hipertensi
≥ 160 Atau ≥ 100
memiliki kepatuhan tinggi terhadap derajat II

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 16


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

2. Perilaku Kepatuhan
Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi Kepatuhan adalah sebagai perilaku
primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui untuk menaati saran-saran dokter atau
penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu prosedur dari dokter tentang penggunaan
hipertensi yang muncul akibat adanya obat, yang sebelumnya didahului oleh
penyakit lain seperti hipertensi ginjal, proses konsultasi antara pasien (keluarga
hipertensi kehamilan, dan lain-lain (Dinkes pasien sebagai orang kunci dalam
Jateng, 2012). faktor genetik memegang kehidupan pasien) dengan dokter sebagai
peranan penting pada patogenesis penyedia jasa medis (Siti Noor Fatmah
hipertensi primer. Faktor-faktor lain yang ,2012). Keberhasilan pengobatan pada
dapat dimasukan dalam daftar penyebab pasien hipertensi dipengaruhi oleh
hipertensi jenis ini adalah lingkungan, beberapa faktor yaitu peran aktif pasien dan
kelainan metabolisme intra seluler, dan kesediaanya untuk memeriksakan ke dokter
faktor-faktor yang meningkatkan risikonya sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta
seperti obesitas, konsumsi alkohol, kepatuhan dalam meminum obat
merokok dan kelainan darah (Muchid, antihipertensi. Faktor- Faktor yang
2006). Tidak semua penderita hipertensi mempengaruhi Kepatuhan terdiri dari
mengenali atau merasakan keluhan maupun Demografi Meliputi usia, jenis kelamin,
gejala, sehingga hipertensi sering dijuluki suku bangsa, status pekerjaan dan
pembunuh diam-diam (silent killer). pendidikan. Umur merupakan faktor yang
Keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penting dimana anak-anak terkadang
penderita hipertensi antara lain: sakit tingkat kepatuhannya jauh lebih tinggi
kepala, gelisah, jantung berdebar-debar, daripada remaja. Perbedaan pola perilaku
pusing, penglihatan kabur, rasa sakit sakit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin,
didada, mudah lelah dll (Depkes RI, 2013). perempuan lebih sering mengobatkan
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada dirinya dibandingkan dengan laki-laki
organ-organ seperti gagal jantung,jantung (Notoatmodjo, 2010) , Orang yang bekerja
coroner, stroke, gagal ginjal, dan retinopati. cenderung memiliki sedikit waktu untuk
Penatalaksanaan farmakologi pada mengunjungi fasilitas kesehatan
hipertensi dimulai bila pada pasien (Notoatmodjo, 2007). Semakin tinggi
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami pendidikan seseorang, maka akan
penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan memudahkan seseorang menerima
menjalani pola hidup sehat dan pada pasien informasi sehingga meningkatkan kualitas
dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa hidupdan menambah luas pengetahuan.
prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu Psikososial meliputi sikap pasien terhadap
diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan tenaga kesehatan serta menerima terhadap
meminimalisasi efek samping, yaitu :Bila penyakitnya. Sikap seseorang terhadap
memungkinkan, berikan obat dosis tunggal, perilaku kepatuhan menentukan tingkat
Berikan obat generic (non-paten) bila kepatuhan. Kepatuhan seseorang
sesuai dan dapat mengurangi biaya, merupakan hasil dari proses pengambilan
Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas keputusan orang tersebut, dan akan
usia 80 tahun ) seperti pada usia 55 – 80 berpengaruh pada persepsi dan keyakinan
tahun, dengan memperhatikan faktor orang tentang kesehatan. Selain itu
komorbid ,Jangan mengkombinasikan keyakinan serta budaya juga ikut
angiotensin converting enzyme inhibitor menentukan perilaku kepatuhan . Nilai
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor seseorang mempunyai keyakinan bahwa
blockers (ARBs), Berikan edukasi yang anjuran kesehatan itu dianggap benar maka
menyeluruh kepada pasien mengenai terapi kepatuhan akan semakin baik. Lama
farmakologi menderita hipertensi dikatakan Semakin
lama seseorang menderita hipertensi maka

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 17


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

tingkat kepatuhanya makin rendah, hal ini obat antihipertensi di Wilayah


disebabkan kebanyakan penderita akan kelurahan Limo Depok Tahun 2017
merasa bosan untuk berobat (Ketut Gama et f) Adanya faktor yang sangat
al, 2014). Menurut Puspita, 2016 mempengaruhi perilaku kepatuhan
,hubungan antara lama menderita hipertensi meminum obat antihipertensi di
dengan kepatuhan dalam menjalani wilayah kelurahan limo Depok tahun
pengobatan hipertensi diperoleh nilai p 2017
velue=0,005 (p<0,05) yang berarti bahwa
METODOLOGI PENELITIAN
ada hubungan antara lama menderita
hipertensi dengan kepatuhan dalam Penelitian ini menggunakan metode
menjalani pengobatan hipertensi. Deskriptif Analitik dengan desain penelitian
”cross sectional” dimana variabel sebab
3. Keperawatan Komunitas akibat dengan variabel bebas yaitu faktor-
Keperawatan komunitas adalah faktor yang mempengaruhi kepatuhan
pelayanan keperawatan professional yang minum obat antihipertensi dan variabel
ditunjukan pada masyarakat dengan terikat yaitu kepatuhan minum obat
penekanan kelompok risiko tinggi dalam antihipertensi. Subjek yang digunakan
upaya pencapaian derajat kesehatan yang adalah pasien dengan hipertensi primer
optimal melalui peningkatan kesehatan, yang ada wilayah kelurahan limo,Depok.
pencegahan penyakit, pemeliharaan dan Tehnik pengambilan sampel dengan
rehabilitasi dengan menjamin menggunakan Simple Random Sampling
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang sebanyak 174 responden. Penelitian ini
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai tidak melakukan intervensi dan hanya
mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan menyebarkan kuisioner. Analisa data yang
evaluasi (Community Health Nursing, digunakan adalah analisa univariat, bivariat
1999). Peran perawat komunitas yaitu dan multivariat. Untuk analisa data bivariat
pemberi pelayanan kesehatan, penemu yang digunakan adalah uji chi-square dan
kasus, Pendidik/Penyuluhan Keperawatan, uji multivariat yang digunakan adalah uji
Koordinator, Kolaborator, Penghubung, regresi logistik.
Konselor, Model Peran (role Model). HASIL DAN PEMBAHASAN
HIPOTESIS Persetujuan etik dari komisi Etik
Penelitian Kesehatan (KEPK) UPN
a) Ada Hubungan usia dengan perilaku
“Veteran” Jakarta untuk penelitian
kepatuhan meminum obat
antihipertensi di Wilayah kelurahan dibuktikan dengan surat persetujuan Etik
Nomor : KEP/400/UN61/2016 tanggal 1
Limo Depok Tahun 2017
Juni 2016 tentang kalender Akademik UPN
b) Ada Hubungan Jenis Kelamin dengan
perilaku kepatuhan meminum obat “Veteran” Jakarta TA.2016/2017.
antihipertensi di Wilayah kelurahan 1. Hasil
Limo Depok Tahun 2017 a. Hasil Univariat
c) Ada Hubungan pendidikan dengan Tabel 1.
perilaku kepatuhan meminum obat Distribusi Frekuensi Usia Responden pada
antihipertensi di Wilayah kelurahan Penderita Hipertensi Primer di Kelurahan
Limo Depok Tahun 2017 Limo Depok 2017 (n=173)
d) Ada Hubungan Sikap dengan perilaku Usia Frekuensi Persen
kepatuhan meminum obat Dewasa
21 12,1
antihipertensi di Wilayah kelurahan Awal
Limo Depok Tahun 2017 Dewasa
100 57,8
Tengah
e) Ada Hubungan Lama Menderita Dewasa
dengan perilaku kepatuhan meminum 52 30,1
Akhir

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 18


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

Tabel 4. Distribusi Pendidikan


Hasil analisis data pada tabel Responden pada Penderita Hipertensi
menunjukkan bahwa karakteristik dari 173 Primer di Kelurahan Limo Depok 2017
responden di Kelurahan Limo Depok tahun (n=173)
2017 sebagian besar berusia dewasa tengah
Pendidikan Frekuensi Persen
(36 – 45 tahun) sebanyak 100 responden
(57,8%) sedangkan berusia dewasa akhir Tinggi 74 42,8
(46 - 55 tahun) sebanyak 52 responden Rendah 99 57,2
(%30,1) dan sisanya berusia dewasa awal
(26 – 35 tahun) sebanyak responden Hasil analisis data pada tabel
(12,1%). menunjukkan bahwa karakteristik dari 173
responden di Kelurahan Limo Depok tahun
Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin
2017 sebagian besar berpendidikan rendah
Responden pada Penderita Hipertensi
(SD,SMP) sebanyak 99 responden (57,2%)
Primer di Kelurahan Limo Depok 2017
dan sisanya sebanyak 74 responden
(n=173)
(42,8%) berpendidikan tinggi (SMA,
Jenis Kelamin Frekuensi Persen Perguruan Tinggi).
Perempuan 125 72,3 Tabel 5. Distribusi Sikap Persepsi
Laki-Laki 48 27,8 Responden pada Penderita Hipertensi
Primer di Kelurahan Limo Depok 2017
(n=173)
Hasil analisis data pada tabel
menunjukkan bahwa karakteristik dari 173 Sikap
Frekuensi Persen
responden di Kelurahan Limo Depok tahun Persepsi
2017 sebagian besar berjenis kelamin Baik 84 48,6
perempuan sebanyak 125 responden Tidak Baik 89 51,4
(72,3%) dan sisanya sebanyak 48
responden (27,8%) berjenis kelamin laki-
laki. Hasil analisis data pada tabel
menunjukkan bahwa karakteristik dari 173
Tabel 3 .Distribusi Frekuensi Suku responden di Kelurahan Limo Depok tahun
Responden pada Penderita Hipertensi 2017 sebagian besar memiliki sikap
Primer di Kelurahan Limo Depok 2017 persepsi yang tidak baik sebanyak 89
(n=173) responden (51,4%) dan sisanya memiliki
Suku Bangsa Frekuensi Persen sikap persepsi yang baik sebanyak 84
Jawa 34 19,7 responden (48,6%).
Sunda 39 22,5 Tabel 6. Distribusi Lama Menderita
Betawi 98 56,6 Hipertensi Responden pada Penderita
Hipertensi Primer di Kelurahan Limo
Lain-Lain 2 1,2
Depok 2017 (n=173)
Lama
Analisis data pada tabel menunjukkan Frekuensi Persen
Sakit
bahwa karakteristik dari 173 responden di
Kelurahan Limo Depok tahun 2017 Akut 51 29,5
sebagian besar bersuku Betawi sebanyak 98 Kronis 122 70,5
responden (56,6%) sedangkan suku Sunda
sebanyak 39 responden (22,5%) berbeda Hasil analisis data pada tabel
sedikit dengan suku Jawa sebanyak 34 menunjukkan bahwa karakteristik dari 173
responden (19,7%) dan sisanya lain-lain responden di Kelurahan Limo Depok tahun
sebanyak 2 responden (2%). 2017 sebagian besar menderita hipertensi >

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 19


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

6 bulan (kronis) sebanyak 122 responden tahun (dewasa tengah) terhadap kepatuhan
(70,5%) sisanya sebanyak 51 responden minum obat, diketahui 74 responden
(29,5%) menderita hipertensi ≤ 6 bulan (74,7%) patuh minum dan 25 responden
(akut). (25,3%) tidak patuh minum obat.
Sedangkan dari 52 responden berusia 46-55
Tabel 7. Distribusi Kepatuhan Minum tahun (dewasa akhir) terhadap kepatuhan
Obat Responden pada Penderita Hipertensi minum obat, diketahui 28 responden
Primer di Kelurahan Limo Depok 2017 (53,8%) patuh minum dan 24 responden
(n=173) (46,3%) tidak patuh minum obat.Hasil uji
statistik diperoleh nilai p-value = 0,001
Kepatuhan (p>0,05), maka dapat disimpulkan ada
Minum Obat Frekuensi Persen
Antihipertensi
hubungan yang signifikan antara usia
dengan kepatuhan minum obat).
Patuh 111 64,2
Tabel 2. Analisis Hubungan Jenis Kelamin
Tidak Patuh 62 35,8 Dengan Kepatuhan Minum Obat
Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi
Primer Di Kelurahan Limo Depok tahun
Hasil analisis data pada tabel 2017
menunjukkan bahwa karakteristik dari 173 Kepatuhan Minum Obat
Jenis
responden di Kelurahan Limo Depok tahun Kelami Patuh
Tidak
Total
P-
OR
Patuh value
2017 sebagian besar patuh minum obat n
n % n % n %
antihiertensi sebanyak 111 responden
(64,2%) dan sisanya tidak patuh minum Perempu 82 65,5 43 34,4 125 100
obat antihiertensi sebanyak 62 responden an 1,294(
0,463 0,649-
Laki-
b. Analisis Bivariat Laki
28 59,6 19 40,4 47 100 2,579)

Tabel 1. Analisis Hubungan Usia Dengan Total 110 64,0 62 36 172 100
Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi
Pada Penderita Hipertensi Primer Di Hasil analisis dari tabel diatas,
Kelurahan Limo Depok tahun 2017 meyatakan bahwa dari 125 responden
berjenis kelamin perempuan terhadap
Kepatuhan Minum Obat
P-
OR
kepatuhan minum obat, diketahui 82
Tidak value
Usia Patuh
Patuh
Total responden (65,5%) patuh minum obat dan
n % n % n % 43 responden (34,4%) tidak patuh minum
Dewasa obat. Sedangkan dari 47 responden berjenis
8 38,1 13 61,9 21 100
Awal kelamin laki-laki terhadap kepatuhan
Dewasa
74 74,7 25 25,3 99 100
minum obat, diketahui 28 responden
Tengah 0,001 (59,6%) patuh minum dan 19 responden
Dewasa (40,4%) tidak patuh minum obat.Hasil uji
28 53,8 24 46,3 52 100
Akhir
statistik diperoleh nilai p-value = 0,463
Total 110 64 62 36 172 100
(p>0,05), maka dapat disimpulkan tidak
* p-value < 0,05
ada perbedaan proporsi kepatuhan minum
obat antara responden berjenis kelamin
Hasil analisis dari tabel diatas,
perempuan dan laki-laki terhadap
meyatakan bahwa dari 21 responden
kepatuhan minum obat (tidak ada hubungan
berusia 26-35 tahun (dewasa awal)
yang signifikan jenis kelamin dengan
terhadap kepatuhan minum obat, diketahui
kepatuhan minum obat). Hasil analisis
8 responden (28,1%) patuh minum obat dan
termasuk nilai OR=1,294 artinya responden
13 responden (61,9%) tidak patuh minum
yang berjenis kelamin perempuan
obat. Dari 99 responden berusia 36-45

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 20


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

mempunyai peluang 1,2 kali lebih patuh


Kepatuhan Minum Obat
meminum obat antihipertensi dibandingkan Sikap Tidak P-
responden berjenis kelamin laki-laki. Patuh Total OR
Persepsi Patuh value
n % n % n %
Tabel 3. Analisis Hubungan Pendidikan Baik 73 88,0 10 12,0 83 100
10,259
Dengan Kepatuhan Minum Obat 0,000 (4,685-
Tidak Baik 37 41,6 52 58,4 89 100
Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi 22,468)
Total 110 64 62 36,0 172 100
Primer Di Kelurahan Limo Depok tahun
* p-value < 0,05
2017
Hasil analisis dari tabel diatas,
Kepatuhan Minum Obat
meyatakan bahwa dari 83 responden yang
Pendidi Tidak P-
kan
Patuh
Patuh
Total
value
OR memiliki sikap persepsi baik terhadap
n % n % n %
kepatuhan minum obat, diketahui 73
Tinggi responden (88%) patuh minum obat dan 10
51 69,9 22 30,1 73 1001,572 responden (12%) tidak patuh minum obat.
Rendah 59 59,6 40 40,4 99 100 0,166 (0,828-
2,984) Sedangkan dari 89 responden yang
Total 110 64 62 36,0 172 100 memiliki sikap persepsi tidak baik terhadap
kepatuhan minum obat, diketahui 37
Hasil analisis dari tabel diatas, responden (41,6%) patuh minum dan 52
meyatakan bahwa dari 73 responden yang responden (58,4%) tidak patuh minum
berpendidikan tinggi dengan kepatuhan obat. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-
minum obat, diketahui 51 responden value = 0,000 (p<0,05), maka dapat
(69,9%) patuh minum obat dan 22 disimpulkan ada perbedaan proporsi
responden (22%) tidak patuh minum obat. kepatuhan minum obat antara responden
Sedangkan dari 99 responden yang yang memiliki sikap persepsi baik dan tidak
berpendidikan rendah dengan kepatuhan baik terhadap kepatuhan minum obat (ada
minum obat, diketahui 59 responden hubungan yang signifikan antara sikap
(59,6%) patuh minum dan 40 responden persepsi dengan kepatuhan minum obat).
(40,4%) tidak patuh minum obat.Hasil uji Hasil analisis termasuk nilai OR=10,259
statistik diperoleh nilai p-value = 0,166 artinya responden yang memiliki sikap
(p>0,05), maka dapat disimpulkan tidak persepsi baik mempunyai peluang 10 kali
ada perbedaan proporsi kepatuhan minum lebih patuh meminum obat antihipertensi
obat antara responden yang berpendidikan dibandingkan responden dengan sikap
tinggi dan pendidikan rendah terhadap persepsi yang tidak baik.
kepatuhan minum obat (tidak ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan Tabel 5. Analisis Hubungan Lama
kepatuhan minum obat). Hasil analisis Menderita Hipertensi Dengan Kepatuhan
termasuk nilai OR=1,572 artinya responden Minum Obat Antihipertensi Pada
yang berpendidikan tinggi mempunyai Penderita Hipertensi Primer Di Kelurahan
peluang 1,5 kali lebih patuh meminum obat Limo Depok tahun 2017
antihipertensi dibandingkan responden
yang berpendidikan rendah. Kepatuhan Minum Obat
Lama Tidak P-
Patuh Total OR
Tabel 4. Analisis Hubungan Sikap Sakit Patuh value
Dengan Kepatuhan Minum Obat n % n % n %
Antihipertensi Pada Penderita Hipertensi Akut 38 74,5 13 25,5 51 100
1,989
Primer Di Kelurahan Limo Depok tahun
Kronis 72 59,5 49 40,5 121 100 0,061 (0,962-
2017 4,115)
Total 110 64,0 62 36,0 172 100

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 21


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

Hasil analisis dari tabel diatas, logistik sederhana. Yaitu dengan


meyatakan bahwa dari 51 responden melakukan satu persatu regresi sederhana
dengan lama sakit ≤ 6 bulan (akut) terhadap antara masing-masing variabel independen
kepatuhan minum obat, diketahui 38 terhadap variabel dependen. Jika hasil tabel
responden (74,5%) patuh minum obat dan “variables in the equation” dan lihat nilai
13 responden (25,5%) tidak patuh minum “sig.” . Didapat nilai signifikan <0,25, yang
obat. Sedangkan dari 121 responden berarti variabel tersebut layak masuk model
dengan lama sakit > 6 bulan (kronik) multivariate.
terhadap kepatuhan minum obat, diketahui Dari hasil seleksi variabel diatas, maka
72 responden (59,5%) patuh minum dan 49 yang layak masuk uji multivariat adalah
responden (40,9%) tidak patuh minum variabel pendidikan, lama menderita dan
obat.Hasil uji statistik diperoleh nilai p- sikap karena memiliki nilai p < 0,25. Untuk
value = 0,061 (p>0,05), maka dapat selanjutnya berikut adalah hasil dari uji
disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi multivariat ke tiga variabel tersebut:
kepatuhan minum obat antara responden
dengan lama sakit ≤ 6 bulan (akut) dan > 6 Tabel 1. Faktor yang paling
bulan (kronis) terhadap kepatuhan minum berpengaruh terhadap kepatuhan minum
obat (tidak ada hubungan yang signifikan obat antihiperternsi pada penderita
antara lama sakit hipertensi dengan hipertensi primer
kepatuhan minum obat). Hasil analisis
No Subvariabel B Wald Sig. OR CI 95%
termasuk nilai OR=1,989 artinya responden
1 Pendidikan 0,175 0.217 0,641 1,191 0,571-2,482
dengan lama sakit ≤ 6 bulan (akut)
2 Lama Sakit 0,182 0,180 0,672 1,200 0,517 – 2,782
mempunyai peluang 1,9 kali lebih patuh
3 Sikap 2,282 31,010 0,001 9,793 4,387 – 21,860
meminum obat antihipertensi dibandingkan
responden dengan lama sakit > 6 bulan
(kronik). Hasil analisa dapat disimpulkan bahwa
dari keseluruhan variabel independen yang
b. Analisa Multivariate diduga mempengaruhi kepatuhan minum
1) Faktor yang paling berpengaruh obat antihipertensi pada penderita
terhadap kepatuhan minum obat hipertensi primer terdapat satu subvariabel
antihiperternsi pada penderita (sikap) yang paling berhubungan dengan
hipertensi primer kepatuhan minum obat dengan p value
0,001 < 0,05. Nilai OR terbesar yang
Subvariabel P Value diperoleh yaitu 21,860 artinya sikap baik
Usia 0.978 yang dimiliki responden mempunyai
Jenis Kelamin 0.525
Pendidikan 0.149
peluang 21,860 kali untuk patuh minum
Lama menderita 0.069 obat antihipertensi.
Sikap 0.001
2. Pembahasan
Variabel yang akan di uji multivariat
a. Hubungan usia dengan kepatuhan
adalah variabel independen seperti, usia,
minum obat antihipertensi pada
jenis kelamin, pendidikan, lama menderita
penderita hipertensi primer
hipertensi, dan sikap dengan variabel
dependennya adalah kepatuhan minum Bertambah usia seseorang akan
obat.Dalam langkah ini kita akan semakin banyak permasalahan yang di
menyeleksi, variabel independen manakah alaminya terutama terkait kondisi
yang layak masuk model uji multivariat. Di kesehatannya hal ini di sebabkan
mana yang layak adalah yang memiliki terjadinya kemunduran fungsi seluruh
tingkat signifikansi (sig.) atau p value < tubuh secara progresif . Hasil penelitian
0,25 dengan metode “Enter” dalam regresi ini didapatkan nilai p-value = 0,001
(p>0,05) menunjukan bahwa ada

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 22


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

hubungan yang signifikan antara usia semua jenis kelamin perempuan


dengan kepatuhan minum obat. mempunyai perilaku patuh meminum
Seseorang yang mengalami obat antihipertensi, sebanyak 65,5%
pertambahan usia mulai dari dewasa patuh meminum obat antihipertensi
awal,dewasa pertengahan dan dewasa sedangkan yang tidak patuh sebanyak
akhir akan mengalami frustasi atau sikap 34,4%. Dari ketidaksignifikan hasil
penolakan terhadap penyakitnya tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor
sehingga akan mengalami sikap yang pendidikan pada responden perempuan
tidak patuh terhadap anjuran dokter dimana didapatkan hasil analisa
ataupun obat/terapi yang diberikan oleh pendidikan rendah sebanyak 57,2%
dokter/tim medis. Penelitian ini sesuai sehingga karena rendahnya tingkat
yang dilakukan ali ami jaya,(2009) pendidikan seseorang maka dapat
menunjukan Dari hasil uji statistik Chi mempengaruhi seseorang untuk dapat
Square. p Value: 0.05 (α = 0,05), patuh meminum obat antihipertensi.
didapatkan bahwa usia yang bertambah Penelitian ini sesuai dengan
cenderung patuh minum obat penelitian yang dilakukan Puspita exa
antihipertensi. Penelitian ini diperkuat (2016) menunjukan tidak ada hubungan
oleh pendapat Misnadiarly (2006) yang signifikan antara jenis kelamin
bahwa umur tua atau lansia mempunyai dengan kepatuhan dalam menjalani
peluang untuk tidak patuh sehubungan pengobatan hipertensi di Puskesmas
dengan fungsi organ dan daya ingat. Gunungpati dengan nilai p=0,366
(p>0,05). Hasil penelitian juga
b. Hubungan jenis kelamin dengan
menunjukan bahwa mayoritas
kepatuhan minum obat
responden adalah berjenis kelamin
antihipertensi pada penderita
perempuan yaitu sebesar 65,5% dan
hipertensi primer
berjenis kelamin laki-laki sebesar
Jenis kelamin berkaitan dengan peran 34,5%. Berbeda dengan penelitian yang
kehidupan dan perilaku yang berbeda dilakukan oleh Alphonche (2012) bahwa
antara laki-laki dan perempuan dalam jenis kelamin berhubungan dengan
masyarakat. Dalam hal menjaga kepatuhan pengobatan pasien hipertensi
kesehatan biasanya kaum perempuan dengan nilai p=0,044. Pada penelitian
lebih memperhatikan kesehatanya yang dilakukan oleh Alphonce sampel
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini yang digunakan adalah pasien hipertensi
dikarenakan sifat-sifat dari perempuan berusia 18 tahun keatas, sehingga
yang lebih memperhatikan kesehatan rentang usia lebih luas. Sedangkan
bagi dirinya dibandingkan laki-laki dalam penelitian ini peneliti
(Depkes RI,2013). Perbedaan pola memfokuskan pada pasien hipertensi
perilaku sakit juga dipengaruhi oleh dengan rentang usia 45-64 tahun,
jenis kelamin, perempuan lebih sering sehingga hasil dapat berbeda. Dalam
mengobatkan dirinya dibandingkan penelitianya Alphonce menyebutkan
dengan laki-laki, sehingga akan lebih bahwa impotensi adalah efek samping
banyak perempuan yang datang berobat obat antihipertensi yang kemungkinan
dibandingkan laki-laki (Notoatmodjo, mempengaruhi kepatuhan minum obat
2010).Hasil penelitian ini memperoleh pada responden laki-laki. Sedangkan
nilai p-value = 0,463 (p>0,05) penemuan dalam penelitian ini
menunjukan tidak ada hubungan yang pekerjaan diduga menjadi alasan
signifikan jenis kelamin dengan mengapa laki-laki cenderung tidak patuh
kepatuhan minum obat. Penelitian ini untuk melakukan pengobatan, hal ini
mayoritas responden terbanyak yaitu dikarenakan 78% laki-laki yang
berjenis kelamin perempuan. Tidak

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 23


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

dinyatakan tidak patuh adalah mereka hubungan antara tingkat pendidikan


yang memiliki pekerjaan. terakhir dengan kepatuhan dalam
menjalani pengobatan hipertensi dengan
c. Hubungan pendidikan dengan
nilai p=0,000. Hasil penelitian ini
kepatuhan minum obat
diperkuat penelitian yang dilakukan oleh
antihipertensi pada penderita
Vincent Boima (2015) yang menyatakan
hipertensi primer
terdapat hubungan antara tingkat
Pendidikan adalah suatu kegiatan pendidikan dengan kepatuhan
atau proses pembelajaran untuk pengobatan hipertensi (p=0,001). Hal ini
mengembangkan atau meningkatkan dikarenakan pada hasil penelitian, dari
kemampuan tertentu sehingga sasaran total responden yang berpendidikan
pendidikan itu dapat berdiri sendiri tinggi sebanyak 70,9% responden patuh
(Notoatmodjo,2010). Responden yang menjalani pengobatan dan 29,1%
berpendidikan lebih tinggi akan responden tidak patuh menjalani
mempunyai pengetahuan yang lebih luas pengobatan. Sama halnya dengan
dibandingkan dengan responden yang penelitian yang dilakukan Vincent
tingkat pendidikanya rendah. Hasil Boima (2015), pada penelitian ini juga
penelitian ini bertentangan dengan ditemukan bahwa responden dengan
uraian diatas, nilai p-value = 0,166 pendidikan tinggi akan lebih patuh 85%
(p>0,05) menunjukan tidak ada dibandingkan dengan responden yang
hubungan yang signifikan antara tidak patuh 15%.
pendidikan dengan kepatuhan minum
obat. Pendidikan tinggi dan pendidikan d. Hubungan sikap dengan
rendah sama-sama mempunyai tingkat kepatuhan minum obat
kepatuhan yang lebih tinggi yaitu pada antihipertensi pada penderita
pendidikan tinggi sebanyak 69,9% patuh hipertensi primer
dan tidak patuh sebanyak 30,1% Penelitian ini memperoleh nilai p-
sedangkan pada pendidikan rendah value = 0,000 (p<0,05) menunjukkan
sebanyak 59,6 % dan tidak patuh ada hubungan yang signifikan antara
sebanyak 40,4%. Hal ini dapat sikap dengan kepatuhan minum obat
dipengaruhi oleh hasil analisa antihipertensi. Sikap seseorang terhadap
subvariabel sikap responden yaitu perilaku kepatuhan menentukan tingkat
terdapat 88% seseorang yang kepatuhan. Kepatuhan seseorang
mempunyai sikap baik yang patuh merupakan hasil dari proses
meminum obat antihipertensi. Sikap pengambilan keputusan orang tersebut,
merupakan keyakinan responden untuk dan akan berpengaruh pada persepsi dan
patuh dalam meminum obat agar keyakinan orang tentang kesehatan.
terhindarnya komplikasi dari hipertensi Selain itu keyakinan serta budaya juga
yang diderita responden sehingga dapat ikut menentukan perilaku kepatuhan .
meningkatkan kualitas hidup responden. Nilai seseorang mempunyai keyakinan
Penelitian ini sesuai dengan bahwa anjuran kesehatan itu dianggap
penelitian Kimuyu (2014) menunjukan benar maka responden akan patuh
bahwa tidak terdapat hubungan antara terhadap minum obat antihipertensi.
tingkat pendidikan terhadap kepatuhan Hasil ini bertentangan dengan
minum obat antihipertensi di Rumah penelitian yang dilakukan oleh Sangi
sakit Kota Kiambu (p=0,191). Dalam dkk (2016) belum ditemukan hubungan
penelitian Kimuyu distribusi tingkat yang bermakna antara sikap pasien
pendidikan responden lebih heterogen. dengan kepatuhan minum obat pada
Berbeda dengan hasil penelitian puspita pasien hipertensi. Sangi dkk (2016)
exa (2016) menunjukan bahwa ada beranggapan bahwa Kepatuhan minum

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 24


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

obat pada pasien hipertensi dapat di yang lama menderita hipertensi sama
pengaruhi oleh motivasi, dalam hal ini saja dengan orang yang mengalami
motivasi pada responden itu sendiri. pengobatan hipertensi atau yang
Kurangnya motivasi pada penderita menjalani pengobatan sehingga
hipertensi dapat dipengaruhi oleh responden yang akut dan responden
lamanya responden menderita yang kronis yaitu sama-sama
hipertensi. Menurut teori Notoatmojo mempunyai tekad untuk sehat dengan
2010 (dalam Suparyanto 2014), motivasi mematuhi minum obat antihipertensi
merupakan dorongan dari dalam diri untuk memaintance hipertensinya.
seseorang yang menyebabkan seseorang
f. Faktor yang paling berpengaruh
tersebut melakukan kegiatan-kegiatan
terhadap kepatuhan minum obat
tertentu guna mencapai suatu tujuan.
antihiperternsi pada penderita
e. Hubungan lama menderita hipertensi primer
hipertensi dengan kepatuhan Sikap adalah suatu respon atau reaksi
minum obat antihipertensi pada seseorang dari suatu stimulus yang
penderita hipertensi primer diberikan dan akan mendasari seseorang
Lama menderita hipertensi dikatakan untuk melakukan sesuatu atau
Semakin lama seseorang menderita menimbulkan perilaku
hipertensi maka tingkat kepatuhanya (Rusmanto,2013). Sikap mempunyai
makin rendah, hal ini disebabkan beberapa komponen salah satunya
kebanyakan penderita akan merasa adalah komponen afektif yaitu aspek
bosan untuk berobat (Ketut Gama et al, emosional yang berkaitan dengan
2014).Sesuai dengan uraian diatas penilaian terhadap apa yang diketahui
menunjukan hubungan antara lama manusia (Notoadmodjo,2010).
menderita hipertensi dengan kepatuhan Penelitian ini menunjukkan hasil analisa
dalam menjalani pengobatan hipertensi dari keseluruhan variabel independen
diperoleh nilai p velue=0,005 (p<0,05) yang diduga mempengaruhi kepatuhan
yang berarti bahwa ada hubungan antara minum obat antihipertensi pada
lama menderita hipertensi dengan penderita hipertensi primer terdapat satu
kepatuhan dalam menjalani pengobatan subvariabel (sikap) yang paling
hipertensi ( Puspita ,2016). berhubungan dengan kepatuhan minum
Penelitian ini memperoleh nilai p- obat dengan p value 0,001 < 0,05. Nilai
value = 0,061 (p>0,05) maka dapat OR terbesar yang diperoleh yaitu 21,860
disimpulkan tidak ada perbedaan artinya sikap baik yang dimiliki
proporsi kepatuhan minum obat antara responden mempunyai peluang 21,860
responden dengan lama sakit ≤ 6 bulan kali untuk patuh minum obat
(akut) dan > 6 bulan (kronis) terhadap antihipertensi.Sesuai yang dikatakan
kepatuhan minum obat (tidak ada oleh rusmanto (2013), bahwa sikap
hubungan yang signifikan antara lama merupakan reaksi orang yang dapat
sakit hipertensi dengan kepatuhan menimbulkan efek menjadi perilaku,
minum obat). Hasil analisis termasuk maka dari itu sikap merupakan faktor
nilai OR=1,989 artinya responden yang sangat berpengaruh terhadap
dengan lama sakit ≤ 6 bulan (akut) perilaku patuh dalam meminum obat
mempunyai peluang 1,9 kali lebih patuh antihipertensi. Sikap seseorang yang
meminum obat antihipertensi baik akan dapat memunculkan perilaku
dibandingkan responden dengan lama yang baik juga sehingga seseorang
sakit > 6 bulan (kronik). Hasil ini mempunyai keinginan untuk sembuh
bertentangan dengan uraian diatas, dengan cara patuh dalam meminum obat
peneliti beranggapan bahwa seseorang antihipertensi.

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 25


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

Penelitian ini bertentangan dengan menambahkan variabel penelitian, serta


penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk dilakukan analisis untuk menunjukkan
(2014) menunjukan tidak ada hubungan besarnya risiko dari setiap variabel.
bermakna antara sikap dengan
kepatuhan pengobatan tahap awal (α = DAFTAR PUSTAKA
0,05; p-value=0,169).penelitian ini Anisa dkk.2013.Faktor Yang
diperkuat dengan penelitian sangi dkk Berhubungan Dengan Kepatuhan
(2016) berpendapat bahwa Kepatuhan Berobat Hipertensi Pada Lansia
minum obat pada pasien hipertensi dapat Dipuskesmas Patinggalloang Kota
di pengaruhi oleh motivasi, dalam hal ini Makasar. Jurnal universitas
motivasi pada responden itu sendiri Hasanudin
bukan melalui sikap seseorang.
Ariastuti P. 2014. Faktor-Faktor Yang
KESIMPULAN DAN SARAN Mempengaruhi Kepatuhan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada pengobatan hipertensi Pada Lansia
hubungan Usia (p-value = 0,001), Sikap Binaan Puskesmas. Jurnal Ilmiah
(p-value = 0,000). Sedangkan variabel Jenis udayana.
kelamin (p-value = 0,463), Pendidikan (p- Brunner & Suddarth. 2005.
value = 0,166), dan lama menderita (p- Keperawatan Medikal Bedah. ED.8
value = 0,061) tidak berhubungan dengan Jakarta: EGC
kepatuhan dalam meminum obat
antihipertensi pada orang dewasa. Dari Budiman, Arif dkk (2013), Faktor
semua faktor yang mempengaruhi Yang Mempengaruhi Kepatuhan
kepatuhan yaitu variabel sikap (p value Berobat Pasien yang Diterapi
0,001 < 0,05). Nilai OR terbesar yang dengan Temoxifen Setelah Operasi
diperoleh yaitu 21,860 artinya sikap baik KankerPayudara, Vol.2, No.1,
yang dimiliki responden mempunyai Tahun 2013
peluang 21,860 kali untuk patuh minum
Hitchcock et al, 1999. Community
obat antihipertensi. Faktor ini sangat
Health Nursing Caring In Action,
mempengaruhi seseorang dalam meminum
2nd Edition, Thomson Learning
obat antihipertensi. Disarankan kepada
masyarakat harus aktif mengikuti Departemen Kesehatan republic
penyuluhan/sosialisasi yang berkaitan Indonesia, 2006. Profil Kesehatan
dengan hipertensi untuk menambah 2005.Jakarta
pengetahuan terutama bagi dewasa
sehingga dapat menimbulkan Departemen Kesehatan RI.2013.
sikap/keinginan masyarakat dalam Pedoman Teknis Penemuan dan
meminum obat antihipertensi yang gunanya Tatalaksana
adalah untuk mencegah terjadinya Depkes. Pedoman teknis penemuan
komplikasi dari hipertensi itu sendiri yang dan tatalaksana Hipertensi.
diderita masyarakat sehingga dapat Jakarta: Direktorat P2PL, 2008
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Bagi petugas kesehatan sebaiknya Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
memberikan motivasi kepada masyarakat Tengah. 2012. Buku Profil
untuk disiplin dalam meminum obat Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
antihipertensi sehingga dapat Semarang
memunculkan sikap dan perilaku untuk Ekarini, Diyah. 2011, Faktor-faktor
terus menjaga kualitas hidupnya agar terus yang Berhubungan dengan Tingkat
sehat. Serta bagi peneliti selanjutnya dapat Kepatuhan Klien Hipertensi dalam
melanjutkan penelitian sejenis dengan Menjalani Pengobatan di

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 26


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

Puskesmas Gondangrejo Mubin, MF, dkk, 2010, Karakteristik


Karanganyar, diakses tanggal 6 Dan Pengetahuan Pasien Dengan
Oktober 2016, Motivasi Melakukan Kontrol
(http://jurnal.stikeskusumahusada.a Tekanan Darah Di Wilayah Kerja
c.id) Puskesmas Sragi I
PekalonganVol.6, No.1 Tahun
Evadewi, Putu Kenny Rani, 2013, 2013 hal 99-110
Kepatuhan Mengonsumsi Obat
Paien Hipertensi di Denpasar Muchid, A. 2006. Pharmaceutical care
ditinjau dari Kepribadian Tipe A untuk penyakit hipertensi.
dan Tipe B, Vol.1, No. 1. Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian
Evadewi, Sukmayanti. 2013. dan Alat Kedokteran Departemen
Kepatuhan Mengonsumsi Obat Kesehatan
Pasien Hipertensi Di Denpasar
Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan.
Dan Tipe B. Jurnal Psikologi Jakarta: EGC
Udayana 2013, Vol. 1, No. 1, 32-42
Notoatmodjo, S. (2008). Pendidikan
Gilang. Korelasi Derajat Hipertensi dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Dengan Stadium Penyakit Ginjal PT Rineka Cipta.
Kronik DI RSUP DR. Kariadi
Semarang Periode 2008-2012. Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan
Skripsi Universitas Diponegoro dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Diunduh tanggal 20 Agustus 2016; PT Rineka Cipta.
2013 Nursalam.2003. Konsep & Penerapan
Green, W, Lawrence.et.al, Helath Metodologi Penelitian Ilmu
Education Planing A Diagnostik Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Approach, The Johns Hapkins Tesis, dan Instrumental Penelitian
University: Mayfield Publishing Keperawatan. Jakarta :Salemba
Company, 2005 Medika

Hairunisa, 2014, Hubungan Tingkat Palmer, Anna dan Williams, Bryan.


Kepatuhan Minum Obat dan Diet 2007. Tekanan Darah
dengan Tekanan Darah Terkontrol Tinggi.Jakarta: Erlangga
pada Penderita Hipertensi Lansia Perhimpunan Dokter Spesialis
di Wilayah Kerja Puskesmas Kardiovaskuler Indonesia .2015.
Perumnas I Kecamatan Pontianak Pedoman Tata Laksana Hipertensi
Barat, diakses pada 4 Oktober 2016 Pada Penyakit Kardiovaskuler,Edisi
(http://jurnal.untan.ac.id) Pertama, Indonesia : PERKI
Kimuyu, Boniface Mulinge, 2014, Polit, D.F., & Beck, C.T. 2012.
Factors Associated with Adherence Nursing research : Generating and
to Antihypertensive Treatment in Assesing Evidence for Nursing
Kiambu District Hospital, Practice. 9th edition. Philadelphia :
Disertasi:University of Nairobi Lippincot
Morisky D, Munter P. New medication Puspita. 2016. Faktor-Faktor Yang
adherence scale versus pharmacy Berhubungan Dengan Kepatuhan
fill rates in senior with hipertention. Penderita Hipertensi Dalam
American Jurnal Of Managed Care. Menjalani Pengobatan. Skripsi
2009; 15(1): 59-66.

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 27


Jurnal JKFT: Universitas Muhammadiyah Tangerang ISSN : 2502-0552
Vol. 2,Juli –Desember,tahun 2017 : 14-28

Universitas Negeri Semarang hypertension. Jour of Hypertension


diunduh tanggal 20 Agustus 2016 2013, 31:1281-1357
Riset Kesehatan Dasar. 2013. WHO, 2012, Raised Blood Pressure,
Pedoman Pewawancara Petugas diakses tanggal 20 Agustus 2016,
Pengumpul Data. Jakarta: Badan (http://www.who.int/gho/ncd/risk_f
Litbangkes Depkes actors/blood_pressure_prevalence_
text/en/index.html)
Saepudin dkk, 2011, Kepatuhan
Penggunaan Obat pada Pasien WHO , 2012, World Health Day 2013,
Hipertensi di Puskesmas, Jurnal Measure your blood pressure,
Farmasi Indonesia: Vol 6, No 4, reduce your risk, diakses tanggal 20
Juli 2013, ISSN: 1412-1107, Hal Agustus 2016,
246-253. (http://www.who.int/mediacentre/n
ews/releases/2013/world_health_da
Sangi dkk. 2016. Faktor -faktor yang y_2 0130403/en/)
berhubungan dengan kepatuhan
minum obat pada pasien hipertensi Wijaya saferi, Putri Mariza, 2013.
di instalansi gawat darurat RS Keperawatan Medikal Bedah. Nuha
Bethesda GMIM Tomohon: Vol 6 , Medika: Yogyakarta.
Juni 2016;Buletin Sariputra
Sari dkk. 2014. Hubungan
Pengetahuan dan Sikap dengan
Kepatuhan Berobat pada Pasien TB
Paru yang Rawat Jalan di Jakarta
Tahun 2014: Vol 26,No
4,Desember 2016,Media
Litbangkes
Sastroasmoro & Ismael. 2011. Dasar-
Dasar Metodelogi Penelitian
Klinis. Edisi 4. Jakarta : Sagung
Seto
Supardi.2013. Metodologi Riset
Keperawatan.Jakarta : CV.Trans
Info Media
Siti Noor Fatmah .2012. .Kepatuhan
pasien yang menderita penyakit
kronis dalam mengkonsumsi obat
harian. Jurnal univeritas
mercubuana Yogyakarta.
The Task Force for the management of
arterial hypertension of the
European Society of Hypertension
(ESH) and of the European Society
of Cardiology (ESC). 2013
ESH/ESC Guidelines for the
management of arterial

Chandra Tri Wahyudi, Diah Ratnawati dan Sang Ayu Made 28

Anda mungkin juga menyukai