Anda di halaman 1dari 22

GAMBARAN FAKTOR RESIKO YANG

MEMENGARUHI KEJADIAN HIPERTENSI DI


POLI LANSIA PUSKESMAS ALAK PERIODE
DESEMBER 2019 S/D JANUARI 2020

Disusun Oleh : dr. Indra Kurniawan


Wahana : Puskesmas Alak
Periode : Februari 2019 – Februari 2020

Dokter pendamping : dr. Maria Imakulata


Husni
Latar belakang
Data WHO tahun 2011 menunjukkan satu milyar orang
di dunia menderita hipertensi, dua pertiga diantaranya
berada di negara berkembang yang berpenghasilan
rendah sampai sedang.
Data WHO tahun 2015 menunjukan 1,3 miliar orang di
dunia menderita hipertensi, terus meningkat tiap tahun
nya, diperkirakan tahun 2025 akan ada 1,5 miliar
penderita hipertensi, dan setiap tahun nya 10,44 juta
orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya,
sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban
biaya kesehatan.
Indonesia saat ini menghadapi pergeseran pola
penyakit, dari penyakit menular menjadi PTM yang
disebabkan gaya hidup tidak sehat yang dipacu oleh
urbanisasi, modernisasi dan globalisasi.
Permasalahan
Hipertensi sering disebut silent killer karena sering
tanpa keluhan, tetapi kemudian sudah terdapat penyakit
penyulit atau komplikasi dari hipertensi itu sendiri. Hasil
Riskesdas 2013 diketahui bahwa hanya sepertiga
penderita hipertensi (36,8%) yang terdiagnosis oleh
tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang minum obat.
Berdasarkan data Global Burden of Disease tahun 2017,
diperoleh bahwa penyakit kardiovaskular merupakan
urutan pertama penyebab kematian di Nusa Tenggara
Timur. Jika hipertensi tidak tertangani dengan baik maka
akan menimbulkan komplikasi seperti stroke, gagal
jantung, infark miokard, hingga koma. Biaya perawatan
dan pengobatan dari komplikasi tersebut akan
membebani kondisi keuangan keluarga.
Uraian masalah

Data WHO tahun 2015 menunjukan 1,3 miliar orang di dunia menderita hipertensi, terus
meningkat tiap tahun nya, diperkirakan tahun 2025 akan ada 1,5 miliar penderita hipertensi,
dan setiap tahun nya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.

Prevalensi Hipertensi di Indonesia yaitu sebesar 34,1% (Riskesdas


2018) meningkat dari 25,8% (Riskesdas 2013).

Prevalensi hipertensi di Nusa Tenggara Timur


sebesar 23,2% (Riskesdas 2018) dan tidak
mengalami perubahan signifikan dari tahun 2013.

Berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah
Puskessebanyak
di kota kupang
maas Hipertensi
27,7% penderita
alak
Sedang didiagnosa oleh
Period berjumlah
tenaga kesehatan
e
4,8%
desem
ber
2019 –
januari
2020
berju
mlah
Laporan pelaksanaan

Metode penelitian
Desain penelitian deskriptif dengan
pendekatan observasional retrospektif
untuk melihat gambaran faktor resiko yang
memengaruhi kejadian hipertensi.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien lansia yang datang ke Poli Lansia
selama bulan desember 2019 – januari
2020.
Pengambilan sampel dengan metode total
sampling semua penderita hipertensi sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria Inklusi
Menderita hipertensi
Semua jenis kelamin
Usia ≥ 45 tahun
Domisili di wilayah kerja Puskesmas Alak
Terdaftar selama Periode Desember
2019 – Januari 2020 di Puskesmas Alak.
Kriteria Eksklusi
Data rekam medik tidak lengkap
Sampel
Besar sampel yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan
total sampling penderita
hipertensi yang datang ke poli
lansia puskesmas alak periode
desember 2019 – januari 2020.
HASIL PENELITIAN
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi di
Poli Lansia Puskesmas Alak Periode Desember 2019 -
Januari 2020

laki-laki
perempuan 48%
52%
Distribusi Frekuensi Umur Pasien
Hipertensi di Poli Lansia Puskesmas Alak
Periode Desember 2019 - Januari 2020
75 - 90
16% 45 - 59
36%

60 - 74
48%
Distribusi Frekuensi Riwayat Keluarga
Pasien Hipertensi di Poli Lansia
Puskesmas Alak Periode Desember 2019
- Januari 2020
Ya Tidak

44%

56%
Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok
Pasien Hipertensi di Poli Lansia
Puskesmas Alak Periode Desember 2019
- Januari 2020

40%
Ya
Tidak
60%
Distribusi Frekuensi Konsumsi Makanan
Asin Pasien Hipertensi di Poli Lansia
Puskesmas Alak Periode Desember 2019
- Januari 2020
Tidak
34%

Ya
66%
Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh
Pasien Hipertensi di Poli Lansia
Puskesmas Alak Periode Desember 2019
- Januari 2020
< 18,5 18,5 - 22,9 23 - 24,9
25 - 29,9 ≥ 30
11% 8%

25%
22%

34%
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar penderita
hipertensi di Poli Lansia Puskesmas Alak Periode Desember
2019 – Januari berjenis kelamin perempuan (52%) diikuti jenis
kelamin laki-laki (48%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Kaplan (2002)
dan Depkes RI (2006) menyatakan bahwa prevalensi
hipertensi lebih tinggi pada wanita. Menurut kusumawaty
dalam penelitian nya mengenai Factors Related Events Sex
With Hypertension In Elderly menyatakan bahwa wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormone
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
aterosklerosis. Namun efek hormone tersebut akan berkurang
atau menurun kadarnya ketika perempuan memasuki usia tua
(menopause) sehingga perempuan lebih rentan terhadap
hipertensi.
Sedangkan untuk data penderita hipertensi
terbanyak pada kelompok usia 60 – 74 tahun
yaitu sebanyak 48%, diikuti dengan kelompok
usia 45 – 59 tahun sebanyak 36%, dan
kelompok usia 75 – 90 tahun sebanyak 16%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori
yang menyatakan bahwa tingginya kejadian
hipertensi sejalan dengan bertambahnya usia
yang disebabkan oleh perubahan stuktur
pembuluh darah yang semakin sempit dan kaku
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah
sistolik. Mungkin karena jumlah responden yang
sedikit dan waktu penelitian yang singkat.
Pasien dengan riwayat keluarga yang
menderita hipertensi sejumlah 56%
sementara 44% sisanya tidak memiliki
riwayat keluarga yang menderita
hipertensi. Hal ini sejalan dengan
penelitian Hasurungan (2002) yang
menyatakan bahwa seseorang yang
mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi memiliki resiko 2 kali lebih
tinggi dibandingkan seseorang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi
Data pasien hipertensi yang mempunyai
kebiasaan merokok sebanyak 40 % dan yang
tidak memiliki kebiasaan merokok sebanyak
60%. Menurut teori Black & Hawks (2005),
dinyatakan bahwa kandungan nikotin dalam
rokok dapat meningkatkan denyut jantung dan
menyebabkan vasokontriksi perifer yang
kemudian akan meningkatkan tekanan darah.
Pada penelitian ini, jumlah penderita pasien
hipertensi yang tidak merokok lebih banyak
disebabkan oleh penderita yang dominan jenis
kelamin perempuan yang tidak memiliki
kebiasaan merokok.
Pasien hipertensi yang memiliki kebiasaan
konsumsi makanan asin sebanyak 66% dan yang
tidak memiliki kebiasaan konsumsi makanan asin
sebanyak 34%. Hal ini sejalan dengan pernyataan
yang menyatakan bahwa konsumsi sodium akan
mengaktifkan mekanisme vasopresor dalam
sistem saraf pusat dan menstimulasi terjadinya
retensi air yang berakibat pada peningkatan
tekanan darah. Hasil penelitian lain juga
menyatakan konsumsi makanan asin
meningkatkan resiko 3,95 kali bagi seseorang
untuk terkena hipertensi dibandingkan orang
yang tidak mengonsumsi makanan asin.
Data pasien hipertensi yang beresiko obesitas
sebanyak 34%, obesitas I dan II sebanyak 33%
dan sisa nya 33% tidak menderita. Hal ini tidak
sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
obesitas meningkatkan resiko seseorang terkena
penyakit hipertensi dibandingkan dengan yang
tidak menderita obesitas. Ini dapat disebabkan
oleh prevalensi hipertensi yang tinggi pada usia
tua dimana pola dan nafsu makan mulai
berkurang sehingga IMT cenderung normal atau
kurang. Selain itu, angka kejadian hipertensi pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Alak
dapat disebabkan oleh faktor – faktor resiko yang
lain
KESIMPULAN
Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia saat
ini. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan kesehatan primer. Berdasarkan hasil penelitian
gambaran faktor resiko yang memengaruhi kejadian hipertensi
di poli lansia puskesmas alak periode desember 2019 sampai
januari, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penderita hipertensi dominan berjenis kelamin perempuan
(52%) dibandingkan jenis kelamin laki-laki (48%)
2. Penderita hipertensi terbanyak pada kelompok usia 60 – 74
tahun (48%) diikuti kelompok usia 45 – 49 tahun (36%),
kemudian kelompok usia 75 – 90 tahun (16%)
3. Penderita hipertensi yang memiliki riwayat keluarga yang
menderita hipertensi sebanyak 56% dan yang tidak memiliki
riwayat keluarga yang menderita hipertensi sebanyak 44%
4. Penderita hipertensi yang memiliki kebiasaan merokok lebih
sedikit yaitu (40%) dibandingkan dengan yang tidak
memiliki kebiasaan merokok (60%)
5. Penderita hipertensi yang memiliki kebiasaan konsumsi
makanan asin lebih banyak (66%) dibandingkan yang tidak
memiliki kebiasaan konsumsi makanan asin (34%)
SARAN
1. Melakukan penyuluhan terhadap penyakit hipertensi secara
berkala
2. Melakukan skrining penyakit hipertensi tidak hanya di
Puskesmas tetapi juga di Posyandu Lansia.
3. Monitoring kepatuhan berobat pada penderita hipertensi
dengan cara pemberian kartu evaluasi tekanan darah
4. Memberikan pedoman pola makan dan melakukan demonstrasi
pola makan yang baik bagi penderita hipertensi sesuai dengan
prinsip DASH Diet (Dietary Approach to Stop Hypertension)
5. Mengaktifkan program kaderisasi agar dapat membantu dalam
proses edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar
6. Memotivasi stakeholders antara lain kepala desa, ketua RW
dan RT serta tokoh masyarakat di lingkup wilayah Puskesmas
Alak agar supaya penderita hipertensi rutin kontrol tekanan
darah dan meminum obat secara teratur.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai