Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN
klien mempunyai riwayat penyakit hypertensi sejak 5 taun yang lalu. Dan klien
mengkonsumsi roko. Klien mengeluh sakit kepala dengan tensi 220/110.

II. Menurut penelitian Taukhit yang berjudul : TINJAUAN JURNAL


HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN
PERILAKU PENCEGAHAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA
HIPERTENSI di Puskesmas Salam Tahun 2007, dengan hasil penelitian :
sikap responden antara yang mendukung dan tidak mendukung pencegahan
komplikasi hipertensi hampir sama. Bahkan sikap responden yang tidak mendukung
lebih tinggi, yaitu sebesar 50,6%. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh keyakinan,
kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak responden dalam
penatalaksanaan hipertensi. Pengontrolan tekanan darah berkaitan dengan
pengubahan gaya hidup yang sehat, sehingga sebagian responden merasa berat untuk
mengubah gaya hidup yang tidak sehat selama ini. Menurut Allport ketiga komponen
keyakinan, kehidupan emosional dan kecenderungan untuk bertindak responden
secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh . Perbedaan sikap tentang
kesehatan akan mempengaruhi perilaku seseorang untuk bertindak dalam menjaga
kesehatan. Sikap merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan perilaku
(Mubarak, 2006). Sikap seseorang terhadap penyakit berhubungan signifikan dengan
perilaku seseorang dalam pencarian pengobatan. Sikap mempengaruhi perilaku
seseorang untuk melakukan kontrol ke Puskesmas (Susilawaty, 2005)

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease
Control and Prevention (CDC), diperkirakan jumlah penderita hipertensi di seluruh
dunia berjumlah 600 juta orang, dengan 3 juta kematian setiap tahun (Setiawan,
2006). Pravelensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan sekitar 1520%, sedangkan
hipertensi di Asia diperkirakan sudah mencapai 8-18%. Di Indonesia, pravelensi
penyakit hipertensi terjadi peningkatan yaitu dari 96 per 1000 penduduk pada tahun
1995, menjadi 110 per 1000 penduduk pada tahun
Menurut penelitian 2001 (Suryati, 2005) . Hipertensi yang tidak terkendali beresiko
besar untuk mengalami penyakit kardiovaskular (PKV) yang merupakan penyebab
utama kematian di seluruh dunia (Kodim, 2005). Dari hasil survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) tahun 1995 dilaporkan bahwa angka kematian akibat penyakit
kardiovaskular di Indonesia meningkat menjadi 25,5% dibandingkan dengan SKRT

1992 yaitu sebesar 16,4%. 4 Oleh karena itu hipertensi merupakan salah satu faktor
utama risiko kematian karena gangguan kardiovaskular yang mengakibatkan 20-
50% dari seluruh kematian (WHO, 2001).

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penting yang mempengaruhi


morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Kerusakan organ target seperti jantung,
otak, ginjal, dan pembuluh darah dapat terjadi akibat tingginya tekanan darah
(Prodjosudjadi, 2000). Tingginya tekanan darah yang lama akan merusak pembuluh
darah di seluruh tubuh, terutama pada mata, jantung, ginjal, dan otak. Oleh karena itu
akibat yang ditimbulkan dari hipertensi yang tidak terkontrol adalah gangguan
penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, dan stroke (Brunnert & Suddart, 2002).

Menurut penelitian Dyah Ekowatiningsih yang berjudul :HUBUNGAN TINGKAT


PENGETAHUAN DAN GAYA HIDUP DENGAN UPAYA
PENCEGAHAN STROKE PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RUANG
RAWAT JALAN RSU. HAJI MAKASSAR pada tahun 2009, dengan hasil
penelitian :
Di negara berkembang seperti Indonesia, tingkat pengetahuan/pendidikan dan gaya
hidup, memiliki peranan yang berpengaruh dalam menentukan derajat kesehatan
masyarakat. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan pendidikan yang rendah
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku yang dapat mendorong timbulnya penyakit
dan masalah kesehatan yang lainnya. Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat
dengan tajam. Bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita
stroke terbesar di Asia. Meski banyak menimpa usia tua, stroke di usia muda harus
diwaspadai. Gaya hidup tidak sehat membuat mereka yang berusia muda, yaitu antara
18 – 45 tahun semakin berisiko terkena stroke. Selain makan makanan tinggi
kolesterol dan kurang berolahraga, faktor risiko penyakit jantung dan stroke lainnya
adalah kebiasaan merokok, stress,diabetes melitus, obesitas, serta hipertensi. Merokok
atau minum alkohol akan meningkatkan risiko stroke sampai 200%. Menurut survey
yang dilakukan oleh Yayasan Jantung Indonesia, masyarakat kita sebetulnya sudah
tahu semua faktor risiko ini, tapi tidak ada usaha untuk mencegah atau
menghindarinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan dan gaya hidup dengan upaya pencegahan stroke pada penderita
hipertensi di ruang rawat jalan Rumah Sakit Umum Haji Makassar. Desain penelitian
yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi korelasi, adapun
jumlah sampel sebanyak 30 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
wawancara menggunakan kuisioner pada penderita hipertensi di ruang rawat jalan
Rumah Sakit Umum Haji Makassar. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan stroke pada penderita
hipertensi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah gaya hidup memiliki peranan yang
lebih berpengaruh dibandingkan dengan tingkat pengetahuan terhadap upaya
pencegahan stroke pada penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai