Anda di halaman 1dari 49

REFLEKSI KASUS Desember 2022

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Disusun Oleh:

NAMA : Niswatul Magfirah


NIM : N 111 21 087

PEMBIMBING KLINIK
dr. Zakiani Sakka, Sp. KK., M. Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Niswatul Magfirah

No. Stambuk : N 111 21 087

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter

Judul : Dermatitis Kontak Alergi

Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


RSUD UNDATA Palu
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako

Palu, Desember 2022

Pembimbing Dokter Muda

dr. Zakiani Sakka, Sp. KK., M. Kes Niswatul Magfirah


STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

1) Nama Pasien : Ny. Nikmah

2) Umur : 72

3) Jenis Kelamin : Perempuan

4) Alamat : Jl. Angkasa, Palu

5) Agama : Islam

6) Pekerjaan :-

7) Tanggal Pemeriksaan : 22 Desember 2022

II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama : Gatal pada kedua lengan.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien perempuan berumur 72 tahun, datang ke
poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RS Shindu Trismo dengan
keluhan gatal pada kedua lengan. Gatal pertama kali dirasakan
sekitar 3 bulan yang lalu. Berdasarkan auto anamnesis dengan
pasien, > 24 jam setelah pasien terkenan sabun cuci pakaian dan juga
setelah melakukan kontak dengan ikan yaitu membersihkannya,
pasien langsung mempunyai ruam kemerahan pada kedua lengan
pasien. Keluhan ini mengganggu aktivitas pasien dikarenakan pasien
menjadi sering menggaruk kedua tangannya yang terasa gatal.

3
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah pernah mengalami hal
ini sebelumnya ketika terkena sabun ataupun menyentuh ikan,
sehingga pasien saat ini menghindari untuk kontak dengan ikan
namun terkadang pasien masih menyentuh ikan, pasien juga tetap
mencuci pakaiannya dan terkena sabun.
4) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa adik pasien mengeluhkan hal serupa.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1. Keadaan umum : Sakit ringan
2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36.8oC
Status Dermatologis
1. Kepala : tidak terdapat ujud kelainan kulit
2. Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Wajah : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Ketiak : tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Dada : tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Punggung : tidak terdapat ujud kelainan kulit
7. Perut : tidak terdapat ujud kelainan kulit
8. Inguinal : tidak terdapat ujud kelainan kulit
9. Ekstremitas Atas : Terdapat makula eritematous
irreguler dan difus disertai skuama pada regio carpal
Dextra et sinistran, Tampak makula eritematous irreguler
dan sirkumskrip disertai skuama pada antebrachii dextra
10. Ekstremitas bawah : tidak terdapat ujud kelainan kulit

4
11. Genitalia : tidak terdapat ujud kelainan kulit
12. Bokong : tidak terdapat ujud kelainan kulit

IV. GAMBAR

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

Gambar 1&2 Tampak makula eritematous irreguler dan difus disertai


skuama pada regio carpal Dextra et sinistra

Gambar 3 Tampak makula eritematous irreguler dan sirkumskrip disertai


skuama pada antebrachii dextra

V. RESUME
5
Seorang pasien peempuan berumur 72 tahun, datang ke poliklinik
kesehatan kulit dan kelamin RS Shindu Trisno dengan keluhan gatal
pada kedua tangan. Gatal pertama kali dirasakan sekitar 3 bulan yang
lalu. Berdasarkan auto anamnesis dengan pasien, > 24 jam setelah
pasien terkenan sabun cuci pakaian dan juga setelah melakukan
kontak dengan ikan yaitu membersihkannya, pasien langsung
mempunyai ruam kemerahan pada kedua lengannya. Keluhan ini
mengganggu aktivitas pasien dikarenakan pasien menjadi sering
menggaruk kedua tengannya yang terasa gatal. Pasien mengatakan
bahwa dirinya sudah pernah mengalami hal ini sebelumnya ketika
terkena sabun ataupun menyentuh ikan, sehingga pasien saat ini
menghindari untuk kontak dengan ikan namun terkadang pasien
masih menyentuh ikan, pasien juga tetap mencuci pakaiannya dan
terkena sabun.

Pada pemeriksaan status generalis didapatkan keadaan umum


sakit ringan, status gizi baik, dan kesadaran compos mentis. Untuk
tanda- tanda vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 78
kali/menit, respirasi 20 kali/menit, dan suhu 36.8oC. Pada
pemeriksaan status dermatologi didapatkan ujud kelainan kulit
berupa makula eritematous irreguler dan difus disertai skuama pada
regio carpal Dextra et sinistra dan tampak makula eritematous
irreguler dan sirkumskrip disertai skuama pada antebrachii dextra

6
VI. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Alergi

VII. DIAGNOSIS BANDING Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Numularis


Psoriasis

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Uji tempel atau patch test

IX. ANJURAN PEMERIKSAAN


Tidak ditemukan anjuran pemeriksaan

X. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
 Hindari kontak dengan alergen penyebab
 Personal hygiene termasuk kebersihan kulit, untuk selalu memelihara
kebersihan kulit.
2. Medikamentosa Pengobatan Topikal :
- Kortikosteroid: Dexosimetasone 0.25% 15gr 2x1 pada
daerah lesi selama 7 hari.
Pengobatan Sistemik :
- Antihistamin: Cetirizine 10 mg diberikan 1x1 selama 7 hari.

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

Quo ad cosmetikam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

7
XII. PEMBAHASAN

Penyakit kulit adalah penyakit pada bagian tubuh paling luar dengan gejala
berupa gatal-gatal dan kemerahan yang dapat disebabkan oleh bahan kimia, sinar
matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, jamur, dan faktor
personal hygiene. Masalah kulit yang biasanya terjadi diantaranya dermatitis
kontak atau inflamasi kulit, kulit kering, kulit dengan tekstur kasar, bersisik pada
area tangan, kaki dan wajah, adanya jerawat, ruam kulit, dan hilangnya lapisan
epidermis. 1

Pada kasus ini, Untuk mendiagnosis diagnosis kontak alergi didasari


dengan hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti. Pada
anamnesis, diketahui seorang pasien perempuan berumur 72 tahun, datang ke
poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RS Shindu Trisno dengan keluhan gatal
pada kedua lengan yang pertama kali dirasakan sekitar 3 bulan yang lalu.
Berdasarkan auto anamnesis dengan pasien, > 24 jam setelah pasien terkena sabun
cuci pakaian dan juga setelah melakukan kontak dengan ikan yaitu
membersihkannya, pasien langsung mempunyai ruam kemerahan pada kedua
lengannya) sehingga menimbulkan reaksi kulit berupa dermatitis. Lesi terlihat
membaik ketika pasien sudah tidak terpajan alergen sehingga pasien dapat
didiagnosis dengan Dermatitis Kontak Alergi. Pemeriksaan fisik sangat penting,
karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan kulit sering kali dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya. Pemeriksaan hendaknya dilakukan di tempat yang
cukup terang, pada seluruh permukaan kulit untuk melihat kemungkinan kelainan
kulit lain karena berbagai sebab endogen. 2
Dermatitis kontak alergi (DKA) adalah suatu proses peradangan
kulit yang disebabkanoleh alergen tertentu. DKAtermasuk dalam
Hipersensitivitas tipe IV sebelumnya peka terhadap alergen. 3
Epidemiologi DKA sering terjadi. Penyakit ini terhitung sebesar 7% dari
penyakit yang terkait dengan pekerjaan di Amerika Serikat. Berdasarkan beberapa
studi yang dilakukan, insiden dan tingkat prevalensi DKA dipengaruhi oleh

8
alergen-alergen tertentu. Dalam data terakhir, lebih banyak perempuan (18,8%)
ditemukan memiliki DKA dibandingkan laki-laki (11,5%). Namun, harus
dipahami bahwa angka ini mengacu pada prevalensi DKA dalam populasi (yaitu,
jumlah individu yang potensial menderita DKA bila terkena alergen), dan ini
bukan merupakan angka insiden (yaitu, jumlah individu yang menderita DKA
setelah jangka waktu tertentu). Tidak ada data yang cukup tentang epidemiologi
dermatitis kontak alergi di Indonesia, namun berdasarkan penelitian pada penata
rias di Denpasar, sekitar 27,6 persen memiliki efek samping kosmetik, dimana 25,
4 persen dari angka itu menderita DKA. 4
Dermatitis kontak umumnya disebabkan oleh zat-zat luar yang
menyebabkan inflamasi seperti bahan kimia yang terkandung pada alat-alat yang
digunakan sehari-hari seperti aksesoris, kosmetik, obat-obatan topikal, logam, dan
pakaian, maupun bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti
semen, sabun cuci, pestisida, cat, dan bahan-bahan lainnya. Terdapat dua
klasifikasi dari dermatitis kontak, yakni dermatitis kontak iritan dan dermatitis
kontak alergi 5.
Etiologi dari dermatitis dapat dipilah menjadi tiga, yakni eksogen (dari
luar tubuh), seperti : zat-zat kimia, suhu, mikroorganisme, dan endogen (dari
dalam tubuh), seperti pada dermatitis atopik, sedangkan sisanya idiopatik.
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit.1 Dermatitis kontak dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni dermatitis kontak alergi (DKA), dan dermatitis kontak iritan (DKI).6
Pada pasien ini gatal merupakan keluhan utama dan setelah dilakukan
pemeriksaan dermatologi didapatkan ujud kelainan kulit berupa berupa makula
eritematous irreguler dan difus disertai skuama pada regio carpal dextra et sinistra
dan tampak makula eritematous irreguler dan sirkumskrip disertai skuama pada
antebrachii dextra. Penderita Dermatitis Kontak Alergi umumnya mengeluhkan
gatal pada daerah lesinya. Manifestasi klinis dari dermatitis kontak alergi
bergantung pada perjalanan penyakitnya. Pada fase akut, biasanya akan muncul
bercak eritematosa yang berbatas agak jelas, diikuti edema dan papulovesikel.
Vesikel dapat pecah dan menimbulkan erosi dan eksudasi.7

9
Manifestasi klinis yang paling sering nampak dari dermatitis
kontak akibat kosmetik dapat berupa eritema (68%) diikuti dengan
terdapatnya skuama (19,3%) dan papul (14,2%). Kadang dapat juga ditemukan
plak, makula, vesikel, dan pustula. Lesi sekunder juga dapat ditemukan
hiperpigmentasi, krusta, hipopigmentasi,dan ekskoriasi. 8
Pada pasien ini diberikan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid topikal
adalah obat yang paling sering digunakan untuk pada pasien dengan penyakit kulit
inflamasi. Pasien ini tidak diberikan kortikosteroid oral dengan pertimbangan lesi
hanya tersebar pada kedua lengan dan tidak meluas ke seluruh badan.
Desoximetasone cream memiliki efek cepat pada lesi psoriatik dibandingkan
betametason dipropionat 0,05%. Desoximetasone bekerja dengan cara menekan
aktivitas sistem kekebalan tubuh yang berlebihan atau yang menyebabkan
inflamasi. Antihistamin generasi kedua seperti loratadine dan ceterizine juga
banyak digunakan karena sifatnya yang tidak mempengaruhi sistem saraf pusat
dan mempunyai efek anti inflamasi. Loratadin mengatur pelepasan sitokin
khususnya IL-6 dan IL-8 sedangkan cetirizine memiliki efek menghambat
kemotaksis eosinofil, pelepasan, dan ekspresi molekul adesi endotelial sehingga
produksi histamin yang tinbul selama reaksi alergi dapat ditekan(3). Pada lesi yang
basah, beri kompres terbuka (2-3 lapis kain kasa) dengan larutan NaCl 0,9%
sampai lesi mengering(9).

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan


penunjang untuk dermatitis kontak alergi adalah uji tempel. Uji tempel
merupakan salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi, biasanya pada
dermatitis kontak alergik. Prinsipnya membuat miniatur dermatitis pada kulit
pasien. Tes dilakukan bila keadaan penyakit sudah tenang, pasien bebas obat
antihistamin dan kortikosteroid oral dan topikal sekurang-kurangnya 2 minggu
sebelum uji kulit. Uji kulit menggunakan perangkat yang berisi berbagai alergen
dan memakai fin chamber (tempat untuk melekatkan reagens dan
menempelkannya ke kulit). Bahan uji kulit ditempelkan di punggung, ditutup
dengan plester, kemudian dibuka dan dibaca pada jam ke 24, 48, 72 dan 96(10).

10
DAFTAR PUSTAKA

1. SriSantyorini,et al. Analisis Kejadian Penyakit Kulit pada Pemulung di Tempat


Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar
Gebang Kota Bekasi. jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 15, No. 2, Juli 2019
Website: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK
2. Batasina,T.,et al. Profil dermatitis kontak alergi di poliklinik rsup prof. Dr. R.D.
Kandou Manado periode Januari – Desember 2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume
5, Nomor 1, Januari-Juni 2017
3. Taslim, W., Nurhidayat., Munir, M. A. 2020. Dermatitis Kontak Alergi. Vol 2 (2).
Jurnal Medical Profession (MedPro). https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.p
hp/medpro/article/view/352/206
4. Tersinanda, T.Y, Rusiyati L.M.M. Dermatitis Kontak Alergi. Hal.1-13; 2012
5. Jimah,C.T.,et al. Karakteristik Dan Manajemen Dermatitis Kontak Di Pelayanan
Kesehatan Primer Samarinda. J. Ked. Mulawarman Vol. 7 (2) September 2020.
6. Prabowo,P.Y. Karakteristik Dan Manajemen Dermatitis Kontak Alergi Pasien
Rawat Jalan Di Rumah Sakit Indera Denpasar Periode Januari – Juli 2014. E-
Jurnal Medika,Vol 6 No 8,Agustus 2017.
7. Tombeng, M., Darmada, I. G. K., Darmaputra, I. G. N. 2020. Dermatitis Kontak
Akibat Kerja pada Petani. Universitas Udayana. Rumah Sakit Sanglah Denpasar.
8. Rubianti, M. A., Rosita, C. 2019. Profil Pasien Dermatitis Kontak Alergi Akibat
Kosmetik. Vol 31 (1). Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=980782&val=740
5&title=Profil%20Pasien%20Dermatitis%20Kontak%20Alergi%20Akibat%2
0Kosmetik
9. Natallya, F. R., Hutomo, M. 2020. Dermatitis Kontak Alergi Terhadap Tato
Hena dengan Infeksi Sekunder. Laporan Kasus. Vol 28 (1).
BIKK.http://repository.ubaya.ac.id/37095/1/%5BmyUbaya%5D-2348-5796-1- PB.pdf

11
10. Sularsito, S. A., Soebaryo, R. W. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed
7. Jakarta: FK UI.

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
.

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

Anda mungkin juga menyukai