Disusun Oleh:
PEMBIMBING KLINIK
dr. Zakiani Sakka, Sp. KK., M. Kes
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
I. IDENTITAS PASIEN
2) Umur : 72
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan :-
II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama : Gatal pada kedua lengan.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien perempuan berumur 72 tahun, datang ke
poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RS Shindu Trismo dengan
keluhan gatal pada kedua lengan. Gatal pertama kali dirasakan
sekitar 3 bulan yang lalu. Berdasarkan auto anamnesis dengan
pasien, > 24 jam setelah pasien terkenan sabun cuci pakaian dan juga
setelah melakukan kontak dengan ikan yaitu membersihkannya,
pasien langsung mempunyai ruam kemerahan pada kedua lengan
pasien. Keluhan ini mengganggu aktivitas pasien dikarenakan pasien
menjadi sering menggaruk kedua tangannya yang terasa gatal.
3
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah pernah mengalami hal
ini sebelumnya ketika terkena sabun ataupun menyentuh ikan,
sehingga pasien saat ini menghindari untuk kontak dengan ikan
namun terkadang pasien masih menyentuh ikan, pasien juga tetap
mencuci pakaiannya dan terkena sabun.
4) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa adik pasien mengeluhkan hal serupa.
4
11. Genitalia : tidak terdapat ujud kelainan kulit
12. Bokong : tidak terdapat ujud kelainan kulit
IV. GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
V. RESUME
5
Seorang pasien peempuan berumur 72 tahun, datang ke poliklinik
kesehatan kulit dan kelamin RS Shindu Trisno dengan keluhan gatal
pada kedua tangan. Gatal pertama kali dirasakan sekitar 3 bulan yang
lalu. Berdasarkan auto anamnesis dengan pasien, > 24 jam setelah
pasien terkenan sabun cuci pakaian dan juga setelah melakukan
kontak dengan ikan yaitu membersihkannya, pasien langsung
mempunyai ruam kemerahan pada kedua lengannya. Keluhan ini
mengganggu aktivitas pasien dikarenakan pasien menjadi sering
menggaruk kedua tengannya yang terasa gatal. Pasien mengatakan
bahwa dirinya sudah pernah mengalami hal ini sebelumnya ketika
terkena sabun ataupun menyentuh ikan, sehingga pasien saat ini
menghindari untuk kontak dengan ikan namun terkadang pasien
masih menyentuh ikan, pasien juga tetap mencuci pakaiannya dan
terkena sabun.
6
VI. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Kontak Alergi
X. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
Hindari kontak dengan alergen penyebab
Personal hygiene termasuk kebersihan kulit, untuk selalu memelihara
kebersihan kulit.
2. Medikamentosa Pengobatan Topikal :
- Kortikosteroid: Dexosimetasone 0.25% 15gr 2x1 pada
daerah lesi selama 7 hari.
Pengobatan Sistemik :
- Antihistamin: Cetirizine 10 mg diberikan 1x1 selama 7 hari.
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
7
XII. PEMBAHASAN
Penyakit kulit adalah penyakit pada bagian tubuh paling luar dengan gejala
berupa gatal-gatal dan kemerahan yang dapat disebabkan oleh bahan kimia, sinar
matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, jamur, dan faktor
personal hygiene. Masalah kulit yang biasanya terjadi diantaranya dermatitis
kontak atau inflamasi kulit, kulit kering, kulit dengan tekstur kasar, bersisik pada
area tangan, kaki dan wajah, adanya jerawat, ruam kulit, dan hilangnya lapisan
epidermis. 1
8
alergen-alergen tertentu. Dalam data terakhir, lebih banyak perempuan (18,8%)
ditemukan memiliki DKA dibandingkan laki-laki (11,5%). Namun, harus
dipahami bahwa angka ini mengacu pada prevalensi DKA dalam populasi (yaitu,
jumlah individu yang potensial menderita DKA bila terkena alergen), dan ini
bukan merupakan angka insiden (yaitu, jumlah individu yang menderita DKA
setelah jangka waktu tertentu). Tidak ada data yang cukup tentang epidemiologi
dermatitis kontak alergi di Indonesia, namun berdasarkan penelitian pada penata
rias di Denpasar, sekitar 27,6 persen memiliki efek samping kosmetik, dimana 25,
4 persen dari angka itu menderita DKA. 4
Dermatitis kontak umumnya disebabkan oleh zat-zat luar yang
menyebabkan inflamasi seperti bahan kimia yang terkandung pada alat-alat yang
digunakan sehari-hari seperti aksesoris, kosmetik, obat-obatan topikal, logam, dan
pakaian, maupun bahan-bahan yang berhubungan dengan pekerjaan seperti
semen, sabun cuci, pestisida, cat, dan bahan-bahan lainnya. Terdapat dua
klasifikasi dari dermatitis kontak, yakni dermatitis kontak iritan dan dermatitis
kontak alergi 5.
Etiologi dari dermatitis dapat dipilah menjadi tiga, yakni eksogen (dari
luar tubuh), seperti : zat-zat kimia, suhu, mikroorganisme, dan endogen (dari
dalam tubuh), seperti pada dermatitis atopik, sedangkan sisanya idiopatik.
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit.1 Dermatitis kontak dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni dermatitis kontak alergi (DKA), dan dermatitis kontak iritan (DKI).6
Pada pasien ini gatal merupakan keluhan utama dan setelah dilakukan
pemeriksaan dermatologi didapatkan ujud kelainan kulit berupa berupa makula
eritematous irreguler dan difus disertai skuama pada regio carpal dextra et sinistra
dan tampak makula eritematous irreguler dan sirkumskrip disertai skuama pada
antebrachii dextra. Penderita Dermatitis Kontak Alergi umumnya mengeluhkan
gatal pada daerah lesinya. Manifestasi klinis dari dermatitis kontak alergi
bergantung pada perjalanan penyakitnya. Pada fase akut, biasanya akan muncul
bercak eritematosa yang berbatas agak jelas, diikuti edema dan papulovesikel.
Vesikel dapat pecah dan menimbulkan erosi dan eksudasi.7
9
Manifestasi klinis yang paling sering nampak dari dermatitis
kontak akibat kosmetik dapat berupa eritema (68%) diikuti dengan
terdapatnya skuama (19,3%) dan papul (14,2%). Kadang dapat juga ditemukan
plak, makula, vesikel, dan pustula. Lesi sekunder juga dapat ditemukan
hiperpigmentasi, krusta, hipopigmentasi,dan ekskoriasi. 8
Pada pasien ini diberikan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid topikal
adalah obat yang paling sering digunakan untuk pada pasien dengan penyakit kulit
inflamasi. Pasien ini tidak diberikan kortikosteroid oral dengan pertimbangan lesi
hanya tersebar pada kedua lengan dan tidak meluas ke seluruh badan.
Desoximetasone cream memiliki efek cepat pada lesi psoriatik dibandingkan
betametason dipropionat 0,05%. Desoximetasone bekerja dengan cara menekan
aktivitas sistem kekebalan tubuh yang berlebihan atau yang menyebabkan
inflamasi. Antihistamin generasi kedua seperti loratadine dan ceterizine juga
banyak digunakan karena sifatnya yang tidak mempengaruhi sistem saraf pusat
dan mempunyai efek anti inflamasi. Loratadin mengatur pelepasan sitokin
khususnya IL-6 dan IL-8 sedangkan cetirizine memiliki efek menghambat
kemotaksis eosinofil, pelepasan, dan ekspresi molekul adesi endotelial sehingga
produksi histamin yang tinbul selama reaksi alergi dapat ditekan(3). Pada lesi yang
basah, beri kompres terbuka (2-3 lapis kain kasa) dengan larutan NaCl 0,9%
sampai lesi mengering(9).
10
DAFTAR PUSTAKA
11
10. Sularsito, S. A., Soebaryo, R. W. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed
7. Jakarta: FK UI.
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
.
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49