Anda di halaman 1dari 32

Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin REFERAT &

Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia
LAPORAN KASUS
November 2021

PITYRIASIS
ROSEA
Oleh:

Tebi 11120202103

PEMBIMBING :

Dr.dr.Sri Vitayani,Sp.KK(K),FINSDV,FAADV
01

01 02

03

PENDAHULUA 04

N 05

06
Pityriasis rosea (PR) adalah penyakit eksantematosa akut yang sembuh sendiri yang terkait

dengan reaktivasi sistemik endogen human herpesvirus (HHV)-6 dan/atau HHV-7. Penyakit ini

biasanya dimulai dengan satu plak eritematosa diikuti oleh erupsi sekunder dengan lesi pada garis

belahan batang (konfigurasi 'pohon Natal'). Durasi dapat bervariasi dari 2 minggu hingga beberapa

bulan.

Tidak ada pengobatan yang tersedia untuk mempercepat pemulihan, tetapi gejalanya dapat

dikelola. Umumnya, pityriasis rosea adalah peristiwa satu kali setelah hilang, ruam tidak muncul

Kembali.
01

02 02

03

LAPORAN 04

KASUS 05

06
Identitas Pasien
Nama : Ny. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 36 Tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Balaraja
Anamnesis

Keluhan Utama : Muncul bercak kemerahan disertai gatal dibagian dada dan punggung sejak 2
minggu SMRS.
Deskripsi : Pasien datang dengan keluhan timbul bercak berwarna kemerahan dibagian dada pasien
sejak 2 minggu SMRS. Bercak kemerahan berbentuk oval disertai sisik dan tersebar hingga perut.
Bercak kemerahan dirasa gatal dan pasien mengaku sering menggaruk kulit dengan dan tanpa
disengaja. Pasien mengaku tidak mengingat adanya bercak kemerahan yang pertama kali muncul,
namun pasien mengaku bercak pertama kali muncul berada pada bagian dada dan sekitar payudara.
Anamnesis
Bercak kemerahan menjalar pada bagian punggung dengan jumlah yang lebih banyak sejak 5 hari
SMRS. Gatal dirasakan sepanjang hari dan terasa memburuk selama 2 minggu terakhir. Pasien sudah
menggunakan bedak salicyl namun gatal menetap. Pasien menyangkal gatal muncul dipengaruhi oleh
aktivitas sehari hari, keringat, paparan panas matahari, dan debu.
Pasien mengeluh badan terasa menggigil dan batuk berdahak sejak 7 hari SMRS. Pasien menyangkal
nyeri pada bagian sendi dan otot, Pasien tidak mengeluh rambut rontok dan kulit terasa terbakar. Pasien
tidak mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang dan penggunaan produk kulit yang baru selama 2
minggu terakhir.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Pasien memiliki riwayat timbul bercak kekuningan pada daerah wajah yang berminyak pada oktober
2019. Pasien menyangkal riwayat penyakit diabetes, darah tinggi, gangguan hepar dan ginjal, asma,
batuk kronis, alergi obat dan makanan serta kulit sensitif.
Riwayat Penyakit Keluarga : Didalam keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan
pasien. Suami pasien tidak mengalami keluhan serupa dengan pasien. Riwayat alergi disangkal. Adik
pasien memiliki riwayat penyakit kulit yang sedang dalam pengobatan dengan keluhan gatal sekitar
paha, dan tidak tinggal dalam satu rumah dengan pasien. Ibu pasien memiliki riwayat diabetes
terkontrol dengan obat.
Anamnesis

Riwayat Penggunaan Obat : Pasien memiliki riwayat penggunaan obat kortikosteroid topikal
selama pengobatan bercak kekuningan pada daerah 4 wajah selama 2 minggu. Untuk keluhan saat ini
pasien sudah menggunakan bedak Salycil dan keluhan menetap.
Riwayat Sosial: Pasien tidak melakukan perjalanan jauh selama 3 bulan terakhir. Pasien tidak
memiliki binatang peliharaan atau kontak dengan binatang liar. Pasien tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol. Pasien sudah menikah sebagai ibu rumah tangga dan belum memiliki anak.
Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum
• Kesadaran: Composmentis
• Tekanan Darah: 120/70 mmHg
• Laju Pernapasan: 16x/menit
• Nadi: 76 x/menit
• GCS: 15
• Suhu: 36,1
• Pada mulut didapatkan faring hiperemis
Pemeriksaan Fisik

Status Dermatologis
• Distribusi: Regional
• Lokalisasi: Thoracalis anterior,
thoracalis posterior, abdomen
Thoracalis anterior
• Lesi: Multiple, difusa, ukuran
lentikuler, bentuk oval dan anular. abdomen

• Efloresensi: Makula eritematosa,


skuama, erosi, ekskoriasi,
christmas tree appearance (+)

thoracalis posterior
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kerokkan kulit dengan KOH 10%

Tidak ditemukan hifa panjang bersepta, hifa pendek dengan spora

Diagnosa Kerja:
Pityriasis Rosea
penatalaksanaan

Non-Medikamentosa:
Konsultasi kepada bidang spesialis THT untuk evaluasi dan tatalaksana pada keluhan batuk dan
faring hiperemis pada pasien.
Medikamentosa:
1. Antiviral: Acyclovir 5x800 mg/ hari, setelah makan selama 7 hari.
2. Antihistamin: Cetrizine 1x10 mg/hari, setelah makan selama 7 hari
01

03 02

03

TINJAUAN 04

PUSTAKA
05

06
DEFINISI
Pityriasis rosea adalah gangguan papuloskuamosa akut yang dapat sembuh sendiri. Hal ini
ditandai dengan patch herald diikuti oleh patch oval bersisik pada batang dan ekstremitas proksimal
dalam penampilan "pohon Natal". Pityriasis rosea berarti sisik berwarna mawar. Pityriasis rosea juga
dikenal sebagai pityriasis circinata, roseola annulata, dan herpes tonurans maculosus. Erupsi kulit
biasanya berlangsung 6-8 minggu dan dimulai dengan herald patch.
EPIDEMIOLO
GI
Pitiriasis Rosea terjadi pada seluruh ras yang ada di dunia. Prevalensi Pitiriasis Rosea adalah
0,13% pada laki-laki dan 0,14% pada wanita per total penduduk dunia dengan usia antara 10-34
tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda dengan rentang usia
antara 15-40 tahun. Jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut usia
ETIOLOGI
Penyebab pasti dari pityriasis rosea tidak diketahui, tetapi ciri-ciri seperti variasi musiman dan
pengelompokan di masyarakat menunjukkan bahwa itu adalah penyakit menular. Infeksi seperti
virus, bakteri, spirochetes, dan penyebab noninfeksi seperti atopi dan autoimunitas diketahui
penyebabnya. Infeksi saluran pernapasan atas yang mendahului pityriasis rosea menunjukkan peran
Streptococcus. Baru-baru ini, reaktivasi infeksi virus herpes manusia-6 dan herpes virus-7 manusia
yang laten telah ditemukan sebagai agen etiologi yang mungkin
PATOMEKANISME
Peningkatan jumlah sel T CD4 dan sel Langerhans hadir di dermis, mungkin mencerminkan
pemrosesan dan presentasi antigen virus. Anti imunoglobulin M (IgM) terhadap keratinosit telah
ditemukan pada pasien dengan pitiriasis rosea. Temuan ini mungkin terkait dengan fase exanthem
dari dugaan infeksi virus. Plak primer terlihat pada kulit pada 50-90% kasus seminggu atau lebih
sebelum timbulnya lesi yang lebih kecil. Letusan sekunder ini terjadi 2-21 hari kemudian pada
tanaman mengikuti garis-garis pembelahan kulit. Di bagian belakang, letusan ini menghasilkan pola
“Pohon cemara terbalik”. Kekambuhan pityriasis rosea umumnya dianggap jarang dan dianggap
oleh beberapa orang menunjukkan kekebalan yang lama ketika terjadi
MANIFESTASI
KLINIS

Penyakit dimulai dengan lesi pertama (herald patch), umumnya di badan, soliter, berbentuk
oval dan anular, diametemya kira-kira 3 cm. Ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di pinggir.
Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu.
Lesi berikutnya timbul 4-1 O hari setelah lesi pertama, memberi gambaran yang khas, sama
dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, sehingga menyerupai
pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak atau dalam beberapa hari.
MANIFESTASI
KLINIS
Kecuali bentuk yang lazim berupa eritroskuama, pitiriasis rosea dapat juga berbentuk urtika,
vesikel dan papul, yang lebih sering terdapat
pada anak-anak.
Lesi oral jarang terjadi. Dapat terjadi enantema dengan makula dan plak hemoragik, bula pada
lidah dan pipi, atau lesi mirip ulkus aftosa. Lesi akan sembuh bersamaan dengan penyembuhan lesi
kulit
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Terutama timbul pada remaja dan dewasa muda yang sehat, kelompok usia 10-35 tahun. Lebih banyak
dialami oleh perempuan.
• Gejala subjektif biasanya tidak ditemukan, tetapi dapat disertai gatal ringan maupun sedang.
• Kelainan kulit diawali dengan lesi primer yang diikuti lesi sekunder.
• Timbul lesi sekunder bervariasi antara 2 hari sampai 2 bulan setelah lesi primer, tetapi umumnya
dalam waktu 2 minggu. Kadang-kadang lesi primer dan sekunder timbul secara bersamaan.
• Dapat pula ditemukan demam yang tidak terlalu tinggi atau lemah badan
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik

Herald patch. Lesi eritemato-skuamosa soliter, Patch Herald dengan collarette of scale di
tepinya
berbatas tegas, bulat atau oval, terutama terletak
di badan atau ekstremitas proksimal
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik

Lesi tersebar di wajah dan leher di dua punggung membentuk gambaran


christmas-tree pattern
pasien yang berbeda
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan pada kasus yang tidak dapat ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis.
2. pemeriksaan mikroskopis KOH dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti tinea
korporis bila diperlukan.
3. pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin biasanya memberikan hasil yang
normal
4. Pemeriksaan Biopsy juga dapat dilakukan apabila ditemukan lesi yang tidak khas untuk
pitiriasis rosea dalam penegakkan diagnosisnya
DIAGNOSIS
BANDING
TINEA CORPORIS SIFILIS SEKUNDER

Gambaran klinis memang mirip dengan pada sifilis sekunder terdapat riwayat
tinea korporis karena terdapat eritema dan chancre dan tidak terdapat riwayat herald
skuama di tepi lesi dan berbentuk anular. patch.
DIAGNOSIS
BANDING
DERMATITIS NUMULAR PSORIASIS GUTATA

pada dermatitis numularis plak biasanya pada psoriasis gutata biasanya berukuran
berbentuk sirkular, bukan oval seperti pada lebih kecil daripada pitiriasis rosea dan
pitiriasis rosea tidak tersusun sesuai lipatan kulit, selain
itu skuamanya tebal.
DIAGNOSIS
BANDING
PITYRIASIS CHRONICA ERUPSI OBAT

pada pityriasis/ichenoides chronica penyakit Gambaran klinis dapat menyerupai


berlangsung lebih lama, lesi lebih kecil, pityriasis rosea klasik, tetapi sering
skuama lebih tebal, tidak terdapat herald memberi gambaran atipikal.
patch, dan lebih sering terjadi pada
ekstremitas.
TATALAKSANA
2. Sistemik

1. Topikal Apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan

Bila gatal sangat mengganggu: antihistamin seperti:


• setirizin 1x10 mg per hari.
• Larutan anti pruritus seperti calamine lotion.
• Kortikosteroid sistemik.
• Kortikosteroid topikal.
• Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari.

• • Asiklovir1,4 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari


Dapat pula dilakukan fototerapi:
6 diindikasikan sebagai terapi pada awal perjalanan
narrowband ultraviolet B (NB-UVB)
penyakit yang disertai flu-like symptoms atau
dengan dosis tetap sebesar 250
keterlibatan kulit yang luas.
mJ/cm2 3 kali seminggu selama 4
minggu
KESIMPULAN
Pityriasis rosea (PR) adalah kelainan papula-skuamosa yang bersifat akut, dengan tanda klinis
khas pada pityriasis rosea adalah lesi primer pada kulit berupa plakat eritematosa berbentuk
lingkaran atau oval (herald patch). Kondisi ini diduga dipicu oleh agen virus dengan penurunan
imunitas pasien. Pada sebagian besar pasien, pityriasis adalah kondisi self-limited dengan prognosis
yang sangat baik. Namun, sekitar 2-3% pasien akan mengalami kekambuhan. Kelainan kulit ini
jinak, tidak menular dan tidak memerlukan Tindakan pencegahan khusus. Morbiditas terbesar
adalah karena perubahan pigmentasi, terutama pada individu berkulit gelap.
DAFTAR PUSTAKA

1. Drago F, Ciccarese G, Rebora A, Broccolo F, Parodi A. Pityriasis Rosea: A Comprehensive


Classification. Dermatology. 2016;232(4):431-437. doi:10.1159/000445375
2. Schwartz RA et. al. Pityriasis Rosea. Medscape. 2021;(12). doi:10.1001/jamadermatol.2018.3290
3.betterhealth.Pityriasis Rosea. Heal Hum Serv.2020;154(12):1496.
doi:10.1001/jamadermatol.2018.3290
4. Rindasiwi, Tamara d. dr. Sylvia Tan SK. laporan kasus kepaniteraan klinik: Pitiriasis Rosea. bagian
kulit dan kelamin Fak Kedokt Univ Pelita Harapan. 2019;1:105-112.
5. Litchaman G et. a. Pityriasis Rosea. statpearlsNCBI. Published online 2021.
doi:10.1001/jamadermatol.2018.3290
6. Fernando L. pitiriasis rosea. Dep ilmu Kesehat kulit dan kelamin Fak Kedokt Univ Sriwij. 2010;
(Dm):1-17.
7. Yuksel M. Pityriasis rosea recurrence is much higher than previously known: A prospective study.
Acta Derm Venereol. 2019;99(7):664-667. doi:10.2340/00015555-3169
8. Adhi D. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.Edisi 7. Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.; 2017. doi:10.1007/bf03082893
DAFTAR PUSTAKA

9. PERDOSKI. Panduan Praktis Klinis. Bagi Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Di Indonesia.; 2017.
doi:10.1021/jo900140t
10. Cases WJC. World Journal of Pediatrics. World J Pediatr. 2017;7(2).
11. Villalon-gomez JM. Pityriasis Rosea : Diagnosis and Treatment. 2018;(1).
12. Jonatan, Billy. Prof.Dr.dr. Unandar Budimulja SK. Pitiriasis rosea. 2011;(April).
13. Indonesia fakultas K universitas. Pitiriasis rosea. Published online 2017.
14. Leung AKC, Lam JM, Leong KF, Hon KL. Tinea corporis: An updated review. Drugs Context.
2020;9:1-12. doi:10.7573/dic.2020-5-6
15. E.Tudor.et.al M. syphilis. statpearlsNCBI. Published online 2021:3-5.
16. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin. Alergi Kulit. Edisi 1.; 2016.
01

02

TERIMA
03

04

KASIH 05

06

Anda mungkin juga menyukai