Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Referat dan Laporan Kasus
November 2021

Hidradenitis Supurative : Patomekanisme,


Diagnosis Dan Penatalaksanaan

Kasma
11120202087

Dokter Pendidik Klinik:


DR. dr. Sri Vitayani, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
 
BAB I
Pendahuluan
Hidradenitis suppurativa (HS) pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli bedah Perancis pada tahun 1839.
Hidradenitis suppurativa (HS) adalah gangguan inflamasi yang ditandai dengan adanya nodul kronis yang dalam,
abses, fistula, saluran sinus, dan bekas luka di aksila, daerah inguinal, lipatan submamma, dan daerah perianal.
Waktu rata-rata dari onset gejala hingga diagnosis adalah 10 tahun, dengan 65% pasien memiliki enam atau
lebih kunjungan dokter sebelum diagnosis. Perkiraan prevalensi di Amerika Serikat dan Inggris berkisar dari
0,1% hingga 1%. Kebanyakan pasien berusia 18-40 tahun. Prevalensi pada wanita AS kira-kira 2,4 kali lipat lebih
tinggi daripada pria dan 3 kali lipat lebih tinggi di antara pasien kulit hitam daripada pasien kulit putih.
Gangguan psikiatri adalah kelompok komorbiditas yang paling umum pada pasien HS, dengan 57% pasien
memiliki setidaknya satu penyakit psikiatri

Goldburg, Samantha R., Bruce E. Strober, And Michael J. Payette. "Hidradenitis Suppurativa: Epidemiology, Clinical Presentation, And Pathogenesis." Journal Of The
American Academy Of Dermatology 82.5 (2020): 1045-1058.
Sayed, Christopher J., Jennifer L. Hsiao, And Martin M. Okun. "Clinical Epidemiology And Management Of Hidradenitis Suppurativa." Obstetrics And Gynecology 137.4 (2021):
731.
Misitzis, Angelica, Et Al. "Psychiatric Comorbidities In Patients With Hidradenitis Suppurativa." Dermatologic Therapy 33.4 (2020): E13541
BAB II
Laporan Kasus
 Identitas Pasien
 
Nama : Tn. X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 64 Tahun
Status : Tidak dilampirkan dalam jurnal
Pe
 Anamnesis
 Keluhan Utama : Muncul benjolan kemerahan yang terasa nyeri pada kedua ketiak.
Pasien laki-laki berusia 64 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS dengan keluhan
adanya benjolan-benjolan kemerahan yang terasa nyeri pada kedua ketiak sejak 1 minggu yang
lalu. Pasien mengatakan awalnya hanya mencabut rambut pada ketiaknya, namun keesokkan
harinya ada benjolan yang muncul satu-persatu pada ketiak sebelah kanan, 4 hari kemudian
benjolan-benjolan yang sama juga muncul pada ketiak sebelah kiri disertai dengan demam.

Kencanawati, Puspa Indah, Diany Nurdin, And Tri Setyawati. "Hidradenitis Suppurativa." Jurnal Medical
Profession (Medpro) 2.3 (2020): 193-195
Riwayat penyakit terdahulu : Pasien belum pernah mengalami hal

yang sama sebelumnya

Riwayat penyakit dalam keluarga : Tidak ada

Riwayat pengobatan : Tidak ada


 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda-tanda vital : Dalam batas normal
 Suhu : 37,9
  Status Dermatologis
 Distribusi : Regional
 Lokalisasi : Axilla dekstra dan sinistra
 Bentuk : Bulat, linear
 Ukuran : Lentikuler
 Efloresensi: : Nodus eritema disertai pustul pada area axilla dekstra dan
nodus eritema pada axilla sinistra

Kencanawati, Puspa Indah, Diany Nurdin, And Tri Setyawati. "Hidradenitis Suppurativa." Jurnal Medical
Profession (Medpro) 2.3 (2020): 193-195
Gambar 1. Nodus eritema bentuk bulat ukuran Gambar 2. Nodus eritema bentuk bulat ukuran
lentikular tersusun linear disertai pustul pada area lentikular pada area axilla sinistra
axilla dekstra  

Kencanawati, Puspa Indah, Diany Nurdin, And Tri Setyawati. "Hidradenitis Suppurativa." Jurnal Medical
Profession (Medpro) 2.3 (2020): 193-195
 Diagnosa Kerja
 Hidradenitis Suppurativa
 
 Penatalaksanaan
 Non-Medikamentosa:
 
Menjaga kebersihan diri, tidak mencabut atau mencukur rambut ketiak dan di
instruksikan untuk menghindari waslap, spons kasar, atau sikat yang dapat
menyebabkan trauma dan iritasi kulit. Sering digunakan dressing luka dengan bahan
daya serap tinggi. Secara umum, dressing superabsorben merupakan cara terbaik
untuk menangani pengeringan lesi atau luka pasca operasi
Medikamentosa:
 1. Antibiotik Topikal: Asam fusidat 2% yang digunkan 3-4 kali sehari
2. Antibiotik Sistemik: Cefadroksil 2 x 500mg
3. Antipiretik Oral: Paracetamol 3x500 mg yang diminum jika pasien demam

 Prognosis
Dubia ad bonam

Kencanawati, Puspa Indah, Diany Nurdin, And Tri Setyawati. "Hidradenitis Suppurativa." Jurnal Medical
Profession (Medpro) 2.3 (2020): 193-195
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Hidradenitis suppurativa (HS) adalah penyakit inflamasi kulit


kronis yang terutama mengenai area tubuh yang kaya akan kelenjar
apokrin yang ditandai dengan adanya nyeri, nodul, abses, saluran sinus,
dan jaringan parut. HS adalah penyakit multifaktorial di mana faktor
genetik dan lingkungan memainkan peran. Hidradenitis merupakan
infeksi yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus, Infeksi
sering didahului oleh mikrotrauma, misalnya: banyak keringat,
pemakaian deodorant atau rambut pada aksila yang dicukur

Kencanawati, Puspa Indah, Diany Nurdin, And Tri Setyawati. "Hidradenitis Suppurativa." Jurnal Medical Profession (Medpro) 2.3 (2020): 193-195.
Napolitano, Maddalena, Et Al. "Hidradenitis Suppurativa: From Pathogenesis To Diagnosis And Treatment." Clinical, Cosmetic And Investigational
Dermatology 10 (2017): 105
Etiologi

Etiologi HS adalah multifaktorial. Faktor yang berkontribusi termasuk genetika,


faktor lingkungan dan gaya hidup seperti merokok, bakteri dan pengaruh
hormonal.6 Beberapa bakteri telah diidentifikasi dalam kultur yang diambil dari lesi
hidradenitis supuratif, diantaranya adalah streptococcus viridans, staphylococcus
aureus, bakteri anaerob (peptostreptococcus spesies, bacteroi desmelanino
genicus, dan
bacteroides corrodens), coryne formbacteria, dan batang gram-negatif

1. Wark, Kirsty JL, and Geoffrey D. Cains. "The Microbiome in Hidradenitis Suppurativa: A Review." Dermatology and
Therapy 11.1 (2021): 39-52
2. "Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Primer." Edisi 2014
Patoemekanisme
Hidradenitis supurativa melibatkan oklusi dan
peradangan folikel rambut, kondisi ini bersama dengan
terjadinya disregulasi imun bawaan dan adaptif, diperlukan
untuk memulai perkembangan klinis HS. Patogenesis
penyakit saat ini dipahami sebagai: I) hiperkeratosis dan
oklusi folikel; II) dilatasi unit pilosebaceous; III) ruptur dan
pelepasan isi folikel ke dalam dermis; IV) reaksi inflamasi
sekunder; V) masuknya sel inflamasi dan pelepasan sitokin
baru, terjadi proses (meningkatnya TNFα, IL-6, IL-10, IL-12,
IL-23 dan IL-17), dengan pembentukan abses dan fistula.
Faktor seks tampaknya mempengaruhi perjalanan penyakit
dengan onset setelah pubertas, dominasi wanita dan
eksaserbasi perimenstruasi. Namun, kontribusi mereka
terhadap patogenesis masih belum jelas
1. Magalhães, Renata Ferreira, Et Al. Consensus On The Treatment Of Hidradenitis Suppurativa-Brazilian Society Of Dermatology. Anais Brasileiros De Dermatologia, 2019, 94: 7-19.
Diagnosis
 Anamnesis
Keluhan awal yang dirasakan pasien biasanya adalah gatal, eritema, dan
hiperhidrosis lokal. Tanpa pengobatan penyakit ini dapat berkembang dan pasien
merasakan nyeri di lesi. Penyakit ini disertai gejala konstitusi: demam, malaise

 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik bisa didaptkan ruam berupa nodus dengan tanda-tanda
peradangan akut, kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah
membentuk fistula dan disebut hidradenitis

Buku "Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Primer." Edisi 2014
Kriteri Diagnosis

Kriteria diagnosis berdasarkan The Second International Hidradenitis Suppurativa


Research Symposium di San Francisco yaitu:
1. Lesi khas: nodul yang nyeri, blind boil pada awal lesi, saluran sinus, skar, dan komedo
terbuka pada lesi sekunder
2. Lokasi lesi : aksila, lipatan paha, perineal dan lesi perianal, bokong, lipatan infra, dan
intermama
3. Kronis dan kambuh-kambuhan

Hidayati, Afif Nurul, ed. Infeksi Bakteri di Kulit. Vol. 2. Airlangga University Press, 2020.
Derajat Keparahan
HS merupakan penyakit kronis dengan perjalanan klinis yang bervariasi. Derajat keparahan HS
dibagi berdasarkan kriteria Hurley (stadium I-III).
 Stadium 1 (awal) didapatkan abses pada lokasi terbatas

Gambar 1. Hidradenitis supurativa Hurley stadium I


pada regio aksila tampak lesi inflamasi tanpa disertai
adanya skar

Hidayati, Afif Nurul, ed. Infeksi Bakteri di Kulit. Vol. 2. Airlangga University Press, 2020.
 Stadium II didapatkan saluran sinus dengan skar yang membatasi lesi
individu.

Gambar 2 .Hidradenitis supurativa Hurley stadium II


tampak terowongan, skar dan beberapa nodul
inflamasi di antara kulit normal

Hidayati, Afif Nurul, ed. Infeksi Bakteri di Kulit. Vol. 2. Airlangga University Press, 2020.
 Stadium III menunjukan lesi koalesen disertai skar dan saluran sinus, inflamasi, dan
discharge kronis

Gambar 3. Hidradenitis supurativa Hurley stadium


III tampak terowongan, skar, dan beberapa nodul
inflamasi di antara kulit normal

Hidayati, Afif Nurul, ed. Infeksi Bakteri di Kulit. Vol. 2. Airlangga University Press, 2020.
Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium

Pasien hidradenitis supurativa dengan lesi akut dapat menunjukan peningkatan laju endap
darah (LED) atau C-reactive protein (CRP).7 Tes darah rutin termasuk hitung sel darah lengkap,
hitung diferensial dan trombosit, laju sedimentasi eritrosit (ESR), dan protein C-reaktif (CRP)
biasanya dalam batas normal. Namun, penanda inflamasi (yaitu, leukosit, ESR, CRP) dapat
meningkat pada periode inflamasi aktif atau pada pasien dengan penyakit yang lebih parah. 12

 Pemeriksaan kultur dari lesi dilakukan bila adanya kecurigaan infeksi bakteri, tuberkulosis,
dan jamur.

 Pemeriksaan ultrasonografi khususnya color doppler memungkinkan untuk visualisasi


perubahan subklinis (misalnya, penebalan dermal, pseudokista dermal, pelebaran folikel
rambut, dan pengumpulan cairan) serta jenis dan luas lesi

1. Hidayati, Afif Nurul, Ed. Infeksi Bakteri Di Kulit. Vol. 2. Airlangga University Press, 2020.
2. Vinkel, Caroline; Thomsen, Simon Francis. Hidradenitis Suppurativa: Causes, Features, And Current Treatments. The Journal Of
Clinical And Aesthetic Dermatology, 2018, 11.10: 17.
DIFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Skrofuloderma
Skrofuloderma dikenal juga sebagai
tuberculosis colliquativa cutis yang merupakan
tuberkulosis subkutan yang kemudian membentuk
abses dan juga kerusakan sekunder terhadap kulit
dipermukaannya. Terjadi banyak pembesaran
kelenjar getah bening dengan konsistensi lunak
tanpa tanda radang akut, dapat pecah dan
meninggalkan fistel dan jaringan parut. Daerah
predileksi berupa tempat yang banyak kelenjar
getah bening superfisialis, tersering leher, ketiak
dan jarang pada lipat paha. Lesi kulit awal berupa
nodus subkutan keras, berbatas tegas, mudah
digerakkan dari dasarnya tanpa disertai tanda
infiltrasi. Dengan bertambah besar infiltrat, akan
terjadi perlunakan. Diperlukan waktu berbulan-
bulan hingga infiltrat tersebut menjadi cair dan
kemudian pecah

1. Ari KS, Ariyati Yi, Irma D. Roesyanto– Mahadi. Hidradenitis Supurativa Dengan Lokasi Yang Tidak Biasa. Departemen
Dermatologi dan Venereologi. FK Universitas Sumatra Utara. Vol. 47. Edisi 3 Tahun 2020:132-135
2. Nurman, J., & Setyanto, D. B. (2016). Skrofuloderma Pada Anak: Penyakit Yang Terlupakan?. Sari Pediatri, 12(2), 108-15.
2. Karbunkel
adalah kumpulan furunkel yang merupakan
radang folikel rambut dan sekitarnya. Kelainan
dapat berupa nodus eritemosa ber-bentuk kerucut,
di tengahnya terdapat pustul. Kemudian dapat
melunak menjadi abses yang berisi pus dan
jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel.
Tempat predileksi terjadi pada setiap lesi kulit yang
mengandung rambut termasuk di kepala, leher, badan,
bokong, dan ekstremitas, sebagai lesi tunggal atau lesi
multipe

1. Ari KS, Ariyati Yi, Irma D. Roesyanto– Mahadi. Hidradenitis Supurativa Dengan Lokasi Yang Tidak Biasa. Departemen Dermatologi
dan Venereologi. FK Universitas Sumatra Utara. Vol. 47. Edisi 3 Tahun 2020:132-135
2. Hirabayashi, M., Takedomi, H., Ando, Y., & Omura, K. (2018). Neck Carbuncle Associated With Methicillin-Susceptible
Staphylococcus Aureus Bacteraemia. Case Reports, 2018, Bcr-2018
3. Limphogranuloma venereum (LGV)
adalah penyakit menular seksual (PMS) yang
disebabkan oleh serovar L1-L2-L3 dariChlamydia
trachomatis (CT). Gambaran klinisnya dapat dibagi
menjadi bentuk dini, yang terdiri atas afek primer serta
sindrom inguinal, dan bentuk lanjut yang terdiri atas
sindrom genital, anorektal, dan uretral. Afek primer
berbentuk tak khas dan tak nyeri, dapat berupa erosi, papul
miliar, vesikel, pustul, dan ulkus yang tidak nyeri.
Umumnya soliter dan cepat hilang.

Latini, Alessandra, Et Al. Inguinal And Anorectal Lymphogranuloma Venereum: A Case Series From A Sexually
Transmitted Disease Center In Rome, Italy. Bmc Infectious Diseases, 2017, 17.1: 1-5.
Djuanda, A. D. (2016). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Penatalaksanaan

1. Terapi Topikal
Pengobatan topikal dan modifikasi gaya hidup seringkali cukup untuk HS ringan.
Penggunaan antibiotik topikal (sebagai agen anti inflamasi topikal dan untuk mencegah
infeksi sekunder) terbukti efektif. 11
a. Klindamisin
Klindamisin adalah salah satu pilihan pengobatan untuk Hurley stadium 1 dan 2
hidradenitis suppurativa. klindamisin topikal bermanfaat dalammengurangi nyeri, pustul,
dan nodul inflamasi tanpa adanya abses yang dalam.
b. Asam fusidat
Penggunaan asam fusidat dievaluasi melalui laporan kasus dan satu studi prospektif
dimana pasien Hurley stadium I dinilai. Mereka diberikan terapi konservatif dengan asam
fusidat, selain antiseptik lokal sampai nodul inflamasi terkendali, dan lebih dari 70% kasus
mencapai kontrol.
3. Retinoid topikal
Retinoid adalah kelas senyawa, yang secara kimiawi terkait dengan vitamin A. Retinoid
topikal dan sistemik digunakan dalam HS berdasarkan sifat anti-inflamasi yang diketahui.
Retinoid topikal generasi ketiga (adapalene, tazarotene) memiliki aktivitas anti inflamasi
yang signifikan melalui penekanan respon makrofag
4. Krim resorsinol
Resorsinol topikal dipelajari dalam studi prospektif. Dua belas pasien dengan hidradenitis
suppurativa stadium Hurley I atau II diinstruksikan untuk mengoleskan krim resorsinol 15%
dua kali sehari pada lesi HS aktif. Pada semua pasien, penggunaan resorsinol
menghasilkan pengurangan rasa sakit dan pengurangan durasi rata-rata dari abses yang
menyakitkan
5. Triamcinolone acetonide
Triamcinolone acetonide intralesi dalam konsentrasi 5 sampai 10mg/mL digunakan untuk
pengobatan peradangan akut dan abses. Ini juga dapat berguna untuk pengobatan nodul
dan terowongan refraktori. Respon klinis cepat, dalam 48 hingga 72 jam. . Injeksi steroid
intralesi dipandang bermanfaat oleh dokter dan pasien dalam pengelolaan HS, mengurangi
rasa sakit setelah 1 hari dan tanda-tanda inflamasi setelah 7 hari

1. Frew, John W.; Hawkes, Jason E.; Krueger, James G. Topical, Systemic And Biologic Therapies In Hidradenitis Suppurativa: Pathogenic Insights By Examining Therapeutic
Mechanisms. Therapeutic Advances In Chronic Disease, 2019, 10: 2040622319830646.
2. Vekic, Dunja Ana; Cains, Geoffrey David. Hidradenitis Suppurativa, A Review Of Pathogenesis, Associations And Management. Part 2. Australasian Journal Of Dermatology, 2018,
59.4: 261-266.
B. Terapi oral
a. Antibiotik sistemik
Secara keseluruhan, antibiotik sistemik tampaknya efektif pada HS ringan sampai
sedang. Doksisiklin, amoksisilin dengan asam klavulanat, klindamisin, siprofloksasin, dan
tetrasiklin digunakan sebagai monoterapi dalam praktik klinis. 11
Antibiotik sistemik misalnya dengan kombinasi rifampisin 600mg sehari(dalam dosis
tunggal atau dosis terbagi) dan klindamisin 300 mg dua kali sehari menunjukkan hasil
pengobatan yang menjanjikan. Dapson dengan dosis 50-150 mg/hari sebagai monoterapi,
eritromisin atau tetrasiklin 250-500 mg 4x sehari, doksisilin 100 mg 2x sehari selama 7-14
lokal sampai nodul inflamasi terkendali, dan lebih dari 70% kasus mencapai kontrol.
1. Tetrasiklin
Tetrasiklin direkomendasikan untuk penyakit Hurley stadium 1 atau stadium 2. Tetrasiklin
telah menggambarkan aktivitas anti-inflamasi dengan baik selain dari peran antibakterinya
melalui penghambatan unit ribosom 30S
2. Rifampisin
Rifampisin dalam kombinasi dengan klindamisin telah ditetapkan sebagai pengobatan yang
bermanfaat untuk HS. Mekanisme anti-inflamasi masih kontroversial dan mungkin bekerja
melalui reseptor kortikosteroid

1. Frew, John W.; Hawkes, Jason E.; Krueger, James G. Topical, Systemic And Biologic Therapies In Hidradenitis Suppurativa: Pathogenic Insights By Examining Therapeutic
Mechanisms. Therapeutic Advances In Chronic Disease, 2019, 10: 2040622319830646.
2. Vekic, Dunja Ana; Cains, Geoffrey David. Hidradenitis Suppurativa, A Review Of Pathogenesis, Associations And Management. Part 2. Australasian Journal Of Dermatology, 2018,
59.4: 261-266.
3. Klindamisin dan eritromisin
Antibiotik makrolida berfungsi sebagai antimikroba melalui penghambatan unit ribosom 50S
mengganggu sintesis protein bakteri. Makrolida juga mengubah struktur biofilm bakteri
dengan mengubah sintesis polisakarida
4. Metronidazol
Karena metronidazol digunakan sebagai adjuvant dalam terapi dengan moksifloksasin dan
rifampisin, kontribusi individu obat ini terhadap peradangan pada HS tidak jelas. Salah satu
aspek unik metronidazol dibandingkan dengan antibiotik lain yang digunakan untuk
pengelolaan HS, adalah bahwa memiliki dampak yang terdokumentasi dengan baik pada
mikrobioma gastrointestinal, yang mengakibatkan disregulasi metabolik yang menjadi
predisposisi obesitas dan resistensi insulin

 Pembedahan
Jika telah terbentuk abses, dilakukan insisi 9. Pembedahan adalah strategi yang umum dan
diterima dalam manajemen HS mengingat bahwa modalitas non-bedah jarang
menghasilkan kesembuhan yang bertahan lama. 11

1. Frew, John W.; Hawkes, Jason E.; Krueger, James G. Topical, Systemic And Biologic Therapies In Hidradenitis Suppurativa: Pathogenic Insights By Examining Therapeutic
Mechanisms. Therapeutic Advances In Chronic Disease, 2019, 10: 2040622319830646.
2. Vekic, Dunja Ana; Cains, Geoffrey David. Hidradenitis Suppurativa, A Review Of Pathogenesis, Associations And Management. Part 2. Australasian Journal Of Dermatology, 2018,
59.4: 261-266.
Prognosis

Perjalanan penyakit kronis. Stadium I Hurley merupakan bentuk yang paling banyak

didapatkan yaitu pada 2/3 pasien, stadium II Hurley didapatkan pada 1/4 pasien, dan

stadium III Hurley didapatkan pada 1/5 pasien. Perjalanan penyakit pada setiap

stadium dapat intermiten dan berkelanjutan.


Kesimpulan

Hidradenitis suppurativa (HS) adalah penyakit inflamasi kulit kronis yang terutama
mengenai area tubuh yang kaya akan kelenjar apokrin.Gejala yang biasa terjadi yaitu ruam berupa nodus
dengan tanda-tanda peradangan akut, kemudian dapat melunak menjadi abses, dan memecah membentuk
fistula dan disebut hidradenitis.
Intervensi dini memerlukan penegakan diagnosis segera setelah gejala awal, tetapi bukti
menunjukkan bahwa upaya saat ini tidak cukup. Waktu rata-rata dari onset gejala hingga diagnosis
adalah 10 tahun, dengan 65% pasien memiliki enam atau lebih kunjungan dokter sebelum diagnosis. HS
adalah salah satu penyakit yang berdampak pada kehidupan tertinggi dibandingkan dengan penyakit kulit
lainnya
 
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai