FAKULTAS KEDOKTERAAN
“INKONTINENSIA URIN”
Di susun oleh :
Kelompok 8
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2019
Skenario 2
Kata kunci :
1. Laki-laki 70 tahun.
2. Keluhan selalu kencing sedikit-sedikit.
3. Tidak puas bila berkemih
4. Batuk-batuk, banyak lendir kental berwarna kuning.
5. Nafsu makan menurun dan BB berkurang
6. Riwayat penyakit DM, Hipertensi, dan Stroke 8 tahun yang lalu.
7. Badan sebelah kiri lemah, sehingga berjalan tidak stabil
8. Riwayat obat : a. Glimepirid 2 mg dikonsumsi secara teratur
b. Captopril 25 mg dikonsumsi secara teratur
Daftar Masalah :
1. Inkontinensia Urin, tipe urc
2. Infeksi pneumonia
3. Diabetes melitus type 2
4. Hipertensi grade II dan Hipertensi ortostatik
5. Gagal ginjal kronik grade III B
6. Malnutrisi, status gizi kurang
7. Anemia
8. Hiperurisemia
9. Hipoalbuminemia
10. Hemturia
Pertanyaan :
a. Jelaskan teori penuaan dan teori diuresis normal !
b. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan inkontinensia urin pada skenario!
c. Bagaimana hubungan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat pengobatan
dengan inkontinensia pada skenario ?
d. Bagaimana langkah-langkah diagnosis sesuai skenario?
e. Bagaimana pencegahan dan komplikasi sesuai skenario?
f. Bagaimana skala prioritas sesuai skenario?
g. Perspektif islam?
Jawaban:
Bahwa proses menua merupakan proses pra – program yaitu proses yang
terjadi akibat akumulasi stress dan injuri dari trauma.
Menua dianggap sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah
penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan
lingkungan.
Teori ini mengatakan bahwa proses menjadi tua diatur oleh pace maker,
seperti kelenjar timus, hipotalamus, hipofise, dan tiroid yang
menghasilkan hormon-hormon, dan secara berkaitan mengatur
keseimbangan hormonal dan regenerasi sel-sel tubuh manusia.
Referensi
- Stanley. Mickey. And Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku ajar Gerontik.
Edisi 2. Jakarta : EGC
Pembentukan urin
Cara pengeluaran air seni yang paling utama adalah melalui ginjal.
Pengeluaran ini sebagian tidak dapat dihindari dan sebagian lagi dikendalikan oleh
hormon antidiuretik (ADH). Peningkatan pembuangan air melalui ginjal ini bisa
dipengaruhi oleh obat atau tanaman obat yang bersifat diuretik. Sedangkan fungsi
utama dari ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan
semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah. Untuk itu, darah mengalami
filtrasi dimana semua komponennya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur
dan sel-sel darah.
Air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan
garam-garam, antara lain ion Na+ dikembalikan pada darah melalui kapiler yang
mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak berguna seperti ampas perombakan
metabolisme protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Lalu, filtrat
dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus colligens), dimana
terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat disalurkan ke kandung kemih
dan ditimbun disini sebagai urin.
1) Tubuli Proksimal
Garam direabsorpsi secara aktif (70%), antara lain Na+ dan air, begitu pula
glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung proporsional, maka susunan
filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmosis
(manitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan natrium.
2) Lengkungan Henle
Di bagian menaik lengkungan Henle ini, 25 % dari semua Cl- yang telah
difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan
K+ , tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan
(furosemida, bumetamida, etakrinat) bekerja dengan merintangi transport Cl- ,
dan demikian reabsorpsi Na+ , pengeluaran K+ , dan air diperbanyak.
3) Tubuli Distal
Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air hingga
filtrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Di bagian kedua segmen ini, ion Na+
ditukarkan dengan ion K+ atau, proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal
aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium
(amilorida, triamteren) bekerja disini.
4) Saluran pengumpul
Hormon antidiuretik vasopresin dari hipofise bekerja di saluran pengumpul
dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dan sel-sel saluran ini.
Referensi :
- J.Larry Jameson & Joseph Loscalzo.2013.Nefrologi dan Gangguan Asam-
Basa.Jakarta:EGC
- Basuki.B.Purnama.2011.Dasar-Dasar Urologi.Jakarta:Sagung Seto
2. Faktor-faktor yang menyebabkan inkontinensia urin pada skenario
a. Lanjut Usia (70 tahun)
Pada lanjut usia terjadi penurunan tahanan uretha dan muara kandung
kemih yang dapat menyebabkan Inkontinensia
b. Riwayat Pengobatan
Captopril memilki efek samping batuk-batuk yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdominal yang berisiko terjadi inkontinensia stress.
Referensi :
- Rejeki andayani. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi VI. Internal
Publishing.
- Buku ajar Boedhi darmojo Geriatri (ilmu kesehatan Usia lanjut). Edisi ke 5.
Badan penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia.
a. Stroke
Inkontinensia setelah stroke kadang terjadi pada pasien afasia karena
pasien tidak dapat menyampaikan keinginannya atau akibat gangguan
pergerakan berat yang menyebabkan penderita terlambat menuju kamar
mandi, ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena
kerusakan control motorik dan postural atau karena lokasi kelainan di otak.
Pada kandung kemih dan uretra, kedua-duanya menerima persarafan simpatik
dan parasimpatik. Pada pasien stroke reflex miksi spinal sudah tidak mungkin
sehingga pengosongan kandung kemih harus dilaksanakan dengan penekanan
suprapubik secara terus menerus sampai air seni yang terkandung dikeluarkan
semuanya. Oleh karena itu, tonus kandung kemih hilang dan akibatnya residu
air seni setelah pengosongan dengan jalan penekanan supra pubik, masih
cukup besar. lama-kelamaan sfingter menjadi longgar dan timbulah
inkontenensia urin.
b. Diabetes Mellitus
c. Pneumonia
Dimana beberapa gejala pneumonia yaitu batuk, dan sesak. Batuk
adalah salah satu refleks kompensasi tubuh. Dimana pada saat batuk terjadi
peningkatan intraabdomen sehingga menekan vesika urinaria dan
menyebabkan peningkatan tekanan intravesica dan tekanan intrauretra
sehingga dapat menyebabkan terjadinya inkontinensia urin. Selain itu, dapat
juga diperparah akibat melemahnya otot-otot dasar panggul, otot-otot sfingter
uretra yang disebabkan oleh proses penuaan.
Referensi:
- Purnomo, Basuki B. Dasar-dasar Urologi edisi III. 2011. Malang : Sagung
Seto
- Setiadi S, Pramantara IDP. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed V.
Jakarta: interna publishing.
- Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Aspek Fisiologik dan Patologik akibat
Proses Menua. Dalam: Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2011
- Mardjono, mahar. 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
Obat antihipertensi
Referensi:
8. Anamnesis system :
Paru : batuk
Jantung:-
GI : -
Ginjal : CKD stage 3b
(140-70)x47 / 72x1,40 = 3.290/100,8 = 32,63 mg/dl
Vaskuler : Post stroke
9. Finansial : -
B. PEMERIKSAAN FISIK :
Tanda- tanda vital :
4. Berat Badan: 47 kg
12. Ekstremitas: badan sebelah kiri lemah oleh karena serangan strok sehingga
berjalan tidak stabil.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan laboratorium :
Hb 10,3 gr%
Leukosit 12.500 /mm3
GDS 251 mg/dl
ureum 58 mg/dl
kreatinin 1,40 mg/dl
asam urat 6,2 mg/dl
albumin 2,8 gr/dl.
SGOT/SGPT :-
Fraksi lipid : -
Elektrolit darah : -
Analisa urin :
Sedimen leukosit : 1-3/lpb
eritrosit 8-10/lpb.
Radiologi :
Pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya perselubungan homogen di
daerah medial kedua paru.
Refernsi :
Sebagaimana diketahui olahraga baik bagi kita, dan juga pada orang tua dengan
diabetes. Fakta yang didapatkan dari National Institutes of Health menunjukkan
orang dari semua usia dan berbagai kondisi fisik dapat memperoleh keuntungan
dengan olahraga dan aktivitas fisik.
Ada beberapa olahraga yang aman dilakukan untuk orang-orang berusia > 65
tahum, tapi ingatlah sebelum memulai olahraga sebaiknya tetap berkonsultasi dengan
dokter.
1. Olahraga untuk keseimbangan dapat mengurangi risiko terjatuh, olahraga yang
sekarang mulai ramai seperti tai chi juga aman.
2. Fleksibilitas, stretching dapat membantu pemulihan dari cedera dan menjaga dari
cedera di kemudian hari.
3. Penguatan atau resisten dapat juga dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan,
tapi ini jangan dilakukan pada orang-orang dengan retinopati diabetic.
4. Daya tahan, seperti berjalan, jogging, atau berenang dapat meningkatkan jantung,
paru-paru dan sistem sirkulasi. Olahraga jenis ini juga dapat memperlambat atau
mencegah kanker kolon, penyakit jantung, osteoporosis, stroke, dan berbagai
penyakit serius lainnya.
Mungkin olahraga jenis penguatan baik untuk penderita diabetes.
Olahraga aerobic seperti berjalan atau berenang dapat membantu menurunkan
berat badan, meningkatkan kesehatan jantung, dan merupakan kontrol yang
baik untuk gula darah. Olahraga penguatan dapat memperbaiki kualitas hidup
karena memungkinkan untuk tetap melakukan aktivitas harian seperti
berjalan, mengangkat. Olahraga penguatan juga membantu menurunkan risiko
osteoporosis dan patah tulang. Selain itu, penelitian membuktikkan bahwa
olahraga penguatan dapat:
Referensi:
- BD Diabetes. 2011. Exercises for Older Adults with Diabetes.
- Seibel, John. 2009. Strength Training and Diabetes.
Hipertensi
Referensi:
Inkontinensia Urin
Langkah utama untuk mencegah inkontinensia urine adalah menerapkan
gaya hidup sehat. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara:
Referensi: Buku ajar Boedhi – Darmojo Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) Balai
penerbit UI
B. Komplikasi
Jawab :
a. Ulkus Dekubitus
Faktor dehidrasi yang terjadi akibat inkontinensia urin dapat menurunkan
tekanan intravascular serta kulit orang usia lanjut yang selalu terpapar urine
juga akan mengalami maserasi sehingga terjadi perubahan pada pertahanan
kulit yang menyebabkan terjadinya ulkus dekubitus.1
b. Jatuh
Pada orang usia lanjut sudah terdapat perubahan dalam gaya berjalan dan
postur tubuhnya sehingga banyak faktor yang bisa menyebabkan orang usia
lanjut kehilangan keseimbangan. Salah satunya adalah kondisi lingkungan
yang tidak mendukung. Berdasarkan skenario, air seni yang berceceran di
lantai bisa menyebabkan lantai licin sehingga orang usia lanjut bisa jatuh. 2
c. Infeksi Saluran Kemih
Pada orang usia lanjut yang mengalami inkontinensia urin, salah satu
penanganannya adalah dengan penggunaan kateter. Ada kateter intermitten
dan menetap. Untuk kateter menetap digunakan bila terjadi retensi urin yang
lama. Penggunaannya disarankan untuk tidak digunakan secara rutin karena
dapat memicu terjadi infeksi saluran kemih.1
Referensi :
- Martini, Rose Dinda. dkk. 2014. Ulkus Dekubitus, Inkontinensia Urin Dan
Kandung Kemih Hiperaktif dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Interna Publishing. Halaman 3766, 3778
- Setiati, Siti dan Purwita W. Laksmi. 2014. Gangguan Keseimbangan, Jatuh,
Dan Fraktur dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 1. Jakarta :
Interna Publishing. Halaman 183
Farmakologis
Terapi farmakologis atau medikamentosa telah dibuktikan mempunyai
efek yang baik terhadap inkontinensia urin tipe urge dan stres. Obat-obat yang
dipergunakan daoat digolongkan menjadi antikolinergik, antispasmodic,
agonis adrenergik a, estrogen topikal, dan antagonis adrenergik a.
b. Pneumonia
Pneumonia akibat virus diberikan terapi suportif dengan istirahat,
pemberian cukup cairan dan nutrisi yang baik. Diamati terhadap terjadinya
komplikasi pneumonia bakteri sekunder. Pada pneumonia lansia karena
bakteri yang berat sering diperlukan perawatan ICU dan ventilator. Karena itu
perlu sebaiknya dilakukan terapi yang lebih agresif.
Pada pneumonia bakteri dilakukan tatalaksana seperti pneumonia bakteri
lainnya dengan memberikan terapi antibiotik empirik terhadap bakteri penyebab.
c. Nutrisi
Tujuan program penurunan berat badan haruslah untuk mencapai
penurunan berat badan sedang yang menyebabkan membaiknya status
kesehatan. Upaya-upaya meningkatkan aktifitas fisis dan mengurangi asupan
kalori lebh diutamakan daripada penggunaan obat.
Bila program penurunan berat badan diambil, perlu diingat bahwa
tulang dan otot akan turut berkurang selama periode penurunan berat badan.
Orang tua mengalami kehilangan berat badan dalam proporsi sama dengan
lemak dan otot seperti pada orang dewasa muda namun demikian karena
mereka mulai dengan massa tubuh kering lebih sedikit, berlanjutnya
penurunan berat badan akan menyebabkan penurunan berat di bawah ambang
risiko fraktur serta hilangnya kejadian kekuatan otot. Perlu dilakukan upaya
guna mencegah kehilangan massa tulang dan otot seperti latihan aerobik dan
daya tahan atau terapi antiosteoporotik lainnya. Selain itu, restriksi kalori
perlu ditambahkan guna memastikan asupan adekuat zat gizi dan vitamin
selama periode diet.
e. Hipertensi
Non Farmakologis
Modifikasi gaya hidup
Berhenti merokok,
Pengendalian berat badan,
Mengurangi stres mental,
Pembatasan konsumsi garam & alkohol,
Meningkatkan aktivitas fisik
Asupan Na untuk usia < 50 tahun 1500 mg, usia 51-70 tahun 1300 mg & >70
tahun 1200 mg.
JNC-7(2004 ) 2400mg Na atau 6 gr garam dapur
Farmakologis
Prinsip pengobatan yaitu start slow go slow. Dalam skenario dijelaskan
bahwa si pasien memiliki riwayat DM serta memiliki kadar asam urat yang
tinggi, maka pengobatan yang perlu dilakukan yaitu :
Hipertensi yang disertai DM dapat diberikan ARB => menurunkan resistensi
insulin.
Thiazid dan loop diuretik tidak diberikan karena dapat menyebabkan
hiperurisemia
f. Diabetes Melitus
Lifestyle modification
Hyperglycemic lowering agents
kontrol gula darah
Hindari pemakaian metformin dan obat – obat sulfonil urea dengan
masa kerja panjang. Eliminasi sulfonylurea dan metabolitnya sangat
dipengaruhi oleh fungsi ginjal, sehingga pada pasien PGK stadium 3-5
generasi pertama sulfonylurea harus dihindari, tetapi generasi kedua yaitu
glipizide dapat direkomendasi- kan oleh karena metabolitnya tidak aktif
dan risiko hipoglikemia jauh lebih rendah.
Terapi insulin dapat dimulai antara lain untuk pasien gagal terapi oral,
kendali kadar glukosa darah yang buruk (A1c > 7,5 % atau GDS >250
mg/dl), riwayat pangkreatektomi, riwayat fluktuasi kadar glukosa darah
yang lebar, riwayat ketoasidosis, dan penyandang DM lebih dari 10 tahun.
Refrensi :
- Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih
Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2015:3774.
- Azis A. Inkontinensia Urin. Makassar: Tumbuh Kembang dan Geriatri; 2018.
- Dahlan Z. Pneumonia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta:
Interna Publishing; 2015:1610.
- Sari NK. Gaangguan nutrisi pada lanjut usia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015:441.
- Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015.
- Lestari I. Chronic Kidney Disease. Uronefrologi; 2017.
- Himawan Sanusi. Diabetes Melitus and Osteoarthritis. Tumbuh Kembang dan
Geriatri; 2018.
- Hapsari P. Hipertensi in Geriatric. Tumbuh Kembang dan Geriatri; 2018.
- Pilihan Obat Diabetes pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis. Kalbemed.
2011;25(3):2011.
- Dianati NA. Gout and Hyperuricemia. 2015;4.
24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanyan dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku pada waktu kecil”