Anda di halaman 1dari 30

SISTEM TUMBUH KEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 17 Mei 2019

LAPORAN KELOMPOK PBL

“INKONTINENSIA URIN”

Di susun oleh :

Kelompok 8

ADE APRIANI RATNASARI (11020150049)


AISYAH PRIMAPUTRI (11020160009)
A. NADIA SULISTIA NINGSIH (11020160012)
AINUN (11020160050)
A. NASHIRA ISWALAILY (11020160078)
ABD. MIRSYAD (11020160084)
A.SRI NURBIYANTI. AB (11020160119)
NUR AKHSAN DIANA A.R. (11020160160)
ACHMAD FAUZI (11020160163)
SRI ANGGRENI SARDI (11020160160)
Tutor : dr. Inna Mutmainnah Musa

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019

Skenario 2

Anamnesis : Laki-laki 70 tahun dibawa ke Rumah Sakit oleh keluarganya dengan


keluhan selalu kencing sedikit-sedikit. Keadaan ini dialami sudah sejak 4 bulan lalu
dimana penderita merasa tidak puas bila berkemih dan kadang tanpa disadari
celananya basah oleh air kencingnya. Tidak ada keluhan sakit saat berkemih dan
warna urin kuning jernih. Penderita juga mengeluh sejak seminggu yang lalu batuk-
batuk, banyak lendir kental berwarna kuning, tetapi tidak demam. Nafsu makannya
sangat berkurang dan barat badan agak menurun. Riwayat penyakit selama ini, sejak
25 tahun penderita mengidap penyakit kencing manis dan berobat teratur dengan obat
Glibenklamide 5 mg, tekanan darah tinggi berobat dengan obat Captopril 25 mg.
Sejak 8 tahun lalu badan sebelah kiri lemah oleh karena serangan strok sehingga
berjalan tidak stabil.
Pemeriksaan fisik : Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah baring 180/70
mmHg dan duduk 160/70 mmHg, nadi 92x/menit, suhu aksiler 37 OC, pernapasan
24x/menit. Pada auskultasi paru-paru ditemukan adanya ronkhi basah kasar pada
bagian medial paru kanan dan kiri. Jantung, hati dan limpa kesan dalam batas normal.
Berat badan 47 kg dan tinggi badan 165 cm.
Pemeriksaan Penunjang : Pem. laboratorium kadar Hb 10,3 gr%, Leukosit
12.500 /mm3, GDS 251 mg/dl, ureum 58 mg/dl, kreatinin 1,40 mg/dl, asam urat 6,2
mg/dl, albumin 2,8 gr/dl.
Analisa urin : Sedimen leukosit : 1-3/lpb, eritrosit 8-10/lpb. Pemeriksaan toraks foto
ditemukan adanya perselubungan homogen di daerah medial kedua paru.

Kata kunci :
1. Laki-laki 70 tahun.
2. Keluhan selalu kencing sedikit-sedikit.
3. Tidak puas bila berkemih
4. Batuk-batuk, banyak lendir kental berwarna kuning.
5. Nafsu makan menurun dan BB berkurang
6. Riwayat penyakit DM, Hipertensi, dan Stroke 8 tahun yang lalu.
7. Badan sebelah kiri lemah, sehingga berjalan tidak stabil
8. Riwayat obat : a. Glimepirid 2 mg dikonsumsi secara teratur
b. Captopril 25 mg dikonsumsi secara teratur

Daftar Masalah :
1. Inkontinensia Urin, tipe urc
2. Infeksi pneumonia
3. Diabetes melitus type 2
4. Hipertensi grade II dan Hipertensi ortostatik
5. Gagal ginjal kronik grade III B
6. Malnutrisi, status gizi kurang
7. Anemia
8. Hiperurisemia
9. Hipoalbuminemia
10. Hemturia

Pertanyaan :
a. Jelaskan teori penuaan dan teori diuresis normal !
b. Jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan inkontinensia urin pada skenario!
c. Bagaimana hubungan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat pengobatan
dengan inkontinensia pada skenario ?
d. Bagaimana langkah-langkah diagnosis sesuai skenario?
e. Bagaimana pencegahan dan komplikasi sesuai skenario?
f. Bagaimana skala prioritas sesuai skenario?
g. Perspektif islam?

Jawaban:

1. Pengertian penuaan dan teori penuaan?

Definisi Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Dibawah ini merupakan teori-teori yang membahas mengenai proses menua


sebagai berikut :

 Teori Keterbatasan Hayflick (Hayflick Limit Theory)

 Bahwa sel-sel mengalami perubahan kemampuan reproduksi sesuai


dengan bertambahnya usia.

 Teori Kesalahan (Error Theory)

 Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel Nukleus


menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah
substansi RNA/DNA.
 Proses menua adalah  akibat kesalahan pada saat transkripsi sel
(reproduksi dari enzim dan  rantai peptida protein) berdampak pada
penurunan kemampuan kualitas (daya hidup) sel atau bahkan sel-sel baru
relatif sedikit terbentuk, akhirnya dapat merubah komposisi yang berbeda
dari sel awal (Sonneborn, 1979).

 Teori Pakai dan Usang (Wear & Tear Theory)

 Bahwa proses menua merupakan proses pra – program yaitu proses yang
terjadi akibat  akumulasi stress dan injuri dari trauma.
 Menua dianggap sebagai “Proses fisiologis yang ditentukan oleh sejumlah
penggunaan dan keusangan dari organ seseorang yang terpapar dengan
lingkungan.

 Teori Imunitas (Immunity Theory)

 Ketuaan disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem immun (pada


Limposit –T dan Limposit-B).

 Berdampak pada semakin meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang


berhubungan dengan autoimmun.

 Teori Ikatan Silang (Cross Linkage Theory)

 Akibat adanya struktur molekular dari sel berikatan secara bersama-sama


membentuk reaksi kimia, membentuk jaringan baru, yang akan
bersinggungan dengan jaringan yang lama dan membentuk ikatan silang
kimiawi.
 Hasil akhirnya adalah peningkatan densitas kolagen dan penurunan
kapasitas untuk transport nutrient serta untuk membuang produk-produk
sisa metabolisme dari sel.
 Teori Replikasi DNA

 Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan merupakan akibat


akumulasi bertahap kesalahan dalam masa replikasi DNA, sehingga terjadi
kematian sel.
 Kerusakan DNA akan menyebabkan pengurangan kemampuan replikasi
ribosomal DNA (rDNA) dan mempengaruhi masa hidup sel.
 Sekitar 50% rDNA akan menghilang dari sel jaringan pada usia kira-kira
70 tahun.

 Teori Kelainan Alat

 Terjadinya proses penuaan adalah karena kerusakan sel DNA yang


mempengaruhi pembentukan RNA sehingga terbentuk molekul molekul
RNA yang tidak sempurna. Ini dapat menyebabkan terjadinya kelainan
enzim-enzim intraselular yang mengganggu fungsi sel dan menyebabkan
kerusakan atau kematian sel/organ yang bersangkutan.
 Pada jaringan yang tua terdapat peningkatan enzim yang tidak aktif
sebanyak 30% - 70%.
 Bila jumlah enzim menurun sampai titik minimum, sel tidak dapat
mempertahankan kehidupan dan akan mati.

 Teori Pace Maker/Endokrin

 Teori ini mengatakan bahwa proses menjadi tua diatur oleh pace maker,
seperti kelenjar timus, hipotalamus, hipofise, dan tiroid yang
menghasilkan hormon-hormon, dan secara berkaitan mengatur
keseimbangan hormonal dan regenerasi sel-sel tubuh manusia.

 Proses penuaan terjadi akibat perubahan keseimbangan sistem hormonal


atau penurunan produksi hormon-hormon tertentu
 Teori Telomere

 Telomere : sekuen pendek DNA nontranskripsi yg dpt dulang berkali-kali


(TTAGGG) di setiap ujung kromosom, saat pembelahan somatik
telomere memendek secara progresif. Akhirnya pada pemebelahan sel
multipel, telomere yg terpotong parah akan mensinyal proses penuaan sel.
 Pemendekkan telomere dpt menjelaskan batas replikasi sel. Hal ini
didukung oleh penemuan bahwa panjang telomere berkurang sesuai umur
individu.

 Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)

 Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat


kekurang-efektifan fungsi kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya
berbagai radikal bebas dalam tubuh

Referensi

- Stanley. Mickey. And Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku ajar Gerontik.
Edisi 2. Jakarta : EGC

Teori diuresis normal

Diuresis menunjukkan adanya penambahan volume urin yang


diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat
terlarut dan air. Ini menghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada
bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl-
memasuki urin dalam jumlah lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal
bersama-sama air yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik.

Pembentukan urin

Cara pengeluaran air seni yang paling utama adalah melalui ginjal.
Pengeluaran ini sebagian tidak dapat dihindari dan sebagian lagi dikendalikan oleh
hormon antidiuretik (ADH). Peningkatan pembuangan air melalui ginjal ini bisa
dipengaruhi oleh obat atau tanaman obat yang bersifat diuretik. Sedangkan fungsi
utama dari ginjal adalah memelihara kemurnian darah dengan jalan mengeluarkan
semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam darah. Untuk itu, darah mengalami
filtrasi dimana semua komponennya melintasi saringan ginjal kecuali zat putih telur
dan sel-sel darah.

Proses diuresis dimulai dengan mengalirkan darah ke dalam glomeruli, yang


terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang bekerja sebagai
saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air, garam-garam, dan glukosa.
Ultrafiltrat, yang diperoleh dari filtrasi dan berisi banyak air serta elektrolit, akan
ditampung di wadah yang mengelilingi setiap glomerulus seperti kapsul Bowman dan
kemudian disalurkan ke tubuli. Tubuli ini terdiri dari bagian proksimal dan distal,
yang letaknya masingmasing dekat dan jauh dari glomerulus. Kedua bagian ini
dihubungkan oleh sebuah lengkungan (Henle’s loop).

Air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan
garam-garam, antara lain ion Na+ dikembalikan pada darah melalui kapiler yang
mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak berguna seperti ampas perombakan
metabolisme protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Lalu, filtrat
dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus colligens), dimana
terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat disalurkan ke kandung kemih
dan ditimbun disini sebagai urin.

Mekanisme kerja diuretik


Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan menghambat
reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal. Kebanyakan reabsorpsi natrium dan air
terjadi di sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal (proksimal, ansa Henle dan distal).

1) Tubuli Proksimal
Garam direabsorpsi secara aktif (70%), antara lain Na+ dan air, begitu pula
glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung proporsional, maka susunan
filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmosis
(manitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan natrium.
2) Lengkungan Henle
Di bagian menaik lengkungan Henle ini, 25 % dari semua Cl- yang telah
difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan
K+ , tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan
(furosemida, bumetamida, etakrinat) bekerja dengan merintangi transport Cl- ,
dan demikian reabsorpsi Na+ , pengeluaran K+ , dan air diperbanyak.
3) Tubuli Distal
Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air hingga
filtrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Di bagian kedua segmen ini, ion Na+
ditukarkan dengan ion K+ atau, proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal
aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium
(amilorida, triamteren) bekerja disini.
4) Saluran pengumpul
Hormon antidiuretik vasopresin dari hipofise bekerja di saluran pengumpul
dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dan sel-sel saluran ini.

Referensi :
- J.Larry Jameson & Joseph Loscalzo.2013.Nefrologi dan Gangguan Asam-
Basa.Jakarta:EGC
- Basuki.B.Purnama.2011.Dasar-Dasar Urologi.Jakarta:Sagung Seto
2. Faktor-faktor yang menyebabkan inkontinensia urin pada skenario
a. Lanjut Usia (70 tahun)
Pada lanjut usia terjadi penurunan tahanan uretha dan muara kandung
kemih yang dapat menyebabkan Inkontinensia

b. Riwayat Pengobatan
Captopril memilki efek samping batuk-batuk yang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdominal yang berisiko terjadi inkontinensia stress.

Referensi :

- Rejeki andayani. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi VI. Internal
Publishing.
- Buku ajar Boedhi darmojo Geriatri (ilmu kesehatan Usia lanjut). Edisi ke 5.
Badan penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia.

3. Hubungan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat pengobatan dengan


inkontinensia pada skenario
A. Hubungan riwayat penyakit

a. Stroke
Inkontinensia setelah stroke kadang terjadi pada pasien afasia karena
pasien tidak dapat menyampaikan keinginannya atau akibat gangguan
pergerakan berat yang menyebabkan penderita terlambat menuju kamar
mandi, ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena
kerusakan control motorik dan postural atau karena lokasi kelainan di otak.
Pada kandung kemih dan uretra, kedua-duanya menerima persarafan simpatik
dan parasimpatik. Pada pasien stroke reflex miksi spinal sudah tidak mungkin
sehingga pengosongan kandung kemih harus dilaksanakan dengan penekanan
suprapubik secara terus menerus sampai air seni yang terkandung dikeluarkan
semuanya. Oleh karena itu, tonus kandung kemih hilang dan akibatnya residu
air seni setelah pengosongan dengan jalan penekanan supra pubik, masih
cukup besar. lama-kelamaan sfingter menjadi longgar dan timbulah
inkontenensia urin.

b. Diabetes Mellitus

Salah satu obat yang sering diberikan pada penderita DM yaitu


golongan sulfonylurea, dimana efek samping golongan tersebut adalah
hipoglikemia akibat kerja yang meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas. Namun hipoglikemia pada orang tua tidak mudah dikenali akibat
tidak adanya reflex simpatis. Namun pada umumnya, hipoglikemia cenderung
menyebabkan relaksasi otot-otot termasuk otot detrusor. Dan hal ini dapat
menyebabkan inkontinensia urin.

c. Pneumonia
Dimana beberapa gejala pneumonia yaitu batuk, dan sesak. Batuk
adalah salah satu refleks kompensasi tubuh. Dimana pada saat batuk terjadi
peningkatan intraabdomen sehingga menekan vesika urinaria dan
menyebabkan peningkatan tekanan intravesica dan tekanan intrauretra
sehingga dapat menyebabkan terjadinya inkontinensia urin. Selain itu, dapat
juga diperparah akibat melemahnya otot-otot dasar panggul, otot-otot sfingter
uretra yang disebabkan oleh proses penuaan.

Referensi:
- Purnomo, Basuki B. Dasar-dasar Urologi edisi III. 2011. Malang : Sagung
Seto
- Setiadi S, Pramantara IDP. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed V.
Jakarta: interna publishing.
- Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono. Aspek Fisiologik dan Patologik akibat
Proses Menua. Dalam: Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2011
- Mardjono, mahar. 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat

B. Hubungan riwayat pengobatan

 Obat antihipertensi

Salah satu efek samping dari pemakaian captopril adalah batuk.


Batuk dapat meningkatkan tekanan intraabdominal yang dapat
memperparah kejadian inkontinensia urin (tipe stress). Onset batuk pada
pasien yang mengonsumsi captopril paling cepat adalah 3 hari dan paling
lama adalah 12 bulan, dan jika berhenti mengonsumsi captopril batuk
akan menghilang besoknya dan paling lama 4 minggu. Sebanyak 2-4%
pasien yang mengonsumsi captopril mengalami batuk. Zat yang
menyebabkan terjadinya batuk ini dicurigai bradikinin atau prostaglandin.

 Obat diabetes mellitus

Salah satu obat yang sering diberikan pada penderita DM yaitu


golongan glibenklamide, dimana efek samping golongan tersebut adalah
hipoglikemia akibat kerja yang meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pancreas. Namun hipoglikemia pada orang tua tidak mudah dikenali
akibat tidak adanya reflex simpatis. Namun pada umumnya, hipoglikemia
cenderung menyebabkan relaksasi otot-otot termasuk otot detrusor. Dan
hal ini dapat menyebabkan inkontinensia urin.

Referensi:

- Morandi, Anita, Maffeis, Claudio. Best Practice & Research: Clinical


Endocrinology & Metabolism: Urogenital complications of obesity. Vol.27.
Issue2. Elsevier. 2013
- Phelan, S., et.al. Clinical Research in Diabetes and Urinary Incontinence:
What We Know and Need to Know. 2009.

4. Langkah-langkah diagnosis sesuai skenario?


A. ANAMNESIS :
1. Identitas pasien : Laki-laki 70 Tahun
2. Keluhan utama :
 kencing sedikit-sedikit, penderita merasa tidak puas bila berkemih dan
kadang tanpa disadari celananya basah oleh air kencingnya.
 Onset : 4 bulan
 Warna : kuning jernih
3. Keluhan penyerta :
 Batuk, lender kental, warna kuning, tidak demam
 Nafsu makan berkurang
 Berat badan menurun
4. Penyakit sekarang :
 Diabetes melitus tipe 2
 Hipertensi grade 2
 Hipotensi ortostatik
 Pneumonia
 Anemia
 Hiperuresemia
5. Riwayat penyakit dahulu : Post stroke
6. Riwayat alergi : -
7. Riwayat konsumsi obat :
 Obat Glibenklamide 5 mg
 Tekanan darah tinggi berobat dengan obat Captopril 25 mg. Sejak 8
tahun yang lalu

8. Anamnesis system :
 Paru : batuk
 Jantung:-
 GI : -
 Ginjal : CKD stage 3b
(140-70)x47 / 72x1,40 = 3.290/100,8 = 32,63 mg/dl
 Vaskuler : Post stroke
9. Finansial : -

B. PEMERIKSAAN FISIK :
Tanda- tanda vital :

1. Tekanan Darah: baring 180/70 mmHg dan duduk 160/70 mmHg ( hipertensi


grade 2 JNC-7, hipertensi ortostatik)

2. Pernapasan: 24 x/menit ( normal16-24 x/menit)


3. Suhu: 37,o C (Normal)

4. Berat Badan: 47 kg

5. Tinggi Badan : 165 cm

6. IMT: BB/TB2 = 47/(1.65)2 = 17,2 kg/bb (underweight)

Gambar 1. Penilaian Nutrisi Mini (MNA)

7. Kulit:  Menilai turgor, trauma, kepucatan  tidak diketahui


8. Mata: tidak diketahui

9. Paru: didapatkan ronki basah kasar di seluruh lapangan kedua paru

10. Kardiovaskuler:  dalam batas normal

11. Abdomen : hepar dan limpa dalam batas normal

12. Ekstremitas: badan sebelah kiri lemah oleh karena serangan strok sehingga
berjalan tidak stabil.

13. Gangguan kognitif : Penilaian AMT ( abbreviated Mental Test)

Gambar 2. Table penilaian AMT


14. Status Fungsional : merupakan kemampuan seseorg melaksanakan aktivitas hidup
setiap hari-harinya.
Gambar 3. Penialain ADL’s

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Pemeriksaan laboratorium :

 Hb 10,3 gr%
 Leukosit 12.500 /mm3
 GDS 251 mg/dl
 ureum 58 mg/dl
 kreatinin 1,40 mg/dl
 asam urat 6,2 mg/dl
 albumin 2,8 gr/dl.
 SGOT/SGPT :-
 Fraksi lipid : -
 Elektrolit darah : -

Analisa urin :
 Sedimen leukosit : 1-3/lpb
 eritrosit 8-10/lpb.

Radiologi :
Pemeriksaan foto thorax ditemukan adanya perselubungan homogen di
daerah medial kedua paru.

Refernsi :

- Alexandre T da S, Corona LP, Nunes DP, Santos JLF, Duarte YA de O,


Lebrão ML. Disability in instrumental activities of daily living among older
adults: Gender differences. Rev Saude Publica. 2014;48(3):379–89.
- Rubenstein LZ, Harker JO, Salva A, Guigoz Y, Vellas B. Screening for
Undernutrition in Geriatric Practice: Developing the Short-Form Mini
Nutritional Assessment (MNA-SF). J. Geront. 2001; 56A: M366-377

- Kee L. J. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Diognostik Edisi 6.


Jakarta: EGC. 2015.

5. Pencegahan dan Tatalaksana sesuai skenario?


A. Pencegahan
Diabetes melitus

Sebagaimana diketahui olahraga baik bagi kita, dan juga pada orang tua dengan
diabetes. Fakta yang didapatkan dari National Institutes of Health menunjukkan
orang dari semua usia dan berbagai kondisi fisik dapat memperoleh keuntungan
dengan olahraga dan aktivitas fisik.
Ada beberapa olahraga yang aman dilakukan untuk orang-orang berusia > 65
tahum, tapi ingatlah sebelum memulai olahraga sebaiknya tetap berkonsultasi dengan
dokter.
1. Olahraga untuk keseimbangan dapat mengurangi risiko terjatuh, olahraga yang
sekarang mulai ramai seperti tai chi juga aman.
2. Fleksibilitas, stretching dapat membantu pemulihan dari cedera dan menjaga dari
cedera di kemudian hari.
3. Penguatan atau resisten dapat juga dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan,
tapi ini jangan dilakukan pada orang-orang dengan retinopati diabetic.
4. Daya tahan, seperti berjalan, jogging, atau berenang dapat meningkatkan jantung,
paru-paru dan sistem sirkulasi. Olahraga jenis ini juga dapat memperlambat atau
mencegah kanker kolon, penyakit jantung, osteoporosis, stroke, dan berbagai
penyakit serius lainnya.
Mungkin olahraga jenis penguatan baik untuk penderita diabetes.
Olahraga aerobic seperti berjalan atau berenang dapat membantu menurunkan
berat badan, meningkatkan kesehatan jantung, dan merupakan kontrol yang
baik untuk gula darah. Olahraga penguatan dapat memperbaiki kualitas hidup
karena memungkinkan untuk tetap melakukan aktivitas harian seperti
berjalan, mengangkat. Olahraga penguatan juga membantu menurunkan risiko
osteoporosis dan patah tulang. Selain itu, penelitian membuktikkan bahwa
olahraga penguatan dapat:

 Memperbaiki sensitivitas insulin


 Memperbaiki toleransi glukosa
 Membantu menurunkan berat badan
 Menurunkan risiko peyakit jantung
Periode olahraga penguatan yang lama dapat meningkatkan kontrol kadar
gula sebaik apabila meminum obat-obatan diabetes. Faktanya, pada orang-
orang dengan diabetes, olahraga penguatan yang dikombinasikan dengan
aerobik lebih menguntungkan

Referensi:
- BD Diabetes. 2011. Exercises for Older Adults with Diabetes.
- Seibel, John. 2009. Strength Training and Diabetes.

Hipertensi

Haruslah diakui sangat sulit untuk mendeteksi dan mengobati penderita


hipertensi secara adekuat, harga obat-obat ant ihip ert ensi t ida kla h mu r ah,
ob at -ob a t baru amat mahal, dan mempunyai banyak efek samping. Untuk
alas an inilah pengobatan hipertensi memang penting tetapi tidak lengkap
tanpa dilakukan tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko
penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi. Pencegahan sebenarnya merupakan
bagian dari epngobatan hipertensi karena mampu memutus mata rantai
penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya.

Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan : i) intervensi


untuk menurunkan tekanan darah di populasi denga n tujuan menggeser
distribusi tekanan darah kea rah yang lebih rendah. Penurunan TDS sebanyak
2 mmHg di populasi mampu menurunkan kematian akibat stroke, PJK, dan
sebab- sebab lain masing-masing sebesar 6%, 4% dan 3%. Penurunan TDS 3
mmHg ternyata dapat menurunkan kematian masing- masing sebesar 8%, 5%
dan 4%. ii) strategi penurunan tekanan darah ditujukan pada mereka yang
mempunyai kecenderungan meningginya tekanan darah, kelompok
masyarakat ini termasuk mereka yang mengalami tekanan darah normal dalam
kisaran yang tinggi (TDS 130-139 mmHg atau TDD 85-89 mmHg), riwayat
keluarga ada yang menderita hipertensi, obsitas, tidak aktif secara fisik, atau
banyak minum alcohol dan garam.

Berbagai cara yang terbukti mampu untuk mencegah terjadinya hipertensi,


yaitu pengendalian berat badan, pengurangan asupan natrium kloride, aktifitas
alcohol, pengendalian stress, suplementasi fish oil dan serat The 5-year
primary prevention of hypertension meneliti berbagai faktor intervensi terdiri
dari pengurangan kalori, asupan natrium kloride dan alcohol serta peningkatan
aktifitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan penurunan berat badan sebesar
5,9 pounds berkaitan dengan penurunan TDS dan TDD sebesar 1,3 mmHg
dan 1,2 mmHg. Penelitian yang mengikut sertakan sebanyak 47.000 individu
menunjukan perbedaan asupan sodium sebanyak 100 mmo1/hari berhubungan
dengan perbedaan TDS sebesar 5 mmHg pada usia 15-19 tahun dan 10 mmHg
pada usia 60-69 tahun.

Meningginya TDS dan TDD, meningkatnya sirkulasi kadar kateholamin,


cortisol, vasopressin, endorphins, andaldosterone, dan penurunan ekskresi
sodium di urine merupakan respons dari rangsangan stress yang akut.
Intervensi pemnegdalian stress seperti relaksasi, meditasi dan biofeedback
mampu mencegah dan mengobati hipertensi.

Referensi:

- WHO. Guidelines for management of hypertension Geneva:


WHO;1999. Available from URL:
- Levy D, Larson MG, Vasan RS, Kannel WB. Ho KK. The progression
from hypertension to congestive heart failure. JAMA 1996.

Inkontinensia Urin
Langkah utama untuk mencegah inkontinensia urine adalah menerapkan
gaya hidup sehat. Tindakan ini dapat dilakukan dengan cara:

1. Menurunkan berat badan, jika Anda memiliki berat badan berlebih.


2. Mengonsumsi makanan tinggi serat, untuk mencegah sembelit.
3. Membatasi konsumsi minuman berkafein dan beralkohol.
4. Berhenti merokok.
5. Berolahraga secara rutin.

Referensi: Buku ajar Boedhi – Darmojo Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) Balai
penerbit UI

B. Komplikasi

Jawab :

a. Ulkus Dekubitus
Faktor dehidrasi yang terjadi akibat inkontinensia urin dapat menurunkan
tekanan intravascular serta kulit orang usia lanjut yang selalu terpapar urine
juga akan mengalami maserasi sehingga terjadi perubahan pada pertahanan
kulit yang menyebabkan terjadinya ulkus dekubitus.1
b. Jatuh
Pada orang usia lanjut sudah terdapat perubahan dalam gaya berjalan dan
postur tubuhnya sehingga banyak faktor yang bisa menyebabkan orang usia
lanjut kehilangan keseimbangan. Salah satunya adalah kondisi lingkungan
yang tidak mendukung. Berdasarkan skenario, air seni yang berceceran di
lantai bisa menyebabkan lantai licin sehingga orang usia lanjut bisa jatuh. 2
c. Infeksi Saluran Kemih
Pada orang usia lanjut yang mengalami inkontinensia urin, salah satu
penanganannya adalah dengan penggunaan kateter. Ada kateter intermitten
dan menetap. Untuk kateter menetap digunakan bila terjadi retensi urin yang
lama. Penggunaannya disarankan untuk tidak digunakan secara rutin karena
dapat memicu terjadi infeksi saluran kemih.1

Referensi :

- Martini, Rose Dinda. dkk. 2014. Ulkus Dekubitus, Inkontinensia Urin Dan
Kandung Kemih Hiperaktif dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Interna Publishing. Halaman 3766, 3778
- Setiati, Siti dan Purwita W. Laksmi. 2014. Gangguan Keseimbangan, Jatuh,
Dan Fraktur dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 1. Jakarta :
Interna Publishing. Halaman 183

6. Bagaimana tata laksana skala prioritas sesuai skenario?


a. Inkontinensia urin
Non farmakologis
Terapi non farmakologis meliputi terapi suportif non spesifik (edukasi,
manipulasi lingkungan, pakaian dan pads tertentu); intervensi tingkah laku
(latihan dasar otot panggul, latihan andung kemih, penjadwalan berkemih,
latihan kebiasaan); terapi medikamentosa; operasi; dan pemakaian kateter.
Intervensi perilaku yang merupakan tatalaksana non farmakologis memiliki
risiko yang rendah dengan sedikit efek samping namun memerlukan motivasi
dan kerjasama yang baik dari pasien. Secara umum strategi meliputi edukasi
pada pasien atau pengasuh pasien (caregiver). Intervensi perilaku meliputi
bladder training, habit training, prompted voiding, dan latihan dasar otot
panggul.
Bladder training merupakan salah stau terapi yang efektif diantara
terapi non farmakologik lainnya. Terapi ini bertujuan memperpanjang interval
berkemih yang normal dengan teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga
frekuensi berkemih hanya 6-7 kali per hari ata 3-4 jam sekali. Pasien
diharapkan dapat menahan sensasi untuk berkemih. Pasien diintruksikan
untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula-mula setip jam,
selanjutnya interval berkemih diperpanjang secara bertahap sampai setiap 2-3
jam.
Latihan otot dasar panggul merupakan tehnik yang efektif untuk
inkontinensia urin tipe stres atau campuran dan tipe urgensi. Latihan
dilakukan 3-5 kali sehari dengan 15 kontraksi dan menahan hingga 10 detik.
Habit training memerlukan penjadwalan waktu berkemih. Diupayakan agar
jadwal berkemih sesuai dengan pola berkemih pasien sendiri. Teknik ini
sebaiknya digunakan pada inkontinensia urin tipe fungsional membutuhkan
keterlibatan petugas kesehatan atau pengasuh pasien.

Farmakologis
Terapi farmakologis atau medikamentosa telah dibuktikan mempunyai
efek yang baik terhadap inkontinensia urin tipe urge dan stres. Obat-obat yang
dipergunakan daoat digolongkan menjadi antikolinergik, antispasmodic,
agonis adrenergik a, estrogen topikal, dan antagonis adrenergik a.
b. Pneumonia
Pneumonia akibat virus diberikan terapi suportif dengan istirahat,
pemberian cukup cairan dan nutrisi yang baik. Diamati terhadap terjadinya
komplikasi pneumonia bakteri sekunder. Pada pneumonia lansia karena
bakteri yang berat sering diperlukan perawatan ICU dan ventilator. Karena itu
perlu sebaiknya dilakukan terapi yang lebih agresif.
Pada pneumonia bakteri dilakukan tatalaksana seperti pneumonia bakteri
lainnya dengan memberikan terapi antibiotik empirik terhadap bakteri penyebab.
c. Nutrisi
Tujuan program penurunan berat badan haruslah untuk mencapai
penurunan berat badan sedang yang menyebabkan membaiknya status
kesehatan. Upaya-upaya meningkatkan aktifitas fisis dan mengurangi asupan
kalori lebh diutamakan daripada penggunaan obat.
Bila program penurunan berat badan diambil, perlu diingat bahwa
tulang dan otot akan turut berkurang selama periode penurunan berat badan.
Orang tua mengalami kehilangan berat badan dalam proporsi sama dengan
lemak dan otot seperti pada orang dewasa muda namun demikian karena
mereka mulai dengan massa tubuh kering lebih sedikit, berlanjutnya
penurunan berat badan akan menyebabkan penurunan berat di bawah ambang
risiko fraktur serta hilangnya kejadian kekuatan otot. Perlu dilakukan upaya
guna mencegah kehilangan massa tulang dan otot seperti latihan aerobik dan
daya tahan atau terapi antiosteoporotik lainnya. Selain itu, restriksi kalori
perlu ditambahkan guna memastikan asupan adekuat zat gizi dan vitamin
selama periode diet.

d. Penyakit Ginjal Kronik


Penatalaksanaan meliputi :
 Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
 Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition)
 Memperkuat pemburukan (progression) fungsi ginjal
 Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
 Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal

Perencanaan tatalaksana berdasarkan dengan derajatnya:

Rencana tatalaksana penyakit ginjal kronik sesuai derajatnya

deraja Rencana tatalaksana


t

1 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid, evaluasi perburukan fungsi


ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler

2 Menghambat perburukan fungsi ginjal

3a & Evaluasi dan terapi komplikasi


3b

4 Persiapan untuk terapi pengganti ginjal

5 Terapi pengganti ginjal

e. Hipertensi
Non Farmakologis
 Modifikasi gaya hidup
 Berhenti merokok,
 Pengendalian berat badan,
 Mengurangi stres mental,
 Pembatasan konsumsi garam & alkohol,
 Meningkatkan aktivitas fisik
 Asupan Na untuk usia < 50 tahun 1500 mg, usia 51-70 tahun 1300 mg & >70
tahun 1200 mg.
 JNC-7(2004 ) 2400mg Na atau 6 gr garam dapur

Farmakologis
Prinsip pengobatan yaitu start slow go slow. Dalam skenario dijelaskan
bahwa si pasien memiliki riwayat DM serta memiliki kadar asam urat yang
tinggi, maka pengobatan yang perlu dilakukan yaitu :
 Hipertensi yang disertai DM dapat diberikan ARB => menurunkan resistensi
insulin.
 Thiazid dan loop diuretik tidak diberikan karena dapat menyebabkan
hiperurisemia

f. Diabetes Melitus
 Lifestyle modification
 Hyperglycemic lowering agents
 kontrol gula darah
 Hindari pemakaian metformin dan obat – obat sulfonil urea dengan
masa kerja panjang. Eliminasi sulfonylurea dan metabolitnya sangat
dipengaruhi oleh fungsi ginjal, sehingga pada pasien PGK stadium 3-5
generasi pertama sulfonylurea harus dihindari, tetapi generasi kedua yaitu
glipizide dapat direkomendasi- kan oleh karena metabolitnya tidak aktif
dan risiko hipoglikemia jauh lebih rendah.
 Terapi insulin dapat dimulai antara lain untuk pasien gagal terapi oral,
kendali kadar glukosa darah yang buruk (A1c > 7,5 % atau GDS >250
mg/dl), riwayat pangkreatektomi, riwayat fluktuasi kadar glukosa darah
yang lebar, riwayat ketoasidosis, dan penyandang DM lebih dari 10 tahun.
Refrensi :
- Setiati S, Pramantara IDP. Inkontinensia Urin dan Kandung Kemih
Hiperaktif. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2015:3774.
- Azis A. Inkontinensia Urin. Makassar: Tumbuh Kembang dan Geriatri; 2018.
- Dahlan Z. Pneumonia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta:
Interna Publishing; 2015:1610.
- Sari NK. Gaangguan nutrisi pada lanjut usia. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2015:441.
- Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015.
- Lestari I. Chronic Kidney Disease. Uronefrologi; 2017.
- Himawan Sanusi. Diabetes Melitus and Osteoarthritis. Tumbuh Kembang dan
Geriatri; 2018.
- Hapsari P. Hipertensi in Geriatric. Tumbuh Kembang dan Geriatri; 2018.
- Pilihan Obat Diabetes pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis. Kalbemed.
2011;25(3):2011.
- Dianati NA. Gout and Hyperuricemia. 2015;4.

7. Perspektif Islam tentang lansia adalah


Artinya :
23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang
diantaranya atau kedua-duanya sampai berusianlanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-sekali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan
“ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik.

24. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanyan dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku pada waktu kecil”

Anda mungkin juga menyukai