Anda di halaman 1dari 5

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


2019
REFLEKSI KASUS
PITIRIASIS ROSEA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Stase Kulit Kelamin
Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan Kepada:

dr. Nafiah Chusniyati, Sp.KK., M.Sc.

Disusun Oleh :
Latifah Amalia Zati
20174011031

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT KELAMIN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019

1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
A. Identitas Pasien

Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Buruh

B. Rangkuman Kasus
Seorang pasien laki-laki berusia 33 tahun datang ke poliklinik kulit RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta dengan keluhan gatal hamper di seluruh tubuh. Gatal bermula di
kedua lengan atas dekat lipat siku sekitar 1 bulan yang lalu. Gatal lalu menyebar ke paha,
punggung, dan leher. Rasa gatal muncul sewaktu-waktu dan belum diobati. Keluhan demam,
flu, nyeri kepala, nausea, kehilangan nafsu makan disangkal. Pasien saat ini tinggal bersama
istrinya. Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat alergi dan
riwayat atopik disangkal. Tidak ada riwayat atopik pada keluarga. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis, tanda vital dalam batas
normal. Pada pemeriksaan dermatologis di kedua lengan atas dekat lipat siku, paha, punggung,
leher, terdapat lesi macula, patch eritem berbentuk oval batas tegas, dengan skuama, multiple
menyebar, herald patch (+), Christmas tree (-). Diagnosis pasien ini adalah Pitiriasis Rosea,
dengan diagnosis banding Tinea korporis, dermatitis numularis, pityriasis vesikolor.

C. Perasaan terhadap Pengalaman


Pitiriasis Rosea merupakan penyakit yang dapat timbul pada semua usia terutama usia 15-
40 tahun dan jarang terjadi pada usia kurang dari 2 tahun dan lebih dari 65 tahun. Penyakit ini
lebih banyak terjadi pada perempuan disbanding laki-laki dengan rasio 1,5:1. Dalam sebuah
studi menyebutkan insidensi pityriasis rosea terjadi pada 0.16% yang artinya terjadi pada kurang
lebih 160 per 100.000 pasien. Studi yang lain menyebutkan insidensi mencapai 0.75% sampai
1.17%. Pitiriasis rosea merupakan erupsi kulit akut yang dapat sembuh sendiri dalam waktu 3-
8 minggu dengan munculnya lesi inisial berbentuk eritem dengan skuama halus.
Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2014, tingkat kemampuan dokter umum
dalam menangani pityriasis rosea adalah 4A, dimana dokter umum harus mampu melakukan
diagnosis klinis, serta memberkan terapi secara mandiri sampai tuntas. Oleh karena itu, sebagai
dokter umum saya ingin mengetahui lebih lanjut mengenai kriteria diagnosis dan tatalaksana

2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
pityriasis rosea, agar dikemudian hari saya dapat menangani pasien dengan pityriasis rosea
secara mandiri hingga tuntas sesuai SKDI.

D. Masalah yang Dikaji


1. Bagaimana penegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea?
2. Bagaimana penatalaksanaan yang dapat diberikan pada Pitiriasis rosea?

E. Analisis Masalah
1. Penegakkan Diagnosis Dermatitis Paederus
Pitiriasis rosea merupakan erupsi kulit akut yang dapat sembuh sendiri dalam waktu 3-
8 minggu dengan munculnya lesi inisial berbentuk eritem dengan skuama halus yang kemudian
disusul oleh lesi yang lebih kecil, tersebar di badan, lengan, dan tungkai. Etiolgi dari penyakit
ini belum diketahui, namun berdasarkan gambaran klinis dan epidemiologinya diduga
pityriasis rosea disebabkan oleh infeksi. Sedangkan berdasarkan bukti ilmiah diduga
merupakan eksantema virus yang berhubungan dengan reaktivasi Human Herpes Virus
(HHV)-7 dan HHV-6.
Diagnosis pityriasis rosea dapat ditegakkan melalui munculnya gejala klinis gatal
dengan lesi pertama (herald patch) umumnya muncul di badan, berbentuk oval dan anular
dengan diameter kira-kira 3cm. lesi terdiri atas lesi eritem dengan skuama halus. Lesi ini dapat
timbul beberapa hari hingga beberapa minggu.
Lesi berikutya dapat timbul 4-10 hari setelah munculnya lesi pertama dengan gambaran
khas seperti lesi pertama, hanya ukurannya lebih kecil dan susunannya dapat sejajar kosta atau
mengikuti Langer lines sehingga menyerupai pohon cemara terbalik (Christmas tree pattern).
Lesi dapat timbul serentak atau beberapa hari dengan tempat predileksi di batang tubuh, lengan
atas bagian proksimal, dan tungkai atas. Pada beberapa pasien dapat ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening.
Selain lesi berupa eritoskuama, lesi pada pityriasis rosea dapat juga berupa urtika,
vesikel dan papul yang lebih sering terjadi pada anak-anak. Lesi ini akan sembuh dengan
sendirinya bersamaan dengan penyembuhan lesi kulit dalam 3-8 minggu.
Pada sebagian kecil pasien dapat terjadi gejala menyerupai flu, termasuk malaise, nyeri
kepala, nausea, hilangnya nafsu makan, demam, dan artralgia. (Adhi & Triestianawati, 2017)

3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
2. Penatalaksanaan
Pengobatan pityriasis rosea bersifat simtomatik. Untuk keluhan gatal dapat diberikan
antihistamin oral seperti cetirizine 1x10 mg/hari, maupun obat topical seperti bedak asam
salisilat yang ditambah mentol ½-1%. (Adhi & Triestianawati, 2017) Bila keluhan gatal sangat
mengganggu, dapat pula diberikan kortikosteroid topical potensi sedang. (Perhimpunan Dokter
Spesialis Kulit dan kelamin Indonesia (PERDOSKI), 2017)
Bila terdapat gejala menyerupai flu dan atau kelainan kulit luas, dapat diberikan
asiklovir 5x800mg per hari selama 1 minggu. Pengobatan ini dapat mempercepat
penyembuhan. (Adhi & Triestianawati, 2017) Selain itu dapat pula dberikan eritromisin oral
4x250 mg/hari selama 14 hari. Dapat pula dilakukan fototerapi narrowband ultraviolet B (NB-
UVB) dengan dosis tetap sebesar 250 mL/cm2 3 kali seminggu selama 4 minggu. (Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan kelamin Indonesia (PERDOSKI), 2017)
Selain pemberian farmakoterapi, perlu diberikan edukasi bagi pasien bahwa kelianan
ini merupakan kelianan kulit yang dapat sembuh sendiri, sehingga pengobatan yang diberikan
lebih bertujuan untuk mengurangi gejala.

F. Kesimpulan
Pitiriasis rosea merupakan erupsi kulit akut yang dapat sembuh sendiri dalam waktu 3-
8 minggu dengan munculnya lesi inisial berbentuk eritem dengan skuama halus yang kemudian
disusul oleh lesi yang lebih kecil, tersebar di badan, lengan, dan tungkai. Etiologi penyakit ini
belum diketahui, namun ada sumber yang mengatakan bahwa kondisi ini isebabkan karena
adanya infeksi, serta berhubungan dengan HHV-6 dan HHV-7. Prinsip pengobatan pityriasis
rosea adalah dengan pengobatan simtomatik, baik dengan pengobatan topical maupun sistemik.
Selain pengobatan farmaterapi, pelu dijelaskan pula pada pasien bahwasannya kondisi ini
merupakan kelainan kulit yang dapat sembuh dengan sendirinya, dan pad aumumnya tidak
memiliki komplikasi yang serius.

G. Referensi
Adhi, D., & Triestianawati, W. (2017). Pitiriasis Rosea. In S. L. Menaldi, K. Bramono, & W.
Indriatmi, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7 (pp. 225-227). Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
REFLEKSI KASUS
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan kelamin Indonesia (PERDOSKI). (2017). Pitiriasis
Rosea. In Panduan Praktik Klinis (pp. 33-35). Jakarta: PERDOSKI.

Anda mungkin juga menyukai