Anda di halaman 1dari 19

Tutorial Klinik :

Tertanggal : 12 April 2023


Dokter Pembimbing/pendidik, dan penilai Klinik

dr. Patmawati, Sp.KJ

SKIZOFRENIA

Diajukan Untuk memenuhi sebagaian syarat-syarat Guna


memperoleh pembimbingan/pendidikan, penilaian,
dan penguji Kepanitraan klinik profesi
kedokteran Ilmu kesehatan jiwa

Waktu Stase :
06 Maret 2023 s/d 01 April 2023

DI SUSUN OLEH :
Della safitri 1821 777 14 464
Dwicky Welmansyah Taslim 18 21 777 14 465
Niluh Putu Mellenia 18 21 777 14 486
Firda Ulandari 18 21 777 14 493

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Dokter Muda/stambuk : Della safitri 1821 777 14 464


Dwicky Welmansyah Taslim 18 21 777 14 465
Niluh Putu Mellenia 18 21 777 14 486
Firda Ulandari 18 21 777 14 493

Judul Tutorial Klinik : TUTORIAL KLINIK SKIZOFRENIA

Bagian ilmu kesehatan jiwa


RSD MADANI PALU
Mengetahui ;

Palu, 12 April 2023


Dokter Pembimbing/pendidik dan penilai Klinik

dr. Patmawati, Sp.KJ

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
2023
A) SKENARIO
I. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Ny. I
- Umur : 27 tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Agama : Islam
- Pendidikan terakihir : SD
- Status Perkawinan : Bercerai
- Warga Negara : Indonesia
- Pekerjaan :-
- Tanggal Pemeriksaan : 12 April 2023
- Tempat Pemeriksaan : Ruangan Sawo, RSD Madani

II. LAPORAN PSIKIATRIK


A. Riwayat Penyakit
- Riwayat penyakit pasien diperoleh dari anamnesis terhadap pasien
(Autoanamnesis). Anamnesis dilakukan di ruangan Sawo, RSD Madani

B. Keluhan Utama
Gelisah

C. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien perempuan berusia 27 tahun dirawat di ruangan sawo rumah
sakit Madani palu dengan keluhan utama gelisah yang dirasakan pasien
kurang lebih sejak 1 bulan yang lalu dan memberat 1 minggu terakhir,
yang mana pasien diketahui mengamuk dan keluar rumah tanpa tujuan
diakibatkan tidak betah dirumah, karena pasien merasa keluarga dan
tetangganya menceritakan dirinya yang mengatakan bahwa pasien telah
merebut suami orang dan mengejeknya sebagai “orang gila”. Terlebih lagi
keluarga pasien tidak peduli padanya dan mengalami kekerasan berupa
pukulan dari tetangganya yang dialami kurang lebih 1 minggu yang lalu.
Pasien selalu mendengarkan bisikan ditelinga kanan seperti suara
nenek tua yang menyuruhnya untuk membunuh tetangganya tersebut.
Namun pasien selalu berusaha mengatakan pada dirinya sendiri bahwa “ini
tidak benar”, sehingga akibat tidak melakukan perintah tersebut, pasien
merasa dikejar dan melihat adanya bayangan hitam besar yang samar-
samar seakan ingin berteman dengannya.
Semenjak ibu pasien meninggal 4 tahun yang lalu, ia merasakan stress
dan pasien juga ditinggal oleh suami dan anak-anaknya yang ikut dengan
suami pasien. Hal ini memperburuk kesedihan yang dialami pasien,
sehingga ia sulit mengontrol emosinya dan mulai melihat adanya
bayangan-bayangan. Pada tahun 2020 merupakan pertama kali pasien
merasakan keluhan ini dan control berobat di poliklinik. Pasien rutin
mengkonsumsi obat, namun selang 1 minggu terakhir pasien tidak rutin
meminum obat.

 Hendaya/ Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)

 Faktor Stressor Psikososial


Terdapat masalah dalam lingkungan keluarga dan sosial

 Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan


psikis sebelumnya.
Pasien memiliki Riwayat penyakit fisik yaitu asam urat dan hipertensi
dan pasien memilki keluhan psikis yang serupa sebelumnya tetapi
putus obat.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien pernah berobat sebelumnya dan putus obat 11 bulan.
2. Riwayat Gangguan Medis
- Riwayat kejang : Tidak ada
- Riwayat infeksi otak : Tidak ada
- Riwayat cedera kepala : Tidak ada
- Riwayat asma : Tidak ada
- Riwayat asam urat : Tidak ada
- Riwayat hipertensi : Tidak ada
- Riwayat diabetes melitus : Tidak ada
- Riwayat alergi : Tidak ada
- Riwayat opname : Tidak ada

3. Riwayat Penyalahgunaan Zat


- Riwayat penggunaan NAPZA : Tidak ada
- Riwayat meminum alkohol : Tidak ada
- Riwayat merokok : Tidak ada

E. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir pada tanggal 31 Januari 1995 dengan lahir normal, cukup
bulan. Selama masa kehamilan, ibu pasien dalam keadaan sehat. Ibu
pasien tidak pernah sakit berat selama kehamilan. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien baik seperti anak seusianya.
2. Masa Kanak Awal (sampai 1-3 Tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur dan tidak terdapat gejala-
gejala masalah perilaku. Pasien mendapatkan kasih sayang dari orang
tua dan saudara-saudaranya.
3. Masa Kanak Pertengahan (4-10 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan baik, sesuai dengan anak seusianya.
Pasien masuk sekolah dasar dan pasien bisa menulis dan membaca
dengan baik. Pasien bisa bersosialisasi dengan teman sekolah dan
lingkungan sekitar. Prestasi akademik pasien disekolah baik.
4. Riwayat masa kanak-kanak akhir/pubertas/remaja (12-18 tahun)
Hubungan pasien baik dengan teman – temanya di Sekolah. Prestasi
akademik pasien baik selama sekolah. Namun terkendala biaya, sehingga
pasien tidak melanjutkan Pendidikan ke jenjang berikutnya
5. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( 12-18 tahun)
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP, dikarenakan
terkendala biaya.
6. Riwayat Masa Dewasa
- Riwayat Pendidikan
Pasien hanya mendapat Pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD)
- Riwayat Pekerjaan
Pasien sebelumnya belum memiliki pekerjaan
- Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah, tetapi bercerai
- Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat militer.
- Riwayat keagamaan
Pasien beragama islam, berasal dari keluarga yang juga beragama
yang sama.
- Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib.
F. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien tinggal bersama keluarga. Di keluarga tidak ada yang memiliki riwa
yat masalah psikis.
G. Riwayat Situasi Sekarang
Pasien kooperatif saat dilakukan anamnesis, pasien terkadang tidak serius
dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan dan pasien cenderung
berbicara tentang banyak hal yang tidak sinkron satu sama lain.
H. Persepsi Pasien tentang diri dan Kehidupannya
Pasien tidak menyadari penyakitnya dan faktor yang berhubungan dengan
penyakitnyal.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


a) Deskripsi Umum
1) Penampilan : Tampak seorang perempuan berumur 27 tahun wajah
tampak sesuai dengan usia, menggunakan baju lengan pendek dan
celana panjang berwarna merah muda.
2) Kesadaran: Normal (GCS 15)/ Compos Mentis
3) Perilaku dan aktivitas psikomotor : Gelisah. Pasien dalam keadaan
mondar-mandir selama wawancara.
4) Pembicaraan: Pasien berbicara spontan
5) Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif, walaupun pasien terkadang
tidak serius dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan dan
pasien cenderung berbicara tentang banyak hal yang tidak sinkron
satu sama lain.

b) Keadaan Afektif
1) Mood : Labil
2) Afek : Afek sempit
3) Keserasian : Tidak Sesuai
4) Empati : Tidak dapat diraba rasakan

c) Fungsi Intelektual atau Kognitif


1) Taraf pendidikan : Sesuai dengan pendidikan
2) Daya konsenterasi : Baik
3) Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
4) Daya ingat
Jangka Panjang : Baik
Jangka Pendek : Baik
5) Pikiran abstrak : Baik
6) Bakat Kreatif : Tidak
7) Kemampuan menolong diri sendiri : Baik

d) Gangguan Persepsi
1) Halusinasi : Ada, halusinasi auditorik berupa bisikan bisikan di
telinga kanan yang selalu mengganggu pasien. Bisikan ini berupa
suara nenek tua yang menyuruhnya untuk membunuh tetangganya
tersebut
2) Ilusi : Ada, berupa pasien merasa dikejar dan melihat
adanya bayangan hitam besar yang samar-samar seakan ingin
berteman dengannya
3) Depersonalisasi: Tidak ada
4) Derealisasi : Tidak ada

e) Proses Berpikir
1) Arus Pikiran
- Produktivitas : Tidak ada
- Kontinuitas : Relevan, koheren
- Hendaya berbahasa : Tidak ada
2) Isi Pikiran
- Preokupasi : Tidak ada
- Gangguan isi pikiran : Waham curiga (merasa keluarga dan
tetangganya menceritakan dirinya yang mengatakan bahwa pasien
telah merebut suami orang dan mengejeknya sebagai “orang gila”)
f) Pengendalian Impuls
Selama wawancara, impuls pasien dapat dikendalikan dengan normal.

g) Daya Nilai
1) Norma sosial : Baik
2) Uji daya nilai : Baik
3) Penilaian Realitas : Terganggu

h) Tilikan (insight)
Tilikan derajat 3 yaitu Pasien menyadari bahwa dirinya sakit
namun menyalahi orang lain

i) Taraf Dapat Dipercaya


Tidak dapat dipercaya.

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


1. Status Internus
a. Kesan umum : Kompos mentis, gizi baik, konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-).
b. Tanda vital : Tekanan Darah: 110/70 mmHg, Nadi: 94x/menit,
suhu: 36,6oC, respirasi: 20 x/menit.
c. Kepala : Normocephal
d. Leher : Dalam batas normal .
e. Thorax
- Inspeksi : Respirasi dada simetris/bilateral
- Palpasi : Massa (-), Pergerakan dada bilateral
- Perkusi : Paru (Sonor), Batas jantung normal, bunyi pekak
- Auskultasi: Paru (Bronkovesikuler) dan Jantung (S1 dan S2
murni reguler, bunyi tambahan (-)
f. Abdomen
- Inspeksi : Massa (-), dalam batas normal
- Auskultasi: Peristaltik usus (+)
- Perkusi : Pembesaran hepar (-), lien (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
g. Ekstremitas : Dalam batas normal
2. Status Neurologis
a. Fungsi kesadaran : GCS E4V5M6.
b. Fungsi sensorik : Dalam batas normal.
c. Fungsi motorik : Dalam batas normal.

Kekuatan Tonus R. Fisiologis R. Patologis


Normal Normal ++ + + - -
++ ++ - -

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien perempuan berusia 27 tahun dirawat di ruangan sawo rumah sakit
Madani palu dengan keluhan utama gelisah yang dirasakan pasien kurang
lebih sejak 1 bulan yang lalu dan memberat 1 minggu terakhir. Dari
pemeriksaan autoanamnesis pasien mengatakan ia mendengar bisikan-bisikan,
yang mana bisikan seperti suara nenek tua yang menyuruh pasien untuk
membunuh tetangga pasien karena sudah menghina dirinya dengan sebutan
“orang gila”. Terlebih lagi keluarga pasien tidak peduli padanya dan
mengalami kekerasan berupa pukulan dari tetangganya yang dialami kurang
lebih 1 minggu yang lalu. Pasien juga melihat adanya bayangan hitam besar
yang samar-samar seakan ingin berteman dengannya.
Hal tersebut disebabkan oleh ibu pasien meninggal 4 tahun yang lalu, ia
merasakan stress dan keadaan semakin memburuk Ketika pasien juga
ditinggal oleh suami dan anak-anaknya yang ikut dengan suami pasien.
Perilaku dan aktivitas psikomotor pada saat pemerikaan pasien sedang
dalam keadaan gelisah . Pasien dalam keadaan mondar- mandir , dan
kooperatif dalam menjawab pertanyaan. Pada keadaan afektif didapatkan
mood disforik dan afek sempit. Tilikan derajat 3 yaitu Pasien menyadari
bahwa dirinya sakit namun menyalahi orang lain
B) KALIMAT KUNCI
1. Pasien Laki-Laki berusia 33 tahun dirawat di ruangan Sawo Rumah Sakit
Madani Palu pada tanggal 03 Februari 2023.
2. Keluhan utama adalah Gelisah yang memberat sejak 1 minggu yang lalu
sebelum dibawa di RSD Madani Palu.
3. Pasien sering mendengar bisikan-bisikan, suara istrinya yang mengatakan
bahwa istrinya merindukannya.
4. Pasien merasa bahwa dirinya adalah seorang kontraktor hebat dan anggota
DPR.
5. Pasien mengatakan bahwa dirinya sulit untuk mengontrol emosi
6. Sebelumnya pasien mempunyai kepribadian yang senang bergaul, humoris
dan memiliki banyak teman. namun semenjak pasien berpisah dari istrinya
pasien mulai banyak berbicara hal-hal yang tidak masuk diakal. terlalu
bersemangat, dan emosi tidak dapat dikendalikan.
7. Pasien memiliki riwayat penyakit asam urat.dan hipertensi

C) RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana diagnosis multiaksial pada skenario ?
2. Apa saja faktor faktor yang dapat menjadi penyebab pada skenario ?
3. Bagaimana patomekanisme gangguan pada skenario?
4. Bagaimana differential diagnosis pada skenario ?
5. Bagaimana farmakoterapi pada skenario ?
6. Bagaimana prognosis pada skenario ?

D) KLARIFIKASI MASALAH
1. AKSIS I :
Berdasarkan anamnesis, didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna
dan menimbulkan distress berupa gelisah, mudah marah, mendengar
bisikan, berbicara yang tidak jelas, dan menimbulkan disabilitas berupa
terganggunya melakukan pekerjaan, bersosialisasi, dan waktu senggang
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan jiwa.
Dari pemeriksaan status mental pada pasien di dapatkan adanya hendaya
dalam menilai realita berupa halusinasi auditorik dimana pasien
mendengar bisikan bahwa istri pasien rindu terhadap dirinya dan gangguan
isi pikir berupa waham kebesaran dimana pasien merasa dirinya sebagai
kontraktor hebar dan anggota DPR sehingga pasien di diagnosa sebagai
Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna dan
neurologis tidak di temukan adanya kelainan yang mengindikasi gangguan
medis umum yang menimbulkan gangguan fungsi otak serta dapat
mengakibatkan gangguan jiwa yang di derita pasien ini, sehingga diagnosis
gangguan mental dapat di singkirkan dan di diagnosa Gangguan Jiwa
Non Organik.
Berdasarkan kriteria diagnosis PPDGJ-III memenuhi kriteria berupa
adanya gejala psikotik yaitu terganggunya penilaian realita berupa
halusinasi auditorik, dan gangguan isi pikir berupa waham kebesaran yang
dialami pasien sejak bulan April 2022 dan pasien sempat kontrol ke
poliklinik dan pasien mengonsumsi obat jiwa hanya sekali dan gejala
pasien memberat sejak 1 minggu terkahir sehingga pada pasien ini
didiagnosis Skizofrenia (F20).
Berdasarkan kriteria diagnosis PPDGJ-III, pasien memenuhi kriteria
berupa adanya gejala psikotik berupa halusinasi auditorik dan waham
kebesaran dan gejala pasien memenuhi kriteria umum dari skizofrenia
paranoid sehingga pada pasien ini didiagnosis gangguan Skizofrenia
Paranoid (F20.0).
AKSIS II
Ciri kepribadian tidak khas
AKSIS III
E00-G90 Penyakit endokrin, nutrisi, dan metabolik (Hipertensi)
AKSIS IV
Masalah dengan keluarga “Primary Support Group” (Keluarga) dimana
pasien tingga jauh dari istrinya
AKSIS V
GAF Scale 50-41 beberapa gejala berat dan disabilitas berat.

2. Beberapa penelitian mendalilkan bahwa perkembangan skizofrenia disebabk


an oleh kelainan pada beberapa neurotransmiter, seperti hiperaktifitas dopa
minergik, serotonergik, dan alfa-adrenergik atau hipoaktivitas glutaminergik
dan GABA. Genetika juga memainkan peran mendasar, ada tingkat kesesuai
an 46% pada kembar monozigot dan risiko 40% mengembangkan skizofreni
a jika kedua orang tua terpengaruh. Gen neuregulin (NGR1) yang terlibat da
lam pensinyalan glutamat dan perkembangan otak telah terlibat, bersama de
ngan dysbindin (DTNBP1) yang membantu pelepasan glutamat, dan polimo
rfisme katekolamin O-metil transferase (COMT), yang mengatur fungsi dop
amin. 1
Banyak faktor yang dapat menyebabkan skizofrenia, antara lain; ge
netika, skizofrenia terkadang diturunkan dalam keluarga. Selain itu banyak f
aktor lingkungan mungkin terlibat, seperti hidup dalam kemiskinan, lingkun
gan yang penuh tekanan, dan lain-lain. Factor lain yang mempengaruhi ialah
adanya gangguan pada struktur otak, fungsi otak, dan kimia otak. prognosisn
ya bergantung pada beberapa faktor. Onset masa kanak-kanak atau remaja, p
enyesuaian premorbid yang buruk, dan gangguan kognitif merupakan indika
si dari hasil prognostik yang buruk sedangkan onset akut, jenis kelamin pere
mpuan, dan tinggal di negara maju menandakan faktor prognostik yang relat
if lebih baik. Namun, bunuh diri adalah penyebab paling umum dari kematia
n dini pada skizofrenia, dengan dua pertiga pasien melaporkan setidaknya sa
tu episode keinginan bunuh diri.1,2

3. Ada tiga hipotesis utama tentang perkembangan skizofrenia. Hipotesis


kelainan neurokimia menyatakan bahwa ketidakseimbangan dopamin,
serotonin, glutamat, dan GABA mengakibatkan manifestasi penyakit
kejiwaan. Ini mendalilkan bahwa empat jalur dopaminergik utama terlibat
dalam perkembangan skizofrenia. Hipotesis dopamin ini mengaitkan gejala
positif penyakit denganaktivasi reseptor D2 yang berlebihan melalui jalur
mesolimbik, sementara tingkat dopamin yang rendah di jalur nigrostriatal
diteorikan menyebabkan gejala motorik melalui efeknya pada sistem
ekstrapiramidal. Kadar dopamin mesokortikal yang rendah akibat jalur
mesokortikal diperkirakan menimbulkan gejala negatif penyakit ini. Bukti
yang menunjukkan eksaserbasi gejala positif dan negatif pada skizofrenia
oleh antagonis reseptor NMDA menyindir peran potensial hipoaktivitas
glutaminergik sementara hiperaktifitas serotonergik juga telah terbukti
berperan dalam perkembangan skizofrenia.6 Ada juga argumen bahwa
skizofrenia adalah gangguan perkembangan saraf berdasarkan kelainan yang
ada pada struktur otak, hipotesis berfokus pada perubahan neuroanatomis
yang terlihat pada pemindaian PET dan fMRI. Ada penurunan volume
materi abu-abu (grey matters) pada skizofrenia, tidak hanya terjadi di lobus
temporal tetapi juga di lobus parietal. Perbedaan lobus frontal dan
hipokampus juga terlihat, berpotensi berkontribusi pada berbagai gangguan
kognitif dan memori yang terkait.3,4

4. Berdasarkan skenario, diambil diagnosis Berdasarkan kriteria diagnosis


PPDGJ-III, pasien memenuhi kriteria berupa adanya gejala psikotik berupa
halusinasi auditorik dan waham kebesaran dan gejala pasien memenuhi
kriteria umum dari 2 gejala skizofrenia sehingga pada pasien ini didiagnosis
gangguan Skizofrenia Paranoid, karena berdasarkan PPDGJ III memenuhi
kriteria diagnose dengan gejala:5

Paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
(a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun ide-ide berlebihan yang menetap,
atau terjadi selama setiap hari selama berminggu-minggu atau 1 berbulan-
bulan terus-menerus.
(b) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor.
(d) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan
oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
• Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih.
• Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutukeseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Pada pasien ini didapatkan halusinasi auditorik dan waham kebesaran sehingga
di diagnosis dengan gangguan Skizofrenia paranoid dengan Differential diagnosis
pada skenario adalah Depresi Pasca- Skizofrenia (F20.4)6

5. Pada pasien ini diberikan terapi :


 Antipsikotik atipikal : Risperidone 2mg 2x1
 Antidepresi SSRI : Sertraline 50 mg 1x1
 Anti Hipertensi CCBs : Amlodipin 5 mg 1x1 (Malam)
Risperidone merupakan obat antipsikotik atipikal golongan Benzis
oxazole. Obat antipsikosis atipikal berafinitas terhadap dopamine D2 resepto
r, juga terhadap serotonin HT2 reseptor (serotonin-dopamine antagonist), se
hingga efektif juga untuk gejala negatif. Efek samping dari obat ini yaitu efe
k sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik, mulut kering, dll), d
an gangguan ekstrapiramidal (dystonia akut, akathisia, sindrom parkinson : t
remor, bradykinesia, rigiditas).7
Sertraline merupakan obat antidepresan SSRI bekerja dengan cara
menghambat reuptake aminergic neurotransmitter, sehingga terjadi peningka
tan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut yan
g dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.
Amlodipine merupakan obat antihipertensi golongan CCBs yang b
ekerja sebagai vasodilator dengan menghambat masuknya ion kalsium pada
sel otot polos vaskuler dan miokard sehingga tahanan perifer turun dan otot
relaksasi. Sifat menguntungkan dari obat antihipertensi golongan CCBs yait
u memiliki efek langsung pada nodus atrioventrikular dan sinoatrial, dapat
menurunkan resistensi perifer tanpa penurunan fungsi jantung yang berarti,
dan relatif aman bila dikombinasi dengan β-blocker.
Terapi nonfarmakologi :
A. Psikoterapi Suportif
 Ventilasi : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa
lega.
 Persuasi : Membujuk pasien agar memastikan diri untuk selalu
kontrol dan minum obat dengan rutin.
 Sugesti : Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat
sembuh (penyakit terkontrol).
B. Edukasi terhadap keluarga : Memberikan penjelasan mengenai
gangguan yang dialami pasien agar keluarga lebih memaklumi kondisi
pasien, dapat memberikan dukungan penuh untuk kesembuhan pasien
dan membantu pasien dalam kepatuhan meminum obat.7
6. Prognosis pada pasien ini :

Faktor Pendukung Faktor Penghambat


1. Tidak memiliki pekerjaan
1. Dukungan keluarga (kakak) kepada
2. Ketidakpatuhan terhadap
pasien untuk sembuh
pengobatan
2. Gejala positif
3. Bercerai
3. Tingkat pendidikan tinggi

Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi diatas maka prognosis


pasien secara menyeluruh adalah Dubia.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hany M, Rehman B, Azhar Y, et al. Schizophrenia. [Updated 2020


Dec 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539864/
2. American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical
manual of mental disorders (5th ed.). Arlington
3. National Institute of Mental Health (2018). Schizophrenia. Retrieved
March 03,2021 from
https://www.nimh.nih.gov/health/publications/schizophrenia/19-mh-8082
schizophrenia_155669
4. Sadock BJ, Sadock VA. 2010. Skizofrenia Paranoid edited by Muttaqin H,
Sihombing Retna NE. in Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2nd
ed. Jakrta : EGC. 5
5. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ
– III dan DSM-5. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran FK Unika Atma
Jaya. 2013
6. McCutcheon, R. A., Bloomfield, M. A., Dahoun, T., Mehta, M., & Howes,
O. D. (2018, December 17). Chronic Psychosocial Stressors are
Associated with Alterations in Salience Processing and Corticostriatal
Connectivity. Schizophrenia Research, 18, 1-9.
doi:10.1016/j.schres.2018.12.011.
7. Maslim, Rusdi. Dr, SpKJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
Keempat. PT Nuh Jaya, Jakarta. 2014

Anda mungkin juga menyukai