LONG CASE
GANGGUAN SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh :
Pembimbing :
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan long case dengan judul “Gangguan Skizofrenia
Paranoid” dengan lancar dan tepat waktu. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
atas segala dukungan, bantuan, bimbingan dan doa yang telah diberikan selama proses
penyusunan Long case.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dr.Muhammad Danial Umar, Sp.KJ, M.Kes selaku pembimbing penulis selama kepanitraan
klinik psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan periode 11 desember 2023 – 13
januari 2024
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh
karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah yang disusun
penulis dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara serta masyarakat luas pada umumnya di masa
yang akan datang.
Dengan Judul :
GANGGUAN SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh :
Nama : Charlos I.J Rohy
NIM :112022209
Program Studi : Profesi Dokter Universitas Kristen Krida Wacana
Pembimbing,
2. RIWAYAT
PSIKIATRIK ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis di bangsal Nuri Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan pada
tanggal 02 Januari 2024 dan dilakukan alloanamnesis dengan kakak pasien pada tanggal 02
Januari 2024 pukul 16.20 WIB secara langsung saat membesuk pasien.
A. KELUHAN UTAMA
Seorang pasien laki – laki datang ke IGD RSJSH diantar keluarganya dengan keluhan
mengamuk dan ingin memukul anggota keluarga dan memukul kaca hingga pecah dan pintu
hingga rusak pada 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
Seorang laki-laki berusia 27 tahun dibawa ke IGD RSJSH pada tanggal 29 Januari 2023
karena tiba-tiba mengamuk kemudian memukuli kaca hingga pecah dan merusak pintu rumah
paman nya sehari sebelum dibawa ke rumah sakit. Pasien megatakan alasan ia mengamuk karena
merasa paman nya sering menyepelekan nya dan sering tidak menghiraukan ketika sedang
berbicara. Selain itu pasien juga mengatakan bahwa paman nya sering membicarakan dan
menjudge bahwa pasien ODGJ dan mengatakan bahwa pasien tidak bisa sembuh karena bermalas-
malasan namun pasien menyatakan pembelaan nya bahwa pasien memang agak susah bangun
pagi karena lemas dan merupakan efek samping obat yang telah dijelaskan kepada pasien
sebelumnya. Lalu kemudian pasien juga telah menjelaskan kepada paman pasien namun pasien
menyatakan bahwa paman nya tidak terlalu meghiraukan paerkataan nya lalu kemudian
mengatakan bahwa pasien pemalas. Selain itu pasien juga menyatakan bahwa ia dibawa secara
paksa dengan di ikat dan di pitting, padahal pasien baru bangun tidur dan hanya perlu beberapa
waktu untuk mengumpukan energi karena masih lemas dan pasien menyatakan bahwa ia memiliki
kebiasaan merokok dan minum kopi setelah bangun tidur dan sebelum memulai aktivitas.
Sehingga pasien telah meminta untuk mengambil waktu sebentar untuk melakukan kebiasaan nya
namun keluarga pasien menilai bahwa pasien tidak ingin dibawa ke RS sehingga dilakukan
pemaksaan untuk dibawa ke RS. Saat sampai di IGD pasien tidak menjunjukan gejala gaduh
gelisah dan sangat koperatif ketika dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan keterangan keluarga,
pasien memang tidak memiliki hubungan baik dengan paman nya oleh sebab yang tidak diketahui
secara pasti. Namun keluarga pasien memang meraakan bahwa perlakuan paman pasien sering
kali tidak mendukung dan acap kali seperti mendiskriminasi pasien dengan judgement yang tidak
objektif. Hal ini didukung dengan keterangan kaluarga pengantar yakni yang merupakan bude dari
pasien yang menyatakan bahwa pasien sangat dekat denganya dan selalu menunjukan sikap baik
dan rajin bekerja sebagai ojek online, walau memang pasien memiliki rutinitas saat bangun tidur
yang cukup memakan waktu seperti merokok dan mengopi, pasien tetap bekerja hingga malam
hari. Dan budenya juga menyatakan bahwa pasien menurut dan tidak pernah menunjukan sikap
agresif dan menunjukan ketertarikan nya dalam melakukan kegiatan sosial jika diarahkan.
Selain paman pasien, pasien juga mengaku bahwa tetangga sering membicarakan nya,
terlebih tetangga baru atau masyarakat yang baru pindah ke daerah itu yang menambah stres
pasien sehingga kerap kali pasien merasa marah dan tersinggung. Hal-hal yang sering kali ia
dengar adalah ia sering disebut sebagai ODGJ karena meminum obat penyakit jiwa. Juga pasien
sering mendengar pembicaraan paman nya bersama keluarga tentang statusnya sebagai ODGJ
yang dalam masa pengobatan. Beberapa kali pasien mencoba bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar, nemun sering kali di jauhi tanpa pasien tahu alasan jelasnya. Contoh yang pasien
gambarkan adalah ketika ada pemuda- pemuda yang sedang nongkrong diwarung sering kali
bubar ketika pasien ikut bergabung. Kamudian ibu-ibu yang sedang berkumpul bersama anaknya
di pos sering juga memeluk anaknya atau bahkan menyuruh anaknya untuk pulang ketika pasien
lewat ataupun ingin bergabung. Beberapa kali pasien bertanya secara langsung kepada mereka
namun merka tidak menjawab dan berekspresi seperti menjudge jelek pasien.
Pada hari mengamuk, pasien meyatakan bahwa pada hari itu di rumah paman nya sedang
ramai dengan warga yang berkumpul. Dan memang biasa rumah paman nya selalu ramai karena
tetangga sering ngumpul dirumahnya. Pada hari itu pasien merasa bahwa pasien merasa
dikucilkan dan tidak dihiraukan dan justru kerap ditertawakan sehingga pasien merasa kesal dan
ingin memukul paman nya. Karena tidak sampai memukul paman nya, pasien melampiaskan pada
benda yang dekat dan bisa dijangkau sehingga yang dirusak adalah kaca dan pintu sebelum
kemudian di amankan oleh warga sekitar. Setelah kejadian tersebut, paman pasien memutuskan
untuk memanggil bude pasien dengan tujuan untuk membawanya kerumah sakit. Hal serupa juga
di usulkan oleh warga sekitar yang juga mengaku bahwa anaknya mereka sering dipukul oleh
pasien. Namun hal ini masih spekulasi dan belum dapat dibuktikan ditambah paman pasien yang
enggan untuk memberi katerangan. Sebelumnya berdasarkan keterangan bude dan juga pasien,
pasien sering mendapati surat-surat tulisan tangan yang bertuliskan “Dasar kamu ODGJ” dan
seturut dengan keterangan bude pasien yang juga pernah mendapati selebaran bertulis bahwa
pasien adalah ODGJ. Bude pasien kemudian sudah berunding dengan paman pasien tentang
bagaimana jika pasien melihat selebaran tersebut dengan pertimbagan bahwa itu bisa menjadi
stresor bagi pasien. Dan kesimpulan dari bude pasien menyatakan memang adik bungsunya yang
merupakan paman pasien ini memang enggan untuk merawat pasien di rumahnya,mungkin karena
beban ekonomi maupun beban psikis dari pamannya yang memiliki anak sehingga paman pasien
takut jika pasien mengamuk. Namun keputusan keluarga untuk pasien tinggal ke rumah paman
nya karena merupakan anak laki-laki yang alamatnya paling memungkinkan untuk melakukan
kontrol rutin.
Keluarga pasien menyatakan bahwa pasien pertama kali diperiksa ke RS pada tahun 2015
dengan keluhan sering mendengarkan suara bisikan di rs Koja. Sebelum dibawa ke rs pasien juga
mengatakan bahwa memiliki keluhan susah tidur karena terbiasa dengan shift kerja sehingga
susah tidur pada malam hari dan mengantuk di siang hari. Setelah di periksa di RS koja pasien
terdiagnosis skizofrenia lalu kemudian mendapat pengobatan. Selama pengobatan pasien merasa
cukup tenang karena suara-suara yang sebelumnya mengganggu nya telah hilang namun pasien
tetap memiliki keluhan sulit tidur. Sahingga kemudian kembali memeriksakan diri ke RS yang
sama dan di resepkan obat tidur. Kaluarga pasen menyatakan bahwa pada waktu itu dibawa ke rs
hanya karena mendengar suara dan sering berkomat-kamit sendiri namun pasien tidak berperilaku
kasar maupun membahayakan. Keluarga pasien mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi karena
pasien terpukul dimana 1 tahun sebelum gejala muncul, pasien mengalami kecelakaan motor yang
menyebabkan adik nya yang kedua dari 3 bersaudara meninggal dunia diikuti oleh meninggalnya
ayah pasien tepat 40 hari setelah adiknya meninggal. Sebuah pukulan besar dimana beberpa
anggota keluarganya tidak segan untuk mengatakan bahwa penyebab kematian ayah dan adiknya
merupakan kesalahan pasien. Setelah kejadian tersebut pasien mengeluh sulit tidur, namun setelah
di konfirmasi kepada pasien alasan sulit tidurnya bukan karena memikirkan kehilangan ayah dan
adiknya namun lebih memikirkan masa depan. Pasien menyatakan ia cukup sedih namun juga
ikhlas terhadap kepulangan ayah dan adik nya ke sisi Yang Maha Kuasa.
Pasien menyatakan bahwa mengkonsumsi obat secara rutin dan melakukan kontrol rutin di
rumah sakit umum daerah Koja hingga saat ini. Namun pernah sekali dilarkan kerumah sakit di
jakarta timur karena lemas setelah meminum obat yang sudah diresepkan. Ketika ditanya kepada
pasien, pasien mengaku bingung mengapa di bawa ke rumah sakit di jakarta timur padahal alamat
rumah pasien di jakarta utara dan merupakan pasien yang sering kontrol ke RSUD Koja.
Pertama kali
memiliki
gejala
mendengar
suara
bekerja sebagai
driver ojol
Keterangan:
Garis Y : Gejala Psikotik
Garis X : Waktu
Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, lahir normal,tidak ada kelainan genetik,
tidak ada cedera, selama hamil ibu pasien sehat selama hamil tidak ada gejala infeksi seperti
demam.
2. Riwayat Masa Kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Tumbuh kembang pasien normal susai dengan teman – teman seusianya tidak ada masalah
atau keterlambatan dalam verbal, sosial, motorik, dan kognitif
3. Riwayat Masa Kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tidak memiliki riwayat kelainan semasa pasien melakukan Pendidikan di TK dan SD
4. Masa Kanak Akhir dan remaja (12-18 tahun)
Saat di SMP pasien tidak memiliki masalah dalam hal pendidikannya, pasien tidak memiliki
masalah pergaulan dengan teman kelasnya. Namun pasien mengatakan bahwa pada usia 15
tahun memiliki pola tidur yang buruk dan mengaku sering begadang.
5. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMK jurusan mesin dan sangat menyukai bidang tersebut.
Pasien tidak memiliki masalah dalam hal pergaulan dan Pendidikan. Pasien tidak kuliah dan
langsung bekerja. Selama menjalani pendidikan, pasien aktif dan cukup berprestasi dimana
pasien pernah menjadi ketua OSIS disekolahnya. Juga rajin belajar katika SMK, karena pasien
memang suka dunia otomotif
6. Riwayat Beragama
Pasien beragama Islam dan menurut pengakuan pasien rajin untuk sholat, dan yang
terpenting adalah percaya dengan Tuhan
7. Riwayat Pekerjaan
Tahun 2017 : Pasien bekerja sebagai tim pemasang instalasi CCTV bersama
teman nya dalam sebuah tim. Pasien mengatakan bahwa
pekerjaan ini memiliki periode tertentu atau bukan merupakan
pekerjaan tetap karena menunggu adanya orderan atau tender
sebuah proyek.
Tahun 2018 : Pasien mendaftar untuk driver ojek online di perusahaan uber,
namn setelah beberapa bulan perusahaan tersebut menutup
layanan nya di indonesia sehingga pasien berpindah ke
perusahaan layanan ojek online Grab dan masih aktif bekerja
sebagai ojek online hingga sekarang.
8. Riwayat Pernikahan
Pasien tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum dan tidak pernah terlibat
dalam tindak pidana.
E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Pasien diasuh oleh ayah dan nenek nya
dan belum pernah bertemu dengan ibu nya sejak dulu. Saat ini, ayah pasien sudah meninggal
menurut keterangan keluarga pasien karena deman Typhoid.
F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIOEKONOMI SEKARANG
Saat ini pasien tinggal bersama pamannya dan tidak memiliki masalah ekonomi, bude
pasien mengatakan setiap bulan pasien rutin untuk ke rumah mertuanya untuk memberi
jajan kepada anaknya.
3. STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan : cukup rapih, perawatan diri cukup baik, tampak sesuai usia.
2. Kesadaran : compos mentis
3. Perilaku dan pikomotor : tenang
4. Pembicaraan : berbicara spontan
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. ALAM PERASAAN
Mood : Eutim
Afek : Luas
Keserasian : Serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
D. PIKIRAN
Produktivitas : Spontan
Kontinuitas : Ide cukup
Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
E. DAYA NILAI
3. Orientasi
A. Waktu : Baik
B. Tempat : Baik
C. Orang : Baik
G.PENGENDALIAN IMPULS
Baik. Selama wawancara pasien kooperatif dan cukup dapat mengendalikan impuls.
H.TILIKAN
Derajat 3
I. RELIABILITAS
Pemeriksa meyakini pasien mengatakan dengan jujur apa yang pasien rasakan.
4. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
Tanda Vital
B. STATUS NEUROLOGIS
Saraf Kranial : Tidak dilakukan
Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
Refleksi fisiologis : Normal
Refleks Patologis : Negatif
Motorik : Dalam batas normal
Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi luhur : Baik
Gejala EPS : Tidak ada
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin
Foto rontgen thorax
7. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid episode Multiple saat ini dalam fase remisi
parsial
Aksis V : GAF Current 70-61 (Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik) GAF HLPY 80-71 (Gejala sementara
EVALUASI MULTIAKSIAL
Pasien didagnosis skizofrenia paranoid karena menurut hasil wawancara yang dilakukan
pasien. Pasien mengalami waham kejar yaitu pasien meyakini bahwa tetangga sekitar tidak
menyukai dirinya karena dirinya ODGJ yang sedang dalam masa pengobatan serta dituduh
dering melakukan kekerasan tanpa bukti dan sering marasa dikucilkan dan tidak mendapat
perhatian yang cukup dari paman pasien. Pasien memiliki stressor yaitu paman pasien yang
sering memanggilnya ODGJ dan mempengaruhi warga sekitar tentang status mentalnya.
8. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna
B. Psikiatrik : Terdapat gejala skizofrenia paranoid.
C. Sosial : Masalah dalam primary support (keluarga)
9. TATALAKSANA
Psikofarmakologi:
Risperidone 2x2 mg
Depacote 2x25 mg
Olanzapine 2x10 mg
Trihexyphenidyl 2x2
mg
Rawat inap
Dengan indikasi mengobservasi dan mengobati gejala psikotik yang ditunjukan oleh
pasien.
Mencegah pasien untuk melakukan tindakan berbahaya bagi orang lain dan dirinya.
Edukasi:
Mengedukasi pasien dan keluarga pasien mengenai kondisi yang dialami dan kepatuhan
dalam minum obat yang harus dilakukan.
Mengedukasi keluarga inti pasien untuk tetap memberikan dukungan terhadap keinginan
yang pasien inginkan dan rencanakan.
10. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam.
Ad functionam : dubia ad
malam. Ad sanationam : dubia ad
malam.
• Faktor yang memperberat Pasien berada di keluarga dan lingkungan yang tidak
mendukung nya untuk sembuh.
• Faktor yang memperingan Tidak memiliki riwayat keluarga dengan riwayat
yang sama.
11. FOLLOW UP