Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO.

3, OKTOBER 2016: 194-202

Terapi Surfaktan pada Penyakit Membran Hyalin

Sri Utami Fajariyah1, Herman Bermawi1, Julniar M. Tasli1


1
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unsri/RSMH Palembang
fsriutami@yahoo.com

Abstrak
Penyakit membran hialin (PMH) atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah suatu sindroma yang terjadi pada
bayi prematur karena imaturitas struktur paru dan insufisiensi produksi surfaktan. Surfaktan biasanya didapatkan pada
paru yang matur, sedangkan pada bayi prematur dimana sel pneumosit tipe II yang menghasilkan surfaktan kurang
matur, produksi surfaktan juga berkurang. Defisiensi surfaktan ini akan mengakibatkan alveolus kolap dan daya
berkembang paru kurang sehingga bayi akan mengalami sesak nafas . Sindrom ini terjadi beberapa saat setelah lahir (4-
6 jam) yang ditandai adanya pemapasan cuping hidung, dispnu atau takipnu, retraksi (suprasternal, interkostal, atau
epigastrium), sianosis, suara merintih saat ekspirasi, yang menetap dan menjadi progresif dalam 48-96 jam pertama
kehidupan. Uji kllinik acak buta ganda yang dilakukan oleh multisenter menunjukkan bahwa penggunaan surfaktan,
baik menggunakan surfaktan sintetis maupun surfaktan alami efektif sebagai profilaksis maupun sebagai terapi pada
penyakit membran hialin. Terapi surfaktan juga dinyatakan dapat menurunkan morbiditas PMH tanpa meningkatkan
resiko kecacatan.

Abstract

Hyaline membrane disease (PMH) or Respiratory Distress Syndrome (RDS) is a syndrome that occurs in premature
infants because of the immaturity of the lung structure and insufficiency of surfactant production. Surfactants are
usually found in the mature lung, whereas in premature infants in which the cells that produce type II pneumocytes less
mature surfactant, surfactant production is also reduced. This surfactant deficiency will lead to alveolar collapse and
lung develops less power so that the baby will experience shortness of breath. This syndrome occurs some time after
birth (4-6 hours) that marked the nostril breathing, dyspnoea or tachypnoea, retractions (suprasternal, intercostal, or
epigastric), cyanosis, expiratory grunting, which settle and be progressive in 48-96 The first hour of life. Multicentre
randomized double-blind trials showed that the use of surfactants, using either synthetic surfactants and natural
surfactant is effective as prophylaxis or as therapy in hyaline membrane disease. Surfactant therapy also can reduce
morbidity PMH declared without increasing the risk of disability.

Keywords: HMD, surfactans, premature infants

1. Pendahuluan menghasilkan surfaktan kurang matur. Defisiensi


surfaktan ini akan mengakibatkan alveolus kolap
Penyakit membran hialin (PMH) atau dan daya berkembang paru kurang sehingga bayi
Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah akan mengalami sesak nafas . Sindrom ini terjadi
suatu sindroma yang terjadi pada bayi prematur beberapa saat setelah lahir (4-6 jam) yang
karena imaturitas struktur paru dan insufisiensi ditandai adanya pemapasan cuping hidung,
produksi surfaktan. Surfaktan biasanya dispnu atau takipnu, retraksi (suprasternal,
didapatkan pada paru yang matur, sedangkan interkostal, atau epigastrium), sianosis, suara
pada bayi prematur produksi surfaktan merintih saat ekspirasi, yang menetap dan
berkurang. Hal ini disebabkan karena pada bayi menjadi progresif dalam 48-96 jam pertama
prematur, sel pneumosit tipe II yang kehidupan1-2
194
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 194-202 195

Penyakit membran hialin (PMH) biasanya Epidemiologi


terjadi pada bayi premature dan insidennya Penyakit membran hialin (PMH) biasanya
secara proporsional berlawanan dengan usia teijadi pada bayi prematur dan insidennya
gestasi dan berat lahir. 60-80% teijadi pada bayi secara proporsional berlawanan dengan usia
dengan gestasi kurang dari 28 minggu, 15-30% gestasi dan berat lahir. Enam puluh sampai
terjadi pada gestasi antara 32-36 minggu, dan 5% delapan puluh persen teijadi pada bayi dengan
pada gestasi 37 minggu keatas. 1 gestasi kurang dari 28 minggu, 15-30% teijadi
Uji kllinik acak buta ganda yang dilakukan pada gestasi antara 32-36 minggu, dan 5%
secara mullisenter menunjukkan bahwa pada gestasi 37 minggu keatas.2
penggunaan surfaktan, baik menggunakan Fanaroff, dkk melaporkan bahwa 42%
surfaktan sintetis maupun surfaktan alami efektif bayi antara 501-1500 gr mengalami PMH,
sebagai profilaksis maupun sebagai terapi pada dimana 71% dialami bayi dengan berat badan
penyakit membran hialin Terapi surfaktan juga antara 501-750 gr, 54% antara 751-1000 gr,
dinyatakan dapat menurunkan morbiditas PMH 36% antara 1001-1250 gr, dan 22% antara
tanpa meningkatkan resiko kecacatan.3-4 1251-1500 gr.1
Surfaktan dapat dijadikan sebagai profilaksis
dan sebagai terapi. Pemberian surfaktan sebagai Patofisiologi
profilaksis dimaksudkan sebagai pemberian Penyakit membran hialin merupakan suatu
surfaktan pada bayi yang memiliki resiko tinggi keadaan dimana paru secara anatomis maupun
untuk berkembang mengalami penyakit fisiologis imatur. Secara anatomis, paru tidak
membran hialin. Sedangkan surfaktan sebagai mampu melakukan ventilasi secara adekuat
terapi diartikan sebagai pemberian surfaktan karena alveolus tidak berkembang dengan baik
pada bayi premature yang telah terdiagnosa sehingga permukaan area untuk teijadinya
mengalami PMH, dimana surfaktan paling pertukaran gas kurang. Pada penyakit membrane
sering diberikan dalam 12 jam pertama hyalin juga terdapat ketidaksempurnaan kapiler
kelahiran. 4 paru, serta banyak terdapat mesenkim interstisial
sehingga memperjauh jarak antara alveolus dan
2. Pembahasan membrane sel endothelial.2,5
Defisiensi surfaktan pada penyakit membran
Deflnisi hialin teijadi karena kurangnya sel- sel pneumosit
Penyakit membran hialin (PMH) atau tipe II yang matur, yang menghasilkan surfaktan.
Respiratory Distress Syndrome (RDS) adalah Secara fisiologi, jumlah surfaktan yang kurang
suatu sindroma yang terjadi pada bayi prematur akan menyebabkan alveoli kolaps setiap akhir
karena imaturitas struktur paru dan insufisiensi ekspirasi, sehingga untuk pemapasan berikutnya
produksi surfaktan. Pada bayi prematur, dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih
defisiensi surfaktan, baik produksi maupun besar dan usaha inspirasi yang lebih kuat. Kolaps
sekresi surfaktan, akan menurunkan simpanan paru ini akan menyebabkan terganggunya
surfaktan intraseluler dan ekstraseluler, yang ventilasi sehingga terjadi hipoksia alveolar,
selanjutnya mengakibatkan insufisiensi retensi C02 dan asidosis. Hipoksia alveolar akan
surfaktan alveolar dan atelektasis..Sindrom ini menimbulkan: (1) oksigenasi jaringan menurun,
terjadi pada bayi prematur segera atau beberapa dan asidosis. Hipoksia alveolar akan
saat setelah lahir (4-6 jam) yang ditandai adanya menimbulkan: (1) oksigenasi jaringan menurun,
pemapasan cuping hidung, dispnu atau takipnu, sehingga akan teijadi metabolisme anaerob
retraksi (suprastemal, interkostal, atau dengan penimbunan asam laktat dan asam
epigastrium), sianosis, suara merintih saat organik lainnya yang menyebabkan teijadinya
ekspirasi, yang menetap dan menjadi progresif asidosis metabolik pada bayi, (2) kerusakan
dalam 48-96 jam pertama kehidupan.1-2 endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris akan
menyebabkan terjadinya transudasi ke dalam
196 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 194-202

alveoli dan terbentuknya fibrin. Selanjutnya fibrin berbagai enzim untuk membentuk
bersama-sama dengan jaringan epitel yang fosfatidilkolin jenuh sebagai fofolipid utama.9
nekrotik membentuk suatu lapisan yang disebut Substrat untuk sintesa surfaktan, seperti
membran hialin. Asidosis dan atelektasis juga glukosa dan asam lemak diambil dari darah
menyebabkan terganggunya sirkulasi darah dari dan masuk melalui endotel kapiler dengan
dan ke jantung. Demikian pula aliran darah paru proses difusi, setelah melalui komplek golgi,
akan menurun dan hal ini akan mengakibatkan sintesis DPPC dilanjutkan di retikulum
berkurangnya pembentukan substansi surfaktan endoplasmik didalam sel alveolus tipe II.
2,5-6
DPPC dan protein hidrofobik seperti SP-B
dan SP-C dibungkus dalam badan lamelar,
Sejarah Surfaktan yang merupakan granula penyimpanan dan
Penelitian yang dilakukan oleh Pattle dan granula sekresi, yang terdapat dalam sel tipe
Clement pada tahun 1950-1960 menemukan II. Badan lamelar ini merupakan simpanan
bahwa tegangan permukaan yang melapisi surfaktan intraseluler.10
paru rendah, rendahnya tegangan permukaan
tersebut dikarenakan terdapatnya suatu Fungsi Fisiologis Surfaktan Paru
lapisan pada alveoli yang memungkinkan Surfaktan merupakan zat aktif pada
alveoli tidak mengembang berlebihan saat permukaan udara-air di alveoli yang
inspirasi dan dapat kembali ke ukuran normal memberikan penurunan tegangan permukaan
saat ekspirasi. Lapisan tersebut yang paru. Tegangan permukaan yang tinggi timbul
kemudian disebut sebagai surfaktan paru. 7-8 akibat adanya ketidakseimbangan distribusi gaya
Pada tahun 1950, Avery melakukan molekul pada molekul air di permukaan udara-
penelitian yang bertujuan untuk membuktikan cairan. Tegangan permukaan yang rendah yang
penemuan Clement namun pembuktiannya dihasilkan oleh surfaktan membantu mencegah
dilakukan secara terbalik. Dia ingin alveolus kollaps dan menjaga cairan interstisial
mengetahui apa yang teijadi jika pada paru agar tidak menggenangi alveolus.
tidak terdapat surfaktan. Sedangkan Dr. Surfaktan juga mencegah bronchioli tergenagi
Clement membandingkan tegangan oleh cairan, yang mengakibatkan obstruksi
permukaan paru yang normal dan paru yang luminal. Kepentingan fisologis surfaktan dapat
mengalami PMH, dan didapatkan kesimpulan dijelaskan dengan membandingkan hubungan
bahwa pada PMH terdapat defisiensi tekanan-volume selama inflasi dan deflasi pada
surfaktan.7 paru dengan system surfaktan yang normal
dengan paru yang mengalami gangguan atau
Sintesis dan Metabolisme defisiensi system surfaktan. Kurva tekanan-
Biosintesis surfaktan dimulai kira-kira volume tersebut didapat dari pencatatan volume
pada minggu ke 16-24 kehamilan. selama inflasi paru yang tekanannya ditingkatkan
Pembentukan dan proses memepertahankan secara bertahap sebesar 2 cmH2O. kemudian
lapisan permukaan dilakukan melalui sistem dilakukan pula pencatatan selama deflasi dengan
metabolik yang komplek, meliputi sintesis, cara yang sama11
penyimpanan intraseluler, sekresi, Dari kurva tekanan-volume, dapat
pembentukan lapisan permukaan, dan disimpulkan bahwa setiap tekanan >4 cmH20,
pembentukan sisa partikel untuk kemudian di paru normal menyimpan volume udara yang
ambil dan di pecah atau di daur ulang. Sel lebih tinggi dibandingkan dengan paru yang tidak
yang melakukan sintesa ini adalah sel tipe II normal. Pada tekanan yang tertinggi, paru normal
alveolus. Sintesa surfaktan teijadi didalam berisi volume udara tiga kali lebih banyak jika
retikulum endoplasmik dari sel pneumosit dibandingkan dengan paru yang tidak normal.
tipe II dengan substrat dasar glukose fosfat Hubungan antara volume dan tekanan dalam
dan asam lemak. Sintesa ini melibatkan paru tersebut dinamakan compliance paru11.
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 194-202 197

Dengan menurunnya compliance paru, yang berperan dalam proses peradangan,


hanya sedikit oksigen yang dapat masuk ke mempengaruhi produksi oksigen reaktif dan
dalam paru untuk pertukaran gas, hal tersebut meregulasi sitokin yang dilepaskan dari
menyebabkan rendahnya angka tekanan parsial berbagai sel-sel inflamasi. 1,11-12
oksigen dalam darah arteri (Pa02). Oleh karena
itu, peran fisiologis surfaktan dinyatakan untuk Jenis Surfaktan
mempertahankan compliance paru, yang 1. Surfaktan Alami
memungkinkan pertukaran gas secara adekuat.11 Surfaktan alami bisa didapat dan paru sapi
Alasan mengapa surfaktan dibutuhkan untuk ataupun dari babi yangpurifikasinya meliputi
mempertahankan compliance paru adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut organik
berhubungan dengan fenomena tegangan sehingga protein yang hidrofilik seperti
permukaan yang timbul pada permukaan antara surfaktan protein-A (SP-A) dan surfaktan
(interface) udara-cairan dalam alveoli. Tegangan protein D (SP-D ) akan terbuang, jadi yang
permukaan timbul akibat adanya distribusi gaya tertinggal hanya material yang mengandung
tarik dan gaya tolak pada molekul-molekul cairan lipid dan sejumlah kecil protein hidrofobik
yang tidak merata pada daerah interface yaitu SP-B dan SP-C.
dibandingkan dengan distribusi gaya yang merata Ekstrak surfaktan alami mengandung
pada daerah bulk phase. Hal ini akan membuat protein spesifik yang membantu penyerapan
kecenderungan cairan di bulk phase untuk surfaktan dan tahan terhadap inaktifasi
menyusutkan area permukaan interface. surfaktan. Surfaktan alami mempunyai onset
Tegangan permukaan yang tinggi dapat keija yang cepat. Jika dibandingkan dengan
mengakibatkan kolaps spontan alveoli atau surfaktan sintesis, respon fisiologis setelah
karena alveolus yang kolaps memiliki interface diberikan surfaktan alami lebih cepat timbul
udara-air yang paling kecil. yang di manifestasikan dengan kemampuan
Hubungan antara tegangan permukaan dan untuk menurunkan FiO2 dan menurunkan
tekanan pada gelembung didisknpsikan secara tekanan ventilator , namun kekurangan
spesifik oleh Young dan Laplace yang surfaktan alami harus disimpan dalam kondisi
menyatakan bahwa tekanan pada gelembung beku.
sarna dengan dua kali tegangan permukaan
dibagi radius. Surfaktan paru menurunkan 2. Surfaktan Sintetis
tegangan permukaan pada interface udara-air Setelah para peneliti mengerti apa itu
selama ekspirasi. 1-2,9,11-12 surfaktan, mereka mencoba untuk meneliti apa
Peranan penting surfaktan yang lain dalam komposisi surfaktan, di produksi oleh apa,
hal mempertahankan fungsi normal paru yaitu bagaimana regulasi serta bagaimana surfaktan
sebagai pertahanan paru. Untuk memfasilitasi dapat di replikasi dan di sintesa.
pertukaran gas. paru-paru mengandung area Surfaktan sintetis pertamakali diproduksi
permukaan yang tipis yang secara konstan tahun 1980. Surfaktan ini hanya mengandung
terpapar dengan partikel-partikel dan bahan dipalmitoiylphosphatidylcholine (DPPC),
infeksius. Untuk mencegah inflamasi kronis dan sebagai zat permukaan aktif yang utama,
untuk membersihkan material yang dihirup, paru- Akhir-akhir ini surfaktan sintetis mengandung
paru memerlukan system pertahanan yaitu campuran berbagai fosfolipid permukaan aktif
surfaktan. Komponen penting dari surfaktan dan zat spreading. Kelebihan sintesis
yang berperan penting untuk fungsi system dibandingkan dengan yang alami yaitu
pertahanan ini adalah protein surfaktan-A dan penympanannya lebih praktis, tidak perlu di
protein surfaktan-D. Beberapa penelitian telah bekukan, hanya disimpan pada suhu dibawah
membuktikan peran protein-protein tersebut 30°c dalam tempat yang kering.
dalam menstimulasi fagositosis makrofag
alveolar, merubah sel-sel imun dan sel-sel
198 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 194-202

Tabel 1. Surfactan Alami Tersedia Secara Komersil (derivatif hewan) 12

Nama Preparat Kandungan protein dan


Generik Phospholipid Utama *

Surfacten Surfactant-TA Ekstrak paru sapi dengan ditambah DPPC, PG, SP-B, SP-C
DPPC, tripalmitoylgiycerol, dan asam
palmitic
Survanta Beractant Ekstrak paru sapi dengan ditambah DPPC, PG, SP-B, SP-C
DPPC,
tripalmitoylgiycerol, dan asam
Curosurf Poractant palmiticparu sapi dengan perlakuan DPPC, SP-B, SP-C
Ekstrak
ekstraksi chloroform- metanol
dimurnikan dengan cairan gel
chromatography
Infasurf Calf Lung Surfactant Ekstrak paruanak sapi dengan DPPC, SP-B, SP-C
Extract perlakuan ekstraksi chloroform-
methanol
BLES Bovine Lipid Extract Ekstrak paru sapi dengan perlakuan DPPC, SP-B, SP-C
Surfactant ekstraksi chloroformmethanol
Alveofact SF-RI 1 Ekstrak paru sapi dengan perlakuan DPPC, SP-B, SP-C
ekstraksi chloroformmethanol

* Semua surfactant alami mengandung lebih sedikit proporsi phospolipid lain, lemak netral,dan asam Iemak. Proses
pemurnian mengunakan asam organic untuk melepaskan protein hydrophilic. Tidak satu pun surfactant alami
mengandung protein surfactant lainnya (SP-A) atau (SP-D) from Wiswell TE: perluasan dalam penggunaan terapi
surfactant. Clinical Perinat 28:695,2001
DPPC, Dipalmitoyphosphatidylcholine, PG, phospatidylglucerol, (SP-B mimic), SP-B, Surfactant protein B, SP-C,
surfactant protein C.

Tabel 2. Surfactan Sintetik12

Nama Dagang Nama Generik Preparat Kandungan protein dan


Phospholipid Utama
Exosurf Colfosceril DPPC dengan 9% hexadecanol DPPC, tanpa protein
plamitate, dan 6% tyloxapol
hexadecanol,
tyloxapol
Pneumactant* Artificial lung expanding DPPC dan PG dengan rasio 7 : 3 DPPC dan PG, tanpa
compound (ALEC) protein

Surfaxin Lucinactant Sintesis peptide kimia kombinasi Sinapultide, DPPC, POPG


dengan dan asam palmitic
phospholipids dan asam palmitic

Venicute rSP-C surfactant Rekombinan SP-C kombinasi rSP-C, DPPC, POPG dan
dengan phospholipids dan asam asam palmitic
palmitic

* Pneumactant ditarik dari pasaran oleh produsen tahun 2000 from Wiswell TE: perluasan dalam penggunaan terapi
surfactant. Clinical Perinat 28:695,2001. DPPC, Dipalmitoyphosphatidylcholine, PG, phospatidylglucerol, POPG,
palmytoil-oleoyl phosphatidylglycerol, rSP-C,recombinant surfactant protein C; sinapultide, KL4 peptide (SP-B mimic);
SP-C, surfactant protein C.
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 194-202 199

Terapi Surfaktan Pada Pmh surfaktan pada bayi yang memiliki resiko
Sejak tahun 1980 banyak dilakukan tinggi untuk berkembang mengalami penyakit
penelitian yang membandingkan efek terapi membran hialin, yaitu bayi prematur dengan
surfaktan dengan placebo atau tanpa terapi. usia gestasi kurang dari 32 minggu. namun
Beberapa dari penellitian ini mempelajari efek demikian, bayi mana yang dinilai mempunyai
surfaktan profilaksis pada bayi yang resiko tinggi untuk mengalami penyakit
memilikiPenelitian lain mempelajari efek membran hialin dan selanjutnya dapat diberi
terapi surfaktan terhadap perbaikan klinis dan surfaktan profilaksis belum jelas.4 Para ahli
radiologis pada bayi yang mengalami memiliki perbedaan pendapat mengenai
penyakit membran hialin. Beberapa penelitian indikasi surfaktan profilaksis, namun secara
tersebut menggunakan surfaktan alami garis besar indikasi pemberian surfaktan
sedangkan sebagian yang lain menggunakan sebagai profilaksis yaitu 1) bayi yang lahir
surfaktan sintesis. Review sistematik dari dengan masa gestasi kurang dari 32 minggu,
berbagai penelitian tersebut menunjukkan 2) bayi yang lahir dengan berat badan kurang
bahwa dibandingkan dengan placebo atau dari 1300gr, 3) bayi dengan pemeriksaan
tanpa terapi, ternyata pemberian surfaktan laboratoris menunjukkan defisiensi
sebagai terapi ataupun pemberian surfaktan surfaktan.13
sebagai profilaksis (baik menggunakan Secara operasional pemberian surfaktan
surfaktan sintetis maupun surfaktan alami) dilakukan sebelum bayi melakukan usaha
dapat menurunkan kebutuhan oksigen dan nafas, sebelum dilakukan resusitasi awal, atau
kebutuhan ventilasi mekanis, menurunkan paling umum yaitu setelah resusitasi awal
insiden penyakit membran hialin serta namun dalam 10 sampai 30 menit setelah
menurunkan resiko teijadinya pneumothorak kelahiran 14-15
dan menurunkan angka kematian. 2,4,12 Penelitian pada binatang didapatkan
Hasil dari studi meta analisis dengan bukti bahwa distribusi surfaktan akan
penelitian acak berpembanding (Soll,2003) homogen jika surfaktan diberikan pada paru
menunjukkan bahwa terapi surfaktan yang berisi cairan dan adanya kepercayaan
menurunkan angka kematian sebesar 40% dan bahwa pemberian surfaktan pada paru yang
dapat menurunkan insiden pneumothorax belum dilakukan pemasangan ventilator atau
pada penyakit membran hialin sebesar 30- yang mendapat ventilator minimal akan
70%. mengurangi trauma paru akut. Ventilasi
Semua golongan surfaktan secara in vitro mekanik sebelum pemberian surfaktan dapat
menurunkan tegangan permukaan, terutama menyebabkan kerusakan kapiler alveoli,
terdapat pada surfaktan kombinasi protein, rembesan cairan proteinaceuous ke rongga
dapat menurunkan pemakaian kebutuhan alveoli, dan pelepasan mediator inflamasi
oksigen dan ventilator dengan cepat. Pada serta lebih lanjut menurunkan respon
suatu studi meta analisis yang terhadap pemberian surfaktan.12 Namun
membandingkan antara penggunaan surfaktan demikian, pada sebagian besar penelitian
derifat binatang dengan surfaktan sintetik menunjukkan bahwa pemberian surfaktan
pada 5500 bayi yang terdaftar dalam 16 sebagai profilaksis yang diberikan sebelum
penelitian random, 11 penelitian memberikan dilakukan resusitasi awal dan sebelum
hasil yang signifikan bahwa surfaktan derivat dilakukan stabilisasi akan menimbulkan
binatang lebih banyak menurunkan angka komplikasi yang lebih besar dibandingkan
kematian dan pneumothorak dibandingkan setelah dilakukan resusitasi awal. 4,10,12
dengan surfaktan sintetik .1,4,10 Penelitian meta analisis pada bayi dengan
masa gestasi kurang dari 30 minggu,
1. Surfaktan Sebagai Terapi Profilaksis didapatkan bahwa penggunaan surfaktan
Surfaktan profilaksis adalah pemberian sebagai profilaksis dapat menurunkan angka
200 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 194-202

kesakitan, menurunkan resiko pneumothorak, alami akan menyebabkan resiko teijadinya


dan menurunkan resiko emfisema interstisial transmisi mikroorganisme tertentu, misalnya
paru.12 Namun demikian, terapi profilaksis penggunaann surfaktan bovine akan
tersebut hanya relevan untuk bayi immature meningkatkan resiko terinfeksi Bovine
yang memang mempunyai kemungkinan besar Spongioform Encephalitis,dan inveksi virus
berkembang mengalami gangguan paru. Hal lain. Namun hal tersebut di eliminasi dengan
tersebut dikarenakan bayi yang lahir dengan proses pembuatan surfaktan alami yang
masa gestasi kurang dari 30 minggu 30%-40% menggunakan pelarut organik, tekhnik
tidak mengalami penyakit membran hialin, dan strerilisasi yang cermat, dan screening
penggunaan surfaktan sebagai profilaksis terhadap hewan yang jaringan parunya akan
tersebut mungkin akan menyebabkan dijadikan bahan pembuat surfaktan.
penatalaksanaan yang berlebihan.13,16 Pada awal penelitian klinis terapi
surfaktan alami, dipikirkan bahwa akan
2. Surfaktan Sebagai Terapi Penyelamatan terjadi respon imunologis terhadap protein
Surfaktan sebagai terapi penyelamatan surfaktan, namun pada 2 penelitian yang
diartikan sebagai pemberian surfaktan pada dilakukan di inggris menunjukkan bahwa
bayi premature yang telah terdiagnosa tidak didapatkan antibodi spesifik terhadap
mengalami PMH, dimana surfaktan paling protein surfaktan pada serum bayi yang
sering diberikan dalam 12 jam pertama diterapi dengan surfaktan alami.
kelahiran. Surfaktan sebagai terapi dibedakan Secara teknis, saat pemberian surfaktan
menjadi 2 yaitu terapi dini, dimana surfaktan dapat terjadi hipoksia dan bradikardi
diberikan dalam 1 sampai 2 jam setelah sementara yang timbul akibat obstruksi jalan
kelahiran, dan terapi akhir, yaitu surfaktan nafas ataupun timbul sumbatan mucus pada
diberikan setelah 2 jam atau lebih endotrakeal tube. Juga dapat terjadi refluk
kelahiran.14,17 surfaktan ke faring dari endotrakeal tube.
Pada 4 penelitian acak berpembanding, Pada beberapa literatur dinyatakan bahwa
dimana dibandingkan efektifitas pemberian segera setelah pemberian surfaktan dapat
surfaktan sebagai terapi dini dan surfaktan tteijadi penurunan sementara tekanan darah,
sebagai terapi akhir, didapatkan kesimpulan penurunan sementara kecepatan aliran darah
bahwa pada bayi yang lahir kurang bulan, otak, penurunan sementara konsentrasi
yang tidak mendapatkan kortikosteroid oksihemoglobin atak, dan penurunan
antenatal, surfaktan sebaiknya diberikan sementara aktivitas otak.
secepat mungkin18 Secara garis besar, komlikasi pemberian
Pada beberapa rumah sakit, berlaku surfaktan berkaitan dengan lambatnya
pedoman indikasi pemberian surfaktan pemberian surfaktan atau akibat peningkatan
sebagai terapi penyelamatan antara lain yaitu: tekanan jalan nafas saat pemberian.
1) bayi prematur atau bayi aterm terbukti Pada beberapa penelitian, pernah
secara klinis mengalami penyakit mambran dilaporkan terjadinya perdarahan paru,
hialin 2) bayi prematur atau bayi aterm walaupun mekanisme pasti terjadinya
terbukti secara radiologis mengalami penyakit perdarahan paru belum jelas, namun
mambran hialin 3) bayi yang mengalami diperkirakan bahwa peningkatan ventilasi dan
peningkatan kebutuhan oksigen, yang ditandai penurunan resistensi pembuluh darah paru
dengan sianotik, agitasi dan penurunan Pa02, yang terjadi setelah pemberian surfaktan
Sp02. mengakibatkan shunt dari kiri ke kanan
melalui ductus arteriosus, yang selanjutnya
Efek Samping dan Komplikasi Terapi menyebabkan edema paru hemorragis..
Surfaktan Mekanisme lam terjadinya perdarahan paru
Secara teoritis, penggunaan surfaktan yang dijelaskan secara invitro yaitu akibat
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 194-202 201

sitotoksisitas secara langsung, dimana hal ini 2. Whitsett JA, Rice WR, Warner BB, Wert
sipengaruhi oleh jenis dan dosis surfaktan. SE, Pryhuber GS. Respiratory Distress
Perdarahan paru dilaporkan terjadi pada Syndrome. In: MacDonald MG, Mullet
lebih dari 6% bayi premature yang diterapi MD, Seshia MMK, editors. Avery’s
dengan surfaktan, dan memiliki ciri khas Neonatology. Patophysiology and
yaitu terjadi 72 jam pertama setelah Management of the Newborn. 6th ed.
pemberian terapi surfaktan. Secara umum Philadelphia: Lippincott Williams &
gambaran klinis perdarahan paru yang terjadi Wilkins; 2005.p. 560-562 3
setelah pemberian surfaktan yaitu timbulnya 3. Clements JA, Avery MA. Lung Surfactant
perburukan oksigenasi dan ventilasi yang and Neonatal Respiratory Distress
diikuti gangguan kardiovaskuler yang timbul Syndrome. Am J Respir Crit Care Med.
secara akut. 1998;157: 59-66
4. Fujiwara T, Konishi M, Chida s,
2. Simpulan Okuyama K, Ogawa Y. Surfactant
Replacement Therapy With a Single
Penyakit membrane hialin merupakan suatu Postventilatory Dose of a Reconstituted
sindrom yang terjadi pada bayi prematur akibat Bovine Surfactant in Preterm Neonates
defisiensi surfaktan yang ditandai dengan With Respiratory Distress Syndrome.
pernafasan cuping hidung, nafas cepat, retraksi, Final Analysis of a Multicenter, Double-
sianosis, suara merintih saat ekspirasi yang blind, Randomized Trial and Comparison
timbul segera atau beberapa saat setelah lahir (4- With Similar Trials. Pediatrics. 1990, 5.
6 jam) dan menetap serta menjadi progresif 12-24
dalam 48-96 jam pertama kehidupan. Terapi 5. Whitsett JA , Stahlman MA. Impact of
surfaktan, baik yang diberikan sebagai profilaksis Advances in Physiology, Biochemistry,
maupun sebagai terapi penyelamatan, dapat and Molecular Biology on Pulmonary
menurunkan insiden dan keparahan penyakit Disease. Am J Respir Cnt Care.
membrane hialin. Terapi penyelamatan dini (2 1998;157: 67-71,.
jam setelah kelahiran) yang diberikan pada bayi 6. Taeusch W, Karen LU, Schrempp DR..
dengan usia gestasi kurang dari 32 minggu dan Improving Pulmonary Surfactants. Acta
tanpa pemberian steroid antenatal, akan Pharmacol.2002; 11:11-15
menurunkan keparahan penyakit membrane 7. Wrobe SI. Bubbles, Babies and Biology :
hialin lebih bermakna jjika dibandingkan dengan The Story Of Surfactant Second Breath: A
terapi penyelamatan akhir. Efek samping terapi Medical Mystery Solved. Federation of
surfaktan berkaitan dengan efek yang timbul American Societies for
akibat obstruksi jalan nafas yaitu hipoksia, Experimental Biology 2004.
bradikardi, dapat juga terjadi refluk surfaktan ke www.faseb.org/opar
faring, sedangkan komplikasi yang pernah 8. Avery MA. Surfactant Deficiency in
dilaporkan yaitu dapat terjadi perdarahan paru. Hyaline Membrane Disease The Story of
Discovery. Am J Respir Crit Care. 2000:
Daftar Acuan 161: 1074-1075
9. Golde GD, Barbara JS. Respriatory Tract
1. Rodriguez RJ,Martin R J, Fanaroff AA. Disorder. In: Klegman RM,
Respiratory Distress Syndrome and its Behrman RE, Jenson HB. Nelson
Management. In: Martin R J, Fanaroff TextBook of Pediatrics. 18th edition.
AA, editors. Neonatal-Perinatal Medicine, Philadelphia: Saunders; 2007. p.731-740
Disease of the fetus and Infant. 8 th 10. Engle WA and the Committee on Fetus
edition. Philadelphia: Elsevier Mosby; and Newborn. Surfactant-Replacement
2006. p. 1097-1122. Therapy for Respiratory Distress in the
202 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 3, NO. 3, OKTOBER 2016: 194-202

Preterm and term Neonate. Pediatrics Management of Respiraory Distress


2008;12:;419-432 Syndrome (RDS). Indian J Pediatr. 2004;
11. Bailey TC, Veldhuizen R. The 71(1): 49 - 54.
Physiological Significance of a 16. Freddi AN, Filho JO, Exogenous
Dysfunctional Lung surfactant. In: surfactant therapy in pediatrics.
Lenfant C. Lung Surfactant Function and Exogenous surfactant therapy in
Disorder. Vol 201. Taylor & Francis pediatrics. Jomal de Pediatria. 2003;79:
Group , 2005.p. 263-270. 205-207
12. Suresh GK, Soll RF. Pharmacologic 17. August F, Jung L, King K, Mueller D,
Andjuncts II, Exogenous Surfactants. In: Kattwinkel K, Barry T. et al..32 Weeks'
oldsmith JP, Karotkin EH, editors. Gestation Early Treatment of Respiratory
Assisted Ventilation of The Neonate. 4th Distress Syndrome in Neonates of 29
ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. Through 32 Prophylactic Administration
p. 329-343 of Calf Lung Surfactant Extract Is More
13. Anonymous (Editorial). Effective. Pediatrics. 1993; 92: 90-98.
Recommendations for neonatal surfactant diunduh dari: http://www.pediatrics.org
therapy. Paediatric Child Health. 2005;10: 18. Hörbar JD, Carpenter JH, Buzas j, Soll rf,
109-116 Suresh G, Bracken MB, et all. Timing of
14. Stewart DL, Update on Respiratory Initial Surfactant Treatment for Infants 23
Distress Syndrome of the Neonate. Nort to 29 Weeks’ Gestation Is Routine
America Phramacotherapy.2004; 2:1-6. Practice Evidence Based? Pediatrics.2004;
15. Kumar P, Kiran PS. Changing Trends in 113;1593-1599

Anda mungkin juga menyukai