KASUS
RESUME
Step II
Step III
Postnatal Asfiksia
- HMD
- TTN
- MAS
- TOF
Sesak
Nafas
Infeksi
Metabolik
- Pneumoni
- Anemia Neonatus
- Sepsis
2
Step IV
1. Postnatal Asfiksia
pernapasan yang masih kecil, dan c) dinding dada bayi yang masih lemah .
1
4) Manisfestasi Klinis
Terdapat dua bentuk manifestasi klinis PMH: bentuk akut dan
kronis. Pada bentuk akut gejala klinis mulai kelihatan pada beberapa jam
setelah bayi lahir, terutama dispnea dan takipnea (pernapasan lebih
60x/menit), retraksi dinding dada dan merintih, seterusnya meningkat
dalam 48–72 jam pertama, keadaan ini akan tetap bertahan sampai kira-
kira satu minggu, kemudian menurun dan hilang. Pada bentuk kronis
kesulitan bernapas baru dijumpai setelah 24–36 jam kelahiran, ditandai
dengan sesak nafas, sianosis dan apnea. Gejala ini terlihat jelas pada hari
ke 4–7 dan menetap dalam 2–3 minggu. 1
Pada kedua bentuk gambaran ini atelektasis merupakan bentuk
patologi utama paru. Dengan adanya atelektasis paru, terjadilah penurunan
volume dada, secara fisik terlihat adanya konkafitas yang nyata di daerah
aksila, daya regang rongga dada menurun, sehingga pada saat inspirasi
terlihat jelas adanya retraksi di daerah interkostal dan supraternal. Pada
saat ekspirasi dibutuhkan tenaga yang lebih besar, karena pengembangan
paru yang tidak merata, udara terperangkap di bagian distal, sedangkan
jalan udara tertutup karena kolaps, sehingga tekanan ekspirasi yang besar
ini menyebabkan bising ekspirasi yang khas yakni merintih . 1
Pada pemeriksaan terlihat bayi mengalami dispnea dan takipnea.
Secara klinis gejala lain yang dapat diamati adanya bradikardi, hipotensi,
hipotermi, tonus otot menurun dan apnea. Terjadinya sianosis karena
menurunnya oksigen yang diambil oleh paru dengan atelektasis. Dengan
berkurangnya oksigen maka terjadi asidosis yang mengakibatkan
meningkatnya frekuensi pernapasan. Menurunnya perfusi jaringan
menyebabkan kulit dan selaput lendir berwarna pucat. Pada keadaan berat
terjadi apnea yang berakibat fatal . 1
Tanda dari PMH muncul beberapa menit sesudah lahir, namun
biasanya baru diketahui beberapa jam kemudian di mana pernafasan
menjadi cepat dan dangkal (60x/menit). Bila didapatkan onset takipnea
yang terlambat harus dipikirkan penyakit lain. Beberapa pasien
7
5) Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis harus dicari faktor risiko meliputi: usia
kehamilan yang preterm, ibu diabetes melitus, kehamilan kembar,
seksio cesar, partus presipitatus setelah perdarahan antepartum,
asfiksia pada masa perinatal dan adanya riwayat sebelumnya ibu
yang melahirkan bayi dengan PMH.2
b. Pemeriksaan Fisik
Bayi kurang bulan berdasarkan New Ballard Score disertai
sianosis pada udara kamar, napas cuping hidung, takipnea,
merintih dan retraksi dinding dada yang dijumpai dalam 24 jam
pertama kehidupan dan bisa menetap atau menjadi progresif dalam
48-96 jam pertama . Terkadang ditemukan hipotensi, hipotermia,
edema perifer, edema paru. Perjalanan klinis bervariasi sesuai
dengan beratnya penyakit, besarnya bayi, adanya infeksi dan
derajat dari pirau PDA. 2
c. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Hb, HCT
dan gambaran darah tepi tidak menunjukan tanda-tanda
infeksi. Analisis gas darah awalnya dapat ditemukan
hipoksemia, dan pada keadaan lanjut ditemukan hipoksemia
progresif, hipercarbia dan asidosis metabolik yang bervariasi. 2
- Echocardiografi
Echocardiografi dilakukan untuk mendiagnosa PDA
dan menentukan arah dan derajat pirau. Juga berguna untuk
mendiagnosa hipertensi pulmonal dan menyingkirkan
kemungkinan adanya kelainan struktural jantung. 2
- Tes kocok (shake test)
Dari aspirat lambung dapat dilakukan tes kocok.
Aspirat lambung diambil melalui nasogastrik tube pada
9
2) Epidemiologi
3) Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko terjadinya TTN baik pada bayi, orang tua
maupun proses persalinan antara lain : Bayi dilahirkan secara operasi
Caesar, makrosomia, bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita
penyakit asma , diabetes mellitus dan pengaruh sedasi , asfiksia perinatal,
Tidak adanya Phosphatidylglycerol pada cairan amnion, bayi laki-laki 4
13
4) Patofisiologi
Segerah setelah janin lahir dan mulai menarik napas terjadi inflasi
paru yang mengakibatkan peningkatan tekanan hidrolik yang
menyebabkan cairan berpindah ke interstitial. Volume darah paru juga
meningkat pada saat bayi menarik napas,tetapi cairan dalam paru belum
mulai berkurang sampai 30-60 menit post natal dan lengkap diabsorbsi
dalam 24 jam.4
5) Gejala Klinis
6) Pemeriksaan Laboratorium
7) Gambaran Radiologi
8) Diagnosis Banding
9) Penatalaksanaan
10) Prognosis
D. Tetralogy of Fallot
1) Definisi
Tetralogy of fallot (ToF) merupakan penyakit jantung bawaan
sianotik yang terdiri dari empat kelainan khas, yaitu defek septum
ventrikel (ventricular septal defect, VSD), stenosis infundibulum
ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi
ventrikel kanan, dan overriding aorta. ToF merupakan jenis penyakit
jantung bawaan tersering. Sekitar 3-5% bayi yang lahir dengan
penyakit jantung bawaan menderita jenis ToF.8
2) Patofisiologi
Sirkulasi darah penderita ToF berbeda dibanding pada anak
normal. Kelainan yang memegang peranan penting adalah stenosis
pulmonal dan VSD. Tekanan antara ventrikel kiri dan kanan pada
pasien ToF adalah sama akibat adanya VSD. Hal ini menyebabkan
darah bebas mengalir bolak-balik melalui celah ini. Tingkat keparahan
hambatan pada jalan keluar darah di ventrikel kanan akan menentukan
arah aliran darah pasien ToF. 8
Aliran darah ke paru akan menurun akibat adanya hambatan
pada jalan aliran darah dari ventrikel kanan; hambatan yang tinggi di
sini akan menyebabkan makin banyak darah bergerak dari ventrikel
kanan ke kiri. Hal ini berarti makin banyak darah miskin oksigen yang
akan ikut masuk ke dalam aorta sehingga akan menurunkan saturasi
oksigen darah yang beredar ke seluruh tubuh, dapat menyebabkan
sianosis. Jika terjadi hambatan parah, tubuh akan bergantung pada
duktus arteriosus dan cabang-cabang arteri pulmonalis untuk
mendapatkan suplai darah yang mengandung oksigen. Onset gejala,
tingkat keparahan sianosis yang terjadi sangat bergantung pada tingkat
keparahan hambatan yang terjadi pada jalan keluar aliran darah di
ventrikel kanan. 8
3) Manifestasi Klinis
20
2. Infeksi
A. Pneumonia
1) Pengertian
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi
cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang
kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium. (secara anatomis
dapat timbul pneumonia lobaris maupun lobularis /
bronchopneumonia).9
2) Etiologi
1. Virus Utama :
a. ISPA atas : Rino virus, Corona virus, Adeno virus, Entero virus
b. ISPA bawah : RSV, Parainfluensa, 1, 2, 3 corona virus, adeno
virus
2. Bakteri Utama
Streptococus pneumoniae, Haemophilus influenza, Staphylococcus
aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis dan pada anak
usia sekolah : Mycoplasma pneumonia
4. Lipid pneumonia : oleh karena aspirasi minyak mineral
5. Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia
seperti berilium
25
1. Tahap prepatogenesis
Penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
2. Tahap inkubasi
Virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit
Dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan
batuk. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan
meninggal akibat pneumonia. 9
4) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit
kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan
gastrointestinal.
2. Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan
dahak berwarna kehijauan seperti karet.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan
frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas
melemah, dam ronki
4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada
tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara
napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan,
friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila
efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat
iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
5. Tanda infeksi ekstrapulmonal. 9
5) Pemeriksaan Penunjang
27
1. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini
dapat ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada
bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat didapatkan pada satu
atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat
adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada
pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau
beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya
komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga
menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,
perikarditis dll. 9
2. Pemeriksaan laboratorium
Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 –
40.000/mm3dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat
dibiakkan dari usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urine
biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan
karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin. 9
6) Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa
diberikan antibiotik per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik. 9
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai
yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
Oksigen 1-2 L/menit.
28
B. SEPSIS
1) Pengertian
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis
dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik.6
2) Etiologi
1. Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri
mampu menyebabkan sepsis.
2. Streptococcus grup B merupakan penyebab umum sepsis diikuti
dengan Echerichia coli, malaria, sifilis, dan toksoplasma.
Streptococcus grup A, dan Streptococcus viridans, patogen lainnya
gonokokus, candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan
organisme listeria, rubella, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza,
parotitis.
3. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan.
4. Perawatan antenatal yang tidak memadai.
5. Ibu menderita eklampsia, diabetes melitus.
6. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan
tindakan.
29
a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman
dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam
tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi
adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus
rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis.
Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan
toksoplasma.
b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan
terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik
mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh
bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah
terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus
dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi
tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat
terjadi melalui kulit bayi atau “port de entre” lain saat bayi melewati
jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis,
candida albican dan gonorrea).
c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi
sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari
lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir,
selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau
dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
30
4) Pathways
31
5) Manifestasi Klinis
a Tanda dan Gejala Umum
- Hipertermia (jarang) atau hipothermia (umum) atau bahkan
normal.
- Aktivitas lemah atau tidak ada
- Tampak sakit
- Menyusun buruk/intoleransi pemberian susu. 6
b Sistem Pernafasan
- Dispneu
- Takipneu
- Apneu
- Tampak tarikan otot pernafasan
- Merintik
- Mengorok
- Pernapasan cuping hidung
- Sianosis.
c Sistem Kardiovaskuler
- Hipotensi
- Kulit lembab dan dingin
32
- Pucat
- Takikardi
- Bradikardi
- Edema
- Henti jantung
d Sistem Pencernaan
- Distensi abdomen
- Anoreksia
- Muntah
- Diare
- Menyusu buruk
- Peningkatan residu lambung setelah menyusu
- Darah samar pada feces
- Hepatomegali
e Sistem Saraf Pusat
- Refleks moro abnormal
- Intabilitas
- Kejang
- Hiporefleksi
- Fontanel anterior menonjol
- Tremor
- Koma
- Pernafasan tidak teratur
- High-pitched cry
f Hematologi
- Ikterus
- Petekie
- Purpura
- Pendarahan
- Splenomegali
- Pucat
33
- Ekimosis. 6
6) Pencegahan dan Pengobatan
Pada masa antenatal. Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan
kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit
infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera
terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan
segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
- Pada saat persalinan perawatan ibu selama persalinan dilakukan
secara aseptik dalam arti persalinan diperlukan sebagai tindakan
operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal
mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi
keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan
melakukan rujukkan secepatnya bila diperlukan dan menghindari
perlukaan kulit dan selaput lendir. Sesudah persalinan. Perawatan
sesudah lahir mleiputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan
dan perlatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan
sendiri. Perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif
harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aspetik.
Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan
dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah
memegang setiap bayi. Pemantauan keadaan bayi secara teliti
disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik semua
personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat.
Bayi yang berpenyakit menular harus diisolasi. Pemberian
antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan
mikrobiologi dan tes resistensi. 6
- Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorium adalah
mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan
umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan
nutrisi. Pemberian antibiotik hendaknya memenuhi kriteria efektif
34
2. Metabolik
A. Anemia Neonatus
1) Definisi
bayi baru lahir tetapi dapat juga akibat perobekan atau pemotongan tali
pusat selama persalinan, kelainan insersi tali pusat, pengaliran pembuluh
darah plasenta, plasenta previa atau solusio plasenta, tali pusat yang
melilit leher, insisi yang sampai ke plasenta, perdarahan interna (hati,
limpa, atau intrakranial), thalasemia, infeksi parvovirus kongenital, atau
anemia hipoplastik, dan transfusi kembar ke kembar monozigot dengan
sambungan arteriovenosa pada plasenta. 9
3) Data laboratorium
4) Penatalaksanaan
ANALISIS MASALAH
1. Identitas Pasien
Nama : By. Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 0 hari
Alamat : Cirebon
2. Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak nafas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Seorang bayi perempuan datang ke IGD RS dengan keluhan utama
sesak napas. Penderita merupakan rujukan dari Puskesmas Pesisir. Bayi
38
lahir di puskesmas pesisir ditlong oleh bidan pada tanggal 09 oktober 2018
jam 12.30 WIB (3 jam yang lalu) secara spontan letak belakang kepala
dengan BBL 1400 gram, PBL 40 cm, bayi tidak langsung menangis, apgar
score menit pertama 3, menit kelima 5. Bayi telah mendapat suntikan
vitamin K1 setelah lahir. Lahir dari ibu P3A0 usia kehamilan 33-34
minggu dengan hipertensi dalam kehamilan.
PENYAKIT DAHULU RIWAYAT
Ibu mempunyai riwayat hipertensi sejak usia kehamilan 20 minggu
dengan proteinuria (-). Tekanan darah tertinggi 150/80 mmHG, ibu
mengonsumsi obat nifedipin secara rutin. Ibu sempat mengalami demam
sebelum melahirkan, saat melahirkan ibu tidak demam.
RIWAYAT KELUARGA
Riwayat hipertensi, alergi maupun diabetes mellitus disangkal.
RIWAYAT ANC
Ibu penderita melakukan pemeriksaan antenatal di Puskesmas
Pesisir sebanyak 3 kali dan mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali. Ibu
rajin mengonsumsi tablet besi 1 x 1 sehari.
RIWAYAT SOSIAL
Ibu penderita tinggal dirumah beratap seng, berdinding beton, dan
berlantai semen. Terdiri dari 2 kamar tidur, dihuni oleh 2 orang dewasa
dan 2 orang anak-anak. Kamar manadi dan WC terdapat didalam rumah.
Sumber air minum dari PAM, sumber penerangan listrik dari PLN, dan
sampah dibuang ke tempat sampah.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Pasien tampak sakit berat, GRUNTING
(+), tonus otot (+).
Kesadaran : Compos mentis / 15
Tanda-tanda vital
Skor APGAR 1’’ : 3
5’’ :5
39
DIAGNOSIS AWAL
Penyakit Membran Hialin
TATALAKSANA AWAL
Tatalaksana neonatus dengan penyakit membran hialin sangat
kompleks yang meliputi terapi oksigen, nutrisi dan pemberian surfaktan.
42
A. Bantuan Napas
Pada bayi yang dicurigai menderita penyakit membran hialin dengan PO2
di bawah 50 mmHg dengan FiO2 70% merupakan indikasi untuk pemakaian
CPAP (Countinous Positive Airway Pressure) dengan tekanan 6-10 cm H2O
atau dapat menggunakan kotak kepala atau CNCP (Countinouse Negative
Chest Pressure). Jumlah tekanan yang dibutuhkan akan turun mendadak pada
43
usia 72 jam kemudian bayi dapat disapih dari CPAP-nya. Bayi memerlukan
ventilasi mekanik apabila pada CPAP dengan FiO2 100% PO2 dibawah 50
mmHg. Ventilasi mekanik biasanya dimulai dengan frekuensi 30-60
respirasi/menit dengan rasio inspirasi dan ekspirasi 1:2. PIP yang digunakan
biasanya 18-30 cmH2O, dengan PEEP 4 cm H2O biasanya dapat
memperbaiki oksigenasi karena dapat meningkatkan tekanan jalan napas
sehingga dapat menjaga terjadinya ventilasi dan oksigenasi serta dapat
meminimalkan kerusakan jaringan parenkim paru. 11
B. Terapi cairan dan nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi sebaiknya diberikan secara parenteral. Pada
36-48 jam pertama diberikan glukosa 10% dengan kecepatan 65-100
ml/kgBB/24 jam. Selanjutnya harus ditambahkan elektrolit dan volume cairan
ditingkatkan secara berangsur sampai 120-150 ml/KgBB/24 jam.11
Untuk bayi sangat kecil (berat lahir < 1500 gram atau umur kehamilan <
32 minggu) berikan teofilin dosis awal 5 mg/kg per oral, dilanjutkan 2 mg/kg
tiap 8 jam selama 7 hari. Jika teofilin tidak tersedia atau pemberian per oral
belum memungkinkan, berikan aminofilin dosis awal 6 mg/kg IV, diteruskan
2 mg/kg IV tiap 8 jam selama 7 hari. 11
C. Antibiotik
Antibiotik diberikan berdasarkan pola kuman setempat. 11
D. Sedasi
Obat-obat sedative biasanya diperlukan pada bayi yang dikontrol dengan
ventilator. Fenobarbital biasanya digunakan untuk menurunkan aktivitas bayi.
Untuk analgesik dan sedative biasanya digunakan Morfin atau Fentanil atau
Lorazepam. 11
E. Surfaktan
Surfaktan adalah multikomponen kompleks dari beberapa fosfolipid,
neutral lipid, protein khusus, yang disintese dan disekresikan ke alveoli oleh
sel epitel tipe II. Komponen penting surfaktan terdiri atas fosfolipid (85%)
dan 10% protein. Fosfolipid yang ada terdiri dari Phosphatidylcholine (PC),
dan 1 bagian PC molekul, DPPC (dipalmitol phosphatidyl choline), yang
44
REFLEKSI DIRI
Ayatullah
Identifikasi kebutuhan
- Yang tidak saya ketahui tentang topik tersebut adalah manajemen terapi
farmakologi serta dosisnya
- Ada bagian yang terlewat belum dibaca mengenai terapi
- Semuanya penting jika sesuai dengan blok kegawatdaruratan
Dini Anggraini
Muhammad Irsyad B
paling penting yang harus saya kuasai adalah mulai dari penyebab suatu penyakit
hingga tatalaksana secara komperhensif.
Strategi belajar yang paling sesuai untuk saya untuk mencapai tujuan
belajar adalah dengan mempelajari terlebih dahulu topik yang akan dibahas secara
mendalam kemudian berdiskusi dalam kelompok. Alternatif lain untuk dapat
mencapai tujuan belajar lebih luas adalah berdiskusi dengan kelompok lain.
Sumber belajar yang saya butuhkan adalah buku terbaru yang membahas topik
tersebut atau jurnal.
Kendala yang saya alami, saya masih merasa kesulitan dalam menentukan
pertanyaan sistematis pemeriksaan fisik ketika berdiskusi
Syahidatun Hayati
Tedi Mulyana
Pepi Arifiyani
asfiksia neonatorum seperti TTN, HMD, dan MAS. Namun, masih bingung ketika
dihadapkan dengan kasus skenario. Dimana kasus diskenario pastinya telah di
sesuaikan dengan kejadian dikehidupan sehari-hari.
Untuk menangani kekurangan ini saya perlu untuk membbaca lebih dalam
mengenai patofisiologi dan mencari kasus seperti ini lalu didiskusikan, agar dapat
terbiasa dengan pengaplikatifan masalah dimasyarakat. Sumber belajar yang saya
butuhkan, adalah teman sharing kasus dan pembimbing untuk mengasah
kemampuan saya.
Yunanda Ardian P
Saya rasa kemajuan yang dicapai sejauh ini sudah cukup. Hanya saja
say perlu meningkatkan kualitas belajar saya agar lebih mudah saat
melakukan diagnosis dan mencapai tujuan belajar Clinical Reasoning yang
diinginkan.
52
DAFTAR PUSTAKA