DI SUSUN OLEH:
YAYA TRI ANDINI A. LAKORO
PO7120121006
B. ETIOLOGI
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena
kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak
kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula
kemungkinan terjadi RDS. Faktor penting penyebab defisiensi surfaktan
pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes,
secsiocaesaria. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur.
Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang
dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih
belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi
akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera
setelah bayi lahir dan akan bertambah berat. RDS merupakan penyebab
utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi karena ada
kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan
penyebab sindrom ini.
1. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, gravida empat atau lebih,
sosial ekonomi rendah maupun penyakit pembuluh darah ibu yang
mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit diabetes
mellitus, dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Faktor plasenta meliputi sulosio plasenta, pendarahan plasenta,
plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.
3. Faktor janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,
kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain.
4. Faktor persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan
lain-lain.
Risiko Hipotermia
Gangguan
Pola nafas tidak efektif pertukaran gas
Hipovolemia
Risiko defisit nutrisi
F. MANIFESTASI KLINIS
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS (Respiratory
Distress Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru.
Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala
klinis yang ditunjukan. Gejala dapat tampak beberapa jam setelah
kelahiran. Bayi RDS (Respiratory Distress Syndrom) yang mampu
bertahan hidup sampai 96 jam pertama mempunyai prognosis yang lebih
baik. Gejala umum RDS yaitu: takipnea (>60x/menit), pernapasan
dangkal, mendengkur, sianosis, pucat, kelelahan, apnea dan pernapasan
tidak teratur, penurunan suhu tubuh, retraksi suprasternal dan substernal,
pernapasan cuping hidung.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Cecily & Sowden (2009) dalam (Moi, 2019), pemeriksaan
yang dapat menunjang diagnosis RDS pada neonatus adalah dengan:
1. Kajian pada penampakan foto rontgen thoraks
2. Pola retikulogranular difus atau bercampur dengan udara yang saling
tumpang tindih
3. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat karena tertutupi
udara yang terlihat adanya bercak putih yang diikuti hipoinflasi paru
4. Pada beberapa kasus terdapat kardiomegali bila system organ lain juga
terkena (bayi memiliki faktor resiko dilahirkan oleh ibu yang diabetes,
hipoksia atau gagal jantung kongestif)
5. Bayangan timus yang besar
6. Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan penyakit
berat jika muncuk pada beberapa jam pertama
7. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau
metabolik
8. AGD menunjukkan asidosis respiratory dan metabolik yaitu adanya
penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan paCO2, penurunan
HCO3.
9. Hitung darah lengkap atau cek darah lengkap pasien untuk mengetahui
jumlah haemoglobin, leukosit, dan trombosit neonates
10. Periksa serum elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
untuk menentukan intervensi lanjutan
11. Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk menentukan
maturitas paru dan pastikan cairan ketuban saat neonatus dilahirkan
sudah hilang pada jalan nafasnya
12. Periksa Saturasi Oksigen dengan menggunakan oksimetri untuk
menentukan hipoksia dan banyak kebutuhan oksigen yang harus
diberikan pada bayi
13. Biopsi paru, terdapat adanya pengumpulan granulosit secara
abnormaldalam parenkim paru.
Menurut (Rogayyah, 2016), pemeriksaan penunjang lainnya yang
dapat dilakukan untuk penetapan diagnosa RDS adalah dengan melakukan
CT Scan thorax dimana biasanya pada neonatus dengan RDS
menunjukkan jika adanya konsolidasi parenkim diarea paru mengikuti arah
gravitasi dan biasanya penemuan ini tidak dapat dilihat menggunakan
pemeriksaan rontgen thorax saja. Pada hasil pemeriksaan ini, RDS
cenderung asimetris pada paruparu.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalakasanaan pada bayi baru lahir atau neonatus dengan gangguan
pernafasan atau RDS adalah sebagai berikut :
1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o -37oC) dengan cara
meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembaban ruangan juga harus
adekuat (70-80%).
2. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-
hati karena berpengaruh kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian
O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti :
fibrosis paru, kerusakan retina (fibroplasias retrolental), dll. 18
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlut untuk mempertahankan
homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan
glukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan
berat badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari. asidosis metabolik yang selalu
dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara
intravena.
4. Pemberian antibiotik. Bayi dengan PMH perlu mendapatkan antibiotik
untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan
dosis 50.000-100.000 u/kg BB/hari atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari,
dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kg BB/hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian
surfaktan eksogen (surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun
harganya amat mahal.
6. Penatalaksanaan keperawatan Bayi dengan PMH adalah bayi prematur
kecil, pada umumnya dengan berat badan lahir 1000-2000 gram dan
masa kehamilan kurang dari 36 minggu. Oleh karena itu, bayi ini
tergolong bayi berisiko tinggi. Apabila menerima bayi baru lahir yang
demikian harus selalu waspada bahaya yang dapat timbul. Masalah
yang perlu diperhatikan ialah bahaya kedinginan (dapat terjadi cold
injury), risiko terjadi gangguan pernapasan, risiko terjadi infeksi,
kebutuhan rasa aman dan nyaman (kebutuhan psikologik) (Ngastiyah,
2005).
I. KLASIFIKASI
Down Score
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi Nafas < 60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Retraksi dada Tidak ada Ringan Berat
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis
dengan oksigen menetap
walaupun
diberikan
oksigen
Air entry Udara masuk Penurunan Tidak ada
ringan udara udara masuk
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar Dapat dingar
dengan dengan alat
stetoskop bantu
Evaluasi Score < 4 : RDS ringan
Score 4-7 : RDS sedang
Score > 7 : RDS berat
J. KOMPLIKASI
1. Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
a. Kebocoran alveoli: Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara
(pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium,
emfisema intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba
memburuk dengan gejala klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi
atau adanya asidosis yang menetap.
b. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi
dapat timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum
vena, kateter, dan alat-alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular:
perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur
dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi
mekanik.
2. Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi
dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang
menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering
terjadi:
a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru
kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa
gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume
dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi
mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi.
b. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar
10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya
hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS
RESPIRATORY DISTRESS OF NEWBORN (RDN)
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesa, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dilaboratorium.
Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah:
1. Identitas lengkap bayi termasuk identitas orang tua bayi
2. Riwayat kesehatan : Keluahan utama, terutama sistem pernafasan
cyanosis, grunting,RR cuping hidung
3. Riwayat kesehatan terutama umur kehamilan dan proses persalinan
Kaji riwayat kehamilan sekarang (apakah selama hamil ibu menderita
hipotensi atau perdarahan).
4. Kaji riwayat neonatus (lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada
keadaan hipotermia)
5. Kaji riwayat keluarga (koping keluarga positif)
6. Kaji nilai apgar rendah (bila rendah di lakukkan tindakan resustasi
pada bayi)
7. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Seperti:
takipnea (>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi dinding dada,
pernapasan cuping hidung, pucat, sianosis, apnea.
a. Keadaan umum: kesadaran, dan ttv
b. Pemeriksaan persistem terutama pada sistem yang terlibat langsung
c. Pemeriksaan pada Sistem pernafasan: kesulitan dalam respirasi
normal Refraksi strenum dan interkosta, nafas cuping hidung,
cyanosis pada udara kamargruntingrespirasi cepat atau lambat
d. Sistem kardiovaskulaer: takikardia, nadi lemah/cepat, akral
dingin/hangat, cyanosis perifer
e. Sistem gastrointestinal: muntah, kembung, peristaltik
menurun/meningkat
f. Sistem perkemihan: keluaran urinewarna
8. Pemeriksaan penunjang : Hasil L
B. DIAGNOSA
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
dibuktikan dengan
Gejalan dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi
kussmaul cheyne-stokes).
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah
C. PERENCANAAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
(SDKI D. 0005)
Pola napas tidak efektif (SLKI L. 01004)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama..........maka pola
nafas membaik dengan kriteria hasil :
1. Dispnea Menurun
2. Penggunaan otot bantu napas Menurun
3. Pemanjangan fase ekspirasi Menurun
4. Pernafasan cuping hidung menurun
5. Frekuensi napas 30-60x/menit
Intervensi
Manajemen Jalan Napas ( SIKI I.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usaha napas)
Rasional
Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasi
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhikering)
Rasional
Ronki,mengi menunjukan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan napas yang dapat menimbulkan pengunaan
otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan
Terapeutik
1. Berikan oksigen, jika perlu
Rasional
Membantu pemenuhan kebutuhan oksigen dan mengembalikan
kadar normal oksigen di dalam tubuh
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
Rasional
Untuk membebaskan jalan nafas,mengurangi sesakk dan membuat
pernapasan lebih mudah
b. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler (SDKI D.0003)
Pertukaran Gas (SLKI L.01003)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama.........maka pertukaran
gas meningkat dengan kriteria hasil :
1. Tingkat kesadaran Meningkat
2. Dispnea Menurun
3. Buying napas tambahan Menurun
4. Napas cuping hidung Menurun
5. Sianosis Membaik
6. Pola napas Membaik
Intervensi
Pemantauan Respirasi (SIKI I.01014)
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Rasional
Mengecek dan mengawasi frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
napas agar selalu normal
Intervensi
Manajemen Nutrisi (SIKI I.03119)
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
Rasional
Membantu mengetahui tanda dan gejala nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Rasional
Jika diperlukan pemasangan NGT untuk membantu pemasukan
nutrisi
3. Monitor asupan makanan
Rasional
Memantau terus asupan makanan yang masuk agar mengetahui
kebutuhan yang terpenuhi
4. Monitor berat badan
Rasional
Memantau peningkatan atau penurunan berat badan dan membantu
mengetahui perubahan dan peningkatan berat badan untuk
pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Rasional
Memantau hasil-hasil lab yang terdapat pada pasien untuk
mengetahui apakah ada peningkatan dan penurunan status nutrisi
Terapeutik
1. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Rasional
Melatih kembali pasien untuk makan melalui oral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Rasional
Memberikan rasa nyaman pada pasien dan meredakan rasa nyeri
Intervensi
Regulasi Temperatur (SIKI I. 14578)
Observasi
1. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
Rasional
Memantau kestabilan suhu bayi
2. Monitor warna dan suhu kulit
Rasional
Perubahan warna dan suhu kulit merupakan indikasi demam
Terapeutik
1. Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
Rasional
Digunakan untuk menghangatkan bayi
2. Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
Rasional
Mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhan
3. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
Rasional
Agar mempertahankan suhu tubuh
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
Rasional
Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur
panas. Untuk melihat apakah terjadi penurunan suhu tubuh atau
peningkatan suhu tubuh
e. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan (SDKI
D.0023)
Status Cairan (SLKI L.03028)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama.........maka status
cairan membaik dengan kriteria hasil :
1. Frekuensi nadi Membaik
2. Intake cairan Membaik
3. Suara napas tambahan Menurun
4. Kongesti paru Menurun
5. Perasaan Lemah Menurun
6. Suhu tubuh Membaik
Intervensi
Manajemen Hipovolemia (SIKI I.03116)
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
Rasional
Mengecek dan mengawasi tanda dan gejala hipovolemia
2. Monitor intake dan output cairan
Rasional
Mengecek intake dan output cairan pada pasien
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
Rasional
Menghitung kebutuhan cairan pada tubuh pasien
2. Berikan asupan cairan oral
Rasional
Memberikan pemenuhan kebutuhan dasar cairan sesuai kebutuhan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)
Rasional
Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh secara hebat
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Mengakhiri rencana
tindakan (klien telah mencapai tujuan yg ditetapkan).
DAFTAR PUSTAKA