Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK RESIKO TINGGI DI RUANGAN PERISTI


DENGAN KASUS RESPIRATORY DISTRESS OF NEWBORN (RDN)

DI SUSUN OLEH:
YAYA TRI ANDINI A. LAKORO
PO7120121006

PRESEPTOR KLINIK PRECEPTOR AKADEMIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIII KEPERAWATAN PALU
2023
Newborn
1. Konsep Dasar Medis
A. Definisi
Respiratory Distress of the
Newborn (RDN) atau biasa
juga disebut Respiratory
Distress Syndrome (RDS)
biasa juga disebut
Hyaline Membrane
Disease (HMD)
Adalah gangguan
pernafasan yang sering
terjadi pada bayi premature
dengan tanda-
tanda takipnue (>60
x/mnt), retraksi dada,
sianosis pada udara kamar
yang menetap
atau memburuk pada 48-96
jam kehidupan dengan x-
ray thorak yang spesifik,
sekitar
60% bayi yang lahir
sebelum gestasi 29 minggu
mengalami RDS.
RDS (Respiratori
Distress Syndrom)
adalah gangguan
pernafasan yang sering
terjadi pada bayi premature
dengan tanda-tanda
takipnue (>60 x/mnt),
retraksi dada,
sianosis pada udara kamar,
yang menetap atau
memburuk pada 48-96 jam
kehidupan
dengan x-ray thorak yang
spesifik. Tanda-tanda
klinik sesuai dengan
besarnya bayi,
berat penyakit, adanya
infeksi dan ada tidaknya
shunting darah melalui
PDA
Sindrom distres
pernafasan adalah
perkembangan yang
imatur pada sistem
pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru.
RDS dikatakan
sebagai Hyaline Membrane
Disesae (Suryadi dan
Yuliani, 2016)
B. Etiologi
Menurut Suriadi dan
Yulianni (2016) etiologi
dari RDS yaitu :
1) Ketidakmampuan paru
untuk mengembang dan
alveoli terbuka.
2) Alveoli masih kecil
sehingga mengalami
kesulitan berkembang
dan
pengembangan kurang
sempurna. Fungsi
surfaktan untuk menjaga
agar kantong
alveoli tetap berkembang
dan berisi udara, sehingga
pada bayi prematur dimana
surfaktan masih belum
berkembang menyebabkan
daya berkembang paru
kurang
dan bayi akan mengalami
sesak nafas.
3) Membran hialin berisi
debris dari sel yang
nekrosis yang tertangkap
dalam
proteinaceous filtrat serum
(saringan serum protein),
di fagosit oleh makrofag.
4) Berat badan bayi lahir
kurang dari 2500 gram.
5) Adanya kelainan di
dalam dan di luar paru
6) Kelainan dalam paru
yang menunjukan
sindrom ini adalah
pneumothoraks/
pneumomediastinum,
penyakit membran hialin
(PMH).
Newborn
1. Konsep Dasar Medis
A. Definisi
Respiratory Distress of the
Newborn (RDN) atau biasa
juga disebut Respiratory
Distress Syndrome (RDS)
biasa juga disebut
Hyaline Membrane
Disease (HMD)
Adalah gangguan
pernafasan yang sering
terjadi pada bayi premature
dengan tanda-
tanda takipnue (>60
x/mnt), retraksi dada,
sianosis pada udara kamar
yang menetap
atau memburuk pada 48-96
jam kehidupan dengan x-
ray thorak yang spesifik,
sekitar
60% bayi yang lahir
sebelum gestasi 29 minggu
mengalami RDS.
RDS (Respiratori
Distress Syndrom)
adalah gangguan
pernafasan yang sering
terjadi pada bayi premature
dengan tanda-tanda
takipnue (>60 x/mnt),
retraksi dada,
sianosis pada udara kamar,
yang menetap atau
memburuk pada 48-96 jam
kehidupan
dengan x-ray thorak yang
spesifik. Tanda-tanda
klinik sesuai dengan
besarnya bayi,
berat penyakit, adanya
infeksi dan ada tidaknya
shunting darah melalui
PDA
Sindrom distres
pernafasan adalah
perkembangan yang
imatur pada sistem
pernafasan atau tidak
adekuatnya jumlah
surfaktan dalam paru.
RDS dikatakan
sebagai Hyaline Membrane
Disesae (Suryadi dan
Yuliani, 2016)
B. Etiologi
Menurut Suriadi dan
Yulianni (2016) etiologi
dari RDS yaitu :
1) Ketidakmampuan paru
untuk mengembang dan
alveoli terbuka.
2) Alveoli masih kecil
sehingga mengalami
kesulitan berkembang
dan
pengembangan kurang
sempurna. Fungsi
surfaktan untuk menjaga
agar kantong
alveoli tetap berkembang
dan berisi udara, sehingga
pada bayi prematur dimana
surfaktan masih belum
berkembang menyebabkan
daya berkembang paru
kurang
dan bayi akan mengalami
sesak nafas.
3) Membran hialin berisi
debris dari sel yang
nekrosis yang tertangkap
dalam
proteinaceous filtrat serum
(saringan serum protein),
di fagosit oleh makrofag.
4) Berat badan bayi lahir
kurang dari 2500 gram.
5) Adanya kelainan di
dalam dan di luar paru
6) Kelainan dalam paru
yang menunjukan
sindrom ini adalah
pneumothoraks/
pneumomediastinum,
penyakit membran hialin
(PMH).
A. PENGERTIAN
Respiratory Distress of the Newborn (RDN) atau biasa juga disebut
Respiratory Distress Syndrome (RDS) biasa juga disebut Hyaline
Membrane Disease (HMD) Adalah gangguan pernafasan yang sering
terjadi pada bayi premature dengan tanda tanda takipne (>60 x/mnt),
retraksi dada, pernafasan cuping hidung, dan sianosis yang biasanya
disebabkan oleh ketidakmaturan dari sel tipe II untuk menghasilkan
surfaktan yang memadai.
Respiratory Distress of Newborn (RDN) atau gangguan pernafasan
pada bayi baru lahir adalah salah satu gangguan yang paling umum
ditemui dalam 48-72 jam pertama kehidupan (Brahmaiah & Reddy, 2017).
Sindrom gawat darurat napas (Respiratory Distress Syndrom)
adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus.
Gangguan in merupakan penyakit yang berhubungan dengan
keterlambatan perkembangan maturitas paru. (Surasmi, dkk, 2013)

B. ETIOLOGI
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena
kurangnya produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak
kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula
kemungkinan terjadi RDS. Faktor penting penyebab defisiensi surfaktan
pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes,
secsiocaesaria. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur.
Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang
dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih
belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi
akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera
setelah bayi lahir dan akan bertambah berat. RDS merupakan penyebab
utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi karena ada
kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan
penyebab sindrom ini.

Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah


pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH),
Faktor-faktornya antara lain :

1. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, gravida empat atau lebih,
sosial ekonomi rendah maupun penyakit pembuluh darah ibu yang
mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit diabetes
mellitus, dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Faktor plasenta meliputi sulosio plasenta, pendarahan plasenta,
plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada tempatnya.
3. Faktor janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,
kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain.
4. Faktor persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan
lain-lain.

C. TANDA DAN GEJALA


Menurut (Moi, 2019), anda dan gejala terjadinya RDS pada
neonatus adalah sebagai berikut:
1. Memiliki berat badan lahir rendah dikarenakan usia kehamilan yang
masih premature.
2. Terjadi peningkatan frekuensi nafas atau takipnea dengan rata-rata
Respiratory Rate >60x/menit dan pernafasan tidak teratur.
3. Pernafasan dangkal sehingga terlihat adanya retraksi dinding dada
suprasternal dan substernal.
4. Terdapat sianosis dikarenakan kekurangan suplai oksigen didalam
tubuh sehingga terjadi penurunan suhu tubuh.
5. Neonatus menggunakan pernafasan cuping hidung.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut (Lilis, 2016), Faktor yang memicu atau resiko terjadinya
RDS pada bayi prematur atau kurang bulan disebabkan oleh alveoli
masihkecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna
paru disebabkan karena dinding dada masih lemah sehingga menyebabkan
produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku dan
kapasitas udara yang masuk kedalam paru-paru tidak bisa sempurna dan
penuh. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun hingga 25 % dari kapasitas
normal, pernafasa menjadi berat sehingga kejadian shunting intrapulmonal
meningkat dan terjadi hipoksemia berat yang menyebabkan hipoventilasi
dan pada tahapan lebih lanjut menyebabkan asidosis respiratorik. Pada
manusia diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10%
protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan
menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru
tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab
itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk
mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga
udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding
alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.
Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya
defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan
barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan
kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal
sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah.
Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam
setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk
pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek;
pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang
dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD). Gambaran radiologi tampak adanya
retikulogranular karena atelektasis,dan air bronchogram.
E. Pathway

Risiko Hipotermia

Gangguan
Pola nafas tidak efektif pertukaran gas

Hipovolemia
Risiko defisit nutrisi

F. MANIFESTASI KLINIS
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS (Respiratory
Distress Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru.
Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala
klinis yang ditunjukan. Gejala dapat tampak beberapa jam setelah
kelahiran. Bayi RDS (Respiratory Distress Syndrom) yang mampu
bertahan hidup sampai 96 jam pertama mempunyai prognosis yang lebih
baik. Gejala umum RDS yaitu: takipnea (>60x/menit), pernapasan
dangkal, mendengkur, sianosis, pucat, kelelahan, apnea dan pernapasan
tidak teratur, penurunan suhu tubuh, retraksi suprasternal dan substernal,
pernapasan cuping hidung.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Cecily & Sowden (2009) dalam (Moi, 2019), pemeriksaan
yang dapat menunjang diagnosis RDS pada neonatus adalah dengan:
1. Kajian pada penampakan foto rontgen thoraks
2. Pola retikulogranular difus atau bercampur dengan udara yang saling
tumpang tindih
3. Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat karena tertutupi
udara yang terlihat adanya bercak putih yang diikuti hipoinflasi paru
4. Pada beberapa kasus terdapat kardiomegali bila system organ lain juga
terkena (bayi memiliki faktor resiko dilahirkan oleh ibu yang diabetes,
hipoksia atau gagal jantung kongestif)
5. Bayangan timus yang besar
6. Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan penyakit
berat jika muncuk pada beberapa jam pertama
7. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau
metabolik
8. AGD menunjukkan asidosis respiratory dan metabolik yaitu adanya
penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan paCO2, penurunan
HCO3.
9. Hitung darah lengkap atau cek darah lengkap pasien untuk mengetahui
jumlah haemoglobin, leukosit, dan trombosit neonates
10. Periksa serum elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
untuk menentukan intervensi lanjutan
11. Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk menentukan
maturitas paru dan pastikan cairan ketuban saat neonatus dilahirkan
sudah hilang pada jalan nafasnya
12. Periksa Saturasi Oksigen dengan menggunakan oksimetri untuk
menentukan hipoksia dan banyak kebutuhan oksigen yang harus
diberikan pada bayi
13. Biopsi paru, terdapat adanya pengumpulan granulosit secara
abnormaldalam parenkim paru.
Menurut (Rogayyah, 2016), pemeriksaan penunjang lainnya yang
dapat dilakukan untuk penetapan diagnosa RDS adalah dengan melakukan
CT Scan thorax dimana biasanya pada neonatus dengan RDS
menunjukkan jika adanya konsolidasi parenkim diarea paru mengikuti arah
gravitasi dan biasanya penemuan ini tidak dapat dilihat menggunakan
pemeriksaan rontgen thorax saja. Pada hasil pemeriksaan ini, RDS
cenderung asimetris pada paruparu.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalakasanaan pada bayi baru lahir atau neonatus dengan gangguan
pernafasan atau RDS adalah sebagai berikut :
1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o -37oC) dengan cara
meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembaban ruangan juga harus
adekuat (70-80%).
2. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-
hati karena berpengaruh kompleks terhadap bayi prematur. Pemberian
O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti :
fibrosis paru, kerusakan retina (fibroplasias retrolental), dll. 18
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlut untuk mempertahankan
homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan
glukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan
berat badan ialah 60-125 ml/kg BB/hari. asidosis metabolik yang selalu
dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara
intravena.
4. Pemberian antibiotik. Bayi dengan PMH perlu mendapatkan antibiotik
untuk mencegah infeksi sekunder. Dapat diberikan penisilin dengan
dosis 50.000-100.000 u/kg BB/hari atau ampisilin 100 mg/kg BB/hari,
dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kg BB/hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian
surfaktan eksogen (surfaktan dari luar), obat ini sangat efektif, namun
harganya amat mahal.
6. Penatalaksanaan keperawatan Bayi dengan PMH adalah bayi prematur
kecil, pada umumnya dengan berat badan lahir 1000-2000 gram dan
masa kehamilan kurang dari 36 minggu. Oleh karena itu, bayi ini
tergolong bayi berisiko tinggi. Apabila menerima bayi baru lahir yang
demikian harus selalu waspada bahaya yang dapat timbul. Masalah
yang perlu diperhatikan ialah bahaya kedinginan (dapat terjadi cold
injury), risiko terjadi gangguan pernapasan, risiko terjadi infeksi,
kebutuhan rasa aman dan nyaman (kebutuhan psikologik) (Ngastiyah,
2005).
I. KLASIFIKASI

Menurut (Atika, 2019), klasifikasi RDS dibagi menjadi 3 jenis


sesuai dengan perhitungan Down Score di bawah ini :

Down Score
Pemeriksaan
0 1 2
Frekuensi Nafas < 60x/menit 60-80x/menit >80x/menit
Retraksi dada Tidak ada Ringan Berat
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Sianosis
dengan oksigen menetap
walaupun
diberikan
oksigen
Air entry Udara masuk Penurunan Tidak ada
ringan udara udara masuk
masuk
Merintih Tidak merintih Dapat di dengar Dapat dingar
dengan dengan alat
stetoskop bantu
Evaluasi Score < 4 : RDS ringan
Score 4-7 : RDS sedang
Score > 7 : RDS berat

J. KOMPLIKASI
1. Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
a. Kebocoran alveoli: Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara
(pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium,
emfisema intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba
memburuk dengan gejala klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi
atau adanya asidosis yang menetap.
b. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi
dapat timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum
vena, kateter, dan alat-alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular:
perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur
dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi
mekanik.
2. Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi
dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang
menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering
terjadi:
a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru
kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa
gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume
dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi
mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A.
Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi.
b. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar
10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya
hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS
RESPIRATORY DISTRESS OF NEWBORN (RDN)

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan berbagai cara yaitu anamnesa, observasi,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan dilaboratorium.
Data yang dicari dalam riwayat keperawatan adalah:
1. Identitas lengkap bayi termasuk identitas orang tua bayi
2. Riwayat kesehatan : Keluahan utama, terutama sistem pernafasan
cyanosis, grunting,RR cuping hidung
3. Riwayat kesehatan terutama umur kehamilan dan proses persalinan
Kaji riwayat kehamilan sekarang (apakah selama hamil ibu menderita
hipotensi atau perdarahan).
4. Kaji riwayat neonatus (lahir afiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada
keadaan hipotermia)
5. Kaji riwayat keluarga (koping keluarga positif)
6. Kaji nilai apgar rendah (bila rendah di lakukkan tindakan resustasi
pada bayi)
7. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Seperti:
takipnea (>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi dinding dada,
pernapasan cuping hidung, pucat, sianosis, apnea.
a. Keadaan umum: kesadaran, dan ttv
b. Pemeriksaan persistem terutama pada sistem yang terlibat langsung
c. Pemeriksaan pada Sistem pernafasan: kesulitan dalam respirasi
normal Refraksi strenum dan interkosta, nafas cuping hidung,
cyanosis pada udara kamargruntingrespirasi cepat atau lambat
d. Sistem kardiovaskulaer: takikardia, nadi lemah/cepat, akral
dingin/hangat, cyanosis perifer
e. Sistem gastrointestinal: muntah, kembung, peristaltik
menurun/meningkat
f. Sistem perkemihan: keluaran urinewarna
8. Pemeriksaan penunjang : Hasil L

B. DIAGNOSA
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
dibuktikan dengan
Gejalan dan Tanda Mayor :
Subjektif :
1. Dispnea
Objektif :
1. Penggunaan otot bantu pernapasan.
2. Fase ekspirasi memanjang.
3. Pola napas abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi
kussmaul cheyne-stokes).
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif :
1. Ortopnea
Objektif :
1. Pernapasan pursed-lip.
2. Pernapasan cuping hidung.
3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun
5. Kapasitas vital menurun
6. Tekanan ekspirasi menurun
7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan


membran alveolus kapiler dibuktikan dengan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
1. Dispnea.
2. Gejala dan Tanda Mayor
Objektif :
1. PCO2 meningkat / menurun.
2. PO2 menurun.
3. Takikardia.
4. PH arteri meningkat/menurun.
5. Bunyi napas tambahan.
Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
Gejala dan Tanda Minor
Objektif :
1. Sianosis
2. Diaforesis.
3. Gelisah.
4. Napas cuping hidung.
5. Pola napas abnormal (cepat / lambat, regular/iregular,
dalam/dangkal).
6. Warna kulit abnormal (mis. pucat, kebiruan).
7. Kesadaran menurun.

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna


makanan, dibuktikan dengan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
1.Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal .
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun .
Objektif :
1. Bising usus hiperaktif
2. Otot pengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare

4. Hipovolemia berbuhungan kekurangan intake cairan,dibuktikan


dengan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan Nadi menyempit
5. Turgor kulit menyempit
6. Membran mukosa kering
7. Voluem urin menurun
8. Hemtokrit meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus
Objektif :
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba

5. Termoregulasi Tidak Efektif berhubungan dengan stimulus pusat


termoregulasi hipotalamus,dibuktikan dengan:
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: (tidsk tersedis)
Objektif:
1. Kulit dingin/hangat
2. Menggigil
3. Suhu tubuh menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjekti: (tidak tersedia)
Objektif:
1. Piloereksi
2. Pengisian Kapiler>3 Detik
3. Tekanan Darah Meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi Napas Meningkat
6. Takikardia
7. Kejang
8. Kulit Kemerahan
9. Dasar Kuku Sianotik

C. PERENCANAAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
(SDKI D. 0005)
Pola napas tidak efektif (SLKI L. 01004)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama..........maka pola
nafas membaik dengan kriteria hasil :
1. Dispnea Menurun
2. Penggunaan otot bantu napas Menurun
3. Pemanjangan fase ekspirasi Menurun
4. Pernafasan cuping hidung menurun
5. Frekuensi napas 30-60x/menit

Intervensi
Manajemen Jalan Napas ( SIKI I.01011)
Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman, usaha napas)
Rasional
Penurunan bunyi nafas dapat menunjukan atelektasi
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhikering)
Rasional
Ronki,mengi menunjukan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan napas yang dapat menimbulkan pengunaan
otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan

Terapeutik
1. Berikan oksigen, jika perlu
Rasional
Membantu pemenuhan kebutuhan oksigen dan mengembalikan
kadar normal oksigen di dalam tubuh
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
Rasional
Untuk membebaskan jalan nafas,mengurangi sesakk dan membuat
pernapasan lebih mudah
b. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler (SDKI D.0003)
Pertukaran Gas (SLKI L.01003)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama.........maka pertukaran
gas meningkat dengan kriteria hasil :
1. Tingkat kesadaran Meningkat
2. Dispnea Menurun
3. Buying napas tambahan Menurun
4. Napas cuping hidung Menurun
5. Sianosis Membaik
6. Pola napas Membaik

Intervensi
Pemantauan Respirasi (SIKI I.01014)
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Rasional
Mengecek dan mengawasi frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
napas agar selalu normal

2. Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi,


kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
Rasional
Mengecek dan mengawasi sejauh mana penurunan dan peningkatan
pola nafas
3. Auskultasi bunyi napas
Rasional
Mengecek bunyi napas ronkhi dan wheezhing menyertai obstruksi
jalan nafas atau kegagalan pernafasan
4. Monitor saturasi oksigen
Rasional
Mengawasi penurunan status oksigen mengalami kekurangan
oksigen yang dapat memnyebabkan terjadinya hipoksia
c. Risiko Defisit Nutrisi dibuktikan dengan ketidakmampuan menelan
makanan ( SDKI D.0032)
Status Nutrisi (SLKI L.03030)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama.........maka status
nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
1. Berat badan Meningkat
2. Panjang badan Meningkat
3. Prematuritas Menurun
4. Tebal lipatan kulit Membaik
5. Lapisan lemak Membaik

Intervensi
Manajemen Nutrisi (SIKI I.03119)
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
Rasional
Membantu mengetahui tanda dan gejala nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Rasional
Jika diperlukan pemasangan NGT untuk membantu pemasukan
nutrisi
3. Monitor asupan makanan
Rasional
Memantau terus asupan makanan yang masuk agar mengetahui
kebutuhan yang terpenuhi
4. Monitor berat badan
Rasional
Memantau peningkatan atau penurunan berat badan dan membantu
mengetahui perubahan dan peningkatan berat badan untuk
pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan
5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Rasional
Memantau hasil-hasil lab yang terdapat pada pasien untuk
mengetahui apakah ada peningkatan dan penurunan status nutrisi
Terapeutik
1. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Rasional
Melatih kembali pasien untuk makan melalui oral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
Rasional
Memberikan rasa nyaman pada pasien dan meredakan rasa nyeri

d. Risiko Hipotermia dibuktikan dengan Berat badan lahir rendah (SDKI


D. 0140)
Termoregulasi (SLKI L.14134)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama......................maka
termeregulasi membaik dengan kriteria hasil :
Tujuan yang diharapkan : Termoregulasi Neonatus membaik
Kriteria hasil :
1. Menggil membaik
2. Suhu tubuh menurun
3. Suhu kulit menurun

Intervensi
Regulasi Temperatur (SIKI I. 14578)
Observasi
1. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
Rasional
Memantau kestabilan suhu bayi
2. Monitor warna dan suhu kulit
Rasional
Perubahan warna dan suhu kulit merupakan indikasi demam
Terapeutik
1. Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
Rasional
Digunakan untuk menghangatkan bayi
2. Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
Rasional
Mengatur suhu inkubator sesuai kebutuhan
3. Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan
Rasional
Agar mempertahankan suhu tubuh

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
Rasional
Obat antipiretik bekerja sebagai pengatur kembali pusat pengatur
panas. Untuk melihat apakah terjadi penurunan suhu tubuh atau
peningkatan suhu tubuh
e. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan (SDKI
D.0023)
Status Cairan (SLKI L.03028)
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama.........maka status
cairan membaik dengan kriteria hasil :
1. Frekuensi nadi Membaik
2. Intake cairan Membaik
3. Suara napas tambahan Menurun
4. Kongesti paru Menurun
5. Perasaan Lemah Menurun
6. Suhu tubuh Membaik

Intervensi
Manajemen Hipovolemia (SIKI I.03116)
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
Rasional
Mengecek dan mengawasi tanda dan gejala hipovolemia
2. Monitor intake dan output cairan
Rasional
Mengecek intake dan output cairan pada pasien

Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
Rasional
Menghitung kebutuhan cairan pada tubuh pasien
2. Berikan asupan cairan oral
Rasional
Memberikan pemenuhan kebutuhan dasar cairan sesuai kebutuhan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)
Rasional
Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh secara hebat

D. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang


dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implemetasi keperawatan
adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan
pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu masalah
kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang
telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Mengakhiri rencana
tindakan (klien telah mencapai tujuan yg ditetapkan).

DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
Pp, A., Skp, IA. I., & Suminto, S. (2017)Peranan Surfaktan Eksogen pada
Tatalaksana Respiratory Distress Syndrome Bayi Prematur44(8)568-571.
Yosefa MoiM(2019)Jurnal Respiratory Distress Syndrome dengan Pola Napas
Tidak Efektif Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689-
1699.
Hubungan Usia Ibu dan Asfiksia Neonatorum dengan Kejadian Respiratory
Distress Syndrome (RDS) npada Neonatus di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda(2020)1(3), 1824-1833.
Habibah, N., Joelantina. A., KeperawatanJ.& KemenkesP(2014) BODY
TEMPERATURE DIFFERENCES IN LOW BIRTH WEIGHT INFANTS
USING THE INCUBATORVII(2)51-54.
Respiratory.& SyndromeD(2018)Acute Respiratory Distress Syndrome4(2)51–60
Nesia Mandaku (2021) Pendahuluan Respiratory Distress Of The Newborn
https://www.academia.edu/40134758/
Pendahuluan_Respiratory_Distress_Of_The_Newborn_1_Konsep_Dasar_M
edis di akses pada 8 juni 2023
Hasmi (2020) Respiratory Distress Of The Newborn
https://id.scribd.com/document/461014118/lp-RDN-hasmi-docx di akses
pada 8 juni 2023
La Ali (2019) konsep Respiratory Distress Of The Newborn
https://id.scribd.com/document/414347192/LP-RDN-docx
Universitas Andalas (2022)https://www.studocu.com/id/document/universitas-
andalas/fakultas-ilmu-keperawatan/laporan-pendahuluan-respiratory-
distress/50015259
Retno dan Iriani (2021)http://repositori.uin- alauddin.ac.id/ 21381/1/Retno%2
0Iriana %20Pakaya_70900120045.pdf

Anda mungkin juga menyukai