Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN RSD (RESPIRATORY DISTRESS

SYNDROME)

Oleh :
Nama : Yulista Indriani Ollo
Nim : 1490123124

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXI


INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUHAN
1. Defenisi

Respiratory Distress of the Newborn (RDN) atau biasa juga disebut


RespiratoryDistress Syndrome (RDS) biasa juga disebut Hyaline Membrane
Disease (HMD)Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature
dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar
yang menetapatau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang
spesifik, sekitar60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS.RDS
(Respiratori Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang seringterjadi pada
bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada,sianosis pada
udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupandengan x-ray
thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit,
adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDASindrom distres
pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada
sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
RDS dikatakansebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2016
Bayi yang mengalami BBLR harus diperhatikan dalam fungsi pernafasan, karna
pengaturan pernafasan pada bayi BBLR masih belum sempurna seperti
kekurangansurfaktan dan dapat menyebabkan RDS pada bayi. RDS adalah istila yang
biasanya digunakan untuk masalah penyakit disfungsi pernafasan pada neonates atau
bayi. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan imaturitas paru
sehingga tidak berkembang dengan baik atau tidak edeekuatnya jumlah sufaktan dalam
paru (Marmi & Rahardjo, 2012).
Pola napas tidak efektif pada bayi RDS merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari
dispnea dan hiprepnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit dengan
sianosis, rintihan dan ekspirasi serta kelainan otot-otot pernafasa pada saat inspirasi
(Keliat et al ,2018). Pola napas tidak efeksif adalah pernafasan yang sangat cepat pada
bayi dengan RDS yang mengalami sianosis perioral, meranti waktu saat ekspirasi, dan
terjadi retraksi sebternal 9 serta intercostal. Ketidak efektifan pola napas pada bayi
dengan RDS yaitu terjadinya inspirasi dan eksperasi yang tidak memberi ventilasi
secara edekuat.
Sindrom gagal napas (Respiratori Distress Sindrom, RDS) adalah istila yang
digunakan untuk disfungsi pernafasan papa neonates. Gangguan ini merupakan
penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau
tidak edekuatnya jumlah surfaktan dalam paru (Marmi & Rahardjo, 2012).
RDS juga disebut sebagai penyakit membrane hialin (Hyalin membrane disease)
(HMD) atau penyakti paru akibat defisiensi surfaktan. Gangguan pertukaran gas adalah
kelebihan atau kekurangan okseginasi atau eleminasi karbondioksida pada membrane
alveolus kapiler ( Tim Pokja DPP PPNI SDKI 2017).
2. Etiologi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2016) etiologi dari RDS yaitu :
 Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka.
 Alveoli masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantongalveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur
dimanasurfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang
paru kurangdan bayi akan mengalami sesak nafas.
 Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap dalam
proteinaceous filtrat serum (saringan serum protein), di fagosit oleh makrofag.
 Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
 .Adanya kelainan di dalam dan di luar paru
 Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah
pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).
 Bayi prematur atau kurang bulanDiakibatkan oleh kurangnya produksi
surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulaisejak kehamilan minggu ke-22,
semakin muda usia kehamilan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadi
RDS.
3. Anatomi fisiologi
System pernapasan termasuk hidung, rongga hidung dan sinus faring laring (kotak
suara) trakea, (tengorokan) dan saluran-saluran yang lebih kecil yang mengarah ke
pertukaran gas di permukaan paru-paru. Saluran pernapasan terdiri dari saluran udara
yang membawah udara ke permukaan tersebut. Saluran pernapasan dapat di bagi
menjadi bagian konduksi dan bagian pernapasan. Bagian konduksi terdapat dari jalan
masuk udara dihidung ke rongga hidung ke bronkiolus terkecil dari paru-paru. System
pernapasan termasuk saluran pernapasan dan jaringan terkait, organ dan struktur
pendukung. Saluran saluran kecil ini menyesuaikan kondisi udara dengan menyaring,
pemanasan, dan melembabkan itu, sehingga melindungi bagian konduksi yang peka
dan melindungipertukaran system pernapasan bawah dari pertikel-partikel, pathogen,
dan lingkungan ekstrem (martini et al 2012)
Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut, rongga hidung,
faring, laring, trakea, percabang brongkus, paru-paru (brongkiolus alveolis). Lobang
hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung
dengan lapisan faring dan selaput lender.
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya
dengan oesofagus pada ketingian tulang rawan krikoid.faring terbagi menjadi 3 bagian
yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring kemudia laring, laring berperang untuk
pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan
cairan.
4. Patofisiologi
Faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan
olehalveoli masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna
karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-parumenjadi kaku. Hal
tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga
daya pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal, pernafasan menja
di berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi
yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung
90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurun kantegangan
permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-
paru tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan sepertihati.
Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi
untukmengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara
bagiandistal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga
menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli,tetapi
alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan
adanyaatelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas
oksigen,menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian
distalsehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah.
Membranhyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah
lahir.Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam
setelahlahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur
danmengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).

Penilainan tingkat kegawatan napas dengan downe skor


Pemeriksaan Skor 0 Skor 1 Skor 2
Frekuensi napas 60x/mnt 60-80 x/mnt >80x/mnt
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang Seanosis menetap
sianosis dengan O2 walaupun diberikan
O2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan Tidak ada udara
udara masuk masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar Dapat didengar
dengan stateskop tanpa bantyan
Phatway

5. Tanda dan gejala


Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat
gejala klinis yang ditujukan. Manifestasi dari RDS disebabkan adanyaa telektasis
alveoli, edema, dan kerosakan sel dan selanjutnya menyebabkan kebocoranserum
protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang
timbul yaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang ditandai
dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung,grunting, retraksi dinding
dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama setelah
lahir.Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu
:Pemeriksaan Skor 0 1 2 Frekuensi napas,60x/menit 60-80x/menit >80x/menit Retraksi
Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi beratSianosis Tidak ada sianosis Sianosis
hilang dengan O2 Sianosis menetap walaupun diberikan O2 Air entry Udara masuk
Penurunan ringan udara masuk Tidak ada udara masuk Merintih Tidak merintih Dapat
didengar dengan stetoskop Dapat didengar tanpa bantuan
 Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara.
 Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran
udaraterlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan
jantungdengan penurunan aerasi paru.
 Alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih
opaquedan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas.
keempat,seluruh thorax sangat opaque (white lung ) sehingga jantung tak dapat
dilihat.Tanda dan gejala yang muncul dari RDS adalah :
 Pernapasan cepat
 Pernapasan terlihat parodaks
 Cuping hidung
 Apnea
 Murmur
 Sianosis pusat
6. Penatalaksanaan
Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.Penatalaksanaan secara umum :
 Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan
bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %
 Pantau selalu tanda vital
 Jaga kepatenan jalan nafas
 Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
 Jika bayi mengalami apneu
 Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
 Lakukan penilaian lanjut
 Bila terjadi kejang potong kejang
 Segera periksa kadar gula darah Gangguan nafas ringan :Pemberian nutrisi
adekuat Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai
dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajatgangguan nafas.
Menajemen spesifik atau menajemen lanjut :Beberapa bayi cukup bulan yang
mengalami gangguan napas ringan pada waktulahir tanpa gejala-gejala lain
disebut “Transient Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama terjadi setelah
bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dansembuh sendiri tanpa
pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus.Gangguan napas ringan
merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.Gangguan nafas sedang :
 Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih
sesakdapat diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup
 Bayi jangan diberi minum
 Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin)
untuk terapikemungkinan besar sepsis.
 Suhu aksiler <> 39˚C
 Air ketuban bercampur meconium
 Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah
dini(> 18 jam) .
 Bila suhu aksiler 34-36,5 ˚C atau 37,5-39˚C tangani untuk masalah suhu
abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam
 Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan,
berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis
 Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal
ulangitahapan tersebut diatas.
 Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam
 Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah
2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis
 Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2 secara
bertahap . Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak
dapatmenyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara pemberian
minum
 Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila
bayikembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik
dantak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan
.Gangguan nafas berat :
 Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.
 Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala
sepsislainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani
gangguan nafassedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan.
 Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras
denganmenggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.
 Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan
napas.Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 40-60
kali/menit.Penatalaksanaan medis :
 Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit
RDS adalah:
 Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
 Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan
menurunkan caiaran paru
 Fenobarbital
 Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
 Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan
untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
 Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan
dalam pengobatanRDS adalah pemberian surfaktan eksogen (
derifat dari sumber alami misalnyamanusia, didapat dari cairan
amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuksurfaktan
buatan.
7. Data fokus
A.Pengkajian
1. Anamnesa
 Nama
 Usia : bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu
 Jenis Kelamin
 Suku / Bangsae)
 Alamat
2. Keluhan Utama
Pasien dengan RDS didapatkan keluhan seperti sesak, mengorok ekspiratori,
pernapasan cuping hidung, lemah, lesu, apneu, tidak responsive, penurunan
bunyi napas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien RDS, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah
letih,dispnea, sianosis, bradikardi, hipotensi, hipotermi, tonus otot menurun,
edematerutama di daerah dorsal tangan atau kaki, retraksi supersternal/
epigastrik/intercosta, grunting expirasi. Perlu juga ditanyakan mulai kapan
keluhan itumuncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan
ataumenghilangkan keluhan-keluhan tersebut
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien mengalami prematuritas dengan paru-paru
yangimatur (gestasi dibawah 32 minggu), gangguan surfactan, lahir premature
dengan operasi Caesar serta penurunan suplay oksigen saat janin saat kelahiran
pada bayi matur atau premature, atelektasis, diabetes mellitus, hipoksia, asidosi
Riwayat Maternal Meliputi Riwayat menderita penyakit seperti diabetes
mellitus, kondisi seperti perdarahan placenta, placenta previa, tipe dan lama
persalinan, stress fetal atauintrapartus, dan makrosomnia (bayi dengan ukuran
besar akibat ibu yangmemiliki riwayat sebagai perokok, dan pengkonsumsi
minuman keras sertatidak memperhatikan gizi yang baik bagi janin).
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang terkena penyakit -
penyakityang disinyalir sebagai penyebab kelahiran premature / Caesar
sehinngamenimbulakan membrane hyialin disease.
6. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan keluarga pasien terhadap penyakitnya, bagaimana
caramengatasinya serta bagaimana perilaku keluarga pasien terhadap tindakan
yangdilakukan terhadap bayinya
7. Status Infant saat Lahir
 Prematur, umur kehamilan.
 Apgar score, apakah terjadi aspiksia.
 Apgar score adalah : Suatu ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi
keadaanumum bayi baru lahir.
 Bayi premature yang lahir melalui operasi Caesar
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takhipneu (> 60 kali/menit),
pernafasanmendengkur, retraksi subkostal/interkostal, pernafasan cuping hidung, sianosis dan
pucat, hipotonus, apneu, gerakan tubuh berirama, sulit bernafas dan sentakan dagu.Pada
awalnya suara nafas mungkin normal kemudian dengan menurunnya pertukaran udara, nafas
menjadi parau dan pernapasan dalam.Pengkajian fisik pada bayi dan anak dengan kegawatan
pernafasan dapat dilihat dari penilaian fungsi respirasi dan penilaian fungsi kardiovaskuler.
Penilaian fungsirespirasi meliputi :
 Frekuensi nafas
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi. Takhipneutanpa
tanda lain berupa distress pernafasan merupakan usaha kompensasiterhadap terjadinya
asidosis metabolik seperti pada syok, diare, dehidrasi,ketoasidosis, diabetikum,
keracunan salisilat, dan insufisiensi ginjal kronik.Frekuensi nafas yang sangat lambat
dan ireguler sering terjadi pada hipotermi,kelelahan dan depresi SSP yang merupakan
tanda memburuknya keadaan klinik.
 Mekanika usaha pernafasan Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi
cuping hidung, retraksidinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan nafas
dan penyakit alveolar. Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor dan ekspansi
memanjangmenandakan terjadi gangguan mekanik usaha pernafasan
 Warna kulit
/membran mukosa Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat
berbercak (mottled) tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.
 Kardiovaskulera)
Frekuensi jantung dan tekanan darah
Adanya sinus tachikardi merupakan respon umum adanya stress, ansietas,nyeri,
demam, hiperkapnia, dan atau kelainan fungsi jantung.
 Kualitas nadi
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume danaliran sirkulasi
perifer nadi yang tidak adekwat dan tidak teraba pada satu sisi menandakan
berkurangnya aliran darah atau tersumbatnya aliran darah pada daerah tersebut. Perfusi
kulit kulit yang memburuk dapat dilihat denganadanya bercak, pucat dan sianosis.
 Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat dilakukan dengan cara :
 Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
 Blancing Skin Test,
caranya yaitu dengan meninggikan sedikit ekstremitasdibandingkan jantung
kemudian tekan telapak tangan atau kaki tersebutselama 5 detik, biasanya
tampak kepucatan. Selanjutnya tekanan dilepaskan pucat akan menghilang 2-3
detik.
 Perfusi pada otak dan respirasi
Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh gelisah diselingi agitasi
danletargi. Pada iskemia otak mendadak selain terjadi penurunan kesadaran
jugaterjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi pupil
 ADL (Activity daily life)
 Nutrisi :Bayi dapat kekeurangan cairan sebagai akibat bayi belum minum
ataumenghisap
 Istirahat tidurKebutuhan istirahat terganggu karena adanya sesak nafas ataupun
kebutulannyaman tergangu akibat tindakan medis
 EliminasiPenurunan pengeluaran urine
8. Analisa data
Analisa data Etiologi Masalah
Ds: Kelahiran premature Pola napas tidak efektif
 -
Do: Anatomi fisiologi tubuh
 Penggunaan otot bantu pernafasan belum sempurna
 Fase ekspirasi memanjang
 Pola napas abnormal (mis, Paru-paru belum
takpinea, bradypnea, hiperventilasi menghasilkan surfaktan dalam
 Pernafasan cuping hidung jumlah yang cukup
 Ventilasi semenit menurun
Peningian ketegangan
 Kapasitas vital menurun
dipermukaan alveolar
 Tekanan ekspirasi menurun
 Tekanan inspirasi menurun Kolpas dan tidak mempu
 Ekskursi dada berubah menahan sisa udara
fungsional pada akhir
ekspirasi

Ventilasi paru-paru terganggu

Napas periodic

Pola napas tidak efektif

Ds: Hipoksia retensi CO2 dan Deficit nutrisi


 Napsu makan menurun asidosis
Do:
 Berat badan menurun 10% dibawah RDS
rentang ideal
 Bising usus hiperaktif Penggunaan energi yang maks
 Otot pengunya lemah untuk bernapas
 Membrane mukosa pucat
 Diare Refleks mengisap lemah

Intake nutrisi inadekuat

Deficit nutrisi
Ds: Ventilasi paru-paru terganggu Perfusi perifer tidak efektif
 -
Do : Sirkulasi CO2 & O2
 Pengisihan kapiler >3 detik terganggu
 Nadi perifer menurun atau tidak
teraba Kurang oksigen ke jaringan
 Akral teraba dingin
 Warna kulit pucat Perfusi perifer tidak efektif
 Turgor kulit menurun
 Edema
Ds: Kelahiran premature Ansietas orang tua
 Merasa bingun
 Merasa khwatir dengan akibat dari Anatomi fisiologi tubuh
kondisi yang dihadapi belum sempurna
 Sulit berkonsentrasi
 Mengelu pusing Penggunaan alat bantu
 Anoreksia pernafasan
 Palpitasi
Perubahan kondisi bayi
 Merasatidak berdaya
Do:
Kurang terpajang informasi
 Tampak gelisah
 Tampak tegang Kurang pengetahuan tentang
 Sulit tidur kondisi yang dialami
 Frekuensi napas meningkat
 Frekuensi nadi meningkat Stress psikologis
 Tekanan darah meningkat
 Muka tampak pucat Ansietas orang tua
 Suara bergetar
 Kontak mata buruk
 Sering berkemih

9. Diagnose keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (D.0005)
2. Deficit nutrisi b.d factor psikologis (D.0019)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d kurangnya aliran oksigen ke jaringan
(D.0009)
4. Ansietas orang tua b.d kurang terpapar informasi (D.0080)
10 Rencana asuhan keperawatan

Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
Pola napas tidak Pola napas (L.01004) Manajemen jalan napas Observasi :
efektif (D.0005) Setelah dilakukan Tindakan (I.010011) 1. Penurunan bunyi
keperawatan selama 3x24 jam Observasi : dapas dapat
masalah pola napas tidak efektif 1. Monitor pola napas menunjukan
pada pasien membaik dengan 2. Monitor bunyi napas atelectasis ronki
kriteria hasil: 3. Monitor sputum menunjukan
1. Dispnea menurun Terapeutik akumulasi secret atau
2. Penggunaan otot bantu 1. Pertahangkan ketidakmampuan
napas menurun kepatenan jalan napas untuk memberikan
3. Pemanjangan fase dengan head tilt dan jalan napas yang
ekspirasi menurun chin life dapat menimbulkan
4. Frekuensi napas 2. Posisikan semi fowler penggunaan otot
membaik atau fowle aksesori pernapasan
5. Kedalaman napas 3. Berikan minuman dan peningkatan
membaik hangat kerja pernapasan
4. Lakukan fisioterapi 2. Pengeluaran sulit
dada bila secret sangat
5. Lakukan pengisapan tebal
lender kurang dari 15 Terapeutik
detik 1. Posisi membantu
Edukasi : memaksimalkan
1. Anjurkan asupan ekspetasi paru dan
cairan 2000ml/hari, menurungkan upaya
jika tidak pernafasan ventilasi
kontraindikasi maksimal membuka
2. Ajarkan Teknik batuk area dan
efektif meningkatkan
Kolaborasi Gerakan secret
1. Kolaborasi pemberian kedalam jalan
blonkodilator, napasbesar untuk
ekspetoran, mukolitik dikeluarkan
2. Mencegah
obstruksi/aspirasi
pengisapan dapat
diperlukan bila
pasien tidak mampu
memngeluarkan
secret
Edukasi
1. Kadar cairan dalam
tubuh harus selalu
dijaga agar tetap
berada dalam
keseimbangan stabil
yang dimaksud
adalah kondisi
dimana jumlah
pemasukan cairan
sebanding dengan
pengeluarannya
Kolaborasi
1. Untuk memudakan
intervensi
Deficit nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi Observasi
(D.0019) Setelah dilakukan Tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui
keperawatan 3x24 jam status 1. Identifikasi status asupan nutrisi klien
nutrisi terpenuhi dengankriteria nutrisi 2. Untuk mengetaui
hasil: 2. Identifikasi alergi dan asupan kalori
1. Porsi makanan intolerasi makanan 3. Untuk mengontrol
meningkat 3. Identifikasi perlunya pola makan dan
2. Berat badan atau IMT penggunaan slang berat badan
meningkat nasogastric 4. Untuk mengetahui
3. Frekuensi makanan 4. Monitor asupan pemenuhan
meningkat makanan kebutuhan nutrisi
4. Napsu makan 5. Monitor berat badan pasien
meningkat Terapeutik 5. Untuk mengetahui
5. Perasaan cepat kenyang 1. Lakukan oral hygiene ada tidaknya
meningkat sebelum makan jika kelainan dalam hasil
perlu laboratorium
2. Sajikan makanan Terapeutik
secara menarik dan 1. Untuk menarik
suhu yang sesuai keinginan makanan
3. Hentikan pemberian pasien
makanan melalui 2. Untuk membuat
slang nasogastric jika pengeluaran fekal
asupan oral dapat lancer
ditoleransi 3. Untuk menambah
Edukasi stamina pasien
1. Anjurkan posisi 4. Untuk menghindari
duduk adanya
2. Ajarkan diet yang ketergantungn
diprogramkan pasien pada perawat
Kolaborasi medis
1. Kolaborasi dengan Edukasi
ahli gizi untuk 1. Untuk posisi pasien
mementukan jumlah yang nyaman
kalori dan jenis 2. Agar pasien
nutrient yang mengetaui dengan
dibutukan program diat yaag di
programkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi
Perfusi perifer Perfusi perifer Perawatan sirkulasi Observasi
tidak efektif Setelah dilakukan Tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui
(D.0009) keperawatan 3x24 jam 1. Periksa sirkulasi sirkulasi perifer
diharapkan prefusi perifer perifer 2. Untuk mengetahui
meningka dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi factor factor resiko
1. Warna kulit pucat reriko gangguan gangguan sirkulasi
menurun sirkulasi 3. Untuk mengetahui
2. Edema perifer menurun 3. Monitor panas, penas, kemerahan
3. Kelemahan otot kemerahan nyeri, atau nyeri apada klien
menurun bengkan pada Terapeutik
4. Pengisian kapiler ekstermitas 1. Untuk mengetahui
membaik Terapeutik pemasangan infus
1. Hindari pemasangan atau pengambilan
infus atau darah
pengambilan darah 2. Untuk mengetahui
diareh keterbatasan pengukuran tekanan
prefusi darah pada klien
2. Hindari pengukuran 3. Untuk mengetahui
tekanan darah pada pencegahan infeksi
ekstermitas dengan Edukasi
keterbatasan prefusi 1. Agar pasien
3. Hindari penekanan mengerti tentang
dan pemasangan terapi yang diberikan
tomiiquet pada area Kolaborasi
yang cedera -
4. Lakukan pencegahan
infeksi
5. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti
merokok
2. Anjurkan berolaraga
rutin
Kolaborasi
-
Ansietas (D.0080) Tingkat ansietas Reduksi ansietas Observasi
Setelah dilakukan Tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui
keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
diharapkan tingkat ansietas tingkat ansietas 2. Untuk mengetahui
menurun dengan kriteria hasil berubah pengambilan
1. Konsentrasi menurun 2. Identifikasi keputusan
2. Pola tidur menurun mengambil keputusan 3. Untuk
3. Perilaku gelisa 3. Monitor tanda-tanda mengetahuitanda
menurun ansietas tanda ansietas
4. Verbilisasi kebingunan Terapeutik Terapeutik
5. Verbilisasi akibat 1. Ciptakan suasana 1. Untuk mengatahui
kondisi yang dihadapi terapeutik untuk suasana terapeutik
menurun menumbukan untuk menimbulkan
6. Perilaku tegang kepercayaan kecepracaan
menurun
2. Temani pasien untuk 2. Untuk mengetahui
mengurangi kecemasan yang
kecemasan jika dialami pasien
memungkingkan 3. Untuk mengetahui
3. Pahami situasi yang situasi yang
membuat ansietas membuat ansietas
4. Dengarkan dengan Edukasi
penuh perhatian 1. Untuk mengetahui
5. Gunakan pendekatan prosedur yang
yang tenang dan mungkin dijalani
meyakingkan 2. Untuk mengetahui
Edukasi factual mengenai
1. Jelaskan prosedur diagnosis
termasuk sensasi yang pengobatan dan
mungkin dialami progenesis
2. Informasikan secara 3. Agar keluarga tetap
factual mengenai Bersama pasien
diagnosis pengobatan 4. Untuk mengetahui
dan progenesis penglihatan untuk
3. Anjurkan keluarga mengurangi
untuk tetap Bersama ketegangan
pasien 5. Untuk mengetahui
4. Latih kegiatan relaksasi
penglihatan untuk Kolaborasi
mengurangi -
ketegangan
5. Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
-
Daftar Pustaka
Dinkes, Kota Palembang. 2013. Profil Kesehatan PalembangHidayat. 2006.
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba MedikaMedical Record Rumah Sakit
Muhammadiyah. 2014.
Profil Kesehatan Rumah SakitMuhammadiyah Palembang 2011-2013 Nughoro. 2011.
Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Dalam. Yogyakarta : Nuha
MedikaWilkinsom dkk. 2013.
Buku Saku Diagnosis Keperawata. Jakarta : EGCWijayakusuma. 2009.
Terapi Juz Untuk Cegah danAtasi Asma. Jakarta : INDOCAMPPadila. 2013.
Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha MedikaHerdman, T. Heather (2015)
Nanda International Inc. diagnosis keperawatan :
definisi &klasifikasi 2015 ed 10, jakarta : EGCBulechek Gloria, Butcher Howard,dkk
(2016) Nursing Interventions Classification (NIC),6th edition, Elsevier Singapore Pte
LtdMoorhead Sue, Marion Johnson, dkk (2016) Nursing Outcomes Classification (NOC),
5thedition, Elsevier Singapore Pte Ltd

Anda mungkin juga menyukai