Di Susun Oleh :
B. Definisi
Respiratory Distress of the Newborn (RDN) atau biasa juga disebut
Respiratory Distress Syndrome (RDS) biasa juga disebut Hyaline
Membrane Disease (HMD) Adalah gangguan pernafasan yang sering
terjadi pada baypremature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt),
retraksi dada, sianosis pada udara kamar yang menetap atau memburuk
pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik, sekitar
60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS.
RDS (Respiratori Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang
sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60
x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau
memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik.
Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya
infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA Sindrom distres
pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan
sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2019).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Respiratory Distress Syndrom atau
sindrom gawat nafas adalah gangguan pada sistem pernafasan yang
disebabkan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
C. Etiologi
Menurut (Marmi & Rahardjo, 2020) penyebab RDS (Respiratory Distress
Syndrome) pada neonatus yaitu terdiri dari:
1. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi
rendah, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu
pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes
melitus, dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta,
plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada
tempatnya.
3. Faktor Janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,gemeli,
prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain.
4. Faktor Persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan
lain-lain.
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru-paru.
Sementara afiksia neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat
ketidak mampuan bayi beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah
ini disebabkan karena adanya masalah-masalah kehamilan dan pada
saat persalinan. Menurut Suriadidan Yulianni(2020) etiologi dari RDS
yaitu:
1. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka. Alveoli
masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna.Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara,sehingga pada bayi
premature dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan
daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas
2. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap
dalam proteinaceous filtrate serum (saringan serum protein),difagosit
oleh makrofag.
3. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
4. Adanya kelainan di dalam dan diluar paru.Kelainan dalam paru yang
menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/ pneumomediastinum
,penyakit membran hialin (PMH).
5. Bayi premature atau kurang bulan. Diakibatkan oleh kurangnya
produksi surfaktan.Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan
minggu ke-22,semakin muda usia kehamilan,maka semakin besar pula
kemungkinan terjadi RDS.
D. Patofisiologi
Faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang,
pengembangan kurangsempurna karena dinding thorax masih lemah,
produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku.
Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal,
pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi
hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10%
protein, lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan
menaga agar alveol tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru
tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh
sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk
mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga
udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding
alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.
Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya
defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan
barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan
kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal
sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah.
Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam
setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk
pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek;
pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang
dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
E. Pathway
Atelektasis
Bayi cukup bulan:
Sindrom mekonium,
asidosis
Ventilasi perfusi
Tegangan
permukaan
meningkat Takikardi
Mengendap
Kelelahan Sianosis
Penurunan
compliance Penurunan
stabilitas alveolar MK: intoleransi aktivitas Akumulasi fibrin
paru
di alveolus
G. Komplikasi
1). Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
a. kebocoran alveoli: Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara
(pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema
intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan
gejala klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis
yang menetap.
b. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat
timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena,
kateter, dan alat-alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
2). Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam
paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke
otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi:
a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik
yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi
36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan
yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya
infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat
dengan menurunnya masa gestasi.
b. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-
70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia,
komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.
H. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2020) dan Surasmi.dkk (2021) tindakan
untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2) Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3) Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5) Mencegah hipotermia.
6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum
1) Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling
sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa
5%
a. Pantau selalu tanda vital
b. Jaga Kepatenan jalan naras
c. Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
2). Jika bayi mengalami apneu
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
3) Bila terjadi kejang potong kejang
4) Segera periksa kadar gula darah
Penatalaksanaan medis
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
1). Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
2). Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
cairan paru.
3). Fenobarbital
4). Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
5). Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
6). Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari
sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru
sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan.
I. Diagnosa Keperawatan
A. Pola nafas tidak efektif b.d penurunaan energi/kelelahan,
keterbatasan pengembangan otot
B. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
C. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan mneghisap dan penurunan
mobilitas usus
J. Intervensi Keperawatan
Edukasi
1. Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
Ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan
respirasi
sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasi
hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Informasikan
hasil
pemantauan
meningkat 5 nasogastric
4. Monitor berat
2. Tetesan / pancaran
badan
asi meningkat 5
5. Monitor hasil
3. Suplai ASI adekuat pemeriksaan
meningkat 5 laboratorium
Terapeutik
1. Timbang berat
badan
2. Ukur
antropometrik
komposisi
tubuj (mis.
Indeks massa
tubuh,
pengukuran
pinggang dan
ukuran lipatan
kulit)
3. Gunakan teknik
mendengarkan
aktif
4. Berikan pujian
terhadap
perilaku ibu
yang benar
5. Dukung Ibu
meningkatkan
kepercayaan
diri dalam
menyusui
6. Libatkan
sistem
pendukung:
suami,
keluarga,
tenaga
kesehatan dan
masyarakat.
Edukasi
1. Ajarkan teknik
menyusui yang
tepat sesuai
kebutuhanibu
2. Jelaskan
manfaat
menyusui bagi
ibu dan bayi
3. Ajarkan 4
(empat) posisi
menyusui dan
perlekatan
(latch on)
dengan benar
4. Ajarkan
perawatan
payudara
antepartum
dengan
mengkompres
dengan kapas
yang telah
diberikan
minyak kelapa
DAFTAR PUSTAKA
Oktavianty, A., & Wiwin, N. W. (2020). Hubungan Usia Gestasi, Paritas dan
Kehamilan Ganda dengan Kejadian Respiratory Distress Sindrome (RDS)
pada Neonatus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Borneo Studies and
Research, 1(3), 1791-1798.
Seorang perempuan usia 19 tahun telah melahirkan seorang bayi pada tanggal
20 juni 2023 jam 10:30 WITA dengan proses persalinan spontan. Bayi Ny. W
lahir berjenis kelamin perempuan, dengan BB 2300 gr, tangisan (-), sesak napas
(+) takipnea (+), retraksi dalam (+) dan sianosis di ruang melati RSSM
Banjarmasin, Bayi Ny. S lahir dengan panjang badan 46 cm. Bayi Ny. S di
diagnosa medis dengan NRDS ( Neonatus Respiratory Distress Syndrome )
dengan BBLR.
Ny. S mengatakan tidak ada keluhan saat hamil, Ny. S hanya mengkonsumsi
obat-obatan yang diberikan oleh bidan.
Ny. S mengatakan selama hamil rutin memeriksa kandungan nya kebidan dekat
rumah setiap bulan nya. Ny. S mengatakan umur kehamilan nya baru 36-37
minggu, karena air ketuban sudah keluar, maka Bayi Ny. S harus segera
dikeluarkan. Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 Juni 2023 jam 08.30 wib.
Hasil pemeriksaan fisik : keadaan umum saat ini lemah, kesadaran compos
mentis gerak aktif, menangis merintih. Hasil Vital Sign RR: 60x/m, Suhu : 36,0 C
HR : 132x/m .
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
IDENTITAS KLIEN
Ruang : Melati
Nama : Tn. A
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
1. Keluhan Utama
Bayi Ny. S lahir dengan BB 2300 gr, tangisan (-), sesak napas (+) takipnea
(+), retraksi dalam (+) dan sianosis di ruang melati RSSM Banjarmasin, Bayi
Ny. S lahir dengan panjang badan 46 cm. Bayi Ny. S di diagnosa medis
dengan NRDS ( Neonatus Respiratory Distress Syndrome ) dengan BBLR.
5. Riwayat Psikososial
6. Riwayat Antenatal
7. Riwayat Natal
Bayi Ny. S lahir pada tanggal 20 juni 2023 secara spontan. Ny. S
mengatakan air ketuban sudah keluar sejak sebelum melahirkan. Ny.S
mengatakan umur kehamilannya baru 36-37 minggu, karena air ketubannya
sudah keluar, maka oleh dokter bayi Ny. S harus segera dikeluarkan.
8. Riwayat Post natal
APGAR Score
APGAR 1 5
0 1 2
SCORE Menit Menit
tidakada Denyut
60 60 1 1
jantung
tidakada Tak Teratur
Tidak ada pernapasan 1 1
Lemah Sedang Baik tonus otot 1 2
tidakada Peka
Merintih menangis 0 1
rangsang
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Bibir merah, tidak ditemukan stomatitis, mukosa bibir kering, terpasang OGT.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Paru-paru
Inspeksi :Bentuk Dada simetris, klavikula normal, ada retraksi dinding dada,
Iktus cordis normal,irama pernafasan tidak teratur, napas cepat, penggunaan
otot bantu napas, sianosis, grunting/merintih, terdapat pernafasan cuping
hidung, terpasang O2CPAP dengan FiO2 30% 4 lpm, SpO2 : 85%, Hasil
AGD : pH: 7,44 , pCO2 : 30 mmHg menurun , HCO3 21, BE -2.
Palpasi : vocal fremitus tidak sama
Perkusi : Sonor & redup
Auskultasi : Bunyi napas ronki, tipe pernafasan perut & dada, bunyi
Jantung
jantung normal, tidak ada bunyi nafas tambahan, ke dypsneu.
9. Abdomen
E. DATA FOKUS
Data Subjektif : Ibu pasien mengatakan bayinya sesak nafas
Data Objektif :
-Bayi Klien tampak sesak nafas
-Irama pernafasan tidak teratur
-Bayi tampak sianosis
-Bayi terpasang O2 Nk 1 lpm
-Kulit bayi mulai kemerahan
-Bayi tampak merintih
-Pada bayi tampak ada infeksi kulit
-Berat badan lahir: 2300 gram
-Lingkar kepala: 32 cm
-Lingkar dada: 29,5 cm
-Panjang badan : 45 cm
-Anus: positif
-Adanya kelainan congenital: negative
-Terpasang OGT
-Bayi tampak lemah
-Mengigil
-Pengisian kapiler >2 detik
-Akral dingin
-Warna kulit merah agak kebiruan, licin/halus tampak tipis,terdapat lanugo.
-Kulit teraba dingin
-Klien berada didalam incubator.
-BB bayi : 3200 gram.
- TD : - mmHg
- N : 184 x/menit
-S : 36,5 0C
- RR : 60 x/menit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
II.Prioritas Masalah
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.
DATA MASALAH
ETIOLOGI
Data subjektif : Gangguan Usaha nafas
- Ibu pasien Pertukaran Gas
Ventilasi asidosis↓
mengatakan
bayinya sesak
CO2
nafas
Imatur paru-paru, alveoli sulit
Data objektif
mengembang
- Bayi Klien tampak sesak
nafas
Ventilasi terganggu
- Irama pernafasan tidak
teratur Suplai O2
kemerahan
Gangguan Pertukaran Gas
- Bayi tampak merintih
- Panjang badan : 45 cm
- Anus: positif
- Adanya kelainan
congenital: negative
- Terpasang OGT
32
- Pengisian kapiler >2
detik
- akral dingin
- TTV
TD : - mmHg N :
184 x/menit S : 36,5
0
C
RR : 60 x/menit
33
I.INTERVENSI KEPERAWATAN
34
Warna kulit surfaktan
membaik (5)
35
meningkat(5) proses menyusui.
36
II.IMPEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
pemantauan. meningkat
dirumah. (4)
37
FiO2 memenuhi kebutuhan cukup
menurun(2) : Terpasang terapi
O2NCPAP 30% PEEP 7 l/mnt,
dengan Posisi prone
- Sudah mendapatkan pembe
- Injeksi Neo K : Dosis
loading 0,5-1 mg dan
dosis maintenance
4mg/1jam
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
38
pengukuran pinggang kesan gizi
dan ukuran lipatankulit) buruk),PB/usia= 45 (-3
8. Mendukung Ibu SD -
meningkatkan <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-
kepercayaan diri dalam 2,67(<-2SD;kesan normal)
menyusui - Prematuritas meningkat
9. Menjelaskan manfaat (5), Bayi tampak pucat
menyusui bagi ibu dan - Terpasang selang
bayi nasogastric 8×8 ml per
10.Mengajarkan 4 (empat) OGT
posisi menyusui dan - Daya menghisap/ refleks
perlekatan (latch on) rooting lemah
dengan benar. - Perlekatan bayi pada
11. Berkolaborasi dengan payudara ibutampak
ahli gizi untuk cukup menurun(2)
menentukan jumlah Tetesan/pancaran ASI
kalori dan jenis nutrient tampakmeningkat (5)
yang dibutuhkan - Suplai ASI tampak
adekuat (5)
- Bayi tampak tidak rewel (5
- Puting tidak lecet setelah
2 minggu melahirkan
meningkat (5)
- Kepercayaan diri ibu
meningkat (5)
- Kemampuan ibu
memposisikan bayi
dengan benar
meningkat(5)
- Sudah diberikan jumlah
kalori dan jenisnutrient
sesuai advice dokter dan
ahli gizi
A : Masalah teratasi sebagian
39
P : Lanjutkan intervensi
40
9. Menghangatkan terlebih - Ventilasi cukup
dahulu bahan-bahan memburuk (2)
yang akan kontak
dengan bayi (mis. A : Masalah belum
Selimut, kain, teratasi
bedongan, stetoskop). P : Lanjutkan Intervensi 1-13
Mendemonstrasikan teknik
perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
porasi
41