Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN STUDI KASUS DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA By. Ny. W DENGAN DIAGNOSA


MEDIS RESPIRATORY DISTRES SYNDROME (RDS)

Di Susun Oleh :

Agustinur Rahayu 11194562110288


Dina Rahmadaniah 11194562110291

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi dan Fisiologi

Sistem pernapasan termasuk hidung, rongga hidung dan sinus, faring,


laring (kotak suara), trakea (tenggorokan ), dan saluran-saluran yang
lebih kecil yang mengarah ke pertukaran gas di permukaan paru-paru.
Saluran pernapasan terdiri dari saluran udara yang membawa udara
dari dan ke permukaan tersebut. Saluran pernapasan dapat dibagi
menjadi bagian konduksi dan bagian pernapasan. Bagian konduksi
terdapat dari jalan masuk udara dihidung ke rongga hidung ke bronkiolus
terkecil dari paru-paru. Bagian pernapasan termasuk saluran bronkiolus
pernapasan dan kantung udara halus, atau alveoli ( al - VE ), di mana
terjadi pertukaran gas. Sistem pernapasan termasuk saluran
pernapasan dan jaringan terkait, organ, dan struktur pendukung.
Saluran-saluran kecil ini menyesuaikan kondisi udara dengan
menyaring, pemanasan, dan melembabkan itu, sehingga melindungi
bagian konduksi yang peka dan melindungi pertukaran sistem
pernapasan bawah dari partikel-partikel, patogen, dan lingkungan
ekstrem ( Martini et al 2021)

(Gambar 1 Anatomi pernafasan)


Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dirinci sebagai berikut,
rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru- paru
(bronkiolus,alveolus). Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat
kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan
selaput lender. Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan oesofagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu nasofaring,
orofaring dan laringofaring kemudian Laring, laring berperan untuk
pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap
masuknya makanan dan cairan. Trakea, merupakan lanjutan dari laring
yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin kartilago yang terdiri dari
tulangtulang rawan yang terbentuk seperti C. Bronkus merupakan
percabangan trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali
untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang
semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah percabangan
bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah
bronki,bronkiolus,bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus
alveolar, Nose Nasal Cavity Oral Cavity Larynx Trakhea Pharynx Right
Primary Bronchus Lungs 8 dan alveoli. Dibagian bronkus masih disebut
pernafasan extrapulmonar dan sampai memasuki paru-paru disebut
intrapulmonary. Terakhir adalah Paru-paru yang berada dalam rongga
torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya
disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada
dibelakang tulang dada. Paru- paru berbentuk seperti spins dan berisi
udara dengan pembagian udara Antara Paru kanan, yang memiliki tiga
lobus Dan paru kiri dua lobus (Setiadi, 2021).

B. Definisi
Respiratory Distress of the Newborn (RDN) atau biasa juga disebut
Respiratory Distress Syndrome (RDS) biasa juga disebut Hyaline
Membrane Disease (HMD) Adalah gangguan pernafasan yang sering
terjadi pada baypremature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt),
retraksi dada, sianosis pada udara kamar yang menetap atau memburuk
pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik, sekitar
60% bayi yang lahir sebelum gestasi 29 minggu mengalami RDS.
RDS (Respiratori Distress Syndrom) adalah gangguan pernafasan yang
sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60
x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau
memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik.
Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya
infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA Sindrom distres
pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan
sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi dan Yuliani, 2019).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Respiratory Distress Syndrom atau
sindrom gawat nafas adalah gangguan pada sistem pernafasan yang
disebabkan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.

C. Etiologi
Menurut (Marmi & Rahardjo, 2020) penyebab RDS (Respiratory Distress
Syndrome) pada neonatus yaitu terdiri dari:
1. Faktor ibu
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial ekonomi
rendah, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang mengganggu
pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes
melitus, dan lain-lain.
2. Faktor Plasenta
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta,
plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada
tempatnya.
3. Faktor Janin
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,gemeli,
prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain.

4. Faktor Persalinan
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan
lain-lain.
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru-paru.
Sementara afiksia neonatorum merupakan gangguan pernafasan akibat
ketidak mampuan bayi beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya masalah
ini disebabkan karena adanya masalah-masalah kehamilan dan pada
saat persalinan. Menurut Suriadidan Yulianni(2020) etiologi dari RDS
yaitu:
1. Ketidakmampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka. Alveoli
masih kecil sehingga mengalami kesulitan berkembang dan
pengembangan kurang sempurna.Fungsi surfaktan untuk menjaga agar
kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara,sehingga pada bayi
premature dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan
daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas
2. Membran hialin berisi debris dari sel yang nekrosis yang tertangkap
dalam proteinaceous filtrate serum (saringan serum protein),difagosit
oleh makrofag.
3. Berat badan bayi lahir kurang dari 2500 gram.
4. Adanya kelainan di dalam dan diluar paru.Kelainan dalam paru yang
menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/ pneumomediastinum
,penyakit membran hialin (PMH).
5. Bayi premature atau kurang bulan. Diakibatkan oleh kurangnya
produksi surfaktan.Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan
minggu ke-22,semakin muda usia kehamilan,maka semakin besar pula
kemungkinan terjadi RDS.

D. Patofisiologi
Faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur
disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga sulit berkembang,
pengembangan kurangsempurna karena dinding thorax masih lemah,
produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku.
Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25 % dari normal,
pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi
hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10%
protein, lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan
menaga agar alveol tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru
tampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh
sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk
mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga
udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding
alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.
Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya
defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan
barotrauma atau volutrauma dan toksisitas oksigen, menyebabkan
kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian distal
sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah.
Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam
setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk
pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek;
pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang
dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD).
E. Pathway

Atelektasis
Bayi cukup bulan:
Sindrom mekonium,
asidosis
Ventilasi perfusi
Tegangan
permukaan
meningkat Takikardi

RDS Usaha bernapas


meningkat
Kolaps alveolar MK: gangguan
paru perfusi jaringan
Pengeluaran energi
Produksi surfaktan

Mengendap
Kelelahan Sianosis
Penurunan
compliance Penurunan
stabilitas alveolar MK: intoleransi aktivitas Akumulasi fibrin
paru
di alveolus

Cedera paru reaksi Membran hialin


Hiperventila Hipoksia berat terbentuk

Hiperkapnea Edema interstitial Sesak napas


MK: kelebihan volume cairan
Alveolar paru

MK: pola napas tidak efektif


Pk: asidosis respiratorik
F. Manifestasi Klinik
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan
usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan. Manifestasi
dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan
sel dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam
alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul
yaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur segera setelah lahir, yang
ditandai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernafasan cuping hidung,
grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam
48-96 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria
Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu:
1) Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram
udara.
2) Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan
gambaran udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer
menutupi bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
3) Alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat
lebih opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram
udara lebih luas. keempat, seluruh thorax sangat opaque (white lung)
sehingga jantung tak dapat dilihat. Tanda dan gejala yang muncul dari
RDS adalah
1) Pernapasan cepat
2) Pernapasan terlihat parodaks
3) Cuping hidung
4) Apnea
5) Murmur
6) Sianosis pusat

G. Komplikasi
1). Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
a. kebocoran alveoli: Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara
(pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema
intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan
gejala klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis
yang menetap.
b. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat
timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena,
kateter, dan alat-alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
2). Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam
paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke
otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi:
a. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik
yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi
36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan
yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya
infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat
dengan menurunnya masa gestasi.
b. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-
70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia,
komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

H. Penatalaksanaan
Menurut Suriadi dan Yuliani (2020) dan Surasmi.dkk (2021) tindakan
untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :
1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.
2) Mempertahankan keseimbangan asam basa.
3) Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.
5) Mencegah hipotermia.
6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.
Penatalaksanaan secara umum
1) Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling
sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa
5%
a. Pantau selalu tanda vital
b. Jaga Kepatenan jalan naras
c. Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
2). Jika bayi mengalami apneu
a. Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
3) Bila terjadi kejang potong kejang
4) Segera periksa kadar gula darah

Gangguan nafas sedang :


1). Lakukan pemberian 02 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila
masih sesak dapat diberikan 02 4-5 liter/menit dengan sungkup.
2). Bayi jangan diberi minum.
3). Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin)
untuk terapi kemungkinan besar sepsis.
4). Suhu aksiler <> 39°C.
5). Air ketuban bercampur meconium.
6). Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban
pecah dini (> 18 jam).
7) Bila suhu aksiler 34- 36,5 °C atau 37,5-39°C tangani untuk masalah
suhu
abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam.
8) Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada
perbaikan,
berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis.
9) Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal
ulangi tahapan tersebut diatas.
10) Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2
jam.
11) Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda
perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis.
12) Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi 02
secara bertahap. Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam.
Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu
cara pemberian minum.
13) Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan.
Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian 02 selama 3 hari,
minum baik dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi
dapat dipulangkan.

Penatalaksanaan medis
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:
1). Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
2). Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
cairan paru.
3). Fenobarbital
4). Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen
5). Metilksantin (teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik.
6). Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam
pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari
sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru
sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan.

I. Diagnosa Keperawatan
A. Pola nafas tidak efektif b.d penurunaan energi/kelelahan,
keterbatasan pengembangan otot
B. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
C. Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan mneghisap dan penurunan
mobilitas usus
J. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1 Pola nafas tidak Pola Napas (L.01004) Manajemen
efektif b.d Setelah dilakukan Jalan Napas
penurunaan energi/ tindakan keperawatan (I.01011)
kelelahan, selama 1x7 jam Observasi
keterbatasan diharapkan pola napas 1. Monitor pola
pengembangan efektef dengan kreteria napas
otot hasil : (frekuensi,
1. Dsypnea menurun kedalaman,
skr 5 usahanapas)
2. Penggunaan otot
bantu napas 2. Monitor bunyi
menurun skor 5 napas
3. Ortopnea menurun tambahan (mis.
skor 5 gurgling,
4. Pernapasan mengi,
pursed-lip menurun wheezing,
skor 5 ronkhi kering)
5. Pernapasan cuping
hidung menurun 3. Monitor sputum
skor 5 (jumlah, warna,
6. Frekuensi napas aroma)
membaik skor 5
kedalaman napas
membaik 5 Terapeutik
1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan
head-tilt
(jaw-thrust jika
curiga trauma
servikal)
2. Posisikan semi-
Fowler atau
Fowler
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
5. Lakukan
penghisapan
lendir kurang
dari 15 detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
Sebelum
penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan
sumbatan
benda padat
dengan forsep
McGill
8. Berikan oksigen,
jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
Ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.

2 Gangguan Pola napas (L.01004) Pemantauan


pertukaran gas Setelah dilakukan Respirasi
berhubungan tindakankeperawatan (I.010114)
dengan perubahan selama 1x7 Jam Observasi
membran alveolar- diharapkan oksigenasi 1. Monitor
kapiler atau eliminasi frekuensi, irama,
karboioksida pada kedalaman dan
membran eveolus kafiler upaya nafas
dalam batas normal 2. Monitor pola
dengan kreteria hasil : nafas (seperti
1. Dyspnea bradipnea,
menurun skor 5 takipnea,
2. Penggunaan otot hiperventilasi,
bantu napas kussmaul,
menurun skor 5 cheyne-stokes
3. Pernapasan 3. Moniitor
cuping hidung kemampuan
menurun skor 5 batuk efektif
4. Bunyi nafas 4. Monitor adanya
tambahan sputum
menurun 5 5. Monitor adanya
5. Penglihatan kabur sumbatan jalan
menurun 1 nafas
6. Palpasi
kesimestrisan
paru
7. Akultasi bunyi
nafas
8. Monitor saturasi
oksigen
9. Monitor nilai
AGD
10. Monitor hasil x-
ray toraks

Terapeutik
1. Atur interval
pemantauan
respirasi
sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasi
hasil
pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Informasikan
hasil
pemantauan

3 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Observasi


Ketidak mampuan asuhan 1. Identifikasi
mneghisap dan keperawatan status nutrisi
penurunan selama 3x7 jam 2. Identifikasi
mobilitas usus diharapkan status kebutuhan
menyusui kalori dan jenis
membaik dengan nutrient
kriteria hasil 3. Identifikasi
perlunya

1. Perlekatan bayi pada penggunaan

payudara ibu selang

meningkat 5 nasogastric
4. Monitor berat
2. Tetesan / pancaran
badan
asi meningkat 5
5. Monitor hasil
3. Suplai ASI adekuat pemeriksaan
meningkat 5 laboratorium

4. Puting tidak lecet 6. Identifikasi


setelah 2 minggu keadaan
melahirkan emosional ibu
saat akan
5. Kepercayan diri ibu
dilakukan
meningkat 5
konseling
menyusui
7. Identifikasi
permasalahan
yang ibu
alami selama
proses
menyusui

Terapeutik
1. Timbang berat
badan
2. Ukur
antropometrik
komposisi
tubuj (mis.
Indeks massa
tubuh,
pengukuran
pinggang dan
ukuran lipatan
kulit)
3. Gunakan teknik
mendengarkan
aktif
4. Berikan pujian
terhadap
perilaku ibu
yang benar
5. Dukung Ibu
meningkatkan
kepercayaan
diri dalam
menyusui
6. Libatkan
sistem
pendukung:
suami,
keluarga,
tenaga
kesehatan dan
masyarakat.

Edukasi
1. Ajarkan teknik
menyusui yang
tepat sesuai
kebutuhanibu
2. Jelaskan
manfaat
menyusui bagi
ibu dan bayi
3. Ajarkan 4
(empat) posisi
menyusui dan
perlekatan
(latch on)
dengan benar
4. Ajarkan
perawatan
payudara
antepartum
dengan
mengkompres
dengan kapas
yang telah
diberikan
minyak kelapa
DAFTAR PUSTAKA

Moi, M. Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. T Dengan Rds


(Respiratory Distress Syndrom) Di Ruangan NHCU RSUD Prof. Dr. WZ
Johanes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

Neti Herawati, N. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. F


DENGAN RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS) DI RUANGAN
ICU/NICU RUMAH SAKIT BHAYANGKARA POLDA BENGKULU TAHUN
2021 (Doctoral dissertation, Universitas Dehasen Bengkulu).

Oktavianty, A., & Wiwin, N. W. (2020). Hubungan Usia Gestasi, Paritas dan
Kehamilan Ganda dengan Kejadian Respiratory Distress Sindrome (RDS)
pada Neonatus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Borneo Studies and
Research, 1(3), 1791-1798.

WARDANA, D. P. (2021). HUBUNGAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN


RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS) (Doctoral dissertation,
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA).

Widyaningsih, D. N. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. S


DENGAN RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)(Di Ruang
Melati-RSU Universitas Muhammadiyah Malang) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Malang).

Wiwin, N. W. (2020). Hubungan Usia Ibu dan Asfiksia Neonatorum dengan


Kejadian Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada Neonatus di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Borneo Studies and Research, 1(3),
1824-183
BAB II
STUDI KASUS

Seorang perempuan usia 19 tahun telah melahirkan seorang bayi pada tanggal
20 juni 2023 jam 10:30 WITA dengan proses persalinan spontan. Bayi Ny. W
lahir berjenis kelamin perempuan, dengan BB 2300 gr, tangisan (-), sesak napas
(+) takipnea (+), retraksi dalam (+) dan sianosis di ruang melati RSSM
Banjarmasin, Bayi Ny. S lahir dengan panjang badan 46 cm. Bayi Ny. S di
diagnosa medis dengan NRDS ( Neonatus Respiratory Distress Syndrome )
dengan BBLR.
Ny. S mengatakan tidak ada keluhan saat hamil, Ny. S hanya mengkonsumsi
obat-obatan yang diberikan oleh bidan.
Ny. S mengatakan selama hamil rutin memeriksa kandungan nya kebidan dekat
rumah setiap bulan nya. Ny. S mengatakan umur kehamilan nya baru 36-37
minggu, karena air ketuban sudah keluar, maka Bayi Ny. S harus segera
dikeluarkan. Pengkajian dilakukan pada tanggal 21 Juni 2023 jam 08.30 wib.
Hasil pemeriksaan fisik : keadaan umum saat ini lemah, kesadaran compos
mentis gerak aktif, menangis merintih. Hasil Vital Sign RR: 60x/m, Suhu : 36,0 C
HR : 132x/m .
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

Hari/Tanggal pengkajian : Rabu, 21 Juni 2023 (jam 08.30)


IDENTITAS

IDENTITAS KLIEN

Nama : By. Ny. W

Tanggal masuk RS : 20 Juni 2023

Tanggal Lahir : 20 juni 2023

Diagnosa Medis : Neonatus Respiatory Distres Syndrome


(NRDS)

Ruang : Melati

Umur bayi saat di kaji : 1 Hari

Nomor Rekam Medik : 0-04-xx-xx

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 23 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Melati Indah, no 23, Banjarmasin

Hubungan dengan pasien : Ayah pasien


A. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama

Sesak nafas (+)

2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang

Bayi Ny. S lahir dengan BB 2300 gr, tangisan (-), sesak napas (+) takipnea
(+), retraksi dalam (+) dan sianosis di ruang melati RSSM Banjarmasin, Bayi
Ny. S lahir dengan panjang badan 46 cm. Bayi Ny. S di diagnosa medis
dengan NRDS ( Neonatus Respiratory Distress Syndrome ) dengan BBLR.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu

Ny. S mengatakan tidak ada keluhan saat hamil, hanya mengkonsumsi


obat-obatan yang diberikan oleh bidan. Ny. S tidak memiliki riwayat penyakit
diabetes mellitus ataupun hipertensi.

4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga

Ny. S mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit


keturunan maupun menular. Di dalam keluarga Ny. S maupun suaminya
tidak ada yang mempunyai riwayat BBLSR.

5. Riwayat Psikososial

Ny. S sering menengok anaknya keruang melati bagian isolasi neonatus.

6. Riwayat Antenatal

Ny. S mengatakan selama hamil rutin memeriksakan kandungannya ke


bidan didekat rumahnya setiap bulan.

7. Riwayat Natal

Bayi Ny. S lahir pada tanggal 20 juni 2023 secara spontan. Ny. S
mengatakan air ketuban sudah keluar sejak sebelum melahirkan. Ny.S
mengatakan umur kehamilannya baru 36-37 minggu, karena air ketubannya
sudah keluar, maka oleh dokter bayi Ny. S harus segera dikeluarkan.
8. Riwayat Post natal

APGAR Score
APGAR 1 5
0 1 2
SCORE Menit Menit
tidakada Denyut
60 60 1 1
jantung
tidakada Tak Teratur
Tidak ada pernapasan 1 1
Lemah Sedang Baik tonus otot 1 2
tidakada Peka
Merintih menangis 0 1
rangsang

Pucat pasi Tidak ada Kemerahan Warna 1 2


Jumlah 4 7

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Pada tanggal 21 Juni 2023 dilakukan pengkajian didapatkan hasil pemeriksaan


fisik : keadaan umum saat ini lemah, kesadaran compos mentis gerak aktif,
menangis merintih.
Hasil Vital Sign:
RR: 60x/m
Suhu : 36,0°C
HR : 132x/m
GCS : E4 M5 V6 (Compos Mentis)
Antropometri
PB/TB : 46 Cm
BB : 2300 gr
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar lengan atas : - cm
Panjang badan : 45 cm
Lingkar dada : 29,5 cm
Lingkar perut : - cm
Anus : positif
Adanya kelainan congenital : negatif
Status gizi: BB/usia= -2,3 (<-3 SD; kesan gizi buruk),PB/usia= -2,67 (-3 SD - <-2
SD; kesan pendek),BB/PB=-3,46(<-3SD;kesan sangat kurus)
2. Kulit

Klien tampak lemah/lesu, dirawat didalam inkubator, dan turgor baik,


capillary refill >2 detik, kelembapan lembab, tidak ada oedema, Warna kulit
kemerahan degan ekstermitas kebiruan, tidak ikterus, sianosis, terdapat
sedikit lanugo pada dahi dan sekitar pipi, kulit tipis,licin dan kulit teraba
dingin.
3. Kepala dan Leher

Kepala : Rambut hitam,tipis,Tidak ada lesi, sutura terlihat

Leher : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.


4. Penglihatan dan Mata

Sklera mata putih, konjungtiva merah muda.Mata tampak simetris,


konjungtiva tidak anemis.
5. Penciuman dan Hidung

Terdapat pernafasan cuping hidung, lubang hidung 2, terpasang O2 NCPAP


40 % PEEP 5 l/mnt.

6. Pendengaran dan Telinga

Tidak ada deformitas, lubang telinga bersih, simetris.Bentuk telinga tidak


ada kelainan, telinga tampak bersih.
7. Mulut

Bibir merah, tidak ditemukan stomatitis, mukosa bibir kering, terpasang OGT.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi

Paru-paru
Inspeksi :Bentuk Dada simetris, klavikula normal, ada retraksi dinding dada,
Iktus cordis normal,irama pernafasan tidak teratur, napas cepat, penggunaan
otot bantu napas, sianosis, grunting/merintih, terdapat pernafasan cuping
hidung, terpasang O2CPAP dengan FiO2 30% 4 lpm, SpO2 : 85%, Hasil
AGD : pH: 7,44 , pCO2 : 30 mmHg menurun , HCO3 21, BE -2.
Palpasi : vocal fremitus tidak sama
Perkusi : Sonor & redup
Auskultasi : Bunyi napas ronki, tipe pernafasan perut & dada, bunyi
Jantung
jantung normal, tidak ada bunyi nafas tambahan, ke dypsneu.
9. Abdomen

Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, perut bersih, kulit lembab.


Warna kulit : Sawo matang , tampak bersih
Auskultasi : Terdengar bising usus 5 x/m
Palpasi : Tidak ada terdapat nyeri tekan
Perkusi : Bunyi abdomen sonor
Umbilikus : Tali pusat basah, tidak terjadi perdarahan, tidak
terjadi infeksi, terpasang infus umbilikalis D10%.

10. Genetalia dan Reproduksi

Genetalia : Labia mayora belum menutupi labia minora, tidak ada


kelainan letak lubang uretra.
Anus : Tidak ada lesi, tak ada iritasi perineal, warna feces
hitam lembek.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Ekstremitas Atas:
Akral dingin, Jumlah jari tangan 5/5,
Ekstremitas Bawah:
Akral dingin, jumlah jari kaki 5/5, tak ada kelumpuhan, gerak kurang aktif.
Reflek :
a) Reflek Moro ; ketika ada suara agak keras di sekitar ruangan / tempat
inkubator maka pasien kurang merespon/ diam saja.
b) Reflek Sucking (Menghisab); Ketika di test dengan spuit diberikan ASI, maka
pasien tidak dapat. menelan dengan sempurna ASI yang diberikan dan selalu
ada ASI yang keluar dari mulutnya.
c) Reflek Grasping (Menggenggam) ; ketika perawat meletakkan jari
telunjuknya ke tangan pasien, pasien dapat menggenggam jari telunjuk perawat,
namun genggaman masih lemah.
d) Reflek Tonic Neck (Menoleh); ketika perawat membuat gerakan / suara di
sekitar pasien, pasien kurang merespon.
e) Reflek Babinski (Sentuhan Telapak Kaki); Jika disentuh kakinya oleh
perawat, pasien akan menarik kakinya ke atas.
f) Reflek Menelan ; kurang, jika diberi munim lewat spuit maka ASI kan keluar
sebagian dari mulutnya.
Tali pusat : Tidak ada masalah/ kelainan, bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi,
tidak ada peradangan atau pembengkakan dan juga perdarahan.

C. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL

1. Aktivitas dan istirahat (dirumah/sebelum sakit dan sesudah sakit)

Di rumah : Pasien dilahirkan dirumah sakit dan belum dibawa


pulang
Di RS : Pasien jika haus menangis, ketika BAB, ketika
popok terasa penuh atau ketika klien merasa
kurang nyaman. Gerakan pasien aktif.
2. Personal Hygiene

Di rumah : Pasien mengatakan, pasien belum dibawa pulang


kerumah, dan masih dirawat di rumah sakit.
Di RS : Pada saat dirumah sakit pasien dibantu oleh perawat.
3. Nutrisi
Di rumah : Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah
dibawa pulang kerumah, dan masih dirawat dirumah
sakit
Di RS : Pasien minum asi kurang lebih 24cc/jam sehari.
4. Eliminasi (BAB dan BAK )

Di Rumah : Keluarga pasien mengatakan bayinya belum pernah


dibawa pulang
Di RS : BAB dalam sehari kurang lebih 3-5 kali berkonsistensi
lembek, BAK 6-9 kali dalam sehari.
5. Seksualitas

Keluarga pasien mengatakan tidak ada gangguan seksualitas.


6. Psikososial

Pasien tidak cemas dan mengatakan selalu sabar menerima keadaannya


saat ini dan pasien selalu optimis untuk bisa segara sembuh, pasien
memiliki hubungan baik dengan keluarga.
7. Spiritual

Pasien beragama islam

E. DATA FOKUS
Data Subjektif : Ibu pasien mengatakan bayinya sesak nafas
Data Objektif :
-Bayi Klien tampak sesak nafas
-Irama pernafasan tidak teratur
-Bayi tampak sianosis
-Bayi terpasang O2 Nk 1 lpm
-Kulit bayi mulai kemerahan
-Bayi tampak merintih
-Pada bayi tampak ada infeksi kulit
-Berat badan lahir: 2300 gram
-Lingkar kepala: 32 cm
-Lingkar dada: 29,5 cm
-Panjang badan : 45 cm
-Anus: positif
-Adanya kelainan congenital: negative
-Terpasang OGT
-Bayi tampak lemah
-Mengigil
-Pengisian kapiler >2 detik
-Akral dingin
-Warna kulit merah agak kebiruan, licin/halus tampak tipis,terdapat lanugo.
-Kulit teraba dingin
-Klien berada didalam incubator.
-BB bayi : 3200 gram.
- TD : - mmHg
- N : 184 x/menit
-S : 36,5 0C
- RR : 60 x/menit

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium

Tanggal 21 juni 2023


No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

1 Glukosa-Sewaktu 89 mg/dl <200


2 Glukosa-Puasa mg/dl 65-100
3 Glukosa -2 jam PP mg/dl <140
4 Ureum mg/dl 21-53
5 Creatin mg/dl 0,7-15
6 Asam Urat mg/dl L:4,0-7,0;P:2,4-5,7
7 Kolestrol mg/dl <200
8 Trigliserida mg/dl <165
9 HDL mg/dl >40
10 LDL mg/dl <180
11 SGOT/AST U/L L<37;P<31
12 SGPT-ALT U/L L<42;P<32
13 ALBUMIN g/dl 3,5-5,5
12 Tropnin 1 ng/m/ <0,30
13 HbsAg (-)/Negatif
14 HbsAb (-)/Negatif
15 ANTI-HCV (-)/Negatif
16 Dengue IgG (-)/Negatif
16 Dengum IgM (-)/Negatif
17 Dengue NSI (-)/Negatif
G. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)

Terapi Dosis Obat Cara Indikasi


pemberian

Infus D10% 6,5 ml/ jam IV Infusan perifer untuk


memberikan kalori padakondisi
tubuh yang kekurangankalori
dan cairan
2
O NCPAP Di Hidung Bekerja dengan cara
30% PEEP 7
meniupkan tekanan udara
l/mnt
ringan untuk menjaga saluran
udara terbuka, sehingga jalan
napas tetap terbuka dan
masalah pernapasan pasien
sleep apnea saat tidur pun
dapatteratasi.
Injeksi Ceftazidime 90 mg/12 jam IV Obat antibiotik untukmengobati
infeksi bakteri
Injeksi Aminophilin Dosis IV Aminophylline bekerja dengan
loading 0,5-1mg cara membuka saluran
dan dosis pernapasan di paru-paru,
maintenance 4 sehingga udara dapat mengalir
mg/1 jam ke dalam paru tanpa hambatan.

II.Prioritas Masalah
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi.

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan antropometri

3. Hipotermia berhubungan dengan belum terbentuknya lapisan lemak pada


kulit
III.ANALISA DATA

DATA MASALAH
ETIOLOGI
Data subjektif : Gangguan Usaha nafas
- Ibu pasien Pertukaran Gas
Ventilasi asidosis↓
mengatakan

bayinya sesak
CO2
nafas
Imatur paru-paru, alveoli sulit
Data objektif
mengembang
- Bayi Klien tampak sesak
nafas
Ventilasi terganggu
- Irama pernafasan tidak
teratur Suplai O2

- Bayi tampak sianosis


Napas periodik, dispnea, napas
- Bayi terpasang O2 Nk 1lpm cuping hidung, hipoksia, kulit

- Kulit bayi mulai pucat

kemerahan
Gangguan Pertukaran Gas
- Bayi tampak merintih

- Pada bayi tampak ada


infeksi kulit
Data subjektif : -Data Defisit Nutrisi Imatur organ pencernaan
objektif
- Antropometri : Reflek menghisap, telan dan
batuk lemah dan belum sempurna
- Berat badan lahir: 2300
gram
Intake nutrisi tidak adekuat
- Lingkar kepala: 32 cm Intake menurun Defisit Nutrisi

- Lingkar dada: 29,5 cm

- Panjang badan : 45 cm

- Anus: positif

- Adanya kelainan
congenital: negative

- Terpasang OGT

Status gizi: BB/usia=


-2,2(<-2 SD; kesan gizi
buruk),PB/usia= 45 (-3 SD -
<-2 SD; kesanpendek),BB/PB=-
2,67(<- 2SD;kesan normal)
Data subjektif : - Hipotermia Kontrol suhu imatur
Asidosis metabolik
Data objektif
- Bayi tampak lemah
- Mengigil

32
- Pengisian kapiler >2
detik

- akral dingin

- warna kulit merah agak


kebiruan, licin/halus

tampak tipis,terdapat lanugo.


- Kulit teraba dingin

- Klien berada didalam


incubator.

- BB bayi : 3200 gram.

- TTV

TD : - mmHg N :
184 x/menit S : 36,5
0
C
RR : 60 x/menit

33
I.INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Intervensi 1. Monitor frekuensi, irama,
efektif b.d 1x7 Jam diharapkan kedalaman, dan upaya
penurunaan pertukaran gas,respon napas
energi/kelelahan, ventilasi mekanik,
2. Monitor pola napas (seperti
keterbatasan keseimbangan asam-basa
bradipnea, takipnea,
pengembangan klien meningkat, dengan
otot(D.0005 hal. kriteria hasil : hiperventilasi, kussmaul,
26) cheyne-strokes, biot, dan
1. Tingkat kesadaran
ataksik)
meningkat (5)
3. Monitor saturasi oksigen
2. Dispnea menurun (5)
4. Monitor nilai AGD
3. Bunyi napas
5. Monitor hasil x-ray thorax
tambahan
menurun (5) 6. Bersihkan secret pada
mulut,hidung
4. Pusing menurun (5)
dan trachea, jika perlu.
5. Penglihatan kabur
7. Pertahankan kepatenan
menurun (5)
jalan nafas
6. Gelisah menurun (5)
8. Berikan oksigenasi
7. Napas cuping hidung ventilatordengan
menurun(5) dosis ½-1 liter/menit

8. PCO2 membaik (5) 9. Informasikan hasil


pemantauan.
9. PO2 membaik (5)
10. Ajarkan pasien dan
10. Takikardia membaik (5)
keluarga cara
11. Sianosis membaik (5) menggunakan oksigen
dirumah.
12. Pola napas
membaik (5) 11. Kolaborasi pemberian

34
Warna kulit surfaktan
membaik (5)

13. Frekueensi napas


membaik (5)

14. Irama napas membaik (5)

15. pH membaik (5)

16. Saturasi oksigen


meningkat (5)

17. FiO2 memenuhi


kebutuhan meningkat
(5)

18. Kesimetrisan gerakan


dinding dada meningkat
(5)

2 Defisit nutrisi Setelah diberikan


1. Identifikasi status nutrisi
b.d asuhan keperawatan
ketidakmampuan selama 1x7 jam 2. Identifikasi kebutuhan
menghisap dan diharapkan status kalori dan jenis nutrient

penurunan menyusui membaik 3. Identifikasi perlunya


mobilitas usus
Kriteria hasil : SLKI penggunaan selang
(D. 0019 hal. 56)
(L.03029Hal. 119) nasogastric (OGT)

1. Perlekatan bayi pada 4. Monitor berat badan


payudara ibu meningkat
(5) 5. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Tetesan/pancaran asimeningkat (5)
6. Identifikasi permasalahan
3. Suplai ASI adekuat yang ibu alami selama

35
meningkat(5) proses menyusui.

5. Kepercayaan diri ibu 7. Timbang berat badan


meningkat (5)
8. Ukur antropometri
6. Kemampuan ibumemposisikan
komposisi tubuh
bayi
(mis.
denganbenar men
Indeks massa tubuh,
7. Lecet pada puting
pengukuran pinggang dan
menurunKelelahan
ukuran lipatan kulit)
maternal menurun(5)
9. Jelaskan manfaat
8. Kecemasan maternal
menyusui bagiibu dan bayi
menurun (5)
10. Ajarkan 4 (empat) posisi
9. Bayi tidak rewel
menyusui dan perlekatan
meningkat(5)
(latch on) dengan benar.

11. Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan jumlah
kalori danjenis nutrient yang
dibutuhkan

36
II.IMPEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi

1. Rabu 21 Juni 1. Memonitor TTV S


2023, 08.30 2. Memonitor frekuensi, :
WITA irama,kedalaman, dan -
Diagnosa upaya napas
Keperawatan I 3. Memonitor pola napas O
(sepertibradipnea, :
Gangguan takipnea, hiperventilasi, - Hasil TTV
Pertukaran Gas kussmaul, cheyne- TD -
Berhubungan strokes, biot, dan mmHg
Dengan ataksik) N :-
Ketidakseimbangan 4. Memonitor saturasi x/menit
Ventilasi-Perfusi oksigen S : 36,50C (membaik)

5. Memonitor nilai AGD RR : 60 x/menit (memburuk)

6. Membersihkan secret - Dispnea cukup meningkat,

pada mulut, hidung dan Napas cupinghidung

trachea. cukup meningkat(2),

7. Mempertahankan Frekuensinapas sedang

kepatenan jalan nafas (3), Irama napas cukup

8. Memberikan oksigenasi memburuk (2),

ventilator ½-1 - Pola napas memburuk (2)

liter/menit : takipnea, Kesimetrisan

9. Menginformasikan hasil gerakan dinding dada

pemantauan. meningkat

10. Mengajarkan pasien - Saturasi oksigen menurun

dan keluarga cara : 85%,Sianosis sedang

menggunakan oksigen (4), Warna kulit pucat pasi

dirumah. (4)

11. Berkolaborasi - PCO2 cukup memburuk

pemberian surfaktan (2), PO2 cukup memburuk


(2), pH membaik (5)
- Diberikan terapi Nebulizer

37
FiO2 memenuhi kebutuhan cukup
menurun(2) : Terpasang terapi
O2NCPAP 30% PEEP 7 l/mnt,
dengan Posisi prone
- Sudah mendapatkan pembe
- Injeksi Neo K : Dosis
loading 0,5-1 mg dan
dosis maintenance
4mg/1jam

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi

2. Rabu. 21 juni 1. Mengidentifikasi status S


2023, 09.30 nutrisi :
WITA 2. Mengidentifikasi -
kebutuhan kalori dan
Diagnosa Ke II jenis nutrient O
Defisit Nutrisi b.d 3. Mengidentifikasi
ketidakmampuan perlunya penggunaan :
menghisap dan selang nasogastric - Antropometri yaitu Berat
penurunan mobilitas (OGT) badan lahir: 2300
usus 4. Memonitor berat badan gram,Lingkar kepala: 32
5. Mengidentifikasi cm,Lingkar lengan atas:, -
permasalahan yang ibu cm,Panjang badan: 45
alami selama proses cm,Lingkar dada: 29,5
menyusui. cm, Lingkar perut: - cm
6. Menimbang berat badan ,Anus: positif Adanya

7. Mengukur antropometrik kelainan congenital:

komposisitubuh (mis. negative.Status gizi:

Indeks massa tubuh, BB/usia= -2,2(<-2 SD;

38
pengukuran pinggang kesan gizi
dan ukuran lipatankulit) buruk),PB/usia= 45 (-3
8. Mendukung Ibu SD -
meningkatkan <-2 SD; kesan pendek),BB/PB=-
kepercayaan diri dalam 2,67(<-2SD;kesan normal)
menyusui - Prematuritas meningkat
9. Menjelaskan manfaat (5), Bayi tampak pucat
menyusui bagi ibu dan - Terpasang selang
bayi nasogastric 8×8 ml per
10.Mengajarkan 4 (empat) OGT
posisi menyusui dan - Daya menghisap/ refleks
perlekatan (latch on) rooting lemah
dengan benar. - Perlekatan bayi pada
11. Berkolaborasi dengan payudara ibutampak
ahli gizi untuk cukup menurun(2)
menentukan jumlah Tetesan/pancaran ASI
kalori dan jenis nutrient tampakmeningkat (5)
yang dibutuhkan - Suplai ASI tampak
adekuat (5)
- Bayi tampak tidak rewel (5
- Puting tidak lecet setelah
2 minggu melahirkan
meningkat (5)
- Kepercayaan diri ibu
meningkat (5)
- Kemampuan ibu
memposisikan bayi
dengan benar
meningkat(5)
- Sudah diberikan jumlah
kalori dan jenisnutrient
sesuai advice dokter dan
ahli gizi
A : Masalah teratasi sebagian

39
P : Lanjutkan intervensi

3. Rabu, 21 juni 1. Memonitor suhu tubuh Sbayi (36,5


2023, 12.30 -37,5°C)
WITA 2. Memonitor dan catat :
tanda dan gejala
Diagnosa hipotermia atau -
Keperawatan III hipertemia.
Hipotermia 3. Meningkatkan asupan O
berhubungandengan cairan dan nutrisiyang
imaturitas adekuat. :
termoregulasi dalam 4. Membedong bayi - S : 35,60C (memburuk)
tubuh segera setelah lahir - Menggigil Meningkat (1)
untuk mencegah - Kulit merah Meningkat (1)
kehilangan panas. - Akrosianosis Meningkat (1)
5. Menggunakan topi bayi - Konsumsi oksigen
untuk mencegah Meningkat (1)
kehilangan panas pada - Bayi sudah dibedong
bayi baru lahir. - Vasokonstriksi perifer
6. Menempatkan bayi baru cukup meningkat(2)
lahir di bawah - Bayi dirawat dalam
radiant warmer incubator (radiantwarmer)
8. Mempertahankan - Pucat Meningkat (1)
kelembaban inkubator - Takipnea Meningkat (1)
50% atau lebih untuk - Hipoksia Meningkat (1)
mengurangi kehilangan Suhu Tubuh Memburuk (1), Suhu
panas karena proses kulit Memburuk (1)
evaMengatur suhu - Pengisisan kapiler
inkubator sesuai memburuk (1)
kebutuhan.

40
9. Menghangatkan terlebih - Ventilasi cukup
dahulu bahan-bahan memburuk (2)
yang akan kontak
dengan bayi (mis. A : Masalah belum
Selimut, kain, teratasi
bedongan, stetoskop). P : Lanjutkan Intervensi 1-13
Mendemonstrasikan teknik
perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
porasi

41

Anda mungkin juga menyukai