Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

“Bayi Baru Lahir dengan Respiratory Distress


Syndrome (RDS)”

1. Efer Manuhury 2122027


2. Sri Amina Tukmul y 21212028
3. Intan Putri Yanti 21212030
4. Patta Nur Mildaniati 21212023
5. Devi Anjelina 21212029
1. DEFINISI RDS
 Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga
Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan
sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa
gestasi yang kurang (Mansjoer, 2002).
 Penyebab terbanyak dari angka kesakitan dan
kematian pada bayi premature adalah Respiratory
Distress Syndrome ( RDS ). Sekitar 5 -10%
didapatkan pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi
dengan berat 501-1500 gram (lemons et al,2001).
 Manifestasi Klinik
 1. Manifestasi klinis respirasi
 • Takipnea (lebih dari 60 x/menit)
 • Dispnea
 • Retraksi interkostal dan/atau substernal yang jelas
 • Krepitasi inspirasi halus
 • Grunt ekspirasi yang keras
 • Cuping hidung eksternal
 • Sianosis dan/atau palor
 2. Manifestasi ketika penyakit berkembang
 • Apnea
 • Flaksiditas
 • Tidak bergerak
 • Tidak berespons
 • Suara nafas berkurang
 • Bercak-bercak
 3. Manifestasi berhubungan dengan penyakit berat
 • Keadaan seperti syok
 • Penurunan retum jantung dan bradikardia
 • Tekanan darah sistemik rendah
Klasifikasi

 Sindrom aspirasi mekonium (Meconium Aspiration


Syndrom, MAS)
Biasanya muncul sebagai gawat pernapasan dan
sianosis segera setelah lahir. Pada radiografi dada
menunjukkan infiltrate kasar, konsolidasi yang tersebar
luas, dan daerah hiperaerasi.
 Hipertensi Pulmonar Persisten
Pada bayi baru lahir berkaitan dengan kegagalan
penurunan resistensi pembuluh darah pulmonary (yang
secara normal terjadi setelah lahir).
 Dysplasia Bronkopulmonar (Bronchopulmonary
Dysplasia, BPD)
 Adalah penyakit paru kronis pada bayi baru lahir yang
diobati dengan oksigen dan ventilasi mekanis tekanan
positif untuk gangguan paru primer.
 Etiologi
LANJUTAN……
 RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang
bulan, karena kurangnya produksi surfaktan.
Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan
minggu ke-22, makin muda usia kehamilan,
makin besar pula kemungkinan terjadi RDS.
Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi
surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia
perinatal, maternal diabetes, seksual sesaria..
 RDS merupakan penyebab utama kematian
bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi karena
ada kelainan di dalam atau diluar paru,
sehingga tindakan disesuaikan dengan
penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru
yang menunjukan sindrom ini adalah
pneumothoraks/ pneumomediastinum,
penyakit membran hialin (PMH), pneumonia,
aspirasi. Faktor-faktornya antara lain :
 Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, gravida emmpat atau
lebih, sosial ekonomi rendah maupun penyakit pembuluh darah
ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi,
penyakit diabetes mellitus, dan lain-lain.
 Faktor plasentatidak Faktor plasenta meliputi sulosio plasenta,
pendarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta
menempel pada tempatnya.
 Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir, kelainan kongenital pada neonaatus dan lain-lain.
 Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan
dan lain-lain.
Komplikasi

 Komplikasi jangka pendek


 Ruptur alveoli 
 Infeksi
 Perdarahan intrakranial dan leukomalicia
periventrikular
 Patent Ductus Arteriosus (PDA)
 Komplikasi Jangka Panjang
 Bronchuspolmonary Dysplasia (BPD)
 Retinopathy premature
Patofisiologi

 Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada


bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil
sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang
sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi
surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru
menjadi kaku.
 Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga
udara bagian distal menyebabkan edema interstisial dan
kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan
desquamasi dari epithel sel alveoli type II
Pemeriksaan Penunjang

 Tes hiperoksia dapat membantu membedakan


sianosis akibat kelainan jantung atau paru.
Pulse Oxymeter (oksimeter nadi) dapat
membantu apakah tes hiperoksia ini berguna.
Tes hiperoksia terdiri pengambilan data dasar
tentang analisis gas darah dari arteri radialis
dekstra (preduktal) pada bayi yang bernapas
dengan udara kamar yang diulang dengan
bernapas pada oksigen 100%.
PENATALAKSANAAN

 Pentalaksanaan pada gangguan nafas ringan (Sudarti dan


Endang Khoirunnisa, 2010) Gangguan nafas ringan pada
bayi yang mengalami gangguan nafas ringan disebut
Transient Tacypnea of the Newborn (TTN) yang biasanya
terjadi karena bedah sesar.
 Gangguan nafas sedang (Sudarti dan Endang
Khoirunnisa, 2010)
 Gangguan Napas Berat
 Semakin kecil bayi kemungkinan terjadi gangguan nafas
semakin sering dan semakin berat. Pada bayi kecil ( berat
lahir <2500 gram atau umur kehamilan <37 minggu)
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Klien
 Nama : By. I
 Tanggal lahir : 25 Oktober 2014
 Jenis Kelamin : Laki laki
 Berat Badan : 2400 gram
 APGAR : 4-6
B. Keluhan utama
C. Riwayat penyakit sekarang
D. Riwayat Persalinan
 Pemeriksaan fisik
1. Refleks
 Refleks moro
 Refleks menggenggam
 Refleks menghisap
 Refleks rooting
 Refleks babynsky
2. Tonus otot
3. Keadaan umum dan TTV
4. Kepala
5. Mata
6. Telinga
7. Hidung
8 . Mulut
Lanjutan…………..
9. Dada dan paru-paru
10. Jantung
11. Abdomen
12. Genitalia
13. Anus
14. Punggung
15. Ekstremitas
16. Kulit
17. Suhu
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan dan
ketidakstabilan alveolar)
 Hipotermia berhubungan dengan lingkungan yang
dingin
 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolar
Intervensi…………
 Intervensi segala pengobatan yang dikerjakan
oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan 25 penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
 Monitor Respirasi Monitor rata-rata irama,
kedalaman dan usaha untuk bernafas.
 Implementasi
• Keperawatan Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan
keperawatan yang pelaksanaannya berdasarkan rencana
keperawatan yang telah disesuaikan padalangkah sebelumnya
(intervensi).2.2.5

 Evaluasi Keperawatan
• Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam
asuhankeperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi
merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dan
berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana keperawatan

Anda mungkin juga menyukai