Anda di halaman 1dari 13

LUKA GANGREN

KELOMPOK 2
VHIO BLEGUR
C L A R I S TA E K A S U S A N A M A U N I N O
R I VA L D O E L I A S A N U
Definisi
• Gengren merupakan kematian sebuah jaringan yang disertai pembusukan. Selain itu,
kematian sel pada jaringan ini bersifat luas dan di sertai invasi kuman saprofit sehingga
menimbulkan pembusukan. Sel yang mengalami nekrotik adalah tempat terbaik bagi
kuman saprofit Clostridium tumbuh. Oleh karena itu gangrene hanya terjadi pada organ
atau jaringan tubuh yang berhubungan dengan dunia luar seperti kulit, lambung, usus
paru-paru dan serviks.

Etiologi
• Gangren terjadi akibat infeksi oleh bakteri klostridium, yang merupakan bakteri anaerob
( tumbuh bila tidak ada oksigen). Selama pertumbuhannya, klostridium menghasilkan
gas, sehingga infeksinya disebut gangren. Gas gengren biasanya terjadi di bagian tubuh
yang mengalami cedera atau pada luka operasi. Bakteri klostridium menghasilkan
berbagai racun, 4 diantaranya ( alfa, beta, epsilon, iota) menyebabkan gejala-gejala yang
bisa berakibat fatal.
Manifestasi klinis
• Menurut Smeltzer dan Bare (2013). Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan
pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu:
• a. pain ( nyeri)
• b. paleness ( kepucatan)
• c. paresthesia ( kesemutan )
• d. pulselessness ( denyut nadi hilang )
• e. paralysis ( lumpuh )
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul Gambaran klinis menurut pola dari
Fontaine:
a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas ( kesemutan )
b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
c. Stadium III : timbul nyeri saat istirahat
d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia ( ulkus)
Patofisiologi

Gangren diabetik merupakan dampak jangka lama arteriosclerosis dan emboli thrombus
kecil. Angiopati diabetik hampir selalu juga mengakibatkan neuropati prifer. Neuropati
diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik dan autonom yang masing-masing
memegang peranan pada terjadinya luka kaki. Paralisis otot kaki menyebabkan terjadinya
perubahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan
titik tekan baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus pada tempat itu.
Gangguan sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan
terhadap trauma sehingga penderita mengalami cedera tanpa disadari. Akibatnya, kalus
dapat berubah menjadi ulkus yang bila disertai dengan infeksi berkembang menjadi selutis
dan berakhir dengan gangrene.
Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit kering
dan mudah mengalami luka sukar sembuh.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai
b. pemberian anti agresasi trombosit jika diperlukan, hipolipidemik dan anti hiprtensi
c. bila dicurigai suatu gangren, segera diberikan anti biotik spektrum luas, meskipun untuk
menghancurkan klostrida hanya di perlukan penisilin
d. Dilakukan pengangkatan jaringan yang rusak. Kadang-kadang jika sirkulasi sangat jelek,
Sebagian atau seluruh anggota tubuh harus diamputasi untuk mencegah penyebaran infeksi.
e. Terapi oksigen bertekanan tinggi ( oksigen hiperbarik ) bisa juga digunakan untuk
mengobati gangren kulit yang luas.
f. Bersihkan luka di kulit dengan seksama
g. Waspada akan tanda-tanda terjadinya infeksi ( kemerahan, nyeri, keluarnya cairan,
pembengkakan ).
Lanjutan…….kg bunsin
2. Penataklasanaan keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan di tujukan terhadap ulkus antara lain dengan antibiotika
atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau
larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan permanganate 1500 mg dan
penutupan ulkus dengan steril.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. dentitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
suku/bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, ruangan, no.register, diagnosa
medis.
b. Riwayat penyakit
1) Keluhan utama
2)Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga
Diagnosis keperawatan
b. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi,
iskemia, neoplasma)
Berikut adalah urian masalah yang timbul bagi klien ulkus diabetikum dengan menggunakan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) :
a. Nyeri Akut (D.0077)
1) Definisi Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
2) Penyebab Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
3) Batasan karakteristik
a) Data Mayor
Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnosa nyeri akut antara lain:
(1) Mengeluh nyeri
(2) Tampak meringis
(3) Bersikap protektif
(4) Gelisah
(5) Frekuensi nadi meningkat
(6) Sulit tidur
Lanjutan…….

b) Data Minor Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnosa nyeri akut antara lain:
(1) Tekanan darah meningkat
(2) Pola nafas berubah
(3) Nafsu makan berubah
(4) Menarik diri
(5) Berfokus pada diri sendiri

4) Kondisi Klinis Terkait


a) Infeksi
Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
kelinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi keperawatan pada
kasus pneumonia berdasarkan buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia dan buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia
sebagai berikut
a. Nyeri akut (D.0077)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri (L.08066) menurun
Kriteria Hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun
6) Berfokus pada diri sendiri menurun
7) Tekanan darah membaik
8) Pola napas membaik
Intervensi Keperawatan : Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri. 46
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
6) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
7) Jelaskan strategi meredakan nyeri
8) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
9) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
10) pemberian analgetik
Implementasi sesuai dengan intervensi

Evaluasi keperawatan
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan mungukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi
dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan (Rahma, 2011).
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna
apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain.
Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai