Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIFE CARE TOTAL INTRAVENOUS

ANESTHESIA PADA An. F DENGAN NECROTISING FASCIITIS DI RUANG


INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSU AGHISNA MEDIKA KROYA

Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Laporan Kasus Praktik Klinik Stase Peminatan
Perioperatif Care Tahun Akademik 2023/2024

Disusun Oleh :
Nurul Anisah
Nomor Induk Mahasiswa A12020139

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2024

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa “Asuhan Keperawatan
General Anestesi Pada T.. H Dengan Apendisitis Di Ruang IBS (Instalasi Bedah
Sentral) RS Aghisna Medika Kroya”

Disusun oleh : Nurul Anisah


NIM : A12020139

Telah disetujui pada tanggal 20 Januari 2024

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Fajar Agung Nugroho, MNS Wahyu Koko Wijanarko,


A.Md.Kep., CAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan
meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan,
pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan
penanggulangan nyeri menahun. Pada prinsipnya dalam penatalaksanaan anestesi pada suatu
operasi terdapat beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari
persiapan mental dan fisik pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan persiapan
pada pada hari operasi. Sedangkan tahap penatalaksanaan anestesi terdiri dari premedikasi,
masa anestesi dan pemeliharaan, tahap pemulihan serta perawatan pasca anestesi.
Necrotizing fasciitis (NF) adalah infeksi langka jaringan lunak yang mengancam jiwa,
merupakan salah satu keadaan darurat medis dan bedah. Necrotizing fasciitis umumnya
dikenal sebagai penyakit pemakan daging atau sindrom bakteri pemakan daging, adalah
infeksi langka lapisan lebih dalam dari kulit dan jaringan subkutan dengan mudah menyebar
di fasia dalam jaringan subkutan. Saat infeksi ini menyebar di sepanjang lapisan jaringan
lemak yang mengelilingi otot, ia disebut NF, tetapi ketika penyakit menyebar ke jaringan
otot, disebut miositis nekrosis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas muncul sebuah rumusan masalah yang mengarah pada
“mengapa pasien necrotising fasciitis harus dilakukan debridement dengan general anestesi”
C. Ruang Lingkup
Dalam pembahasan kasus ini adalah mengenai asuhan keperawatan dan
penatalaksanaan anestesi umum (intubasi tracheal) pada An. F usia 13 tahun dengan tindakan
Debridement.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan perioperative pada
pasien pada kasus Necrotising fasciitis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pre operasi untuk kasus necrotising
fasciitis
b. Mahasiswa mampu membantu proses operasi pada kasus necrotising fasciitis
c. Mahasiswa mampu melakukan perawatan post operasi pada kasus necrotising
fasciitis
E. Manfaat
1. Bagi Individu
Dapat membandingkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan yang ada di
lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan praktek dirumah sakit Di
ruang IBS terkait debridement.
2. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan keperawatan
keperawatan perioperati, membantu untuk mendukung pelaksanaan meningkatkan
pelayanan operasi yang optimal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Temuan histologis yang khas pada fasciitis nekrotikans adalah nekrosis fasia superfisial
dengan trombosis pembuluh darah dan nanah. Kehadiran sel-sel inflamasi membedakan
fasciitis nekrotikans dari infeksi seperti mionekrosis klostridial.
B. Definisi
Necrotizing fasciitis adalah bagian dari infeksi kulit dan jaringan lunak agresif (SSTI) yang
menyebabkan nekrosis pada fasia otot dan jaringan subkutan. Infeksi biasanya menyebar
sepanjang bidang fasia, yang mempunyai suplai darah buruk. Awalnya, jaringan di atasnya
tidak terpengaruh, sehingga berpotensi menunda diagnosis dan intervensi bedah. Proses
infeksi dapat menyebar dengan cepat, menyebabkan infeksi pada fasia dan bidang perifasial
serta infeksi sekunder pada kulit, jaringan lunak, dan otot di atasnya dan di bawahnya.
C. Tanda dan Gejala
Gejala necrotising fasciitis ini menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit dan National Necrotizing Fasciitis Foundation dapat dikelompokkan menjadi tiga
tahapan yaitu gejala awal, gejala lanjutan dan gejala kritis.
1. Gejala awal necrotising fasciitis yang umumnya muncul dalam 24 jam antara lain:
a. Terjadi trauma kecil atau bukaan kulit lainnya, di mana luka tersebut tidak selalu
tampak seperti luka yang terinfeksi
b. Mengalami nyeri di area kulita yang mengalami cedera maupun di lokasi sekitar area
cedera di wilayah atau anggota tubuh yang sama
c. Mengalami rasa sakit yang awalnya seperti tarikan otot namun kemudian menjadi
semakin menyakitkan
d. Mengalami gejala yang mirip awal awal terkena flu, seperti diare, mual, demam,
kebingungan, pusing, lemas, dan rasa tidak enak badan secara umum
e. Mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi
f. Gejala gejala tersebut kemudian terasa semakin memburuk atau parah tanpa
diketahui jelas penyebabnya

2. Gejala lanjutan nicrotising fasciitis yang umumnya terjadi dalam 3–4 hari antara lain:
a. Terjadi atau mulai timbul bengkak pada bagian tungkai, atau area tubuh yang
mengalami nyeri dan bahkan mungkin menunjukkan ruam keunguan
b. Terdapat atau mulai muncul tanda hitam yang besar pada tungkai yang kemudian
akan menjadi lepuh berisi cairan kehitaman
c. Luka yang ada kemudian mulai tampak nekrotik dengan tampilan kebiruan, putih,
atau gelap, berbintik-bintik, dan bersisik
3. Gejala kritis necrotising fasciitis yang umumnya terjadi dalam 4–5 hari antara lain:
a. Tekanan darah akan mengalami penurunan secara drastis
b. Terjadi syok septik akibat racun yang dikeluarkan oleh bakteri yang menginfeksi
c. Mengalami pingsan atau ketidaksadaran karena tubuh menjadi terlalu lemah untuk
melawan infeksi
D. Patofisiologi
Penyebab necrotising fasciitis sendiri yait banyaknya jenis bakteri yang dapat menyebabkan
necrotizing fasciitis, di mana yang paling sering dan paling umum adalah Streptococcus grup
A. Bakteri Streptococcus grup A ini adalah bakteri yang sama yang menyebabkan radang
tenggorokan, infeksi kulit lain dan penyakit parah langka seperti sindrom syok toksik. Selain
Streptococcus grup A, bakteri lain yang juga dapat menyebabkan necrotising fasciitis yaitu
Klebsiella, Clostridium, Escherichia coli, dan beberapa bakteri berbasis air, seperti Vibrio
vulnificus. Bakteri bakteri ini diketahui dapat menyebabkan infeksi necrotising fasciitis
dengan masuk melalui kerusakan atau cedera pada kulit. Adapun cedera kulit yang dimaksud
termasuk luka atau goresan, gigitan serangga, luka bedah dan luka bakar.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan antara lain:
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Biopsi
4. Pemeriksaan histopatologik
F. Terapi
Terapi yang diberikan pada pasien dengan operasi debridement yaitu
1. Obat untuk anestesi : Propofol
2. Obat untuk premedikasi : Fentanyl
G. Fokus Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji menurut Doenges, (2009) adalah :
1. Demografi Biodata
Umur : Biasanya terjadi pada usia anak-anak - remaja
Jenis kelamin : wanita > laki-laki
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Nyeri telapak kaki
3. Riwayat kesehatan sekarang
Nyeri telapak kaki
4. Riwayat kesehatan dahulu
-
5. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
6. Aktivitas / istirahat
Gejala : kerja, aktivitas yang melibatkan banyak gerakan kaki.
7. Sirkulas
Tanda : klien tidak merasa sesak napas
8. Makanan / cairan
Gejala : nafsu makan normal, tidak ada penurunan berat badan.
9. Integritas ego
Gejala : Stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stress akut tentang
diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.
10. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri telapak kaki
Tanda : adanya luka dibagian telapak kaki kiri dan benjolan
H. Intervensi Keperawatan
1. Pre Anestesi
a. Diagnosa : Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
1) Tujuan : Nyeri menurun
2) Kriteria Hasil
 Keluhan nyeri menurun
 Gelisah menurun
3) Rencana Intervensi
 Mengkaji tingkat nyeri, durasi, lokasi dan intensitas
 Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
 Memberikan posisi nyaman pada pasien
 Mengobservasi tanda-tanda vital
 Mengkolaborasi pemberian analgetik

b. Diagnosa : Ansietas b.d stressor operasi


1) Tujuan : Ansietas berkurang
2) Kriteria Hasil
 Perilaku gelisah menurun
 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dialami menurun
 Kontak mata membaik
3) Rencana Intervensi
 Identifikasi tingkat ansietas
 Identifikasi kemampuanmengambil keputusan
 Monitor tanda-tanda ansietas
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Jelaskan prosedur termasuk asensi yang mungkin dialami
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien

2. Intra Anestesi
a. Diagnosa : Pola nafas tidak efektif b.d efek obat anestesi
1) Tujuan : Frekuensi nafas normal
2) Kriteria Hasil
 Frekuensi napas normal
 Saturasi oksigen normal
 Jalan napas paten
3) Rencana Intervensi
 Monitor TTV
 Memonitor saturasi oksigen
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan
3. Post Anestesi
a. Diagnosa : Risiko jatuh b.d post operative status
1) Tujuan : Risiko jatuh tidak terjadi

2) Kriteria Hasil
 Pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan
 Steward score >5 boleh keluar dari RR
3) Rencana Intervensi
 Monitoring TTV
 Kunci pembatas bed pasien
 Pantau penilaian Steward score
 Edukasi pasien dan keluarga pasien tentang resiko jatuh saat post operasi1.
karena masih dalam pengaruh obat bius.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Pre Operasi

Hari/tanggal : 04 Januari 2024

Jam : 14.00 WIB

Tempat : IBS RSU Aghisna Medika Kroya

Rencana tindakan : Debridement


1. Identitas Pasien

Nama (Inisial) : An. F

Umur : 13 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Alamat : Karangtawang 1/2, Cilacap

No RM : 0-11-42-64

Diagosa pre operasi : Necrotising fasciitis

Tindakan operasi : Debridement

Tanggal operasi : 04 Januari 2024

Dokter bedah : dr. Kiki Rizkia, Sp.B


Dokter anestesi : dr. Hakim, Sp.An

Lama Operasi : 15.00-15.30 WIB

Lama Anestesi : 14.50-15.30 WIB


2. Identitas Penanggungjawab

Nama : Tn. S

Umur : 49 tahun

Pekerjaan : Petani

Hubungan dengan pasien : Suami


3. Anamnesa
a. Keluhan utama

Nyeri telapak kaki


b. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IGD RSU Aghisna Medika Kroya pada pukul 08.50 pagi, Klien
mengatakan nyeri pada bagian telapak kaki kiri seperti ditusuk-tusuk, dengan skala
nyeri 5 secara terus menerus dan bertambah apabila bergerak. Klien merasa seperti
tertusuk suatu benda.
c. Riwayat penyakit dahulu

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dahulu

d. Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit seperti Jantung,


Diabetes Melitus maupun penyakit menular lainnya.
4. Keadaan Pra Bedah
BB : 42 Kg
TB : 145 cm
IMT : 20 Kg/m2 (normal)
Tekanan Darah : 115/75 mmHg
Nadi : 107x/menit
Hb : 13.6 mg/dl
5. Pemeriksaan Fisik
a. Breath
- RR 20x/menit
- Tidak ada sumbatan jalan nafas
- Pasien tidak mengalami sesak nafas
- Suara nafas vesikuler
- Tidak ada cuping hidung
- Tidak ada retraksi dada
b. Blood

- TD : 115/75 mmHg
- Nadi : 107 x/menit
- Hasil EKG : -
c. Brain
- Kesadaran : CM
- GCS : 15 E4V5M6
d. Bladder

Produksi urin : Tidak terkaji


e. Bowel
- Tidak ada pembesaran hepar
- Terdengar bising usus 12x/menit
f. Bone
- Tidak ada kaku kuduk
- Tidak ada fraktur
- Tidak ada kelainan tulang belakang
- Terdapat nyeri bagian telapak kaki kiri
6. Psikologis
- Klien mengatakan cemas dan khawatir dengan pembiusan
- Klien terlihat gelisah
7. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorium: tanggal 27 Desember 2023

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Glukosa sewaktu 88 70 – 200 mg/dl
CT/Masa pembekuan 2.45 2 – 6 menit
Hemoglobin 13.6 11.7 - 15.5 mg/dl
Eritrosit 4.69 3.8 - 5.2 juta/L
Leukosit 6.1 3.6 - 11.0 rb/ul
Trombosit 229 150 - 440 rb/ul
Hematokrit 41.6 35 - 47%
MCV 88.7 80 - 100 fL
MCH 29.1 26 - 34 pg
MCHC 32.8 31 - 35 g/dl
RDW-CV 12.9 10 - 15%
Eosinofil 0 0 - 1%
Basofil 0 0 - 1%
Limfosit 42 25 - 40%
Neutrofil 51 25 - 60%
Monosit 7 1 - 6%
BT/Masa Pendarahan 1.32 1 – 3 menit
Golongan darah B+ -
HbsAg Neg Negatif
atif
8. Diagnosis Anestesi

Klien berusia 13 tahun dengan diagnosa medis Necrotising fasciitis akan


dilakukan tindakan debridement dengan status fisik ASA 1 dengan Total Intra Venous
Anesthesia (TIVA)
B. Persiapan penatalaksanaan anestesi
1. Persiapan Pasien
a. Pasien tiba di IBS pukul 14.30 WIB dilakukan serah terima dengan petugas ruangan,
memeriksa status pasien termasuk informed consent, cairan yang sudah masuk Ringer
Lactat 500 ml, puasa 6 jam, tidak ada hipertensi dan tidak ada alergi obat
2. Persiapan Alat
a. Persiapan alat general anestesi, yang dipersiapkan: Nasal canul, obat-obat
premedikasi Fentanyl 50 mcg dan obat induksi Propofol 100 mg
b. Persiapan bedside monitor yaitu tekanan darah, nadi, pulse oxymetri
c. Siapkan lembar laporan durante anestesi
3. Persiapan obat
a. Obat untuk Premedikasi
Fentanyl 25 mcg
b. Obat induksi
Propofol 100 mg
c. Obat Analgetik
-
d. Obat Anti Emetik
-
e. Cairan infuse
Infus RL 500 ml
C. Pengkajian Durante Anestesi
Anestesi mulai : Pukul 14.50 WIB
Anestesi selesai : Pukul 15.30 WIB
Operasi mulai : Pukul 15.00 WIB
Operasi Selesai : Pukul 15.30 WIB
Gas :-
Jumlah perdarahan : 3 kassa
Tabel Monitoring Intra Anestesi

No. Waktu TD HR SpO2 Tindakan


1. 14.50 115/75 95x/menit 100% Pemasangan
mmHg monitoring tekanan
darah dan saturasi
oksigen
2. 14.55 126/91 96x/menit 100% Diberikan
mmHg premedikasi Fentanyl
100 mcg, induksi
Propofol 100 mg
melalui infus (TIVA)
3. 15.00 130/70 100x/menit 100% Debridement
mmHg
4. 15.15 132/80 96/menit 97% -
mmHg
5. 15.20 120/70 98x/menit 100% Selesai
mmHg operasi,monitor
kesadaran klien
6. 15.25 120/80 95x/menit 100% Pindah ke ruang RR
mmHg
7. 15.30 - 90x/menit 100% Pindah ke ruang
perawatan

D. Pengkajian Post Anestesi


Masuk RR pukul 15.15 WIB
Kesadaran : CM
Aldrete score : 9
A : clear
B : vesikuler, spontan
C : 120/80 mmHg, 99%, 90x/menit
D : GCS apatis
Skala morse : risiko sedang
ANALISA DATA
Data Masalah Penyebab
PRE ANASTESI
DS : Nyeri Akut Agen pencedera fisiologis
- Klien mengatakan nyeri
pada telapak kaki
- Klien mengatakan merasa
tertusuk suatu benda

DO :
-Klien tampak menahan nyeri
P: nyeri bertambah apabila
bergerak
Q: seperti ditusuk-tusuk
R: dibagian telapak kaki kiri
S: skala 5
T: terus menerus

DS: Ansietas Stressor operasi


-Klien mengatakan cemas
dan khawatir akan dibius

DO:
-Klien tampak gelisah
INTRA ANASTESI
DS : - Pola nafas tidak efektif Efek obat anestesi

DO ;
- Hb : 13.6
- Pasien tampak pucat
- TD 126/91 mmHg
- N 96 x/mnt
- SpO2 97 %
- RR 17 x/mnt
- Terpasang infus RL
500 ml
POST ANASTESI
DS : - Risiko jatuh Post operative status

DO ;
-Klien tekanan darahnya TD
120/80 mmHg
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH
1. Pre anastesi
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Ansietas b.d stressor operasi
2. Durante anastesi
a. Pola nafas tidak efektif b.d efek obat anestesi
3. Post anastesi
a. Risiko jatuh b.d post operative status
PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Pre Anestesi
Nyeri Akut b.d Agen Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024
pecedera fisiologis Pukul 14.50 Pukul 14.50 Pukul 14.50 Pukul 14.50
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat nyeri, 1. Mengkaji tingkat S:-
keperawatan selama 1 jam, durasi, lokasi dan nyeri, durasi, lokasi O : - Klien tampak meringis
Nyeri Akut teratasi dengan intensitas dan intensitas nyeri A : Masalah keperawatan
kriteria hasil : 2. Ajarkan teknik 2. Mengajarkan teknik nyeri akut belum teratasi
1. Keluhan nyeri relaksasi nafas dalam relaksasi nafas dalam P : Lanjutkan intervensi
menurun 3. Berikan posisi nyaman 3. Memberikan posisi
2. Gelisah menurun -Observasi TTV di ruang
pada pasien yang nyaman
operasi
4. Observasi tanda-tanda 4. Mengobsetvasi tanda-
vital tanda vital
5. Kolaborasi pemberian
analgetik
Ansietas b.d stressor Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024
operasi Pukul 14.55 Pukul 14.55 Pukul 14.55 Pukul 14.55
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tingkat 1. Mengidentifikasi S : - Klien mengatakan
keperawatan selama 1 jam, ansietas tingkat ansietas sudah agak tenang
Ansietas teratasi dengan 2. Identifikasi 2. Mengidentifikasi O : - Klien tampak gelisah
kriteria hasil : kemampuanmengambil kemampuanmengambil A : Masalah keperawatan
1. Perilaku gelisah keputusan keputusan ansietas teratasi
menurun 3. Monitor tanda-tanda 3. Memonitor tanda-tanda
P : Hentikan intervensi
2. Verbalisasi khawatir ansietas ansietas
akibat kondisi yang 4. Ciptakan suasana 4. Menciptakan suasana
dialami menurun terapeutik untuk terapeutik untuk
3. Kontak mata menumbuhkan menumbuhkan
membaik kepercayaan kepercayaan
5. Gunakan pendekatan 5. Melakukan pendekatan
yang tenang dan yang tenang dan
meyakinkan meyakinkan
6. Jelaskan prosedur 6. Menjelaskan prosedur
termasuk asensi yang termasuk asensi yang
mungkin dialami mungkin dialami
7. Anjurkan keluarga 7. Menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama untuk tetap bersama
pasien pasien
Intra Anestesi
Pola nafas tidak Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024
efektif b.d efek obat Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00
anestesi Setelah dilakukan Tindakan 1. Monitor TTV 1. Memonitor TTV S:-
keperawatan selama 5 menit 2. Memonitor saturasi 2. Memonitor saturasi O : - Pasien tidak sadar
diharapkan pola napas oksigen oksigen - TD : 130/70 mmHg
menjadi efektif dengan 3. Berikan oksigen sesuai 3. Memberikan oksigen
- HR : 100 x/menit
kriteria hasil : kebutuhan sesuai kebutuhan
- Terpasang infus
1. Frekuensi napas
- SPO2 : 100 %
normal
2. Saturasi oksigen A : Masalah keperawatan
normal pola nafas tidak efektif
3. Jalan napas paten teratasi
P : Hentikan intervensi
Post Anestesi
Risiko jatuh b.d post Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024 Kamis, 04 Januari 2024
operative status Pukul 15.30 Pukul 15.30 Pukul 15.30 Pukul 15.30
Setelah dilakukan tindakan Memonitoring TTV S:-
keperawatan anestesi 1. Monitoring TTV 1. Mengkunci pembatas O : - TD : 120/80 mmHg
selama post anestesi 2. Kunci pembatas bed bed pasien - N : 90x/menit
diharapkan masalah resiko pasien 2. Memantau penilaian - SPO2 : 100%
jatuh tidak terjadi dengan 3. Pantau penilaian Steward score - Steward score : 3
kriteria hasil: Steward score 3. Memberikan edukasi A : Masalah keperawatan
1. Pasien dapat 4. Edukasi pasien dan pasien dan keluarga risiko jatuh teratasi
dipindahkan ke keluarga pasien pasien tentang resiko
tentang resiko jatuh P : Hentikan intervensi
ruang perawatan jatuh saat post operasi1.
2. Steward score >5 saat post operasi1. karena masih dalam
boleh keluar dari RR karena masih dalam pengaruh obat bius
pengaruh obat bius.
KESIMPULAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Peri Anestesi pada An. F didapatkan masalah
keperawatan yang muncul, antara lain:
4. Pre anastesi
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis teratasi sebagain
b. Ansietas b.d stressor operasi teratasi
5. Durante anastesi
a. Pola nafas tidak efektif b.d efek obat anestesi
6. Post anastesi
a. Risiko jatuh b.d post operative status
Untuk masalah keperawatan Peri Anestesi yang masih teratasi sebagian diperlukan
implementasi lanjutan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah direncanakan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Efek dari Total Intravenous Anesthesia salah satunya adalah patah jarum, rasa terbakar
pada injeksi, rasa sakit pada injeksi, parastesi, trismus, hematoma, infeksi, udema, bibir tergigit,
lesi intra oral, dll. Komplikasi dapat dicegah jika melakukan anestesi lokal dengan hati – hati
dan memahami dengan baik tentang anestesi, tetapi apabila komplikasi terjadi, harus cepat
diatasi dengan baik agar tidak terjadi komplikasi yang berkepanjangan. TIVA dalam anestesi
umum digunakan untuk mencapai 4 komponen penting dalam anestesi yaitu ketidaksadaran,
analgesia, amnesia dan relaksasi otot. Namun tidak ada satupun obat tunggal yang dapat
memenuhi kriteria di atas, sehingga diperlukan pemberian kombinasi dari beberapa obat untuk
mencapai efek yang diinginkan tersebut. Jika diberikan secara bolus intermitent untuk
memenuhi kedalaman anestesi yang diinginkan akan terjadi fluktuasi konsentrasi obat.
Sedangkan pada metode infus kontinyu dapat mengurangi terjadinya fluktuasi konsentrasi obat
ini dan juga dapat mencegah terjadinya kekurangan ataupun kelebihan dosis selama pemberian.
Keuntungan lainnya berupa stabilitas hemodinamik yang lebih baik, mengurangi penggunaan
obat-obatan reversal, dan support ventilasi post operatif, mengurangi efek samping obat dan
menurunkan dosis total obat hingga 25-30% dari pada pemberian secara bolus. Dikarenakan
obat anestesi intra vena modern memiliki efek farmakologik yang dalam dan berdurasi kerja
singkat, kerap diperlukan penambahan dosis obat secara bolus untuk memenuhi kebutuhan
efek anestesinya dalam mengatasi variasi intensitas stimuli noksius yang diterima selama
pembedahan. Efek pada sistem organ antara lain :
A. Kardiovaskuler.
Propofol menghambat aktivitas simpatis vasokonstriktor sehingga menurunkan
resistensi pembuluh darah perifer, preload dan kontraktilitas otot jantung yang akhirnya
akan menurunkan tekanan darah arteri. Hipotensi yang terjadi saat induksi biasanya akan
pulih akibat dari stimulasi laringoskopi dan intubasi. Hipotensi pada iduksi propofol
dipengaruhi oleh dosis yang besar, kecepatan injeksi dan usia tua. Propofol secara nyata
mempengaruhi barorefl eks arterial terhadap hipotensi. Perubahan pada denyut jantung
dan cardiac output biasanya hanya sementara dan tidak bermakna pada pasien yang
sehat, tetapi dapat diperparah pada pasien lansia, konsumsi β-adrenergic blockers atau
pada pasien dengan gangguan fungsi ventilasi.
B. Respirasi
Pada dosis induksi propofol menekan secara dalam fungsi pernafasan hingga
menyebabkan apnea. Meski hanya dengan dosis sub anestetik propofol menghambat
respon normal terhadap hiperkarbia. Propofol menekan refl eks jalan nafas atas
melebihi thiopental sehingga tindakan intubasi, endoskopi dan pemasangan LMA dapat
dilakukan tanpa blokade neuromuskular.4,7 Walaupun melepaskan histamin, timbulnya
wheezing pada pasien ashma yang diinduksi dengan propofol jarang terjadi.
C. Otak
Propofol menurunkan CBF, cerebral metabolit rate dan tekanan intra kranial.
Ketika dosis besar diberikan, efek penurunan tekanan darah sistemik yang nyata dapat
menurunkan CPP. Autoregulasi pembuluh darah otak dalam merespon perubahan
tekanan darah arteri dan reaksi CBF terhadap perubahan tekanan CO2 tidak mengalami
perubahan. Propofol memiliki kemampuan yang sama dengan thiopental sebagai
protektor otak terhadap fokal iskemia. Induksi propofol dapat disertai dengan fenomena
eksitasi seperti kedutan otot, gerakan spontan, ophisthotonus dan cegukan. Propofol
mempunyai efek anti konvulsan dan dapat digunakan untuk mengatasi keadaan status
epileptikus
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pelaksanaan asuhan kepenataan anestesi pada An. F dengan Necrositing
fasciitis di Intalasi Bedah Sentral RS Aghisna Medika Kroya, dapat disimpulkan:
a. Pengkajian

Saat dilakukan pengkajian ditemukan data- data sesuai dengan penyakit pasien
yaitu necrositing fasciitis dan nantinya data tersebut akan menjadi dasar bagi
penulis untuk menegakkan diagnosa dalam melakukan tindakan keperawatan.
b. Diagnosa Berdasarkan data yang didapat, ditemukan 4 diagnosa pada kasus
necrotising fasciitis
1. Pre anastesi
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Ansietas b.d stressor operasi
2. Durante anastesi
a. Pola nafas tidak efektif b.d efek obat anestesi
3. Post anastesi
a. Risiko jatuh b.d post operative status

c. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dilakukan mengacu kepada diagnosa yang ditegakkan dan dibuat
sesuai pada buku rencana asuhan keperawatan dapat berupa tindakan mandiri
maupun tindakan kolaborasi.
d. Implementasi

Implementasi yang dilakukan secara kontinue dilakukan di Ruang Perawatan.

e. Evaluasi
Evaluasi dapat berupa respon verbal, respon non verbal dan hasil
pemeriksaan.Tidak semua masalah dapat teratasi, karena adanya keterbatasan waktu
bagi penulis untuk melakukan Asuhan Keperawatan dan keadaan klien yang sudah
membaik seutuhnya.
B. SARAN

a. Bagi Institusi

Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan daftar pustaka bagi Mahasiswi
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gombong dalam menerapkan ilmu dan
asuhan kepenataan anetesi Debridement.
b. Bagi Penata Anestesi

Diharapkan bagi penata anestesi untuk menerapkan asuhan kepenataan anestesi


Debridement.
c. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menjadi koreksi dan pedoman bagi penulis tentang asuhan
kepenataan anestesi Debridement.

Anda mungkin juga menyukai