LAPORAN PENDAHULUAN
APENDIKTOMI DI RUANG JASMINE
RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CIKARANG
Disusun Oleh:
Muhammad Habil Ismail
011520014
1. Pengertian
2. Penyebab
7. Penatalaksanaan medis
Kontrol nyeri sangat penting pada pasien post operasi, nyeri yang
dibebaskan dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan
dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan
kesesuaian analgesik harus digunakan untuk memastikan bahwa nyeri
pasien post operasi dapat dibebaskan (Smeltzer&Bare, 2013).
Tujuan keseluruhan dalam pengelolaan nyeri adalah mengurangi
nyeri sebesar-besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil.
Dampak nyeri post operasi akan meningkatkan stress. Dalam pengelolaan
nyeri biasanya digunakan dua manajemen, yaitu manajemen farmakologi
dan nonfarmakologi (Tamsuri, 2007).
1. Agen Farmakologis
Manajemen farmakologi atau dengan obat-obatan
adalah bentuk pengendalian yang sering digunakan. Obat-obatan
diantaranya yaitu analgesik, macam anagesik dibagi menjadi dua
yaitu analgesik ringan yang diantaranya adalah aspirin atau
salisilat, parasetamol dan NSAID, sedangkan analgesik kuat antara
lain adalah morfin, petidin, metadon (Tamsuri, 2007).
Pengelolaan nyeri dengan obat-obatan analgesik sangat
mudadiberikan, namun banyak yang tidak puas dengan pemberian
jangka panjang untuk nyeri. Situasi ini mendorong berkembangnya
metode nonfarmakologik untuk mengatasi nyeri. Sedangkan
pengelolaan secara nonfarmakologik yaitu berupa teknik distraksi
antara lain distraksi visual distraksi pernafasan, distraksi
intelektual dan imajinasi terbimbing. Sedangkan teknik relaksasi
antara lain nafas dalam, meditasi, pijatan, musik dan aroma terapi
dan teknik stimulasi kulit yang digunakan adalah kompres dingin
atau kompres hangat (Tamsuri, 2007).
2. Agen Non-Farmakologis
Adapun pengelolaan intensitas nyeri pasien post operasi apendisitis
meliputi latihan nafas dalam, pemberian analgesik dan lingkungan
7
yang nyaman (Tamsuri, 2007). Penatalaksanan nyeri secara
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri terdiri dari beberapa
teknik diantaranya adalah :
8
a) Distraksi,
Distraksi adalah metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien lupa
terhadap nyeri yang dialami klien, misalnya pada klien post
apendiktomi mungkin tidak merasakan nyeri saat perawat
mengajaknya bercerita tentang hobbinya. Teknik Relaksasi,
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam
menurunkan nyeri post operasi.
b) Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen
dengan frekuansi lambat, berirama. Klien dapat memejamkan
matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang
konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan
lambat bersama
BAB II
A. PENGKAJIAN
a. Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembu
kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi
3) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
1) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva
anemis.
2) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD
>110/70mmHg; hipertermi.
3) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak
ada ronchi, whezing, stridor.
4) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya
infeksi dan pendarahan.
5) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta
tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.
6) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan
penyakit.
10
B. Diagnosis
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama yang
dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologi (inflamasi appendicitis).(D.0077)
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik(Prosedur oprasi). (D.0077)
c) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada appendicitis).
(D.0130)
d) Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan
cairan secara aktif (muntah). (D.0034)
e) Resiko hipovolemia ditandai dengan efek agen farmakologis (D.0034)
f) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
g) Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142).
13
C. Intervensi
dengan benar.
19
2.9 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi.
2.10 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan.
Kolaborasi :
2.11 Kolaborasi
pemberian imunisasi
jika perlu.
20
Daftar pustaka
Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar- Ruzz
Media.
Asmad (2012). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA.
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC.
David, A. (2009). Pustaka Kesehatan Populer Saluran Pencernaan (Vol. 4). Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.
Kozier, B., & Erb, G. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran : EGC..