PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari
bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking
Walaupun apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun paling sering terjadi
pada remaja dan dewasa muda (Price, Sylvia Anderson, 2006).Appendiks adalah
ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne, C., 2001).
Apendisitis (umbai cacing) atau usus buntu adalah organ yang tidak di ketahui
suatu radang yang terjadi pada apendiks, yang terletak pada kuadran bawah kanan
dari rongga abdomen, dan bagian inferior dari sekum. Apendisitis akut adalah akut
Peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks) ini,
apabila hal ini tidak mendapatkan tindakan, dapat mengakibatkan pernanahan. Bila
infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah dan terjadi perforasi atau
Peran perawat dalam memberi askep pada klien post appendictomy yaitu
preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka
dengan teknik aseptik dan antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan
dan menganjurkan klien untuk mematuhi terapi, serta upaya rehabilitatif meliputi
perawatan luka di rumah dan menganjurkan klien meneruskan terapi yang telah
diberikan.
dan menganjurkan klien untuk mematuhi terapi, serta upaya rehabilitatif meliputi
perawatan luka di rumah dan menganjurkan klien meneruskan terapi yang telah
diberikan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan panglat dan golongan aparatur
2. Tujun Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Pre dan Post Apendiktomi
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang “Asuhan
D. Metode Penulisan
E. Sistematika Penulisan
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORISTIS
I. Konsep Dasar
A. Definisi
berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena
kantung yang non fungsional dan terletak di bagian inferior sekum. Penyebab
paling umum dari apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses, yang akhirnya
B. Etiologi
pada lumen disebabkan oleh fekalit, hipertrofi limfoid, barium kering, biji
atau cacing usus. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah
et.al, 2002)
C. Patofisiologi
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut
2. Manifestasi Klinis
Pada kasus apendiksitis akut klasik, gejala awal adalah nyeri atau rasa tidak
enak di sekitar umbilikus. Gejala ini umunya berlangsung lebih dari satu atau
dua hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dengan
disertai oleh anoreksia, mual, dan muntah. Dapat juga terjadi nyeri tekan di
sekitar titik Mc Burney. Kemudian, dapat timbul spasme otot dan nyeri tekan
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual,
muntah, dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney
bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi nyeri bila
tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan
apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnta infeksi
a. Tanda awal
Nyeri rangsang peritonium tidak langsung meliputi nyeri kanan bawah pada
tekanan kiri (Rovsing), nyeri tekanan bawah bila tekanan di sebelah kiri
nafas dalam berjalan, batuk, atau mengedan. (Brunner dan Suddarth, 2002)
c. Komplikasi
sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Peforasi secara
D. Penatalaksanaan Medis
1. Pra Operatif
a. Observasi
Dalam 8 – 12 jam setelah kaluhan tanda dan gejala apendiksitis seringkali masih
belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat perlu di lakukan. Pasien diminta
abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah di ulang secara periodik, foto
thoraks dan abdomen dilakukan untuk mencari kemungkinan ada penyulit lain.
2. Pasca Operasi
pasien dalam posisi semi fowler. Posisi ini mengurangi tegangan pada insisi dan
organ abdomen. Pasien di katakan baik apabila dalam 12 jam tidak terjadi
gangguan. Pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada
perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal.
Berikan minum mulai dari 15 ml/jam selama 4 - 5 jam lalu naikan menjadi 30
ml/jam. Keesokan hari nya di berikan makanan saring, dan hari berikutnya di
berikan makanan lunak. Satu hari pasca operasi di anjurakan untuk duduk
tegak di tempat tidur selama 2x30 menit. Pada hari berikutnya pasien boleh
berdiri dan duduk di luar kamar. Pada hari ke 5 atau 7 jahitan dapat di buka di
E. Pemeriksaan Diagnostik
5.000-10.000/mm3
mungkin ada.
1999)
A. Pengkajian
b. SirkulasiTanda : Takikardia
Burney. Mc. Burney (setengah jarak antara umbilikus dan tulang ileum
kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau posisi duduk
pembentukan abses.
Diagnosa I
peritonitis
aseptik
Diagnosa II
intra vaskuler
kapiler
Diagnosa III
1. Intervensi: Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik beratnya (skala 0-
penyembuhan
abdomen
Diagnosa IV
periodik
perasaan sehat
D. Pelaksanaan Keperawatan
perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan
interdependen.
secara wajar.
kesehatan, dll.
3. Rujukan / ketergantungan
dipercaya.
saat ini, perawat meninjau ulang sumber – sumber sambil berkonsultasi dan
hal. 21)
E. Evaluasi Keperawatan
diharapkan.
keperawatan.
diikuti oleh perawat, antara lain: mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria
diinginkan.
yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari
3. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien.
hasil.
dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria
tindakan dilakukan.
appendiktomi adalah :
1. Tidak terjadi infeksi dan menunjukkan proses penyembuhan
potensi komplikasi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang
paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual
dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke
perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita
merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di
daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri
dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa
menyebabkan syok.
menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang
abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan
B. Saran
Daftar Pustaka
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta:
EGC
KedokteranEGC.
FKUI.
Jakarta :MediaAesculapius.
2 .Jakarta : EGC.
EGC.