Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus
besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut
kuadran kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya.

Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi. Walaupun apendisitis
dapat terjadi pada setiap usia, namun paling sering terjadi pada remaja dan dewasa muda (Price,
Sylvia Anderson, 2006).
Appendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat
pada sekum tepat di bawah katup ileosekal (Smeltzer, Suzanne, C., 2001).

Appendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-
laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30
tahun (Mansjoer, 2000).

Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan sesegera mungkin


untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne, C., 2001).

Apendisitis (umbai cacing) atau usus buntu adalah organ yang tidak di ketahui fungsinya,
apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjang kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm) dan
berpangkal di sekum (Sjamsyuhidajat, 2004).

Dari beberapa definisi maka dapat disimpulkan bahwa apendiksitis adalah suatu radang yang
terjadi pada apendiks, yang terletak pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen, dan bagian
inferior dari sekum.

Apendisitis akut adalah akut abdomen yang memerlukan pembedahan segera. Menurut data yang
diperoleh dari Ruang Cendana I Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto Jakarta
diperoleh data bahwa dari bulan Agustus 2009 sampai dengan Januari 2010, menunjukkan
jumlah pasien yang dirawat 429 kasus. 86 diantaranya adalah kasus apendiksitis. Dari
perbandingan diatas terdapat 20,05 % kasus apendiks yang ada di ruang Cendana I dan
menempati urutan kelima setelah DHF.

Peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks) ini, apabila hal ini tidak
mendapatkan tindakan, dapat mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus
buntu itu bisa pecah dan terjadi perforasi atau menginfeksi organ abdomen lainnya (peritonitis)
yang dapat menyebabkan kematian akibat syok sepsis.

Peran perawat dalam memberi askep pada klien post appendictomy yaitu melalui upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif meliputi pemberian pendidikan
kesehatan tentang penyakit apendisitis, upaya preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post op
dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik, upaya kuratif meliputi
pemberian pengobatan dan menganjurkan klien untuk mematuhi terapi, serta upaya rehabilitatif
meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan klien meneruskan terapi yang telah
diberikan.

Teknik aseptik dan antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan menganjurkan
klien untuk mematuhi terapi, serta upaya rehabilitatif meliputi perawatan luka di rumah dan
menganjurkan klien meneruskan terapi yang telah diberikan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan post appendiktomi dengan pendekatan proses
keperawatan

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Metodelogi yang berjudul asuhan
keperawatan klien Appendiktomi.
2. Tujun Khusus
Diharapkan mahasiswa/i mampu :
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Ny S dengan Pre dan Post Apendiktomi
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang Metodologi Keperawatan, Asuhan
Keperawatan klien dengan Pre dan Post Apendiktomi
c. Agar mahasiswa mengerti pengertian Apendiktomi
d. Agar mahasiswa mengerti tentang Asuhan Keperawatan Pre dan Post Apendiktomi
e. Agar mahasiswa mengerti, memahami dan dapat mengaplikasikan Asuhan Keperawatan dengan
Pre dan Post Apensiktomi

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang Asuhan Keperawatan
Klien Pre dan Post Apendiktomi

D. Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan kelompok adalah menggunakan studi kepustakaan dengan
mengambil refrensi dari buku-buku, sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang
digunakan.

E. Sistematika Penulisan
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I.PENDAHULUAN yang terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN KASUS yang terdiri dari : Definisi, Asuhan Keperawatan Klien dengan Pre
dan Post Apendiktomi .
BAB III TINJAUAN KASUS terdiri dari: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan
keperawatan, evaluasi keperawatan
BAB IV PENUTUP terdiri dari : kesimpulan dan saran
Daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN TEORISTIS
I. Konsep Dasar
A. Definisi
Apendiksitis adalah ujung seperti jari-jari kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci) melekat pada
sekum tepat dibawah katup eleosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara
teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks
cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (apendisitis). (Brunner and
suddarth, 2002).

Apendiksitis merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm),
dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.
Namun pada bayi, appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah
ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden appendisitis pada usia
tersebut. (Arif Muttaqin, Kumala Sari, 2009)

Apendiksitis merupakan inflamasi apendiks, suatu bagian seperti kantung yang non fungsional
dan terletak di bagian inferior sekum. Penyebab paling umum dari apendisitis adalah obstruksi
lumen oleh feses, yang akhirnya merusak suplai darah dan merobek mukosa yang menyebabkan
inflamasi. Komplikasi utama berhubungan dengan apendisitis adalah peritonitis, yang dapat
terjadi bila apendiks ruptur (Ester, Monica, 2002).

Appendectomy adalah pengangkatan apendiks terinflamasi dapat dilakukan oleh pasien rawat
jalan dengan menggunakan pendekatan endoskopi, namun karena adanya perlengketan multipel,
posisi retriperitoneal dari apendiks, atau robek perlu dilakukan prosedur pembukaan
(tradisional). (Marilynn E Doenges 2002)
B. Etiologi
Apendiksitis merupakan infeksi bakteri. Faktor pencetusnya yaitu sumbatan pada lumen
disebabkan oleh fekalit, hipertrofi limfoid, barium kering, biji atau cacing usus. Penyebab lain
yang diduga menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.
Histolytica. (Syamsuhidayat, et.al, 2002)

C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama
mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang
tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus
yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan
aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritonium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini
disebut dengan appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis
gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi.

Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi
akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak anak
karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks
yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena
telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat
ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis
kronis. (Syamsuhidayat, et.al, 2002)

2. Manifestasi Klinis
Pada kasus apendiksitis akut klasik, gejala awal adalah nyeri atau rasa tidak enak di sekitar
umbilikus. Gejala ini umunya berlangsung lebih dari satu atau dua hari. Dalam beberapa jam
nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dengan disertai oleh anoreksia, mual, dan muntah. Dapat
juga terjadi nyeri tekan di sekitar titik Mc Burney. Kemudian, dapat timbul spasme otot dan nyeri
tekan lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan leukositosis sedang (Price, Sylvia Anderson,
2006).

Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah, dan
hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri
tekan lepas (hasil atau intensifikasi nyeri bila tekanan dilepaskan) mungkin dijumpai. Derajat
nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada
beratnta infeksi dan lokasi appendiks. Bila apendisitis melingkar di belakang sekum, nyeri tekan
dapat terasa di daerah lumbal. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung appendiks berada dekat
rektum. Nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa appendiks dekat dengan kandung kemih
atau ureter.

Gambaran klinik apendisitis:


a. Tanda awal
Nyeri mulai di episgastrium atau regiomilikus disertai mual dan anoreksia.
b. Nyeri rangsang peritonium tidak langsung
Nyeri rangsang peritonium tidak langsung meliputi nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
(Rovsing), nyeri tekanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg), nyeri
tekanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam berjalan, batuk, atau mengedan.
(Brunner dan Suddarth, 2002)

3. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi
peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak
kecil dan lansia. Peforasi secara umum terjadi 24 jam setelah nyeri (gejala-gejalanya termasuk
demam, penampilan toksik dan nyeri berlanjut). (Syamsuhidayat, et.al, 2002)

D. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendiksitis telah ditegakkan, antibiotik dan cairan IV
diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa di tegakan .

Apendektomi dilakukan sesegara mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi


dapat dilakukan dengan anastesi umum spinal dengan insisi abdomen bawah dengan laparaskopi,
yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
1. Pra Operatif
a. Observasi
Dalam 8 12 jam setelah kaluhan tanda dan gejala apendiksitis seringkali masih belum jelas.
Dalam keadaan ini observasi ketat perlu di lakukan. Pasien diminta untuk tirah baring dan
dipuasakan, laksatif tidak di berikan. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah
di ulang secara periodik, foto thoraks dan abdomen dilakukan untuk mencari kemungkinan ada
penyulit lain.
b. Infus intravena di gunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan cairan
yang telah hilang.
c. Terapi Antibiotik dapat di berikan untuk mencegah infeksi

2. Pasca Operasi
Perlu dilakukan obsevasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam,
syock, hipertermi, atau gangguan pernafasan. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler. Posisi
ini mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen. Pasien di katakan baik apabila dalam
12 jam tidak terjadi gangguan. Pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya
pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.
Berikan minum mulai dari 15 ml/jam selama 4 - 5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan
hari nya di berikan makanan saring, dan hari berikutnya di berikan makanan lunak. Satu hari
pasca operasi di anjurakan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit. Pada hari
berikutnya pasien boleh berdiri dan duduk di luar kamar. Pada hari ke 5 atau 7 jahitan dapat di
buka di angkat dan pasien diperbolehkan pulang.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jumlah leukosit lebih tinggi dari 10.000 /mm3, normalnya 5.000-10.000/mm3
2. Jumlah netrofil lebih tinggi dari 75%
3. Pemeriksaan urin rutin, urinalisis normal, tetapi eritrosit atau lekosit mungkin ada.
4. Pemeriksaan photo sinar x tidak tampak kelainan yang spesifik (Doengoes, 1999)

II. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian
Menurut Doengoes, 1999
Dasar data pengkajian pasien (pra operasi)
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Malaise
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia
3. Eliminasi
Gejala : Konstipasi pada awitan awal
Diare (kadang-kadang)
Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan / nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus
4. Makanan / cairan
Gejala : Anoreksia
Mual / muntah
5. Nyeri kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik Mc. Burney.
Mc. Burney (setengah jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan),
meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri
berhenti tiba-tiba di duga perforasi atau infark pada appendiks)
keluhan berbagai rasa nyeri atau gejala tidak jelas (sehubungan
dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter).
Tanda : Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau telentang
dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan atau posisi duduk tegak
Nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi peritoneal.
6. Keamanan
Tanda : Demam (biasanya rendah)
7. Pernafasan
Tanda : Takipnea, pernafasan dangkal

B. Diagnosa Keperawatan
1. Infeksi, resiko tinggi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi atau
ruptur pada apendiks, peritonitis, pembentukan abses.
2. Kekurangan volume cairan, berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan pasca operasi.
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perjalanan penyakit.

C. Intervensi dan Rasionalisasi


Diagnosa I
1. Intervensi : Awasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental,
meningkatkan nyeri abdomen
Rasional: Dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis, abses, peritonitis
2. Intervensi: Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik
Rasional: Menurunkan resiko penyebaran penyakit atau bakteri
3. Intervensi: Lihat insisi dan balutan
Rasional: Memberikan deteksi dini terjadi nya proses infeksi dan pengawasan penyembuhan
peritonitis yang telah ada sebelumnya

Diagnosa II
1. Intervensi: Awasi tekanan darah dan nadi
Rasional: Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intra vaskuler
2. Intervensi: Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
Rasional: Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
3. Intervensi: Awasi masukan dan haluaran; catat warna urin atau konsentrasi, berat jenis
Rasional: Penurunan haluaran urin pekat dengan peningkatan berat jenis di duga dehidrasi atau
kebutuhan peningkatan cairan

Diagnosa III
1. Intervensi: Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik beratnya (skala 0-10)
Rasional: Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2. Intervensi: Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler
Rasional: Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis,
menghilang-kan tegangan abdomen
3. Intervensi: Dorong ambulasi dini
Rasional: Meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh merangsang peristaltik dan kelancaran
flatus, menurunkan ketidaknyamanan abdomen

Diagnosa IV
1. Intervensi: Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi
Rasional: Memberikan inflamasi pada pasien untuk merencanakan rutinitas biasa tanpa
menimbulkan masalah
2. Intervensi: Dorong aktivitas sesuai tolerasi dengan periode istirahat periodik
Rasional: Mencegah kelemahan, meningkatkan penyembuhan dan perasaan sehat
3. Intervensi: Anjurkan menggunakan laksatif atau pelembek feses ringan bila perlu dan hindari
enema
Rasional: Membantu kembali ke fungsi usus semula

D. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan, dimana rencana perawatan dilaksanakan
pada tahap ini perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktifitas yang
telah dicatat dalam rencana keperawatan klien, agar implementasi perencanaan ini tepat waktu
dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas perawatan klien. Kemudian bila telah
dilaksanakan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi dan
mendokumentasikannya informasi ini kepada penyediaan perawatan kesehatan keluarga.
( Doenges, 2002; hal. 105 )

Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk mencapai


tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam memberikan
tindakan kepeerawatan menggunakan komunikasi terapeutik serta penjelasan setiap tindakan
yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah independen, dependen dan
interdependen.
1. Secara mandiri (independen)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi
masalahnya atau menanggapi rekasi karena adanya stressor (penyakit), misalnya :
a. Membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
b. Melakukan perawatan kulit untuk mencegah dekubitus.
c. Memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara wajar.
d. Menciptakan lingkungan terapeutik.
2. Saling ketergantungan /kolaborasi (interdependen)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesame tim perawatan atau kesehatan lainnya
seperti dokter, fisioterapi, analisis kesehatan, dll.
3. Rujukan / ketergantungan
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain diantaranya dokter, psikologis,
psikiater, ahli gizi, fisioterapi, dsb. Pada penatalaksanaannya tindakan keperawatan dilakukan
secara :
a. Langsung : ditangani sendiri oleh perawat
b. Delegasi : diserahkan kepada orang lain/perawat lain yang dapat dipercaya.
Apabila tujuan, hasil dan intervensi telah diidentifikasi, perawat siap untuk melakukan aktivitas
pencatatan pada rencana perawatan klien. Dalam mengaplikasikan rencana kedalam tindakan dan
penggunaan biaya secara efektif serta pemberian perawatan tersebut. Dalam menentukan
prioritas saat ini, perawat meninjau ulang sumber sumber sambil berkonsultasi dan
mempertimbangkan keinginan klien. (Doengoes E. Marillyn,
Rencana Askep, hal. 21)

E. Evaluasi Keperawatan
Meskipun proses keperawatan mempunyai tahap-tahap, namun evaluasi berlangsung terus
menerus sepanjang pelaksanaan proses keperawatan. Tahap evaluasi merupakan perbandingan
yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi
dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah
ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil
dari proses keperawatan.

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi proses
keperawatan adalah mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien
kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien
mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan
status yang sehat. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan
sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya dengan perilaku
yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan.

Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat
sesuai dengan keperluan. Jika tujuan terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan rencana
asuhan tersebut dan mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak terpenuhi
dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk melanjutkan rencana atau
memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
Tujuan dari evaluasi antara lain:
1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikaUntuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.Mendapatkan
umpan balik.
3. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
4. Perawat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya pelayanan
keperawatan yang diberikan.
5. Untuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan evaluasi seorang perawat harus mempunyai
pengetahuan tentang standar pelayanan, respon klien yang normal, dan konsep model teori
keperawatan.
Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara
lain: mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, mengumpulkan data
yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan, mengukur pencapaian tujuan, mencatat
keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan, dan melakukan revisi atau modifikasi
terhadap rencana keperawatan bila perlu.
Evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Evaluasi struktur. Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas
fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi
staf keperawatan dalam area yang diinginkan.
2. Evaluasi proses. Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada
saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan
kemampuan teknikal perawat.
3. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons perilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan
kriteria hasil.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
a. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengantujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
b. Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria hasil yang
telah ditetapkan.
c. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul
masalah/diagnosa keperawatan baru.
d. Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
e. Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan.
Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang
dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Analisis adalah membandingkan antara
informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi. Planning adalah rencana
keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.
Adapun evaluasi keperawatan yang dapat dicapai pada klien post appendiktomi adalah :
a. Tidak terjadi infeksi dan menunjukkan proses penyembuhan luka yang optimal.
b. Mempertahankan keseimbangan cairan.
c. Nyeri dapat berkurang/hilang.
d. Menyatakan pemahaman, proses penyakit, pengobatan, dan potensi komplikasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama klien Ny. S tanggal masuk 27 November 2015, jenis kelamin perempuan umur 37 tahun
status sudah menikah agama islam suku bangsa Jawa dan bahasa yang digunakan bahasa
indonesia klien sudah bekerja, alamat klien Jln Swasembada Timur, sumber biaya pribadi,
sumber informasi di dapat dari klien dan keluarga. Operasi di lakukan pada tanggal 28 November
2015.

2. Resume
Ny S (37 th), datang ke UGD Sukmul pada tanggal 27 November 2015 dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah, nyeri seperti ditusuk-tusuk. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter
didapatkan diagnosa apendiksitis. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data, klien
mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien
mengatakan nyeri menyebar sampai ke pinggang, klien tampak meringis kesakitan , skala nyeri
klien 7, kesadaran compos metis, TD: 110/80mmHg, N: 87x/menit, RR: 25x/menit, S: 36,5C.
Dari data yang diatas didapatkan diagnosa keperawatan yaitu: gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi. Untuk masalah tersebut diatas
dilakukan tindakan keperawatan adalah mengkaji tanda-tanda vital klien, tehnik relaksasi, tehnik
distraksi, kolaborasi diberikan infus RL 20 tetesx/menit. Hasil Lab: tanggal 27 November 2015
LED 25mm/j, Hb 15,5 gr/dl, leukosit 16.500u/l, trombosit 3010.000 ribu, hematokrit 42%.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan evaluasi yaitu, klien mengatakan masih
terasa nyeri diperut bagian kanan bawah, klien mengatakan mengerti tentang prosedur
pembedahan yang akan dilakukan, klien tampak lebih tenang. TTV klien TD: 130/80mmHg, N:
85x/menit, S: 36,5C, RR: 23x/menit.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama: Klien mengatakan nyeri perut kanan bawah, nyeri seperti ditusuk-tusuk. Faktor
pencetus yaitu makan pedas timbulnya bertahap, lamanya keluhan 1 bulan, upaya klien untuk
mengatasi berobat ke dokter.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien tidak mempunyai riwayat alergi dan klien tidak pernah mengalami kecelakaan, klien tidak
pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya, dan di dalam keluarga tidak ada penyakit keturunan
dan klien tidak pernah memakai obat-obatan
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)
Keterangan :
: laki-laki

: perempuan

: menikah
: tinggal serumah
: klien dengan Apendiktomi
: keturunan

d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor risiko
Klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang menjadi faktor risiko
e. Riwayat Psikososial dan Spritual
Orang yang terdekat dengan klien adalah suami dan anaknya, pola komunikasi baik dan terarah,
pembuat keputusan dalam keluarga adalah suami, klien mengatakan kurang aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan. Dampak penyakit terhadap keluarga yaitu cemas dan sedih, masalah yang
mempengaruhi klien saat ini adalah kondisi kesehatannya klien tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasanya. Mekanisme koping terhadap masalah yang digunakan adalah klien diem,
persepsi klien terhadap penyakitnya saat ini klien memikirkan kelanjutan pengobatan, harapan
setelah menjalani pengobatan adalah sembuh, dan perubahan yang di rasakan setelah sakit adalah
klien merasa takut penyakitnya tidak bisa sembuh . Tidak ada sistem nilai kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan, aktivitas agama atau kepercayaan yang di lakukan klien adalah
shalat dan berdoa. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan tidak ada.
f. Pola kebiasaan sehari-hari di rumah
1) Pola Nutrisi
Frekuensi makan sebelum sakit 3 kali sehari, nafsu makan klien kurang karena mual, porsi
makan yang dihabiskan 1 centong/3 sampai 4 sendok makan, semua makanan disukai oleh klien,
klien tidak ada alergi makanan pantangan klien gorengan, klien minum obat diet dan tidak
menggunakan alat bantu makan. Selama di rumah sakit frekuensi makan klien 3 kali sehari nafsu
makan klien kurang karena mual, porsi makanan yang dihabiskan porsi, semua makanan klien
suka, klien tidak ada alergi makanan dn tidak ada makanan pntangan tidak ada makanan
pantangan, klien mendapatkan diet bubur nasi, klien minum obat inpepsa 3xc sebelum makan
dan klien tidak menggunakan alat bantu makan.

2) Pola Eliminasi
a) BAK
Pola eliminasi BAK sebelum klien masuk Rumah Sakit frekuensi 4 kali sehari warna kuning
jernih, tidak ada keluhan saat BAK, dan klien tidak menggunakan alat bantu BAK. Pola
eliminasi klien klien setelah masuk Rumah Sakit frekuensi BAK 5 kali warna kuning jernih,
tidak ada keluhan saat BAK, dan tidak menggunakan alat bantu BAK (kateter, dll).
b) BAB
Pola eliminasi BAB klien sebelum klien masuk Rumah Sakit klien tidak BAB selama 3 hari, dan
selama di Rumh Sakit sampai menjelang operasi klien belum BAB , klien mengeluh nyeri perut.
c) Pola Personal Hygiene
Kebiasaan klien sebelum masuk Rumah Sakit mandi 2 kali sehari waktunya pagi dan sore hari
menggunakan sabun mandi, oral hygiene 2 kali sehari pada waktu pagi setelah makan klien
mencuci rambut 2 kali dalm seminggu menggunakan sampho. Sedangkan selama di Rumah Sakit
Klien mandi satu kali pada waktu pagi hari, oral hygiene 2 kali pada waktu pagi dan waktu yang
tidak ditentukan (sebelum tidur/sore), dan selama di rumah sakit klien belum pernah mencuci
rambut.
d) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum klien masuk rumah sakit klien jarang tidur siang, lama tidur malam adalah 8 jam dan
kebiasaan belum tidur adalah membaca buku. Selama di Rumah Sakit klien tidur siang selama
kurang lebih 2 jam, tidur malem 6 sampai 7 jam dan kebiasaan sebelum tidur adalah membaca
buku.
e) Pola Aktivitas dan Latihan
Kegiatan klien dalam sehari-hari adalah bekerja, klien berolahraga setiap seminggu sekali, klien
tidak ada keluhan saat beraktifitas, tetapi setelah di rumah sakit klien mengatakan meengalami
kesulitan dalam beraktifitas karena pemasangan infusan pada tangan kirinya.
f) Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Pola kebiasaan klien, klien tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum-minuman
keras/Nabza.

4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Berat badan klien 50 kg, berat badan sebelum sakit 50 kg,. Tinggi badan 160 cm, tekanan darah
110/70mmHg, nadi: 90x/menit, frekuensi nafas: 27x/menit, suhu: 36,8C, keadaan umum klien
ringan, dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
b. Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva ananemis,
kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor, tidak ada kelainan pada otot-otot mata, fungsi
pengihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, klien tidak memakai kaca mata maupun lensa
mata kontak, reaksi terhadap cahaya baik.
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga klien normal, tidak ada serumen dalam telinganya, kondisi telinga tengah normal,
tidak ada cairan dalam telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus, dan fungsi
pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan di telinga, dan klien tidak menggunakan
alat bantu dengar.
d. Sistem Wicara
Klien tidak mengalami gangguan bicara.
e. Sistem Pernafasan
Jalan nafas klien bersih, klien tidak sesak nafas, klien tidak menggunakan otot bantu pernafasan,
frekuensi nafas 20x/menit, irama teratur, kedalaman dangkal, klien batuk tidak produktif,
pernafsan spontan, tidak ada sputum, saat dilakukan palpasi dada simitris, pergerakan normal dan
tidak ada benjolan, saat diperkusi tidak ada ronchi, suara nafas vasikuler, klien mengtakan tidak
merasakan nyeri saat bernafas, dan tidak menggunakan otot bantu nafas.

f. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer nadi 80x/menit, irama teratur, denyut nadi lemah, tekanan darah 120/80mmHg,
tidak ada distensi vena jugularis pada sisi kanan dan kiri, temperatur kulit hangat, warna kulit
pucat, pengisian kapiler 4 dtk, tidak ada edema. Pada sirkulasi jantung kecepatan denyut apcal
80x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung, dan tidak ada sakit dada.
g. Sistem Hematologi
Klien terdapat gangguan hematologi, klien tampak pucat, tetapi tidak ada perdarahan
h. Sistem Saraf Pusat
Klien mengatakan tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, nilai GCS
E: 4, M: 6, V: 5, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial, klien merasakan
kesemutan pada kali, pada pemeriksaan refleks fisiologis normal, dan refleks patologis tidak ada.
i. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut: gigi tidak ada caries, klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis,
lidah tidak kotor, silifa normal, klien tidak muntah, klien mengatakan nyeri pada daerah perut,
skla nyeri klien 7, lokasi nyeri di perut kanan bawah dan menyebar, karakteristik nyeri seperti
ditusuk-tusuk, bising usus 0, klien tidak diare, klien konstipasi 1 hari, hepar tidak teraba dan
abdomen mengalami distensi.
j. Sistem Endokrin
Saat di lakukan pemeriksaan fisik tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton,
tidak ada luka gangren.
k. Sistem Urogenital
Balance cairan: intake 1500 cc (Infus 1500cc) output 2.200 cc (Urine 1800cc, IWL 400cc),
intake 1500ml/24 jam-2.200ml/24 jam=700ml/24 jam, pola berkemih tidak ada distensi, warna
kuning jernih, klien mengatakan sakit pinggang skala nyeri 2.
l. Sistem Integumen
Turgor kulit baik, temperatur hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan
kulit, kondisi kulit pemasangan infus baik tidak ada tanda-tanda infeksi, keadaan rambut tekstur
baik, rambut bersih.
m. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena pemasangan infus disebelah di tangan
sebelah kiri, klien mengalami sakit pinggang, tidak ada nyeri sendi maupun nyeri kulit, klien
tidak mengalami fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelaianan struktur
tulang belakang, keadaan tonus otot hipotoni, kekuatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki
kanan 5, kaki kiri 5.
n. Data Penunjang
Pada tanggal 27 November 2015 di dapatkan hasil laboratorium: LED 25mm/j (p: 0-15, w: 0-20),
hemoglobin: 15,5gr/dl (p:13-16, w: 12-14), leukosit 16.500u/l (5000-10.000), trombosit
310.00/mm (150.000-400.000/mm), hematokrit 42% (p: 45-55%, w: 40-50).
Hasil appendicogram pada tanggal 04 Desember 2015 di RS Sukmul
Foto: tak tampak bayangan ontras masuk kedalam rongga appendix ccum normal.
Kesan: Non filling appendix, Sugestif Appendicitis Chonis
o. Penatalaksanaan
Therapy infus: RL 20 tetes x/menit
Therapy injeksi: Ranitidin 2x25 gram
Cetorolak 2x30 gram
Pelastin 2x1 gram
DATA FOKUS
Data Subjektif
Pre Operasi: Klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kanan bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri timbul kalau
bergerak, klien mengatakan takut karena sebelumnya belum pernah di operasi, klien mengatakan
cemas karena di operasi pasti sakit, klien mengatakn tidak bisa istirahat/tidur, klien mengatakan
BAB keluar darah.
Post Operasi: Klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah pada area operasi, klien
mengatakan nyeri seperti di sayat, klien mengatakan luka bekas operasi panas, klien mengatakan
nyeri timbul kalau bergerak, klien mengatakan lemas dan pusing, klien mengatakan masih puasa,
keluarga klien mengatakan klien puasa sejak jam 8 malam, klien mengatakan ada luka bekas
operasi di perut, klien mengatakan takut bergerak, klien mengatakan luka bekas operasi tampak
memar.

Data Objektif
Pre Operasi: wajah klien tampak menahan sakit, skala nyeri 7, nyeri tekan pada area kanan
bawah, klien tampak melindungi bagian yang sakit, klien dan keluarga menyakan kapan akan di
operasi, klien tampak gelisah, klien tampak pusing, klien tampak cemas, akan dilakukan operasi.
Tekanan darah 130/80mmHg, nadi 85x/menit, suhu 36,5C, pernafasan 23x/menit. Hasil LAB
tanggal 27 November 2015 LED 25mm/j, Hb 15,5 gr/dl, leukosit 16.500u/l, trombosit 310.000
ribu, hematokrit 425
Post Operasi: Klien tampak meringis menahan sakit, skala nyeri 8, klien gelisah, terdapat luka
bekas operasi di perut bagian kanan bawah, klien tampak lemas, klien masih puasa, klien tampak
pusing, klien terpasang infus RL 20 tetes x/menit, bekas luka operasi tampak memar, klien
tampak memegang perut bekas operasi, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 87x/menit, suhu
36,5C, pernafasan 25 x/menit.

ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1 Pre Operasi
Data Subjektif: Nyeri Distensi
a. Klien mengatakan nyeri jaringan
pada perut daerah kanan usus oleh
bawah inflamasi
b. Klien mengtakan nyeri
menjalar ke pinggang
c. Klien mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk
d. Klien mengatakan nyeri
timbul kalu bergerak
e. Klien mengatakan BAB
keluar darah
Data Objektif
a. Skala nyeri 7
b. Wajah tampak meringis
menahan sakit
c. Nyeri tekan perut kanan
bawah
d. Klien tampak melindungi
bagian tubuh yang sakit
e. Klien tampak susah
bergerak
f. TTV klien:
Tekanan Darah: 130/80
mmHg
Nadi: 85 x/menit
Suhu: 36,5C
Pernafasan: 23x/menit

Data Subjektif
2 a. Klien mengtakan takut Ansietas Tindakan
karena sebelumnya belum pembedahan
penah di operasi
b. Klien mengatakan tidak
bisa istirahat/tidur
c. Klien mengatakan cemas
karena kalau di operasi
pasti sakit
d. Klien mengatakan cemas
akan di lakukan operasi
Data Objektif
a. Klien tampak gelisah
b. Klien tampak cemas akan
dilkukan operasi
c. Klien tampak lemas
d. TTV klien:
Tekanan darah: 130/80
mmHg
Nadi: 85x/menit
Suhu: 36,5C
Pernafasan: 23 x/menit

Post Operasi
Data Subjektif:
3. a. Klien mengatakan nyeri Nyeri Terputusnya
pada daerah luka operasi jaringan
b. Klien mengatakan nyeri akibat
seperti di sayat pembedahan
c. Klien mengatakan nyeri di
bagian operasinya kalau
bergerak
d. Klien mengatakan luka
bekas operasi panas

Data Objektif:
a. Skala nyeri 8
b. Klien tampak meringis
keskitan menahan sakit
c. Tampak ada luka bekas
operasi di perut bagian
kanan bawah
d. Klien tampak sulit
bergerak
e. Klien tampak memegang
perutnya
f. TTV klien:
Tekanan darah: 110/80
mmHg
Nadi: 87 x/menit
Suhu: 36,5C
Pernafassan: 25 x/menit
Data Subjektif:
a. Klien mengatakan lemas
dan pusing
b. Klien mengatakan masih
puasa
4. c. Keluarga klien Resiko Pembatasan
mengatakan puasa sejak kekurangan masuk
jam 8 malam volume cairan cairan secara
oral
Data Objektif
a. Klien tampak lemas
b. Klien tampak masih puasa
c. Klien terpasang infus RL
20 tetes x/menit
d. Balance cairan:
1) Intake: infus 1500cc/24
jam
2) Output: buang air kcil
1800cc/24 jam
IWL: 400 cc/ 24 jam
Balance: (output-intake)
2.200-1.500=700 cc/hari
e. TTV klien:
Tekanan darah; 110/70
mmHg
Nadi: 80 x/menit
Suhu: 36C
Pernafasan: 20 x/menit

Data Subjektif
a. Klien mengatakan nyeri
pada perut kanan bawah
area operasi
b. Klien mengatakan takut
bergerak
c. Klien mengatakan luka
5. bekas opersi terasa panas Resiko tinggi Trauma
d. Klien mengatakan bekas infeksi jaringan
luka operasi memar
e. Klien mengatakan luka
bekas operasi perih
f. Klien mengatakan lemas
Data Objektif
a. Klien tampak meringis
kesakitan menahan sakit
b. Skala nyeri 8
c. Tampak ada luka bekas
operasi di perut bagian
kanan bawah
d. Bekas luka operasi klien
tampak memar
e. Klien tampak memegangi
luka bekas operasi
f. TTV klien:
Tekanan darah; 110/70
mmHg
Nadi: 80 x/menit
Suhu: 36C
Pernafasan: 20 x/menit
Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1 Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi
2.Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan akibat luka pembedahan
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan masukan cairan secara oral
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringa
Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi
Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh inflamasi
Data Subjektif:
Klien mengatakan nyeri pada perut daerah knan bawah
Klien mengatakan nyeri menjalar ke pinggang
Klien mengatakan nyeri seperi ditusuk-tusuk
Klien mengatakan nyeri timbul kalau bergerak
Klien mengatakan BAB keluar darah
Data Objektif:
Skala nyeri 7
Wajah tampak meringis menahan saki
Nyeri tekan perut kanan bawah
Klien tampak melindungi bagian tubuh yang sakit
Klien tampak susah bergerak
TTV klien:
Tekanan Darah: 130/80 mmHg
Nadi: 85 x/menit
Pernafasan: 25x/menit
Suhu: 36,5C

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan masalah nyeri teratasi.
Kriteria Hasil:
a. Skala nyeri 1-4
b. Ekspresi wajah tenang
c. Nyeri hilang
d. Klien dapat melaporkan rasa nyaman dalam waktu 1x24 jam
e. TTV klien dalam batas normal (TD:110/80-130/90mmHg, N: 60-80x/menit, Suhu: 36-37,5C,
RR: 16-20x/menit)
Rencana Tindakan
Mandiri
a. Kaji skala nyeri, karakteristik, intensitas, area nyeri
b. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan adanya takikardia, hipertensi dan peningkatan pernafasan
c. Evaluasi rasa nyeri (skala, karakteristik, lokasi, intensitas)
d. Ajarkan klien menggunakan tehnik relaksasi, misalnya tarik nafas dalam, bimbingan imajinasi
e. Anjurkan klien dengan posisi nyaman dan tenang
Implementasi
Tanggal 28 November 2015
a. Pukul 09.00 WIB
Mengkaji skala nyeri, karakteristik, intensitas, area
Respon: skala nyeri 7, nyeri seperti ditusuk-tusuk, lokasi nyeri perut bagian kanan bawah
b. Pukul 09.10 WIB
Mengkaji tanda-tanda vital
Respon: tekanan darah 110/80 mmHg
Nadi: 87 x/menit
Suhu: 36,5C
Pernafassan: 25 x/menit
c. Pukul 09.15 WIB
Mengevaluasi rasa sakit, skala dan karakteristik
Respon: nyeri seperti di tusuk-tusuk nyeri tekan pada perut bagian kanan bawah skala nyeri 2
intensitas ringan
d. Pukul 09.30 WIB
Mengajarkan klien tehnik relaksasi latihan tarik napas dalam
Respon: klien mempraktekan tehnik relaksasi tarik napas dalam yang dianjurkan oleh perawat

Evaluasi
a. Tanggal 28 November 2015
S: Klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah masih teras
O: Klien tampak menahan sakit, skala 2, nyeri tekan abdomen masih ada
A: Masalah nyeri belum teratasi
P: Intervensi keperawatan di lanjutkan

2. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan


Data Subjektif:
Klien mengatakan cemas akan di lakukan operasi
Klien mengatakan takut karena sebelumnya belum pernah di operasi
Klien mengatakan tidak bisa istirahat/tidur
Klien mengatakan cemas karena kalau di operasi pasti sakit
Data Objektif:
Klien tampak gelisah
Klien tampak cemas akan di lakukan operasi
Klien tampak pusing
Klien tampak lemas
TTV klien:
Tekanan darah: 130/80 mmHg
Nadi: 85x/menit
Suhu: 36,5C
Pernafasan: 23x/menit

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah ansietas teratasi
a. Klien rileks
b. Gelisah hilang
c. Klien dapat beristirahat
d. Cemas hilang
e. Klien dapat melaporkan rasa nyaman dalam waktu 1x24 jam
f. TTV dalam batas normal (TD:110/80-130/90mmHg, N: 60-80x/menit, Suhu: 36-37,5C, RR: 16-
20x/menit)
Rencana Tindakan
Mandiri
1. Kaji tingkat kecemasa pasien
2. Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasannya
3. Informasi yang jelas setiap prosedur tindakan yang akan diberikan
4. Beri penyuluhan tentang prosedur pre operasi dan post operasi
Implementasi
Tanggal 27 November 2015
Pukul 10.00 WIB
Mengkaji tingkat kecemasn pasien
Respon: klien mengatakan sangat cemas karena akan di operasi
Pukul 10.20 WIB
Mendorong klien untuk mengungkapkan kecemasannya
Respon: klien mengungkapkan kecemasannya kepada perawat
Pukul 10.40 WIB
Menginformasi yang jelas setiap prosedur tindakan yang akan diberikan
Respon:setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan telah di sampaikan kepada klien
Pukul 11.00 WIB
Memberikan penyuluhan tentang prosedur pre operasi dan post operasi
Respon: klien mengatakan telah mengetahui posedur tentang pre operasi dan post operasi
Evaluasi
Tanggal 28 November 2015
S: klien mengatakan tidak cemas lagi setelah di jelaskan prosedur tindakan invasif
O: ekspresi wajah klien tampak tenang, TTV klien: TD 130/80 mmHg, suhu 36,6C, nadi
80x/menit, RR 20x/menit
A: tujuan tercapai, masalah cemas teratasi
P: pertahankan inervensi
Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan akibat luka pembedahan
Data Subjektif:
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi
Klien mengatakan nyeri sepertidi sayat
Klien mengatakan nyeri di kalu bergerak
Klien mengatakan luka bekas operasi panas
Data Objektif: skala nyeri 8
Klien tampak meringis kesakitan menahan sakit
Tampak ada luka bekas operasi di perut bagian kanan bawah
Klien tampak sulit bergerk
Klien tampak memegang perutnya
TTV klien: Tekanan Darah: 130/80 mmHg
Nadi: 85 x/menit
Pernafasan: 25x/menit
Suhu: 36,5
Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan tindakan keperawatan selama 2x24 jm masalah nyeri teratasi

Kriteria Hasil:
a. Skala nyeri 1-3
b. Ekspresi wajah tenang
c. Nyeri hilang
d. Klien dapat melaporkan rasa nyaman dalamwaktu 1x24 jam
e. TTV dalam batas normal (TD:110/80-130/90mmHg, N: 60-80x/menit, Suhu: 36-37,5C, RR: 16-
20x/menit)
Rencana Tindakan:
a. Kaji skala nyeri, karakteristik, intensitas, area nyeri
b. Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler
c. Dorong ambulasi dini
d. Berikan obat sesuai indikasi (cetorolak 30ml/gram)
Implementasi
Tanggal 29 Nvember 2015
Pukul 10.00 WIB
Mengkaji skala nyeri, karakteristik, intensitas, area
Respon: skala nyeri 8, nyeri seperti di sayat, lokasi nyeri di perut bagian kanan bawahpukul
10.20 WIB
Memberikan cairan parentral, dan terapi injeksi sesuai dengan terapi
Respon: klien mendapat terapi cairan RL 20 tetes x/menit, mendapatkan terapi injeksi cetorolak
30ml/gram bolus
Pukul 10.40 WIB
Menganurkan klien untuk melakukan ambulasi dini
Respon: klien melakukan aktifitas sesuai dengan kemampuan
Evaluasi
tanggal 29 November 2015
S: Klien mengatakan merasa nyaman dengan posisi semi fowler, klien mengatakan nyeri
berkurang
O: Klien tampak rileks, ekspresi wajah tenang, skala nyeri 5
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P: Intrvensi keperawatan di lanjutkan
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan masukan cairan
secara oral
Data Subjektif:
Klien mengatakan lemas dan pusing
Klien mengatakan masih puasa
Keluarga klien mengatakan puasa sejak jam 8 malam
Klien mengatakan terpasang infus RL 20 tetes x/menit
Data Objektif:
Klien tampak lemas
Klien tampak pusing
Klien tampak masih puasa
Klien terpasang infus RL 20 tetes x/menit
Balance Cairan:
Intake: infus 1500cc/24 jam
Output: buang air kcil 1800cc/24 jam
IWL: 400 cc/ 24 jam
Balance: (output-intake) 2.200-1.500=700 cc/hari
TTV klien:
Tekanan darah; 110/70 mmHg
Nadi: 80 x/menit
Suhu: 36C
Pernafasan: 20 x/menit

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah resiko kekurangan volume
cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil:
a. Lemas dan pusing hilang
b.Turgor elastis
c. Mukosa bibir lembab
d.Intake dan ouput seimbang
e. Klien dapat melaporkan rasa nyaman dalam waktu 1x24 jam
f. TTV klien dalam batas normal (TD:110/80-130/90mmHg, N: 60-80x/menit, Suhu: 36-37,5C,
RR: 16-20x/menit)

Rencana Tindakan
Mandiri:
a. Awasi tekanan darah dan nadi
b. Lihat membran mukosa, kaji turgor kuit dan pengisian kapiler
c. Awasi masukan dan keluaran urine, catat warna, berat jenis
d. Auskultasi bising usus, catat kelancaran platus, dan gerakan usus
e. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila masukan oral di mulai, dan lanjutkan diit sesuai
toleransi
Implementasi
Tanggal 29 November 2015
Pukul 10.00 WIB
Mengawasi tekanan darah dan nadi
Respon: 110/80mmHg, Nadi 80x/menit
Pukul 10.30 WIB
Mengobservasi membranmukosa turgor kulit dan pengisian kapiler
Respon: membran mukosa kering, turgor kulit kurang elastis, pengisian kapiler 4 detik
Pukul 11.00 WIB
Mengauskultasi bising usus dan kelancaran platus
Respon: bising usus 6x/menit, klien belum platus
Pukul 11.15 WIB
Memberikan minuman jernih sedikit demi sedikit dan memberikan diit sesuai toleransi
Respon: klien minum sedikit demi sedikit
Evaluasi
Tanggal 29 November 2015
S; klien mengatakan lemas dan pusing
O: klien tampak masih lemas, membran mukosa kering, turgor kulit kurang elastis
A: Masalah resiko kekurangan volume cairan belum teratasi
P: intervensi keperawatan di lanjutkan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
Data Subjektif:
Klien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah area operasi
Klien mengatakan takut bergerak
Klien mengatakan luka bekas operasi terasa panas
Klien mengatakan beas luka operasi memar
Klien mengatakan luka bekas operasi perih
Klien mengatakan lemas
Data Objektif:
Klien tampak meringis kesakitan menahan sakit
Skala nyeri 8
Tampak ada luka bekas operasi diperut bagian kanan bawah
Bekas luka operasi klien tampak memar
Klien tampak memegangi luka bekas operasi
TTV klien:
Tekanan darah; 110/70 mmHg
Nadi: 80 x/menit
Suhu: 36C
Pernafasan: 20 x/menit

Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah resiko infeksi tidak terjadi

Kritria Hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi (color, dolor, rubor, tumor, funtiolaesa)
b. Luka kering dan cepat sembuh
c. Nyeri hilang
d. Klien rileks
e. Klien dapat melaporkan rasa nyaman dalam waktu 1x24 jam
f. TTV klien dalam batas normal (TD:110/80-130/90mmHg, N: 60-80x/menit, Suhu: 36-37,5C,
RR: 16-20x/menit)
Rencana Tindakan
Mandiri:
a. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan adanya demam, menggigil, berkeringat, dan meningkatnya
nyeri abdomen
b. Lakukan pencucian tangan yan baik dan perawatan luka aseptik
c. Lihat insisi dan balutan, catat adanya drainase luka
d. Berikan informasi yang tepat kepada pasien atau orang yang terdekat

Implementasi:
Tanggal 30 November 2015
Pukul 08.30 WIB
Mengawasi tanda-tanda vital
Respon: tekanana arah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 37C
Pukul 08.45 WIB
Mengobservasi insisi balutan dan adanya drainase luka
Respon: luka tertutp verban dan tidakada drainase
Pukul 11.00 WIB
Memberikan obat sesuai indikasi
Respon: klien mendapat terapi obat pelastin 2x1 ml/gram

Evaluasi:
Tanggal 30 November 2015
S: klien mengatakan takut terjadi infeksi
O: tidak ada tanda-tanda infeksi
A: masalah teratasi sebagian
P: petahankan tindakan keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer,
Arief,dkk, 2007).

Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi yaitu
Factor yang tersering adalah obstruksi lumen, Infeksi kuman dari colon yang paling sering
adalah E. Coli dan Streptococcus, laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur
15-30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut, dan tergantung pada bentuk apendiks. (Nuzulul, 2009)

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor keterlambatan dapat


berasal dari penderita dan tenaga medis. Komplikasi yang bisa terjadi adalah abses, perforasi dan
peritonitis.

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny S dengan appendiksitis di Rumah Sakit
Sukmul pada tanggal 28 November 2015 sampai dengan tanggal 30 November 2015 maka
penulis dapat menarik kesimpulan
Diagnosa prioritas yang ditemukan pada pre dan post operasi yaitu cemas berhubungan dengan
dampak dari tindakan pembedahan atau anesthesia sedangkan pada post operasi yaitu nyeri
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka pembedahan. Perencanaan
prioritas yang penulis lakukan sudah sesuai antara teori dan kasus. Pada tahap ini pelaksanaan
diagnosa prioritas dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pada tahap evaluasi penulis
mengevaluasi pada pre operasi 3 diagnosa dan sudah teratasi sedangkan ada post operasi 5
diagnosa, 3 masalah sudah teratasi 1 diagnosa belum teratasi dan 1 diagnosa sebagian sudah
teratasi.

B. Saran
Untuk rekan-rekan mahasiswa
1. Diharapkan dalam melakukan pengkajian keperawatan dengan klien post appendiktomy agar
mengkaji secara menyeluruh dan disesuaikan dengan teori yang ada.
2. Diharapkan agar lebih memahami dan mempelajari lebih dalam ilmu keperawatan medical bedah
khususnya tentang asuhan keperawatan pada klien dengan post appendiktomi dan juga untuk
meningkatkan kepercayaan diri.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan , edisi 3. Jakarta: EGC
Hartono, Andri. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, edisi 2. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 4, jilid 3. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2. Jakarta: EG

Anda mungkin juga menyukai