TINJAUAN PUSTAKA
3. Etiologi
Penyebab apendisitis antara lain ulserasi pada mukosa, obstruksi pada
colon oleh fecalit, pemberian barium, berbagai macam penyakit
cacing, tumor dan striktur karena fibrosis pada dinding usus. (Saferi &
Mariza, 2013).
4
5
4. Manifestasi Klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah
nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus
atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual,
bahkan terkadang muntah. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan
beralih ke kuadran kanan bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri
terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri
somatik setempat. (Nurarif & Kusuma, 2015).
5. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan karena penyumbatan lumen
apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, struktur
karena fikosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mengalami
bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak mucus yang
terbendung, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen,
tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema. Diaforesis bakteri dan ulserasi akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema. Diaforesis
bakteri dan ulserasi mukusa pada saat inilah terjadi apendisitis akut
fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
setempat sehingga menimbulkan nyeri di abdomen kanan bawah,
keadaan ini disebut dengan apendisitis sukuratif akut. Aliran arteri
terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan
gangren stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh ini pecah akan terjadi apendisitis perforasi.
6
6. Pathways
Apendisitis
Operasi
Luka
Lukainsisi
insisi
Stimulasi dihantarkan
Spinal cord
Aktivitas Hambatan
Cortex cerebri Nyeri Takut Mobilitas
bergerak menurun
Fisik
7. Komplikasi
Komplikasi setelah dilakukan apendiktomi adalah
a. Infeksi luka operasi
b. Abses intra abdomen
c. Obstruksi usus halus
d. Invaginasi pasca operasi
(Pratignyo, 2011).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Saferi & Mariza (2013) antara lain
yaitu :
a. Laboratorium
Ditemukan leukosit 10.000 s/d 18.000/ mm³, kadang-kadang dengan
pergeseran ke kiri leukosit lebih dari 18.000/mm³ disertai keluhan
atau gejala apendisitis lebih dari empat jam mencurigakan perforasi
sehingga diduga bahwa tingginya leukosit sebanding dengan
hebatnya peradangan.
b. Radiologi
Pemeriksaan radiologi akan sangat berguna pada kasus apendisitis.
Pada 55% kasus apendisitis stadium awal akan ditemukan gambar
foto polos abdomen yang abnormal, gambaran yang lebih spesifik
adanya masa jaringan lunak di perut kanan bawah dan mengandung
gelembung-gelembung udara. Selain itu gambaran radiologis yang
ditemukan adanya fekalit, pemeriksaan barium enema dapat juga
dipakai pada kasus-kasus tertentu cara ini sangat bermanfaat dalam
menentukan lokasi sakum.
c. Pemeriksaan penunjang lainnya
1) Pemeriksaan colok dubur (menyebabkan nyeri di daerah infeksi,
bisa dicapai dengan jari telunjuk).
2) Uji psoas dan uji obtutator.
9
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendisitis Saferi & Mariza (2013)
a. Operasi
1) Apendiktomi
Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,
maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
2) Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin
mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka
waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan
operasi efektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
b. Pasca Operasi
1) Dilakukan observasi tanda - tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan
pernapasan, baringkan pasien dalam posisi semi fowler. Pasien
dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Selama
itu pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya
pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai
fungsi usus kembali normal. Satu hari pasca operasi pasien
dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30
menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk di luar kamar.
Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan
pulang.
10
Tabel 2.1
Skala Nyeri Menurut Hayward
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol
dengan aktivitas yang biasa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
1) Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri post apendiktomi, nyeri pada
daerah operasi. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus menerus,
dapat hilang timbul atau timbul nyeri dalam waktu yang lama.
Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Selain mengeluh nyeri pada daerah epigastrium, keluhan yang
menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah.
3) Riwayat kesehatan masa lalu, biasanya berhubungan dengan
masalah kesehatan pasien sekarang, bisa juga penyakit ini sudah
pernah dialami oleh pasien sebelumnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga, bisa dalam anggota keluarga ada
yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien, bisa
juga tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang
dialami pasien sebelumnya.
5) Data pemeriksaan diagnostik
a) Radiologi : foto colon yang memungkinkan adanya fecalit
pada katup.
b) Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) diagnosa keperawatan post
apendiktomi adalah nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan.
3. Perencanaan
Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan. Definisi nyeri akut
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau prediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
16
Batasan karakteristik :
a. Perubahan tekanan darah
b. Perubahan frekuensi pernafasan
c. Mengekspresikan perilaku (misalnya gelisah, merengek, menangis)
d. Sikap melindungi area nyeri
e. Indikasi nyeri yang dapat diamati
f. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
g. Melaporkan nyeri secara verbal
Tujuan :
a. Nyeri teratasi
Nursing Outcome Classification (NOC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan :
a. Tingkatan nyeri berkurang
b. Tingkatan kenyamanan pasien meningkat
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri (skala 1 - 3)
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Nursing Intervention Classification (NIC)
Manajemen nyeri :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan pada karakteristik nyeri menunjukan
terjadinya abses / peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik.
b. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (berikan aktivitas hiburan)
Rasional : fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, dan
dapat meningkatkan koping.
c. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
17
4. Implementasi
Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2010) implementasi adalah
pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hal yang
optimal. Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang
dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik
secara umum maupun secara khusus pada klien post apendiktomi. Pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen
interdependen dan dependen.
5. Evaluasi
Evaluasi dari tindakan keperawatan nyeri pada pasien post apendiktomi
adalah pasien mampu mengontrol nyeri. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri (skala 1 - 3) mampu
mengenali nyeri dan menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
(Nurarif & Kusuma, 2015).