Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN DIAGNOSA ULKUS DIABETIK

PADA NY “E” RUANGAN CAMAR


DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

NAMA : STEFANUS NGONGO


NIM : 2116007

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2019
BAB I

KONSEP MEDIK

A.KONSEP MEDIS

1.DEFENISI

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010). Ulkus
Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama
morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi
memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetic melalui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005). Ulkus kaki Diabetes
(UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat Diabetes.

2.ETIOLOGI

Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus di bagi dua yaitu endogen dan
ekstrogen

1. Faktor endogen: genetic, metabolic, angiopati diabetic, neuropati diabetic.


2. Faktor ekstrogen: trauma, infeksi obat.

Faktor utama yang terjadi atas timbulnya ulkus diabetikum adalah angiopati, neoropati
dan infeksi adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki ganggan motorik juga akan mengakibatkan
teejadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpuh yang menyebabkan
ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darh terjadi pada pembuluh darah yang
lebih besar maka penderita akan terasa sakit pada tungkainya sesudah pasien berjalan
pada jarak tertentu.
Adanya Angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi,
Oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya lukaryang sukar sembuh
(Levin, 1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai ulkus diabetikum
akibat berkurangnya aliran darah atau neoropti, sehinnga faktor angiopati dan infeksi
berpengaruh pada penyembuhanulkus diabetikum.

3.PATOFISIOLOGI

Penyakit Ulkus membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di
seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu
gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan
pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum
terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu masuknya, dikelilingi
kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler.
Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma
berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya
terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus.
Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi.
Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang
inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem
imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan
sekitarnya, (Anonim 2009)

4. MANIFESTASI KLINIK

Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun


nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya
teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah,
sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
1) Pain (nyeri)
2) Paleness (kepucatan)
3) Paresthesia (kesemutan)
4) Pulselessness (denyut nadi hilang)
5) Paralysis (lumpuh) Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut
pola dari fontaine:
1.Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
2.Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
3.Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat
4.Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).
Smeltzer dan Bare (2001: 1220). Klasifikasi : Wagner (1983) membagi gangren kaki
diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang. Derajat III : Abses dalam,
dengan atau tanpa osteomielitis. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki
dengan atau tanpa selulitis. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
5.KOMPLIKASI

1. Osteomyelitis ( infeksi pada tulang)


2. Sepsis
3. kematian

6.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
pemeriksaan darah meliputi: GDS> 200 mg/dl,gulah darah puasa >120 mg/dl
2. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine, pemeriksaan dilakukan
dengan cara benedict (reduksi). Hasil dapat di liat melalui perubahan warna
urine: Hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah batah (++++)
3. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibioyik yang sesuai
dengan jenis kuman.
7. CLINICAL PATWAY

DM

Insulin dalam tubuh


tidak adekuat

Peningkatan VDL LDL

Penebalan dinding
pembuluh darah

Aliran darah kedalam


kaki beerkurang

Neoropati

Perubahan pada kulit


dan otot

Ulkus dia betikum

Kerusakan Integritas
Jaringan
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

B.KONSEP KEPERAWATAN

1.PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Anamnese

Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis

2. Keluhan Utama: Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba
yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh - sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
3. Riwayat kesehatan
4. Riwayat Kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab
terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
5. Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita
6. Riwayat kesehatan keluarga Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah
satu anggota keluarga yang juga menderita sebelumnya atau penyakit keturunan
yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
7. Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
8. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum :kesadaran penderita ,kesadaran suara, suara
bicara, pendengaran, TB, BB dan TTV
b. Kepala dan leher : kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
di leher, telinga kadang-kadang berdenging pengliatan.
c. Sistem integument :Turgor klit menurun, adanya luka atau warna kehitaman
bekas lka, kelembaban dan syhu kulit di daerah sekitar ulks dan ganggren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan : adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
e. Sistem gastro estestinal : apakah terdapat folipagia, polidipsi, mual, muntah,
diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
f. Sistem Urinary : poliury, retensio urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
g. Sistem muskulooskeltal : penyebaran lemak, penyebaran masa otot,
perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri.
h. Sistem N eurologis : Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,
latergi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut/kronis b.d agen cedera fisik/bologi


2. Kerusakan integritas kulit atau jaringan
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko
4. Hambatan mobilitas fisik
5. Gangguan Rasa nyaman
6. Ketidak seimbangan Nutrisi
INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional


o
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Anjurkan teknik 1. Relaksasi
b.d agen tindakan keperawatan Relaksasi mengurangi
cedera selama 1x24 2. Lakukan ketegangan
biologis jam nyeri dapat di pengkajian nyeri dan
kontrol dengan 3. Gunakan tindakan membantu
Kriteria Hasil: pengontrol nyeri membuat
1. Dari skala sebelum nyeri perasaan
3(kadang bertambah lebih nyaman
menunjukkan) 4. Dukung istrahat 2. Mengenal,me
samapi skala atau tidur yang ngetahui
2(jarang adekuat untuk memudahkan
menunjukkan) membantu dalam
2. Menggunakan penurunan nyeri melakukan
tindakan 5. Berikan individu tindakan
pengurangan penurunan nyeri keperawatan
nyeri yang optimal 3. Agar nyeri
3. Melaporkan dengan peresepan tidak
perubahan analgetik bedrtambah
terhadap 6. Beritahu dokter 4. Istrahat dapat
gejala nyeri jika tindakan tidak mengurangi
pada berhasil atau jika intensitas
profesional keluhan pasien nyeri
kesehatan dari saat ini berubah 5. Analgetik
skala signifikan dari berguna
3(sedang) sebelumnya untuk
menjadi skala 7. Monitor kepuasan mengurangi
2/1(ringan/tida pasien terhadap nyeri
k ada) manajemen nyeri 6. Untuk
dalam interval diberikan
yang spedifik tindakan lebih
8. Monitor TTV lanjut
7. Untuk
mengetahui
kedudukan
manajemen
nyeri
8. Untuk
mengetahui
perkembanga
n
N Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
o
2 Ganggua Setelah dilakukan 1. Monitot TTV 1. Untuk
n tindakan 2. Berikan mengetahui
integritas keperawatan selama pengobatan perkembangan
jaringan 3x24 jam diharapkan ulkus pada kulit kondisi klien
b.d agen keparahan infeksi 3. Berikan balutan 2. Meningkatkan
cedera dapat dimanilisir yang sesuai proses
dengan kriteria dengan jenis penyembuhan
hasil: luka luka
1. Kemerahan 4. Pertahankan 3. Mencegah
dari skala teknik balutan terjadinya
3(sedang) steril ketika pembesaran
hungga akala melakukan ukuran luka
4/5(ringan/tida perawatan luka 4. Ketidak sterilan
k ada) dengan tepat balutan dapat
2. Nyeri dari 5. Periksa setiap menyebabkan
skala kali perubahan timbulnya
3(sedang) balutan bakteri,virus dan
hingga skala 6. Bandingkan jamur
4(ringan) dan catat 5. Untuk
3. Cairan luka setiap mengetahui
yang berbau perubahan luka perubahan atau
busuk dari 7. Anjurkan kondisi luka dari
skala pasien dan hari sebelumnya
4(sedang) keluarga untuk 6. Dapat
menjadi skala mengenali menentukan
3(ringan) tanda dan tindakan perawa
gejala infeksi tan selanjutnya
8. Anjurkan 7. Pasien dan
pasien dan keluaraga dapat
keluarga pada mengetahui atau
prosedur mengenali
perawatan luka infeksi
9. Anjurkan untuk 8. Melati
israhat kemandirian
10. Intruksikan pasien dan
pasien untuk keluarga dalam
meminum perawatan luka
antibiotic yang 9. Istrahat dapat
diresepkan meningkatkan
relaksasi
10. Sebagai
tindakan
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Kruse I, Edelman S. Evaluation dan Treatmen of Diabetic Foot Ulcer. Clinical Diabetes , Frykberg
RG. Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management. Am Fam Physician,
Stillman, RM. Diabetic Ulcers. Cited Jun 2008. Available at : URL California Podiatric
Medical Association Diabetic Wound Care. Cited September 2008.
Availabel at : Mathes. Plastic Surgery. Trunk and Lower Extremity Vol 6, Second
Edition.
1450 Jones R. Exploring The Complex Care of The Diabetic Foot Ulcer. JAAPA. 2007
American Medical Association. Lower Extremity Amputation Episodes Among person
with Diabetes-New Mexico,2000. JAMA. 2003 ;289 ;
http//Askep ulkus diabeticum.Pdf

Anda mungkin juga menyukai