Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DM TYPE II DENGAN DIABETIK ULCERS


DI RUANG POLI KAKI
RSUD dr. H. M. ANSARI SALEH BANJARMASIN

A. DEFINISI
Diabetes Mellitus adalah kondisi dimana kadar gula dalam melebihi
nilai normal yang dikarakteristikan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
melakukan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein awal terjadinya
hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2017).
Sedangkan Diabetik ulcers/ Ulkus diabetik merupakan salah satu bentuk
komplikasi kronik Diabetes mellitus yang berupa luka terbuka pada
permukaan kulit dan dapat disertai dengan kematian jaringan setempat,
keadaan lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan,
dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun
anaerob (Hastuti, 2016).

B. ETIOLOGI
Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi neuropati,
penyakit arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor yang paling banyak
menyebabkan ulkus diabetik adalah neuropati, trauma, dan deformitas kaku.
Penyebab lain ulkus diabetik adalah iskemik, infeksi, edema, dan kalus.
Ulkus diabetik merupakan penyebab tersering pasien harus diamputasi,
sehingga faktor-faktor tersebut juga merupakan faktor predisposisi terjadinya
amputasi (Dafianto, 2016).

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala ulkus diabetik (Yunus, 2015), yaitu:
a. Sering kesemutan
b. Nyeri kaki saat istirahat
c. Sensasi rasa berkurang
d. Kerusakan jaringan (nekrosis)

1
e. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal
f. Kulit kering.

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi derajat ulkus diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan
menurut sistem Wagner berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi, dan
derajat gangren (Sari, 2016), yaitu:
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat ulkus

Tahapan Grade 0 Grade 1 Grade 2 Grade 3


Stage A Pre/post Luka Luka Luka
ulserasi, seuperfisial, menembus menembus
dengan tidak ke tendon ke tulang
jaringan melibatkan atau kapsul atau sendi
epitel tendon atau tulang
yang lengkap tulang
Stage B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi
Stage C Iskemia Iskemia Iskemia Iskemia
Stage D Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan
iskemia iskemia iskemia iskemia
Sumber: Perawatan Luka Diabetes (Sari, 2016)

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Pramudito (2017) mendefinisikan patofisologi ulkus diabetik
sebagai berikut:
1. Neuropati perifer
Neuropati sensorik perifer di mana seseorang tidak dapat merasakan luka
merupakan faktor utama penyebab ulkus diabetik. Kurang lebih 45- 60%
dari semua penderita ulkus diabetik disebabkan oleh neuropati, di mana
45% nya merupakan gabungan dari neuropati dan iskemik. Bentuk lain
dari neuropati juga berperan dalam terjadinya ulserasi kaki. Neuropati
perifer dibagi menjadi 3 bagian, yaitu neuropati motorik yaitu tekanan
tinggi pada kaki ulkus yang mengakibatkan kelainan bentuk kaki,
neuropati sensorik yaitu hilangnya sensasi pada kaki, dan yang terakhir

2
adalah neuropati autonomi yaitu berkurangnya sekresi kelenjar keringat
yang mengakibatkan kaki kering, pecah-pecah dan membelah sehingga
membuka pintu masuk bagi bakteri.
2. Gangguan pembuluh darah
Gangguan pembuluh darah perifer (Peripheral Vascular Disease atau
PVD) jarang menjadi faktor penyebab ulkus secara langsung. Walaupun
demikian, penderita ulkus diabetik akan membutuhkan waktu yang lama
untuk sembuh dan resiko untuk diamputasi meningkat karena insufisiensi
arterial. Gangguan pembuluh darah perifer dibagi menjadi 2 yaitu
gangguan makrovaskuler dan mikrovaskuler, keduanya menyebabkan
usaha untuk menyembuhkan infeksi akan terhambat karena kurangnya
oksigenasi dan kesulitan penghantaran antibiotika ke bagian yang
terinfeksi. Oleh karena itu penting diberikan penatalaksanaan iskemik
pada kaki.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnotik pada ulkus Diabetik Misnadiarly (2016) adalah
1. Pemeriksaan Fisik
inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau
hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.
2. Pemeriksaan Penunjang
X-ray, EMG, dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah
ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebabnya.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Singh et al. dalam Dafianto (2016), perawatan standar untuk
ulkus diabetik idealnya diberikan oleh tim multidisiplin dengan memastikan
kontrol glikemik, perfusi yang adekuat, perawatan luka lokal dan
debridement biasa, off-loading kaki, pengendalian infeksi dengan antibiotik

3
dan pengelolaan komorbiditas yang tepat. Pendidikan kesehatan pada pasien
akan membantu dalam mencegah ulkus dan kekambuhannya.
a. Debridement
Debridement luka dapat mempercepat penyembuhan dengan menghapus
jaringan nekrotik, partikulat, atau bahan asing, dan mengurangi beban
bakteri. Cara konvensional adalah menggunakan pisau bedah dan
memotong semua jaringan yang tidak diinginkan termasuk kalus dan
eschar.
b. Dressing Bahan dressing kasa saline-moistened (wet-to-dry); dressing
mempertahankan kelembaban (hidrogel, hidrokoloid, hydrofibers,
transparent films dan alginat) yang menyediakan debridement fisik dan
autolytic masing-masing; dan dressing antiseptik (dressing perak,
cadexomer). Dressing canggih baru yang sedang diteliti, misalnya gel
Vulnamin yang terbuat dari asam amino dan asam hyluronic yang
digunakan bersama dengan kompresi elastic telah menunjukan hasil yang
positif.
c. Off-loading
Tujuan dari Off-loading adalah untuk mengurangi tekanan plantar dengan
mendistribusikan ke area yang lebih besar, untuk menghindari pergeseran
dan gesekan, dan untuk mengakomodasi deformitas.
d. Terapi medis
Kontrol glikemik yang ketat harus dijaga dengan penggunaan diet
diabetes, obat hipoglikemik oral dan insulin. Infeksi pada jaringan lunak
dan tulang adalah penyebab utama dari perawatan pada pasien dengan
ulkus diabetik di rumah sakit.

4
PATWHAY
DIABETIK MILLETUS

Insulin dalam tubuh tidak adekuat

Penebalan dinding pembuluh darah

Aliran darah ke kaki berkurang

Suplai nutrisi jaringan berkurang Gangguan perfusi jaringan

Neuropati
(Terjadinnya perubahan pada kulit dan otot)

ULKUS DIABETIKUM

Kerusakan integrasi Kulit Sumber kuman

Mikroorganisme Berkoloni

Nyeri Close spase infeksi

Sistem Imun menurun

Infeksi

Sumber : singh et al, 2016

5
H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN DIABETIC ULCERS
1. Pengkajian
Pengkajian menurut Riyadi (2018) adalah:
a. Anamnesa
Identittas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya
nyeri pada luka.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas,
gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal dan pemberian
obat-obatan. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat
menghasilkan insulin dengan baik akan disampaikan informasinya
pada keturunan berikutnya.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik menurut Tarwoto dalam Yunus (2015) yaitu inspeksi
kaki untuk mengamati terdapat luka atau ulkus pada kulit atau jaringan
tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau hilang,

6
palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.
Pemeriksaan doppler ultrasound adalah penggunaan alat untuk memeriksa
aliran darah arteri maupun vena. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi
tingkat gangguan pada pembuluh darah arteri maupun vena. Dengan
pemeriksaan yang akurat dapat membantu proses perawatan yang tepat.
Pada kondisi normal, tekanan sistolik pada kaki sama dengan di tangan
atau lebih tinggi sedikit. Pada kondisi terjadi gangguan di area kaki, vena
ataupun arteri, akan menghasilkan tekanan sistolik yang berbeda. Hasil
pemeriksaan yang akurat dapat membantu diagnostik ke arah gangguan
vena atau arteri sehingga manajemen perawatan juga berbeda
e. Pemeriksaan Penunjang X-Ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium
untuk mengetahui apakah ulkus diabetik menjadi infeksi dan menentukan
kuman penyebabnya (Yunus, 2015).

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Nanda (2015) diagnosa yang sering muncul antara lain:
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun
karena penyempitan pembuluh darah.
b. Risiko tinggi infeksi/sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
atau penurunan fungsi leukosit atau perubahan pada sirkulasi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik.
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan
metabolisme (ulkus DM).

7
J. TUJUAN, DAN RENCANA KEPERAWATAN

No DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1. Gangguan perfusi Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
jaringan berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan
dengan suplai oksigen tidak terjadi gangguan perfusi aliran darah: atur kaki sedikit lebih rendah dari jantung

menurun karena jaringan. (posisi elevasi pada waktu istirahat), hindari penyilangan

penyempitan pembuluh Kriteria Hasil : kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal di
belakang lutut dan sebagainya.
darah. a. Denyut nadi perifer teraba kuat
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor risiko berupa:
dan regular
hindari diet tinggi kolesterol, teknik relaksasi, menghentikan
b. Warna kulit sekitar luka tidak
kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
pucat/sianosis
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
c. Kulit sekitar luka teraba hangat
vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi
d. Oedema tidak terjadi dan luka oksigen ( HBO ).
tidak bertambah parah
e. Sensorik dan motorik membaik
2. Risiko tinggi Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
infeksi/sepsis keperawatan selama 3 x 24 jam 2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci
berhubungan dengan sepsis berkurang. Kriteria Hasil : tangan, memakai handscon, masker, kebersihan
kadar glukosa tinggi, a. Tidak terdapat tanda-tanda lingkungan.

8
atau penurunan fungsi peradangan dan infeksi 3. Pertahankan teknik aseptik dan sterilisasi alat pada
leukosit atau perubahan seperti rubor, kalor, dolor, prosedur invasif.
pada sirkulasi. tumor, fungsiolesa, dan 4. Anjurkan untuk makan sesuai jumlah kalori yang
angka leukosit dalam batas dianjurkan terutama membatasi masuknya gula.
5000-11000 ul. 5. Berikan antibiotik yang sesuai.
b. Suhu tubuh tidak tinggi 6. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai
(36,5oC-37oC). indikasi.
c. Kadar GDS 60-100 mg/dl.
d. Glukosa urin negatif.
e. Leukosit dalam batas
normal.
Nyeri akut berhubungan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji faktor yang mengakibatkan kedidakyamanan
dengan agen fisik. keperawatan selama 3 x 7 jam 2. Kaji nyeri secara komprehensif (penyebab,
diharapkan nyeri klien berkurang kualitas, lokasi, skala dan waktu/durasi nyeri).
Kriteria Hasil: 3. Observasi tanda non verbal dari ketidaknyamanan
a. Melaporkan nyeri berkurang 4. Control faktor lingkungan yang mempengaruhi
b. Mampu mengontrol nyeri ketidak nyamanan
c. Menyatakan rasa nyaman 5. Ajarkan klien dan keluarga manajemen nyeri non
d. Ekspresi wajah pasien tidak farmakologi dengan nafas dalam.

9
terlihat meringis kesakitan 6. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic
e. Nadi 80-84 x/menit
f. Skala nyeri 0 atau 1 atau 2 atau
3 atau 4
Kerusakan integritas Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan luka : lokasi, kedalaman,
jaringan berhubungan keperawatan selama 3x30 menit karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan
dengan gangguan diharapkan kerusakan integritas nekrotik, dan tanda-tanda infeksi lokal).
metabolisme (ulkus jaringan dapat berkurang Kriteria 2. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering.
DM) Hasil : 3. Lakukan perawatan luka dengan teknik steril.
a. Menunjukkan proses 4. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi tekanan
penyembuhan luka. pada luka.
b. Tidak ada tanda-tanda 5. Anjurkan klien dan keluarga untuk menjaga daerah
infeksi (kemerahan, luka agar tetap bersih dan kering.
bengkak, teraba hangat, dan 6. Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi
tidak ada pus) protein
7. Beri terapi kolaborasi antibiotik jika perlu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dafianto AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar


ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi Ke-4. Jakarta: Interna Publishing; 2016
Diakses pada tanggal 9 February 2021 jam 13.00 WITA

Hastti Infeksi pada kaki diabetik. Naskah lengkap diabetes mellitus ditinjau dari
berbagai aspek penyakit dalam dalam rangka purna tugas Prof Dr.dr.RJ
Djokomoeljanto. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2016
Diakses pada tanggal 9 February 2021 jam 13.20 WITA

Misnadiarly. Diabetes mellitus: ulcer, infeksi, ganggren. Jakarta: Penerbit


Populer Obor; 2016. Diakses pada tanggal 9 February 2021 jam 13.10 WITA

Pramudito. Kaki Diabetik patogenesis dan penatalaksanaannya. Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2017. Diakses pada tanggal 9
February 2021 jam 13.34 WITA

Riyadi. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi Ke-4. Jakarta: Interna
Publishing; 2018 Diakses pada tanggal 9 February 2021 jam 13.45 WITA

Sari. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan


pencegahan diabetes melitus tipe 2 Indonesia. Jakarta: Pengurus Besar
Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia; 2016. Diakses pada tanggal 9
February 2021 jam 13.50 WITA

Smeltzer & Bare factor, pathogenesis and management


of diabetic foot ulcers. Iowa: Des Moines University; 2016. Diakses pada
tanggal 9 February 2021 jam 14.00WITA

Singh Et all C. The diabetic foot. Dalam: Porte D, Sherwin


RS, Baron A, editor. Ellenberg and Rifkin’s diabetes mellitus. Edisi ke-6.
Philadelphia: McGraw-Hill; 2018. Diakses pada tanggal 9 February 2021 jam
14.34 WITA

Yunus. Neuropati diabetik. Dalam: Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid III. Edisi Ke-4. Jakarta: Interna Publishing; 2016.
Diakses pada tanggal 9 February 2021 jam 12.34 WITA

11

Anda mungkin juga menyukai