Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETIC FOOT DI POLI BEDAH RSU


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Disusun Oleh:
Neli Safitri
NIM: 1114901230405

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES DARUL AZHAR BATULICIN
2024
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETIC


FOOT DI POLI BEDAH RSU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Oleh:
Neli Safitri
NIM: 1114901230405

Malang, Februari 2024


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Penyakit
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik herediter yang
dijumpai dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh. Dimana adanya gangguan
primer yang terletak pada metabolisme karbohidrat dan biasanya disertai
adanya gangguan metabolisme lemak dan protein.
Diabetic Foot (Kaki diabetik) merupakan salah satu komplikasi
kronis dari debetes melitus yang di deinisikan sebagai gangguan atau
kelainan (perubahan patologis) pada tungkai bawah. Komplikasi ini terjadi
karena beberapa hal, seperti terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat
membedakan suhu panas dan dingin, adanya rasa sakit yang berkurang
(Adri, 2020)
B. Etiologi
Penyebab diabetic foot, diantaranya:
1. Adanya hiperglikemia (gula darah yang cenderung tinggi)
2. Terjadi luka kecelakaan
3. Trauma sepatu
4. Stress berulang
5. Trauma panas
6. Iatrogenik
7. Oklusi vaskular
8. Kondisi kulit atau kuku yang kotor dan tajam
C. Tanda dan gejala
Adapun beberapa tanda gejala yang muncul pada seseorang yang
akan mengalami kaki diabetic, diantaranya :
1. Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
2. Jarak melihat menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
3. Adanya rasa nyeri apabila di buat istirahat
4. Timbulnya kerusakan jaringan pada kulit (necrosis, ulkus)
5. Adanya kalus di telapak kaki
6. Kulit kaki kering dan pecah-pecah (IDRIS, 2020)
D. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada kaki diawali adanya hiperglikemia pada
penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada
pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular
perifer yang menghambat sirkulasi darah.
Dalam kondisi ini, akan terjadinya penyempitan di sekitar arteri
yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di bagian
bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi
yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbullah ulkus yang
kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang seringkali
memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik,
metabolik dan faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi
(hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif yang luas bukan
hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme
protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan
pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran
pembuluh darah besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah
yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah
terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Adanya neuropati diabetik juga dapat menyebabkan insensitivitas
atau hilangnya kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin.
Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut,
lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya
insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya
dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan
kemampuan sel darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang
pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%. Karena
kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur
terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes
yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi.
Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen
jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman
anaerob berkembang biak di dalamnya (NURJANAH, 2020).
F. Patway

G. Klasifikasi
Menurut Wagner, kaki diabetic diabagi dalam 6 grade, yaitu:
1. Grade 0 : menunjukan tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai
dengan pembentukan kalus ”claw” Kulit utuh tapi ada kelainan pada
kaki akibat neuropati.
2. Grade I : menunjukan terdapat ulkus superfisial, terbatas pada kulit.
3. Grade II : menunjukan ulkus dalam menembus tendon dantulang.
4. Grade III : menunjukan adanya ulkus dengan atau tanpa asteomyelitis.
5. Grade IV : menunjukan adanya ganggren pada jari kaki atau bagian
distal kaki, dengan atau tanpa selulitis (infeksi jaringan).
6. Grade V : menunjukan adanya gangren pada seluruh kaki atau sebagian
tungkai bawah (Adri, 2020).
G. Pemeriksaan Penunjang
Berikut merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan glukosa darah.
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang
menginfeksi luka segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan
sentuhan ringan, kepekaan terhadap suhu (Hidayatillah, 2020).
H. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan ulkus kaki diabetic yang memerlukan
pengobatan agresif dalam jangka pendek, diantaranya:
1. Debridement local radikal pada jaringan sehat.
2. Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes
sensitivitas antibiotic,contohnya :
 Untuk infeksi M.chelonei dapat digunakan quinolon
(ciprofloxacin, ofloxacin),b sulfonamides.
 Untuk infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-
lactams cefloxitin.
 Untuk infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M.
ulcerans yang paling umum digunakan adalah quinolon G
(Megawati, 2020)
Adapun beberapa obat yang biasa digunakan pada seseorang
dengan kaki diabetic adalah
1. Insulin
2. Neurotropik
3. Kompres luka
4. Obat anti trombosit
5. Neuromin, dan oksoferin solution.
6. Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.
7. Posisi tanpa adanya berat badan pada ulkus plantaris
Adapun usaha pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari
amputasi secara umum:
1. Memperbaiki kelainan vaskular yanga ada.
2. Memperbaiki sirkulasi.
3. Pengamatan kaki teratur.
4. Pengelolaan pada masalah yang timbul (pengobatan vaskularisasi,
infeksi, dan pengendalian gula darah).
5. Sepatu khusus.
6. Kerjasama tim yang baik
7. Penyuluhan pasien.
Cara penanggulangan dan pencegahan kaki diabetik, diantaranya :
1. Diagnosis klinis dan laboratorium yang lebih teliti.
2. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi, obat vaskular, obat
penurun gula darah maupun menghilangkan keluhan/gejala penyakit
Diabetes.
3. Pemberian penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang
penatalaksanaan kaki diabetik di rumah.
4. Periksa kaki dan celah kaki setiap hari, apakah terdapat kalus, bula,
lecet dan luka.
5. Bersihkan kaki setiap hari terutama di celah jari kaki.
6. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
7. Memotong kuku secara berhati-hati dan jangan terlalu dalam.
8. Jangan berjalan tanpa alas kaki.
9. Hindari trauma berulang.
10. Memakai sepatu yang nyaman bagi kaki.
11. Periksalah bagian dalam sepatu dari benda-benda asing sebelum
dipakai.
12. Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal
13. Jangan merendam kaki dalam jangka waktu yang lama (Hidayatillah,
2020)
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,
tanggal pengkajian dan diagnosa medis.

b. Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa
raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat penyakit sekarang
 Kapan terjadinya luka
 Penyebab terjadinya luka
 Apa upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d. Riwayat penyakit dahulu
 Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas.
 Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun
obatobatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e. Riwayat penyakit keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan
yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal
hipertensi, jantung.
2. Pemeriksaan Fisik
Terdiri atas, status kesehatan umum: meliputi keadaan penderita,
kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda
vital.
a. Kepala dan leher
 Pemeriksaan Kepala: kaji bentuk kepala, keadaan rambut
 Pemeriksaan Leher: adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah,
 Pemeriksaan Mata: apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
b. Sistem integumen
 Turgor kulit menurun
 Adanya luka atau warna kehitaman bekas luka kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren
 Kemerahan pada kulit sekitar luka
 Tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi,hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
e. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
f. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.
g. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
h. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
 Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200
mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial >
200 mg/dl.
 Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil
dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
 Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
J. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus kaki diabetik,
diantaranya:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
K. Luaran Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya
aliran darah kendaerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh
darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal dengan
kriteria hasil :
 Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
 Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
 Kulit sekitar luka teraba hangat.
 Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
 Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
a. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
b. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah
 Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung (posisi elevasi
pada waktu istirahat)
 Hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari
penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga
tidak terjadi oedema.
c. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
 Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan
kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek
dari stres.
d. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam
 Pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan
terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki.
Sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui
perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki
oksigenasi dan daerah ulkus/gangren.
2. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka dengan kriteria hasil:
 Berkurangnya oedema sekitar luka pus dan jaringan berkurang
 Adanya jaringan granulasi.
 Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
a. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara
abseptik menggunakanlarutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan
yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan
granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan
kultur pus dan pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan
kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat
untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui
perkembangan penyakit.
3. Ganguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang dengan kriteria hasil:
 Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
 Pergerakan penderita bertambah luas.
 Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36
– 37,5 0C, N: 60 – 80x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20
x /menit ).
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
b. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi
akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk
diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
c. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien.
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
f. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran
pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa
nyaman.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri
pasien.
L. Evaluasi
1. Denyut nadi perifer pasien teraba kuat dan reguler
2. Warna kulit sekitar luka pasien tidak pucat/sianosis
3. Oedema pada pasien tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
4. Nyeri berkurang
5. Pergerakan pasien bertambah luas
6. Tidak ada lagi bau busuk
DAFTAR PUSTAKA

Adri, K. (2020). RISK FACTORS OF DIABETES MELLITUS TYPE 2 WITH


DIABETIC ULKUS AT SIDRAP HOSPITAL. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Maritim, 101-108.

Hidayatillah, S. A. (2020). "Hubungan Status Merokok dengan Kejadian Ulkus


Diabetikum pada Laki-Laki Penderita Diabetes Melitus.". Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 32-37.

IDRIS, Z. P. (2020). Pola Resistensi Bakteri Pada Ulkus Diabetik. Journal


Prosiding Nasional Biologi di Era Pandemi COVID-19, 140-143.

Megawati, S. W. (2020). Senam Kaki Diabetes Pada Penderita Diabetes Melitus


Tipe 2 Untuk Meningkatkan Nilai Ankle Brachial Indexs. Jnc, 1-6.

NURJANAH, Y. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DIABETES MELLITUS TIPE II DENGAN GANGGUAN INTEGRITAS
JARINGAN DI RUANG MARJAN ATAS RSUD DR.SLAMET
GARUT. Journal of Chemical Information and Modeling, 5-7.

Anda mungkin juga menyukai