Anda di halaman 1dari 14

DESIMINASI ILMU

TENTANG PENGGUNAAN FORMAT PENGKAJIAN LUKA


MENURUT DESIGN PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Diah Merdekawati, M.kep
Ns. Ani Astuti, M.kep, Sp.Kmb

Disusun Oleh:
Phil Barker
Mardiana, S.Kep 2114901042
Dedi Pratama, S.Kep 2114901044
Hetti Marini , S.Kep 2114901045
Misewardaiyusi, S.Kep 2114901046
Lastri Ramauli Siregar, S.Kep 2114901047
Rico Hernanto, S.Kep 2114901049
Netty Yopita Sannaria, S.Kep 2114901051
Muhammad Fathoni, S,Kep 2114901052
Rahma Agustina, S.Kep 2114901053
Purnamasari, S.Kep 2114901055
Rita Lestari, S.Kep 2114901062
Martina Ardi, S.Kep 2114901036
Paisol, S.Kep 2114901030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU
JAMBI 2022
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi pasien
dengan diabetes melitus. Penyembuhan luka yang lambat dan meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi cenderung terjadi, ganggren dapat berkembang dan
terdapat resiko tinggi perlu dilakukannya amputasi tungkai bawah hal ini di akibatkan
oleh gangguan neurologis (neuropati) dan vaskuler pada tungkai (Morison, 2012).
Dalam perawatan ulkus diabetikum American Diabetik Association (ADA),
membuat target yang harus di capai, yaitu meningkatkan fungsi dan kualitas hidup,
mengontrol infeksi, meningkatkan status kesehatan, mencegah amputasi, dan
mengurangi pengeluaran biaya pasien. Namun pada kenyataannya dalam 30 detik
terjadi amputasi pada ulkus diabetikum di seluruh dunia (Lestari, 2013).
Menurut Handayani (2010) “ulkus diabetik kalau tidak segera mendapatkan
pengobatan dan perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi yang segera meluas dan
dalam keadaan lebih lanjut memerlukan tindakan amputasi bahkan kematian.
Amputasi dan kematian pada pasien ulkus diabetikum ini dapat disebabkan oleh
kegagalan dalam penyembuhan (delayed healing) yang berlanjut pada infeksi lokal
maupun general. Dalam proses penyembuhan luka, delayed healing dapat terjadi bila
sel inflamasi dan sel imunitas yang diperlukan pada fase inflamasi, proliferasi dan
maturasi tidak dapat bekerja secara optimal. Sel sel tersebut adalah platelet (fase
koagulasi), neutrofil dan monosit (fase koagulasi dan inflamasi), makrofag (fase
inflamasi), keratinosit, fibroblas dan sel endotelial (fase proliferasi),serta miofibroblas
(fase maturasi). Proses penyembuhan ulkus diabetikum dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya adalah usia, manajemen perawatan luka, nutrisi, merokok dan
infeksi.
Lebih dari 150 juta penduduk dunia pada tahun 2016 menderita diabetes dan
hampir seperempatnya berisiko memiliki ulkus diabetikum 25% kasus ulkus
diabetikum berdampak pada amputasi organ. 40% kasus ulkus diabetikum dapat
dicegah dengan rawat luka yang baik. 60% kasus ulkus diabetikum berkaitan erat
dengan neuropati perifer. Diestimasikan bahwa risiko mengalami komplikasi ulkus
diabetikum adalah 15% (dr. Wahjoepramono, 2010). Sedangkan angka kematian

2
akibat ulkus diabetikum dan ganggren mencapai 17-23%, serta angka amputasi
mencapai 15-30% (Purwanti, 2013)
Pola perawatan Diabetes Melitus adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau
menjaga agar penderita diabetes dapat mengendalikan kadar gula darah dalam batas
normal dan mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi meliputi diet,
olahraga/latihan, terapi, pemantauan kadar gula darah, dan edukasi. Perawat
merupakan tenaga kesehatan yang paling aktif berperan dalam pencegahan dan deteksi
awal diabetes dan komplikasinya (Ananta, 2018).
Seorang perawat dapat melakukan tindakan menutup luka, perawat harus
mengetahui jenis ulkus dan bagaimana cara menutup luka yang baik. Meskipun
terlihat mudah, ini merupakan komponen penting dalam manajemen diabetes,
menutup luka merupakan cara penting untuk mencegah infeksi dan kelembapan.
Membuang luka dan memperkecil kemungkinan infeksi bakteri juga dapat membantu
proses kecepatan penyembuhan (Azzida Dzaher, 2016).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Peserta dapat mengetahui tentang format pengkajian luka design perawatan Ulkus
Diabetikum
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien Ulkus Diabetikum dengan menggunakan
format pengkajian luka design
b. Mengetahui konsep teori tentang perawatan ulkus diabetikum
c. Untuk mengetahui cara pengkajian luka ulkus diabetikum dengan menggunakan
format pengkajian luka design di gedung 2 RSUD HAMBA

3
MATERI

A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolik akibat dari kegagalan pankreas
untuk mensekresi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan glukosa)
secara adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia. DM merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah
atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang
tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah
satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni,
2010). Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Mellitus sebagai
sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL
yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Diabetik untuk
terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding
pembuluh darah, (zaidah, 2005).
Ulkus Diabetikum akibat mikroangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan
sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5
P yaitu :
a.   Pain (nyeri)
b.   Paleness (kepucatan)
c.   Paresthesia (kesemutan)
d.   Pulselessness (denyut nadi hilang)
e.   Paralysis (lumpuh).

B. ETIOLOGI
Kejadian ulkus diabetikum pada pasien diabetes dapat disebabkan oleh neuropati
perifer, penyakit arteri perifer, kelainan bentuk kaki, trauma kaki dan gangguan
resistensi terhadap infeksi (Noor et al., 2015).
1. Neuropati Perifer
Neuropati merupakan sebuah penyakit yang mempengaruhi saraf serta
menyebabkan gangguan sensasi, gerakan, dan aspek kesehatan lainnya tergantung
pada saraf yang terkena. Neuropati disebabkan oleh kelainan metabolik karena
hiperglikemia. Gangguan sistem saraf motorik, sensorik dan otonom merupakan
akibat neuropati. Neuropati motorik menyebabkan perubahan kemampuan tubuh
untuk mengkoordinasikan gerakan sehingga terjadi deformitas kaki, kaki charcot,
jari kaki martil, cakar, dan memicu atrofi otot kaki yang mengakibatkan
osteomilitis. Neuropati sensorik menyebabkan saraf sensorik pada ekstremitas
mengalami kerusakan dan cedera berulang yang mengakibatkan gangguan
integritas kulit sehingga menjadi pintu masuk invasi mikroba. Hal ini dapat menjadi
pemicu luka yang tidak sembuh dan membentuk ulkus kronis. Kehilangan sensasi
atau rasa kebas sering kali meyebabkan trauma atau lesi yang terjadi tidak di
ketahui. Neuropati otonom menyebabkan penurunan fungsi kelenjar keringat dan
sebaceous di kaki sehingga kulit kaki menjadi kering serta mudah terbentuk fisura.
Kaki kehilangan kemampuan pelembab alami dan kulit menjadi lebih rentan rusak
dan berkembangnya infeksi (Noor et al., 2015).
2. Peripheral Artery Disease (PAD)
Penyakit arteri perifer atau Peripheral Artery Disease (PAD) adalah penyakit
pada ekstremitas bawah karena terjadinya penyumbatan arteri yang disebakan oleh
atherosklerosis. Perkembangannya mengalami proses yang bertahap di mana arteri
menjadi tersumbat, menyempit, atau melemah, peradangan yang berkepanjangan
dalam mikrosirkulas dan menyebabkan penebalan kapiler sehingga membatasi
elastisitas kapiler yang menyebabkan iskemia. Penyumbatan pada arteri besar dan
menengah, seperti pembuluh femoropopliteal dan aortoiliaka menyebabkan iskemia
akut atau kronis pada otot. Perfusi arteri yang menurun mengakibatkan aliran darah
yang tidak lancar sehingga dapat menyebabkan pasien berisiko mengalami ulkus,
penyembuhan luka yang buruk dan ulkus berkembang menjadi gangren (Noor et
al., 2016)
3. Kelainan Bentuk Kaki
Kelainan bentuk kaki disebabkan oleh neuropati diabetes sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan kulit saat berjalan (Bandyk, 2019). Kelainan
bentuk kaki seperti hallux valgus, jari kaki palu atau jari kaki cakar, jari kaki martil
dan kaki charcot. Kaki charcot sering muncul tanpa gejala dan sering berkembang

5
menjadi kelainan bentuk kaki yang serius dan tidak dapat disembuhkan yang dapat
menyebabkan kejadian ulserasi. Pasien dengan kelainan bentuk kaki juga harus
memperhatikan alas kaki yang digunakan dan disesuaikan dengan bentuk kaki
untuk mencegah terjadinya ulserasi (Cuestavargas, 2019).
4. Imunopati
Imunopati terlibat dalam kerentanan yang ada pada pasien diabetes terhadap
infeksi serta potensi untuk meningkatkan respons normal inflamasi. Infeksi pada
luka dapat mudah terjadi karena sistem kekebalan atau imunitas pada pasien DM
mengalami gangguan (compromise). Gangguan pertahanan tubuh yang terjadi
akibat dari hiperglikemia yaitu kerusakan fungsi leukosit dan perubahan morfologi
makrofag. Selain menurunkan fungsi dari sel-sel polimorfonuklear, gula darah yang
tinggi merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Penurunan
kemotaksis faktor pertumbuhan dan sitokin, ditambah dengan kelebihan
metaloproteinase, menghambat penyembuhan luka normal dengan menciptakan
keadaan inflamasi yang berkepanjangan (Pitocco et al., 2019).
5. Trauma
Tidak disadarinya trauma yang terjadi dapat disebabkan oleh penurunan
sensasi nyeri pada kaki. Trauma yang kecil atau trauma yang berulang, seperti
pemakaian alas kaki yang sempit, terbentur benda keras, atau pecah-pecah pada
daerah tumit disertai tekanan yang berkepanjangan dapat menyebabkan ulserasi
pada kaki (Perezfavila et al., 2019).
6. Infeksi
Bakteri yang dominan pada infeksi kaki adalah aerobik gram positif kokus
seperti Staphycocus aureus dan β-hemolytic streptococci. Banyak terdapat jaringan
lunak pada telapak kaki yang rentan terhadap infeksi serta penyebaran yang mudah
dan cepat kedalam tulang sehingga dapat mengakibatkan osteitis. Ulkus ringan
pada kaki apabila tidak ditangani dengan benar dapat dengan mudah berubah
menjadi osteitis/osteomyelitis dan gangrene. Kadar gula darah yang buruk,
disfungsi imunologi dengan gangguan aktivitas leukosit dan fungsi komplemen
mengakibatkan perkembangan infeksi jaringan yang invasif. Polymicrobial
(staphlycocci, streptococci, enterococci, Infeksi Escherichia coli dan bakteri gram
negatif lainnya) sering terjadi, begitu juga dengan adanya antibiotic strain bakteri
resisten, terutama methicillin-resistant Staphlycoccus aureus (MRSA) dalam 30-
40% kasus (Bandyk, 2019).

6
C. KLASIFIKASI
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,yaitu:
Derajat 0     : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I       : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II      : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
Derajat III     : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV    : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V      : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

D. FAKTOR RISIKO
Komplikasi kronik pada DM pada prinsipnya dapat di cegah dan di kurangi
dengan mengendalikan kadar glukosa darah, kadar lipid, HbA1C, status gizi, dan
tekanan darah mencapai kadar yang di harapkan (PERKENI 2011). Boulton,
Armstrong, Albert, et el. (2008) menyebutkan beberapa faktor risiko yang dapat
menimbulkan ulkus kaki diabetik adalah neuropati perifer, deformitas kaki, penyakit
vaskuler perifer, gangguan penglihatan, control glikemik yang buruk, riwayat merokok
dan riwayat ulkus diabetic dan amputasi sebelumnya. Sedangkan Smeltzer, Bare,
Hinkle, et al. (2010) menambahkan faktor durasi DM lebih dari 10 tahun, umur lebih
dari 40 tahun, penurunan sensasi, dan penurunan nadi perifer juga dapat meningkatkan
risiko terjadinya ulkus kaki diabetik. Sementara itu Delmas (2006) memaparkan
bahwa ada tiga faktor signifikan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya ulkus kaki
diabetic, yaitu neuropati perifer, iskemia (penurunan sirkulasi), dan trauma.

E. TANDA DAN GEJALA


Menurut (Roza, 2015), tanda dan gejala ulkus diabetikum dapat dilihat dari:
1. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, poplitea, kaki menjadi atrofi,
kaku, sering kesemutan, dingin, kuku menjadi tebal dan kulit kering.
2. Eksudat, yaitu adanya eksudat atau cairan pada luka sebagai tempat
berkembangnya bakteri
3. Edema, di sekitar kulit yang mengalami ulkus diabetikum sebagian besar akan
terjadi edema kurang dari 2 cm, berwarna merah muda, dan inflamasi minimal.
Edema pada ulkus diabetikum terdiri dari edema minimal yaitu sekitar 2 cm,
sedang (semua kaki), berat (kaki dan tungkai).

7
4. Inflamasi. Inflamasi yang terjadi dapat berupa inflamasi ringan , sedang, berat atau
tanpa inflamasi. Warna : merah muda, eritema, pucat, gelap
5. Nyeri, Nyeri kaki saat istirahat, kepekaan atau nyeri sebagian besar tidak lagi terasa
atau kadang-kadang dan tanpa maserasi atau kurang dari 25% dan maserasi : tanpa
maserasi atau 25 %, 26 – 50 %, > 50 %. (Roza et al., 2015). l

8
DAFTAR PUSTAKA

Azzida Dzaher. (2016). Peran perawat pada manajemen kaki penderita diabetes.
Retrieved from https://today.mims.com/peran-perawat-pada-manajemen-
kaki-penderita-diabetes
Bandyk, D. F. (2019). The diabetic foot: Pathophysiology, evaluation, and treatment.
Seminars in Vascular Surgery, 1–6.
https://doi.org/10.1053/j.semvascsurg.2019.02.001
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Boulton AJ, Armstrong DG, Albert SF, et al. 2008. Comprehensive Foot Examination and
Risk Assessment. Diabetes Care. 31: 1679-85
Brunner dan Suddarth. (2014). Keperawatan medikal Bedah Brunner & Suddarth. EGC
Delmas. (2006). Best Pratice in the Assessment and Management of Diabetic Foot Ulcers.
Rehibilition Nursing
dr. Wahjoepramono. (2010). Ulkus Diabetikum(pp. 7–37). pp. 7–37. Retrieved from
https://www.alomedika.com/penyakit/endokrinologi/ulkus-diabetikum/
patofisiologi
Fatimah, Restyana Noor. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority , vol 4 no 5, 93- 101.
Handayani, T. ( 2010 ). Pengaruh pengelolaan depresi dengan latihan pernafasan yoga
( pranayama ) terhadap perkembangan proses penyembuhan ulkus diabetikum di
rumah sakit pemerintah Aceh. Desertasi Universitas Indonesia.
Indasyah, E. and Ananta, A. (2018) ‘Rancang Bangun Sistem Informasi dan Monitoring
Level Stress Penderita Diabetes Millitus ( DM ) Berbasis Android’, 3(1).
Lestari, M. A. (2013). Gambaran Distribusi Faktor Risiko Pada Penderita Ulkus
Diabetika Di Klinik Kitamura PKU Muhammadiyah Pontianak.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/4142
Morison, M. J. (2012). Manajemen Luka. Jakarta: EGC.
PERKENI, 2015, Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia,
PERKENI, Jakarta
Purwanti,O,S (2013). Analisis Faktor-Faktor Risiko Terjadi Ulkus Kaki Pada Pasien
Diabetes Mellitus Di Rsud Dr. Moewardi. Tesis. FIK:UI
Zaidah 2005. Penatalaksanaan Ulkus Diabetikum. Jakarta: EGC

9
PENGKAJIAN LUKA

Tanggal
Design
Tidak ada luka, dan tercapai
Dept 0
kemerahan
1 Kemerahan yang persisten
2 Sampai ke dermis
3 Hanya sampai subkutaneus
4 Sampai ke otot
5 Sampai ke tulang
Exudate 0 Tidak ada eksudat
Luka ringan (tidak perlu ganti
1
balutan setiap hari)
Moderat (perlu ganti balutan setiap
2
hari)
Berat (perlu ganti balutan minimal
3
sekali/ lebih dalam sehari)
Size 0 Tidak ada luka
1 4 cm
2 4 cm S 16 cm
3 16 cm S 36 cm
4 36 cm S 64 cm
5 64 cm S 100 cm
Imflamation 0 Tidak ada tanda/ gejala imflamasi
Tanda/ gejala inflamasi (rubor,
1
dolor, color, tumor, functiolaesa)
Sebagai tanda infeksi (inflammation
2
symptoms and small odor)
Luka mengalami infeksi dan sampai
3
infeksi sistemik (hyperthermia)
Granulation 0 Superfisial tidak dapat di evaluasi
1 Granulasi lebih dari 90%
2 Granulasi 50% - 90%
3 Granulasi 10% S 50
4 Garnulasi < 10%
5 Tidak ada granulasi
Necrotic 0 Tidak terdapat jaringan nekrosis
1 Jaringan nekrosis lunak
2 Keras dan tebal
Pocket 1 4 cm
2 4 cm S 16 cm
3 16 cm S 36 cm
4 Lebih dari 36 cm

Ket : Hasil dari pengkajian menggunakan instrumen ini, bahwa semakin kecil jumlah dari
total skor adalah semakin baik dan sebaliknya

10
STANDARD
OPERSIONAL PERAWATAN LUKA
PROSEDUR

Membersihkan luka, mengobati luka dan menutup kembali luka


PENGERTIAN
dengan tekhnik steril.

GAMBAR

1. Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka.


2. Memberi pengobatan pada luka.
TUJUAN
3. Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien.
4. Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka.
1. Pasien yang luka baru maupun luka lama, luka post oprasi, luka
INDIKASI
bersih dan luka kotor.
PETUGAS  Perawat
1. Pinset anatomis
2. Pinset chirurgis
3. Gunting debridemand / gunting jaringan.
4. Kassa steril.
5. Kom kecil 2 buah.
6. Peralatan lain terdiri dari :
a. Sarung tangan.
b. Gunting plester.
PERALATAN
c. Plester.
d. Cairan NaCl 0,9%
e. Bengkok
f. Perlak / pengalas.
g. Verband.
h. Obat luka sesuai kebutuhan.

PROSEDUR A. Tahap pra interaksi


PELAKSANAAN 1. Cek catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan

11
B. Tahap orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya.
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada klien
dan keluarga.
C. Tahap kerja
1. Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Menjaga privasy pasien.
3. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
4. Pasang perlak / pengalas di bawah daerah luka.
5. Membuka peralatan.
6. Memakai sarung tangan.
7. Basahi kasa dengan bethadin kemudian dengan menggunakan
pinset bersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih
dari kotoran. (gunakan teknik memutar searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan NaCl 0,9% kemudian dengan
menggunakan pinset bersihkan area luka bagian dalam.
(gunakan teknik usapan dari atas ke bawah)
9. Keringkan daerah luka dan Pastikan area daerah luka bersih
dari kotoran.
10. Beri obat luka sesuai kebutuhan jika perlu.
11. Pasang kasa steril pada area luka sampai tepi luka.
12. Fiksasi balutan menggunakan plester atau balautan verband
sesuai kebutuhan.
13. Mengatur posisi pasien seperti semula.
14. Alat-alat dibereskan.
15. Buka sarung tangan.
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan.
2. Catat tindakan.
3. Berpamitan.

12
PERAWATAN Penyebab Luka Diabetes
LUKA ADALAH
LUKA DIABETES
MELITTUS Suatu robekan pada jaringan kulit yang Kada gula
disengaja mau pun tidak dengan darah yang
disengaja, tinggi
Luka dapat sembuh dengan sendirinya
namun ada juga dengan beberapa
perawatan khusus Pemakaian alas
kaki yang terlalu
keras dan sempit
OLEH:
Phil Barker
1. Mardiana S.Kep LUKA DI A BE T E S A D AL AH
2. Dedi Pratama S.Kep Kebiasaan buruk
3. Hetti Marini S.Kep Kerusakan sebagian atau keseluruhan (merokok dan
4. Misewardaniyusi S.Kep pada kulit yang dapat meluas ke jaringan minum minuman
5. Lastri Ramauli S.Kep
bawah kulit, tendon, otot, tulang atau berakohol)
6. Rico Hernanto S.Kep
7. Netti Yopita S.Kep
8. M.Fatoni S.Kep persendian yang terjadi pada seseorang
9. Rahma Agustina S.Kep yang menderita penyakit kaki diabetes
10. Purnama Sari S.kep
berat badan yang tidak
11. Rita Lestari S.Kep mellitus (Nurhanifah, 2017).
12. Martina Ardi S.Kep terkontrol
13. Paisol S.Kep
14. Lusiana S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES HARAPAN IBUJAMBI
2022

13
PERAWATAN
SebelUm melakLUKA ???
Ukan perawatan lUka bersihkan luka :
 Cuci luka terlebih dahulu dengan plastic
kapas yang dibasahi NaCl 0,9% atau
Perawatan luka adalah suatu tindakan kapas lembab yang telah dibasahi
untuk mempercepat suatu proses air matang yang telah dingin.
 Keringkan luka dengan kassa kering
penyembuhan luka dan mencegah supaya steril
 Untuk luka yang masih basah,
tidak terjadi infeksi pada luka kompres luka dengan kassa yang
telah dibasahi betadin / antiseptic
 Tutup luka yang telah dikompres
kassa betadin / antiseptik dengan
PENYEBAB LUKA SUKAR SEM kassa kering
BUH
 Plester balutan tersebut agar tidak
Luka terbuka dan kotor mudah lepas atau perban
menggunakan perban gulung
 Bereskan peralatan
Adanya benda asing atau Langkah – Langkah perawatan lUka  Cuci tangan
jaringan yang sudah mati  Atur posisi senyaman mungkin
 Siapkan alat yang diperlukan dan
di dalam luka dekatkan
Daya tahan tubuh menurun  Keluarga yang akan melakukan ganti
balutan sebelumnya mencuci tangan
Gizi buruk
terlebih dahulu dengan sabun
Mobilisasi terbatas atau  Buka plester/ perban (dengan
menggunakan kayu putih)
kurang gerak
 Balutan lama dibuka dan dibuang ke

Anda mungkin juga menyukai