Anda di halaman 1dari 25

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD) DI RUANG MAWAR V


BHAYANGKARA MAYANG MANGURAI JAMBI

PEMBIMBING:
Ns. Mefrie Puspita, M.Kep, Sp. Kep. An
Ns. Dian Octavia, M.N.S
Yesi Yantini, S.Kep, NERS
Sariliti Manulu, S.Kep, NERS

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK KATHERINE COCALBA

1. Eko Sari Putra, S.Kep 7. Ayu Nopita, S.Kep


2. Agus Setiyo Utomo, S.Kep 8. Andrian Fadhil Pratama, S.Kep
3. Yeni GusmidaPabuta, S.Kep 9. Endah Yomella, S.Kep
4. Miranda Saraswati, S.Kep
5. Junaidi, S.Kep
6. Firwan Mutril Gandi, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menyebutkan jumlah kasus
demam berdarah yang dilaporkan meningkat lebih dari 8 kali lipat selama 4
tahun terakhir, dari 505.000 kasus meningkat menjadi 4,2 juta pada tahun
2019). Jumlah angka kematian yang dilaporkan juga mengalami
peningkatan dari 960 menjadi 4032 selama 2015. Tidak hanya jumlah kasus
yang meningkat seiring penyebaran penyakit ke wilayah baru termasuk
Asia, tetapi wabah eksplosif juga terjadi. Ancaman kemungkinan wabah
demam berdarah sekarang ada di Asia. Wilayah Amerika melaporkan 3,1
juta kasus, dengan lebih dari 25.000 diklasifikasikan sebagai parah. Terlepas
dari jumlah kasus yang mengkhawatirkan ini, kematian yang terkait dengan
demam berdarah lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah
kasus DHF tersebut merupakan masalah yang dilaporkan secara global
terjadi pada tahun 2019 (WHO, 2020).
Penyebaran penyakit DBD sudah meluas ke provinsi maupun ke
kabupaten, dapat diindikasikan dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit.
Jumlah kabupaten kota pada tahun 2018 sebanyak 481 atau 93,58%, jumlah
kabupaten/kota terjangkit DBD menujukkan kecenderungan peningkatan
sejak tahun 2010-2019 Kementerian Kesehatan menetapkan salah satu
indikator pada rencana strategis tahun 2015-2019, yaitu persentase
kabupaten/ kota yang memiliki IR DBD < 49 per 100.000 penduduk. Dari
514 kabupaten/ kota yang ada di Indonesia, terdapat 320 kabupaten/ kota
(62, 26%) yang sudah mencapai IR DBD < 49/100.000 penduduk. Target
program tahun 2019 adalah sebesar 68% kabupaten/kota dengan IR DBD <
49 per 100.000 penduduk. Berdasarkan data Diketahui bahwa terdapat 23
provinsi pada tahun 2019 yang tidak memeuhi target IR DBD < 49 per
100.000 penduduk. Provinsi yang termasuk yaitu Bengkulu, Jambi,
Lampung, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Riau, Sumatera Utara, DKI
Jakarta, Kepulauan Riau, jawa barat, Kalimantan Utara, Kepulauan Bangka
Belitung Nusa Tenggara Barat, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur,
Gorontalo, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Barat (Kemenkes RI, 2021).
Incidence Rate DBD di Provinsi Jambi dari tahun 2006-2020
mengalami tren yang fluktuatif. Pada 2006 sebesar 10,1 per 100.000
penduduk dengan CFR sebesar 5,1%, sedangkan pada 2020 mengalami
peningkatan kasus sebesar 58,2 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar
0,7%. 6 Di Provinsi Jambi kejadian DBD juga sudah menyebar ke seluruh
kabupaten/kota. Kabupaten Muaro Jambi menjadi posisi kedua kasus
tertinggi yaitu sebanyak 252 kasus dengan kasus pertama ditempati oleh
Kota Jambi sebanyak 724 kasus (Dinkes Provinsi Jambi, 2021).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Jambi, kasus
DBD mengalami peningkatan di setiap 20 puskesmas yang tersebar, yaitu
penyebaran kasus DBD selalu ada di setiap puskesmas kota Jambi.
Berdasarkan angka prevalensi didapatkan prevalensi tertinggi tahun 2017
yaitu di puskesmas Olak Kemang sebesar 4,92%, kedua yaitu Puskesmas
Pakuan Baru memiliki prevalensi yaitu 3,9% dan yang ketiga prevalensi
Puskesmas Koni yaitu 3,5%. Sedangkan pada tahun 2018 didapatkan
prevalensi tertinggi yakni di puskesmas Putri Ayu sebesar 0,77%, yang
kedua prevalensi di puskesmas Kenali Besar yaitu 5,3% dan ketiga di
puskesmas Talang Bakung memiliki prevalensi 4,5%. Pada tahun 2019
prevalensi yang tertinggi yaitu di puskesmas Paal Merah I 18,7%, yang
kedua prevalensi di puskesmas Paal X sebesar 18,0% dan ketiga prevalensi
di puskesmas Talang Banjar yaitu 16,2% (Dinkes Kota Jambi, 2021).
Kondisi daerah yang curah hujan tinggi beresiko lebih besar untuk
terjadinya wabah demam berdarah. Curah hujan yang tinggi menyebabkan
air menggenang di suatu media yang menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk. Daerah yang menjadi kejadian luar biasa adalah kota/kabupaten
dengan angka kesakitan yang tinggi sehingga membutuhkan pengendalian
demam berdarah yang tepat (Qi et al., 2015). Cara yang paling efektif dalam
pencegahan demam berdarah ini dengan melaksanakan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN). Hal ini dikarenakan PSN dilakukan dengan cara
yang sederhana,efisien serta lebih aman dari yang lainnya (Kemenkes RI,
2017). Alasan Kelompok mengambil topik DBD yaitu karena pada saat ini
Kota Jambi sedang dalam kondisi cuaca yang tidak menentu dengan cuaca
panas dan tiba tiba hujan sehingga menjadi potensi perkembangbiakan
nyamuk, dari survey dilapangan didapatkan bahwa ada 3 pasien dirawat di
Ruang Mawar V RS Bhayangkara dengan diagnosis medis demam Thypoid
sehingga kelompok tertarik untuk melakukan penyuluhan kesehatan tentang
Demam Berdarah Dengue (DBD).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini, diharapkan keluarga dan pasien
dapat mengetahui/memahami tentang penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD)
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian DBD
b. Mengetahui Penyebab DBD
c. Mengetahui Tanda dan Gejala DBD
d. Mengetahui Klasifikasi DBD
e. Mengetahui Komplikasi DBD
f. Mengetahui Pencegahan DBD
g. Mengetahui Penatalaksanaan DBD
h. Mengetahui Cara Perawatan Pasca Pemulihan DBD

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik Kegiatan
Penyuluhan Kesehatan Pencegahan dan Perawatan DBD dirumah
2. Sasaran
Sasaran dalam pelaksanaan adalah keluarga dan klien yang dirawat di
Ruang Mawar V Rumah Sakit Bhayangkara Kota Jambi
3. Target
3 Keluarga dan Klien yang dirawat di Ruang Mawar V Rumah Sakit
Bhayangkara Jambi
4. Metode
Ceramah dan diskusi
5. Media :
a. Laptop
b. Infokus
c. Leaflet
6. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Senin , 15 Agustus 2022
b. Jam : 09.30 s/d 10.10 WIB
c. Waktu Pelaksanaan : 40 menit
d. Tempat : Ruang Perawatan Mawar V
7. Pengorganisasian :
a. Moderator : Yeni Gusmida Pabunta, S.Kep
b. Presenter : Ayu Nopita, S.Kep
c. Fasilitator : 1) Endah Yomella, S.Kep
2) Miranda Saraswati, S.Kep
3) Eko Sari Putra, S.Kep
4) Adrian Fadhil, S.Kep
5) Junaidi, S.Kep
d. Observer : 1) Firwan Mutril Gandi, S.Kep
e. Dokumenter : 1) Agus Setyo Utomo, S.Kep

8. Setting Tempat

vv
vv vv
vv
Keterangan :

: Moderator

: Penyaji

: Pembimbing

: Fasilitator

: Dokumenter

: Observer

vv : Klien/ Peserta

9. Kegiatan Penyuluhan
No Acara Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu
1. Pembukaan Moderator : 5 menit
a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Menanyakan kabar/keadaan b. Memberitahu kabar/
keadaannya
c. Memperkenalkan diri, anggota c. Mendengarkan
kelompok dan pembimbing.
d. Menjelaskan topik tujuan kegiatan d. Memperhatikan
e. Membuat kontrak waktu e. Menyepakati

2. Pelaksanaan Presenter : 30
a. Menggali pengetahuan audiens a. Mengemukakan menit
tentang Pengertian DBD pendapat
b. Memberi reinforcement positif b. Mendengarkan dan
pada audiens atas pendapat memperhatikan
audiens
c. Menjelaskan materi tentang c. Mendengarkan dan
pengertian DBD memperhatikan
d. Menggali pengetahuan audiens d. Mengemukakan
tentang Penyebab DBD pendapat
e. Memberi reinforcement positif e. Mendengarkan dan
pada audiens atas pendapat memperhatikan
audiens.
f. Menjelaskan materi penyuluhan f. Mendengarkan dan
tentang penyebab DBD memperhatikan
g. Menjelaskan materi penyuluhan g. Mendengarkan dan
tentang Tanda dan Gejala DBD memperhatikan
h. Menjelaskan Materi klasifikasi h. Mendengarkan dan
DBD memperhatikan
i. Menjelaskan Komplikasi DBD i. Mendengarkan dan
memperhatikan
j. Menjelaskan Materi Pencegahan j. Mendengarkan dan
DBD memperhatikan
k. Menjelaskan Materi k. Mendengarkan dan
Penatalaksanaan DBD memperhatikan
l. Menjelaskan materi tentang l. Mendengarkan dan
Cara Perawatan Pasca memperhatikan
Pemulihan DBD
m. Memberikan kesempatan pada m. Bertanya
klien dan keluarga untuk
bertanya
n. Memberikan reinforcement n. Mendengarkan dan
positif memperhatikan
o. Melengkapi atau memberikan o. Mendengarkan dan
penjelasan atas pertanyaan memperhatikan
audiens
3. Penutup Moderator: 5 menit
a. Menyimpulkan hasil kegiatan a. Mendengarkan
b. Mengevaluasi dan menyimpulkan b. Menjawab pertanyaan
materi penyuluhan yang telah di
sampaikan
c. Mengucap Salam Penutup c. Menjawab salam

D. Uraian Tugas
1. Moderator : Yeni Gusmida Pabunta, S.Kep
Fungsi :
a. Membuka, memperkenalkan anggota dan menutup acara.
b. Menjelaskan kontrak waktu dan tujuan
c. Mengarahkan jalannya diskusi
d. Memberikan kesempatan audiens untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat
e. Mengevaluasi jalannya diskusi yang baik dan benar.
f. Menyimpulkan hasil dari penyuluhan.
2. Presenter : Ayu Nopita, S.Kep
Fungsi :
Menyampaikan materi penyuluhan yang baik dan benar.
3. Observer : 1) Firwan Muttril Gandi, S.Kep

Fungsi :
a. Mengamati proses pelaksanaan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan hasil kegiatan dari awal sampai akhir.
4. Fasilitator : 1) Endah Yomella, S.Kep
2) Miranda Saraswati, S.Kep
3) Eko Sari Putra,S.Kep
4) Adrian Fadhil, S.Kep
5) Junaidi,S.Kep
Fungsi :
Memfasilitasi dan memotivasi peserta untuk berperan aktif selama
mengikuti acara berlangsung
1. Dokumentasi : 1) Agus Setyo Utomo, S.Kep

Fungsi :
Mendokumentasi semua kegiatan yang berlangsung.

E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan untuk acara atau kegiatan yang akan dilaksanakan
b. Semua anggota mengetahui Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
c. Panitia terbentuk dan masing-masing seksi menjalankan tugas
minimal 80 % sesuai dengan tanggung jawab dan perannya.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan acara sesuai dengan alokasi waktu
b. Minimal 75 % peserta hadir dalam kegiatan penyuluhan
kesehatan DBD
c. Penyaji dapat menyampaikan materi serta dapat menciptakan
lingkungan yang menyenangkan sehingga peserta dapat
mengikuti kegiatan dengan baik.
3. Evaluasi Hasil
a. 75 % peserta mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan DBD
sampai selesai.
b. 75% peserta kegiatan penyuluhan kesehatan DBD kooperatif
dalam kegiatan.
c. 75% peserta memahami tujuan dalam kegiatan penyuluhan
kesehatan DBD.
MATERI

A. Pengertian
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau biasa yang dikenal dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi virus akut
yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne virus,
genus flavivirus, famili flaviviridae. DBD dapat ditularkan melalui gigitan
nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti, atau Aedes albopictus
(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Demam berdarah merupakan penyakit
yang dapat membuat suhu tubuh penderita menjadi sangat tinggi dan pada
umumnya disertai sakit kepala, nyeri sendi, otot, dan tulang, serta nyeri di
bagian belakang mata. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang diserta ilekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik (Sudoyo, 2018).
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut, dengan
ciri-ciri demam manifestasi perdarahan, dan bertendensi mengakibatkan
renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Mansjoer A, 2020). Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Dengue Haemorrhagic Fever
merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus dengue yang termasuk
golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina yang
memiliki tanda dan gejala seperti perdarahan, dan bertendensi
mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian.

B. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)


Virus dengue serotype 1, 2, 3 dan 4 yang ditularkan melalui
vector nyamuk Aedes aegypty, nyamuk aedes albopictus, nyamuk
polinesiensis, dan beberapa spesies lain merupakan vektor lain yang kurang
berperan. Infeksi dengan salah satu serotip akan menimbulkan antibody
seumur hidup terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotype lain (Mansjoer A, 2020). Terdapat 4 serotipe virus yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan
demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype ditemukan
di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi
silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever.
Japanese encehpalitis dan West Nilevirus (Sudoyo, 2018).

C. Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD)


Pada penderita penyakit DBD dapat ditemukan gejala-gejala klinis
sebagai berikut (Tumbelaka, 2017) :
1. Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat antara 2-7 hari,
yang dapat mencapai 40oc. demam sering disertai gejala tidak spesifik,
seperti tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri
sendi dan tulang serta rasa sakit daerah bola mata (retro-orbita) dan
wajah yang kemerah-merahan (flusing).
2. Tanda-tanda pendarahan seperti mimisan (epitaksis), perdarahan gusi,
perdarahan pada kulit seperti tes Rumpel leede (+), tekiae dan
ekimosis, serta BAB berdarah berwarna kehitaman (melena).
3. Pembesaran organ hati (hepatomegali)
4. Kegagalan sirkukasi darah yang ditandai dengan denyut nadi yang
teraba lemah dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat
disertai penurunan kesadaran renjatan (syok) yang dapat
menyebabkan kematian.
Menurut Hasmi (2019), dengue merupakan penyakit sistemik yang
dinamis. Perubahan yang terjadi terdiri dari beberapa fase. Setelah periode
inkubasi, penyakit mulai berkembang menuju 3 fase yaitu febris, kritis dan
penyembuhan.
1. Fase Febris
Pasien mengalami demam tinggi secara tiba-tiba. Fibrilasi akut
ini bertahan 2-7 hari dan disertai sritma kulit, wajah yang memerah,
sakit sekujur tubuh, arthralgia dan sakit kepala. Pada beberapa pasien
juga ditemukan radang tenggorokan, infeksi faring dan konjungtiva,
anorexia, pusing, dan muntah-muntah juga sering ditemui. Febris
antara dengue dan non dengue pada awal fase febris sulit dibedakan.
Oleh karena itu, monitoring dari tanda bahaya dan parameter klinik
lainnya seangat krusial untuk menilau progresi ke fase kritis.
Manifestasi hemoragik seperti patechie dan perdarahan membrane
mukosa (hidung dan gusi) mungkin timbul. Perdarahan massif vagina
dan gastrointestinal juga mungkin timbul dalam fase ini,
hepatomegaly muncul setelah beberapa hari demam. Tanda abnormal
dari pemeriksaan darah rutin adalah penurunan total sel darah putih.
2. Fase Kritis
Penurunan suhu tubuh setelah demam hingga suhu tubuh
menjadi 37,5 - 38’ C atau bahkan kurang dapat terjadi 3 - 7 hari dan
peningkatan hematokrit. Leukopenia progresif yang diikuti penurunan
jumlah platelet biasa terjadi setelah kebocoran plasma. Pada kondisi
ini pasien yang permeabilitas kapilernya tidak meningkat, kondisinya
membaik. Sebaliknya pada pasien yang permeabilitas kapilernya
meningkat, terjadi kehilangan banyak volume plasma. Derajat
kebocoran plasma pun berbeda-beda. Efusi pleura dan asites dpat
terjadi. Derajat tingginya hematocrit menggambarkan kebocoran
plasma. Syok dapat terjadi ketika banyak kehilangan volume cairan
plasma. Kemudian kondisi tersebut dilanjutkan dengan tanda suhu
tubuh yang abnormal. Apabila syok terjadi cukup banyak dapat
menyebabkan kerusakan organ, asidosis metabolic dan Disseminated
intravascular coagulation (DIC).
3. Fase Penyembuhan
Apabila pasien bertahan setalah 24-48 jam fase kritis, reabsorpsi
gradual cairan ekstravaskular akan terjadi dalam 48-72 jam kemudian.
Kondisi ini akan membaik, nafsu makan meningkat, gejala
gastrointestinal mereda, hemodinamik makin stabil dan diuresis
membaik. Namun pada fase ini dapat terjadi pruritus, bradikardi dan
perubahan pada EKG. Distress pernafasan yang diakibatkan oleh efusi
pleura masif dan asites dapat muncul bila pasien diberikan cairan
berlebihan dihubungkan dengan edema pulmoner dan gagal jantung
kongestif. Berikut ini adalah table gambaran klinis dari setiap fase:
Tabel 2.1 Fase DBD
FASE DBD GEJALA KLINIS
Fase Febris Dehidrasi, demam tinggi yang dapat
menyebabkan gangguan neurologis dan
kejang
Fase Kritis Syok karena kebocoran plasma,
perdarahan berat dan kegagalan organ
Fase Penyembuhan Hypervolemia (apabila pemberian
cairan intravena berlebihan).

D. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue (DBD)


Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat menurut
Kemenkes RI (2018) sebagai berikut:
1. Derajat I: demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan ialah uji
Tourniquet positif.
2. Derajat II: terdapat pendarahan spontan antara lain pendarahan kulit
(petekie), pendarahan gusi, epistaksis atau pendarahan lain
(menstruasi berlebihaan, perdarahan saluran cerna).
3. Derajat III: derajat I atau II disertai kegagalan sisrkulasi, yaitu nadi
cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang ) atau
hipotesi sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak
tampak gelisah.
4. Derajat IV: seperti derajat III disertai syok berat (profound syok), nadi
tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.

E. Komplikasi
1. Perdarahan luas
Faktor penyebab perdarahan yang meluas adalah terjadinya
kelainan fungsi trombosit sehingga akan merangsang atau
mengaktivasi faktor pembekuan.
2. Syok
Akibat dari permeabilitas vaskuler yang meningkat maka akan
berdampak pada kebocoran plasma. Volume plasma akan menurun
sehingga terjadi hipovolemia dan berakhir syok pada penderita
3. Efusi pleura
Infeksi virus dengue mengakibatkan peningkatan permeabilitas
dinding kapiler. Hal ini menyebabkan kebocoran plasma sehingga
terjadi efusi pleura.
4. Penurunan kesadaran
Penurunan kesadaran pada penderita terjadi pada derajat IV
yangditandai dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang
sulit diukur (Mansjoer, 2020).

F. Cara Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik
nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti) dengan cara melakukan PSN
(Pembersihan Sarang Nyamuk) Upaya ini merupakan cara yang terbaik,
ampuh, murah, mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat, dengan cara
sebagai berikut:
1. Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti: bak mandi / WC,
drum, dan lainlain) sekurang-kurangnya seminggu sekali. Gantilah air
di vas kembang, tempat minum burung, perangkap semut dan lain-lain
sekurang-kurangnya seminggu sekali
2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tampayan, drum,
dan lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di
tempat itu
3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas, seperti
kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat
menampung air hujan, agar tidak menjadi tempat berkembang biak
nyamuk. Potongan bamboo, tempurung kelapa, dan lain-lain agar
dibakar bersama sampah lainnya
4. Tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau
adukan semen
5. Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk
tidak hinggap disitu
6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras,
taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk
membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut: Untuk 10
liter air cukup dengan1 gram bubuk ABATE. Untuk menakar ABATE
digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram
ABATE. Setelah dibubuhkan ABATE maka:
a. Selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu
membunuh jentik Aedes aegypti
b. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan
dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan menyikat bagian
dalam dinding tempat penampungan air tersebut
c. Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak
membahayakan dan tetap aman bila air tersebut diminum (P2P, D
2017).

G. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis
Hasmi (2019) menyatakan bahwa pada dasarnya pengobatan
DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat
perdarahan. Secara garis besar dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Pemberian oksigen : Terapi oksigen harus selalu diberikan pada
semua pasien syok.
b. Penggantian volume plasma.
c. Koreksi gangguan metabolik dan elektrolit.
d. Transfusi darah : pemberian transfusi darah diberikan pada
keadaanperdarahan yang nyata seperti hematemesis (muntah
darah) dan melena (BAB berwarna merah kehitaman).
Hemoglobin perlu dipertahankan untuk mencapai transport
oksigen ke jaringan, sekitar 10g/dl.
Berikut ini tatalaksana pasien dengue menurut fase yang dibagi
menjadi 3 :
a. Fase febris.
1) Penurunan suhu.
1) Tepid sponge untuk demam yang sangat tinggi setelah
diberikan parasetamol.
2) Antipiretik, parasetamol 10mg/kgBB/hari jika demam
>39’ C setiap 4-6 jam.
2) Pemberian makanan.
a) Nutrisi yang lunak akan lebih disukai.
b) Susu, jus buah dan cairan elektrolit direkomendasikan
jika diit lunak tidak dapat dikonsumsi.
c) Pemberian air putih yang adekuat akan menjaga
keseimbangan elektrolit.
3) Terapi simptomatik lainnya.
a) Domperidon 1 mg/kgBB/hari diberikan 3 kali.
b) Antikonvulsan pada pasien kejang demam (diazepam
oral).
c) H-2 bocker (ranitidine, cimetidine) pada pasien
dengan gastritis atau perdarahan saluran cerna.
4) Pemberian cairan intravena.
5) Pengawasan tanda kegawatan dan gejala yang mengarah ke
syok. Gejala syok :
1) Ujung akral dingin dan lembab.
2) Gelisah, rewel pada bayi.
3) Mottled pada kulit.
4) Pengisian kapiler >2 detik.
5) Penurunan diuresis 4-6 jam.
6) Follow up
b. Fase kritis.
1) DBD derajat I dan II.
a) Pada hari ke 3,4, dan 5 demam dianjurkan dirawat inap.
b) Pemantauan TTV setiap hari 1-2 jam selama fase kritis.
c) Pemeriksaan kadar hematocrit berkala selama 4-6 jam
selama fase kritis.
d) Hindari pemasangan prosedur yang invasif seperti
nasogastric tube.
e) Penggantian volume plasma yang hilang akibat
pembesaran plasma.
f) Jenis cairan yang dipakai yaitu isotonik ringer dan ringer
asetat.
g) Jumlah cairan diberikan :
(1) Berat badan yang digunakan untuk patokan adalah
berat ideal.
(2) Pemberian cairan intravena harus disesuaikan
berdasarkan hasil lab (hemoglobin, hematokrit). Tidak
boleh melebihi 6 jam tanpa dievaluasi lagi.
2) DBD derajat III dan IV.
a) Sindrom syok dengue merupakan kasus kegawatdaruratan
yang membutuhkan penanganan secara cepat dan tepat.
Terapi oksigen harus diberikan pada semua pasien syok.
b) Penggantian awal cairan intravena dengan larutan
kristaloid 20 ml/kgBB dengan tetesan secepatnya. Jika
syok belum teratasi dengan dua kali resusitasi, I cairan
dapat digantikan dengan koloid 10-20 ml/kgBB selama 10
menit. Jika terjadi perbaikan klinis, segera tukar kembali
dengan kristaloid, tetesan dikurangi secara bertahap
dengan tetesan 10 ml/kgBB/jam dan dievaluasi selama 4-6
jam. Jika membaik, diturunkan 7 ml/kgBB/jam
selanjutnya 5 ml/kgBB/jam dan terakhir 3 ml/kgBB/jam.
c) Pada pasien dengan komplikasi, pemeriksaan lab yang
digunakan adalah :
(1) Golongan darah.
(2) Gula darah dan elektrolit (Na, Ca, Kalium).
(3) Fungsi hati.
(4) Fungsi ginjal.
(5) Analisa gula darah.
(6) Coagulogram.
(7) Produksi urin dan nafsu makan yang cukup
merupakan tanda penyebuhan.
(8) Pada umumnya, 48 jam sesudah terjadi kebocoran
atau renjatan tidak lagi membutuhkan cairan.
3) Fase penyembuhan.
a) Penghentian cairan intravena.
b) Biarkan pasien istirahat.
c) Beberapa pasien akan mengalami fluid overload jika pada
fase demam sebelumnya mendapatkan cairan berlebihan,
untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan :
(1) Hilangkan cairan yang ada di cavum pleura, dapat
menggunakan diuretic furosemide (1 ml/kg/dosis),
dengan syarat pasien tidak dalam fase perembesan
plasma karena akan memicu syok.
(2) Dilakukan pemasangan kateter terlebih dahulu.
(3) Pencatatan jumlah urin setiap jam. Urin yang adekuat
adalah 0,5 ml/kgBB/jam.
(4) Furosemide dapat diberikan dengan frekuensi sesuai
kebutuhan.
2. Non Farmakologis
Menurut Ikhsania (2020), Infeksi demam berdarah
menyebabkan kadar trombosit tubuh menurun drastis sehingga jumlah
keping sel darah menurun.Kondisi tersebut yang dapat meningkatkan
risiko mengalami perdarahan sehingga menyebabkan syok. Memang
belum ada obat DBD tradisional yang pasti dapat membantu
meningkatkan kadar trombosit tubuh secara alami.Beberapa di
antaranya ada yang bekerja meningkatkan daya tahan tubuh untuk
melawan infeksi sehingga mempercepat proses penyembuhan. Berikut
adalah bahan-bahan alami yang bisa digunakan sebagai obat demam
berdarah:
a. Buah Jambu Biji Merah
Kandungan vitamin C yang terdapat pada buah ini juga dapat
meningkatkan kekebalan tubuh dalam melawan infeksi penyakit,
termasuk infeksi virus dengue. Selain itu, senyawa lain seperti
flavonoid di dalam jambu biji merah juga berperan dalam menekan
pertumbuhan virus dengue. Hal tersebut dapat mencegah risiko
perdarahan akibat rusaknya trombosit yang disebabkan oleh
serangan virus dengue. Orang yang sedang sakit DBD sebaiknya
makan atau minum sesuatu yang lebih mudah dicerna. Oleh karena
itu, untuk menyiasati jambu biji sebagai obat DBD tradisional,
sebaiknya blender 1-2 buah jambu biji merah sampai halus menjadi
jus jambu biji. Lalu, konsumsi 1-2 gelas jus jambu biji setiap hari
guna mendapatkan manfaat buah jambu biji secara optimal. Tak
hanya mudah dicerna, kandungan air dalam daging buah jambu biji
merah juga baik untuk mencegah dehidrasi.
b. Daun papaya
Daun pepaya tak hanya lezat sebagai lauk makanan,
melainkan juga bermanfaat sebagai obat DBD tradisional. Dari
berbagai riset yang dilakukan, terdapat laporan manfaat eksrak
daun pepaya sebagai obat demam berdarah alami. Ekstrak daun
pepaya diyakini dapat membantu meningkatkan kadar trombosit
dalam darah penderita demam berdarah. Ekstrak daun pepaya juga
kaya akan berbagai mineral yang dapat mengembalikan mineral
tubuh yang hilang akibat pertumbuhan virus.
Dengan ini, sistem imunitas tubuh penderita DBD dapat
meningkat sehingga proses pemulihan penyakit menjadi lebih
cepat. Cara mengolah daun pepaya sebagai obat DBD alami pun
cukup mudah, yakni: Siapkan 50 gram daun pepaya, 25 gram gula
pasir, dan 50 ml air. Cuci bersih daun pepaya dengan air mengalir.
Kemudian, tumbuk daun pepaya hingga halus, tetapi jangan sampai
menjadi bubuk. Seduh gerusan daun pepaya dengan air mendidih.
Diamkan selama 30 menit. Lalu, peras daun pepaya menggunakan
tangan dan saring airnya. Tambahkan sedikit gula pasir untuk
menambah rasa manis. Minum air rebusan daun pepaya 3 kali
dalam sehari sebelum makan sebagai obat demam berdarah
tradisional sampai kondisi Anda mulai pulih. Akan tetapi, bagi
penderita DBD yang memiliki alergi terhadap daun pepaya
sebaiknya tidak mengonsumsi ini sebagai obat DBD alami
c. Kunyit
Kunyit juga menjadi pilihan obat DBD lainnya. Ada
berbagai manfaat kunyit dalam mengobati berbagai penyakit.
Sebagian besar manfaat ini disebabkan oleh kandungan kurkumin
yang terdapat di dalamnya. Fungsi imunomodulator untuk
meningkatkan imunitas tubuh berasal dari kurkumin. Sedangkan,
sifat antivirusnya membantu dalam memerangi infeksi virus
sehingga dapat digunakan sebagai obat demam berdarah alami.
Kunyit sebagai obat DBD tradisional dengan cara
mencampurkan 1 sendok teh bubuk kunyit ke dalam 1 gelas susu
panas. Anda pun dapat menambahkan madu untuk memperkaya
rasa. Minum ramuan kunyit tersebut sebagai obat demam berdarah
alami sekali sehari. Sebaiknya, lakukan sebelum tidur di malam
hari untuk meredakan gejala demam berdarah.

d. Jus Apel
Obat DBD tradisional berikutnya adalah jus apel. Jus apel
dianggap dapat membantu meningkatkan jumlah sel darah sehingga
meningkatkan jumlah trombosit dalam tubuh.
Selain itu, apel merupakan antioksidan alami yang dapat
membantu melindungi sel-sel darah dari kerusakan akibat radikal
bebas. Mengonsumsi jus apel sebagai obat demam berdarah alami
setiap hari sebanyak 2-3 kali sehari.
e. Jus Kiwi
Selain jus apel, jus kiwi juga menjadi obat DBD alami yang
bisa dikonsumsi. Kiwi mengandung banyak vitamin dan mineral
yang mampu meringankan gejala demam berdarah, seperti merasa
lemas. Kiwi juga memiliki kandungan vitamin C yang dapat
membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga jumlah
trombosit darah dalam tubuh pun bisa lebih cepat naik (Andramoyo
dkk, 2013).

H. Cara Perawatan Pasca Pemulihan Demam Berdarah Dengue (DBD)


Setelah melalui masa kritis demam berdarah, pengidap demam
berdarah tetap perlu melakukan beberapa hal agar tidak terjadi masalah
kesehatan lain selama masa penyembuhan:
1. Minum yang banyak agar tak dehidrasi
Saat masa pemulihan, perhatikan gejala DBD tertentu seperti
dehidrasi karena hal ini rentan terjadi pada pasien demam berdarah.
Maka perbanyak minum air mineral 2 liter per hari. Tak hanya air
putih, dapat juga mengonsumsi atau membeikan cairan lain yang
mengandung nutrisi seperti vitamin C dan elektrolit. Selain itu juga
harus perhatikan keseimbangan cairan dalam tubuh selama masa
pemulihan pasca demam berdarah.
2. Mencegah demam berdarah parah (hemorrhagic)
Demam berdarah dapat seketika menjadi lebih parah (dikenal
juga dengan dengue hemorrhagic fever). Komplikasi ini memang
memiliki kemungkinan kecil. Cara untuk mencegahnya adalah dengan
mengenali gejala yang mungkin terjadi meski sudah memasuki tahap
pemulihan pasca demam berdarah, di antaranya:
a. Demam tinggi,
b. Terjadi kerusakan pada pembuluh darah,

c. Adanya memar,

d. Mimisan,
e. Gusi berdarah, dan
f. Ukuran ginjal membesar.
Tanpa tindakan yang sesuai, demam berdarah yang parah dapat
berbahaya.
3. Menjaga lingkungan sekitar
Selama masa pemulihan pasca demam berdarah, Anda dapat
mulai melakukan pencegahan DBD dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan. Oleh karena itu, pencegahan perlu dilakukan dan dapat
dilakukan dengan cara berikut.
a. Menggunakan dan memanfaatkan obat nyamuk.
b. Perbanyak menggunakan baju lengan panjang.
c. Mengurangi membuka jendela rumah.
d. Menggunakan jaring penangkal nyamuk jika tidur di luar
ruangan.
4. Menambah daya tahan tubuh selama pemulihan pasca demam
berdarah
Sebuah penelitian dari American Society of Microbiology
menemukan bahwa sistem imun yang kuat bisa lebih efektif melawan
virus demam berdarah. Berikut beberapa jenis nutrisi dan sumber
makanan yang bermanfaat bagi sistem imun dan baik dikonsumsi
selama masa penyembuhan demam berdarah:
a. Vitamin C: Nutrisi penting yang bekerja sebagai antioksidan
sekaligus meningkatkan sistem imun. Contohnya jambu biji,
jeruk, dan kiwi.
b. Vitamin E: Menjaga asupan vitamin E penting untuk menjaga
kesehatan sistem imun. Misalnya wheat germ oil, biji bunga
matahari, dan selai kacang.
c. Asam lemak omega-3: Termasuk asam lemak esensial yang
berfungsi untuk mencegah inflamasi dan menjaga kerja sistem
imun. Contoh makanannya adalah ikan salmon, sarden, teri,
minyak ikan, dan kacang kedelai.
Setelah melewati masa kritis selama demam berdarah, perlu
melakukan tindakan pencegahan kondisi kesehatan lain untuk
menghindari komplikasi DBD (Hervind & Widyaningsih, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Kota Jambi. (2021). Riset Kesehatan Dasar DBD Di Kota Jambi Tahun
2019. Jambi: Dinas Kesehatan Kota Jambi.
Dinkes Provinsi Jambi. (2021). Riset Kesehatan Dasar DBD Di Provinsi Jambi
Tahun 2020. Jambi: Dinkes Provinsi Jambi.
Hasmi, L. 2019. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengenai Penyakit
DBD Dengan Penyakit DBD Pada Anak di Ruangan Anak RSUD Dr.
Muhammad Zein Pada Tahun 2014 Diakses Tanggal 15 Juli 2022 dari
http://scholar.unand.ac.id/8723/1/201501281205th_skrispsi%20lusi
%20.pdf
Hervind, & Widyaningsih, Y. (2017). Dengue hemorrhagic fever and typhoid
fever association based on spatial standpoint using scan statistics in DKI
Jakarta. Jakarta: AIP Conference Proceedings 1862, 030159.
Ikhsania, A. A. (2020). Mengenal 11 Obat Demam Berdarah Alami yang Wajib
Anda Ketahui. Jakarta: SehatQ Diakses Pada Tanggal 15 Juli 2022 Dari
https://www.sehatq.com/artikel/obat-demam-berdarah-dari-bahan-alami-
sudah-pernah-coba
Kemenkes RI. (2017). Buletin Jendela Epidemiologi Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2018). Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
Dirjen P2PL Kemenkes RI.
Kemenkes RI (2016). Situasi DBD di Indonesia. Diakses Pada Tanggal 15 Juli
2022 Dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
infodatin dbd2016.pdf –
Kemenkes. (2021). Data Kasus Terbaru DBD di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Mansjoer, Arif. (2020). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius
P2P, D. (2017). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sudoyo W. Aru. (2018). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 3. Jakarta:
FKUI
Tumbelaka, A, R, 2017.Diagnosis Demam Berdarah Dengue.Dalam Hadi Negara
dan Santari. Jakarta: FKUI
WHO. (2020). Dengue and Severe Dengue. Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai