Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

SEMINAR KESEHATAN ISLAMI


SEHAT JIWA, KUAT IMAN TANPA HIV AIDS

OLEH :
Ns. Siti Hajar Salawasi .,M.Kep.,Sp.Kep.J
Ulfa Sufyaningsi.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES HUSADA MANDIRI POSO
SEMESTER GANJIL T.A 2022/2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Seminar Kesehatan Islami, dengan Tema “ Sehat Jiwa, Kuat Iman Tanpa

HIV AIDS

1. Ketua Pelaksana

Nama : Ns. Siti Hajar Salawali.,M.Kep.,Sp.Kep.J

NIDN : 0912079003

Pangkat/Gol : Lektor/IIIb

2. Jumlah anggota :-

3. Bentuk Kegiatan : Seminar

4. Tempat : Aula Stikes Husada Mandiri Poso

5. Biaya : Rp.1.500.000

Kepala Lembaga Penelitian dan Ketua Program Studi S1 Keperawatan


Pengabdian kepada Masyarakat Stikes
Husada Mandiri Poso

Hatijar S.ST.,M.Kes Nining Nirmalasari, M.Kep, Ns


NIDN.0915078401 NIK. 201506852020

Poso, 17 November 2022

Ketua STIKES

Tasnim Mahmud,S.Kep.,Ns.,MM
NIDN. 404016301

2
A. Latar Belakang
Penyakit Human Immuno deficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama di dunia. Pada tahun 2013, ada 35 juta orang di seluruh dunia
hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15
tahun (InfoDATIN, 2014). Data dari Ditjen PP dan PL Kemenkes RI (2014)
melaporkan bahwa hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386
kabupaten/kota di seluruh provinsi Indonesia.
Data yang ditunjukkan UNICEF (United Nations International Children’s
Emergency Fund), tahun 2005 sebanyak 71.000 remaja usia 10-19 tahun
meninggal akibat virus HIV jumlah ini meningkat menjadi 110.000 remaja pada
tahun 2012. Selama periode 2005-2012 telah mengalamikenaikan sebesar 50
persen (UNICEF, 2017). Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan RI hingga
tahun 2015 remaja yang terinfeksi HIV berjumlah 28.060 orang (15,2 persen).
Sebanyak 2089 orang (3 persen) di antaranya sudah dengan AIDS. DINAS
Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Tengah, merilis jumlah kasus komulatif Human
Immunodeficiency Virus (HIV) mulai 2020 hingga 2021 telah mencapai 2.519
kasus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) 1.055 kasus.
Remaja selalu berisiko tinggi karena remaja memiliki hubungan yang singkat dan
pasangan yang banyak, atau pacar atau tunangan dengan perilaku berisiko.
Penularan HIV terjadi dinilai salah satunya karena kurangnya pengetahuan terkait
HIV AIDS di kalangan para remaja. Pengetahuan remaja tentang HIV AIDS
merupakan bagian dari indikator Millenium Development Goals (MDGs) dan
harus dipantau secara berkala oleh semua negara-negara berkembang termasuk
Indonesia (Nurwati dan Rusyidi, 2018).
Peningkatan laporan kasus HIV AIDS merupakan sebuah permasalahan yang
harus segera ditangani serius oleh pemerintah. Budaya seks bebas di kalangan

3
remaja dapat meningkat mengakibatkan sejumlah remaja berpotensi terjangkit
HIV/AIDS. Pemberian informasi yang diikuti dengan penjelasan secara
mendalam mengenai penyakit IMS serta HIV AIDS dan penularannya ini
bertujuan memberikan pengetahuan dan pemahaman akan bahaya seks bebas serta
dua penyakit tersebut. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar ke depan
kalangan remaja lebih memahami bagaimana penularan HIV/AIDS, agar
perkembangan jumlah penderita HIV/AIDS bisa terus ditekan. Demikin pula
dengan perilaku hidup sehat dengan mengindari merokok dan NAPZA penting
juga diberikan kepada remaja karena merokok dan NAPZA dapat menjadi pintu
awal terbukanya potensi penularan HIV AIDS pada remaja mengingat remaja
memiliki rasa yang tinggi terhadap keinginan untuk mencoba-coba dan mudah
terpengaruh (Muflihatin & Swari, 2017; Asfar dan Asnaniar, 2018).
Pemberian infomasi kesehatan reproduksi pada remaja merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi. Berdasarkan penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) tentang kebutuhan akan informasi dan pelayanan kesehatan
reproduksi remaja menyatakan sangat membutuhkan pelayanan kesehatan
reproduksi yaitu sebesar 94,55% dari jumlah seluruh reponden 2.479 orang,
namun hanya 23.42% responden yang menyatakan pernah menggunakan pusat
pelayanan remaja (BKKBN, 2008). Pelayanan kesehatan reproduksi sangat
dibutuhkan oleh remaja untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual dan akibat dari ketidaktahuan
remaja tentang informasi kesehatan reproduksi (Kurniawati &Rohmah, 2019).
Penyuluhan kesehatan reproduksi juga berdampak pada perubahan sikap remaja
dalam menjaga kesehatan karena dengan adanya pemberian informasi maka
terdapat proses belajar yang dapat merubah sikap dari yang kurang baik menjadi
lebih baik (Asfar dan Asnaniar, 2018). Sifat-sifat remaja yang cenderung masih
labil seringkali memunculkan berbagai permasalahan jika tidak dikelola dengan
baik.

4
Permasalahan yang ada pada remaja khususnya anak sekolah usia SMP dan SMA
ataupun sederajat sangatlah komplek maka sangat perlu adanya program untuk
melakukan pencegahan maupun penanggulangan secara dini yang melibatkan
pihak sekolah dan kesehatan serta masayarakat. Sehubungan dengan hal tersebut
maka diperlukan suatu program yang mendukung tingkat perkembangan masa
remaja salah satunya dengan pembentukan kader kesehatam remaja yang
melibatkan sekolah dan masyarakat. Kader Kesehatan Remaja adalah peserta
didik yang dipilih untuk mengikuti dan melaksanakan sebagian usaha pelayanan
kesehatan terhadap diri sendiri, keluarga, teman peserta didik pada khususnya dan
sekolah pada umumnya (Izah, Zulfiana, & Qudriani, 2019).
Pada kegiatan yang dilaksanakan pada pengabdian masyarakat ini, para remaja
yang dikader untuk berperilaku sehat dibekali dengan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dan bahaya HIV AIDS, sehingga para kader tersebut dapat
memberikan pengetahuan kepada remajaremaja lain dan mengajak para remaja
yang lain untuk ikut menjadi kader remaja. Dalam kegiatan tersebut diharapkan
kader remaja peduli HIV AIDS menjadi luas sehingga semakin banyak para
remaja mengetahui tentang pengetahuan HIV dan AIDS yang bedampak pada
penurunan angka kejadian HIV AIDS pada remaja.

B. Tujuan Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat


Untuk meningkatkan pengetahuan Remaja tentang pencegahan dan penularan
HIV-AIDS.

C. Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan ini adalah agar Remaja di desa Galuga mengetahui tentang
pencegahan dan penularan HIV-AIDS.

5
D. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan penyuluhan ini adalah Remaja yang tinggal di Desa Galuga
Kecamatan Lage Kabupaten Tojo Una-Una.

E. Kepanitian Dan Pelaksana Kegiatan


1. Panitia Pelaksana
a. Ketua
Nama : Fany Lairin Djala, S.Kep, Ns., M.Biomed
NIDN : 0912079003
Pangkat/Gol : Lektor/IIIb
2. Anggota Pelaksana
a. Putri Pomounda (Mahasiswa)
b. Farmasi Ningsih (Mahasiswa)

F. METODE KEGIATAN
Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan terlebih dahulu penjajagan lokasi.
Dalam penjajagan lokasi ini dimusyawarahkan mengenai waktu pelaksanaan
kegiatan dengan memperhatikan masukan dari kegiatan Puskemas Matako yang
dimana wilayah kerja Puskesmas Matako salah satunya adalah Desa Galuga.
Kegiatan yang akan dilaksanakan adalah berupa Penyuluhan kepada Remaja.

G. TEMPAT DAN WAKTU


Pelaksanaan Kegiatan penyuluhan dilakukan di Desa Galuga pada tanggal 05 Juli
tahun 2022.

6
H. RENCANA KEGIATAN
Kegiatan pengabdian ini akan dilaksanakan mengikuti jadwal kegiatan di bawah
ini :

No Kegiatan Waktu (Bulan) April –


Juli 2022
04 05 06 07
1 Persiapan proposal
2 Penjajagan lokasi sebelum
kegiatan
3 Pelaksanaan kegiatan
4 Pembuatan laporan

I. ALAT DAN BAHAN YANG DIBUTUHKAN


Media yang digunakan pada penyuluhan ini adalah LCD Proyektor, Leaflet dan
Hand out yang akan dibagikan Lansia maupun pendamping dari Puskesmas
Matako.

J. RENCANA BIAYA

No Jenis Kegiatan Jumlah


1 Persiapan
Persiapan Penjajakan Lokasi Rp. 250.000
Pembuatan dan penjilitan Proposal Rp. 100.000
Tranportasi penyuluhan Rp. 200.000
2 Pelaksanaan

7
Penyuluhan:
a. Honor Rp.300.000
b. ATK Rp. 100.000
c. Foto Copy Rp. 100.000
Transportasi
Konsumsi Rp. 250.000
Dokumentasi Rp.50.000
3 Pelaporan
Penggandaan Laporan Rp.100.000
Penjilidan Laporan Rp. 50.000
Total Rp. 1.500.000

K. Rancangan Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap proses kegiatan yang meliputi kesesuaian jadwal
dengan pelaksanaan dan kehadiran Lansia serta evaluasi hasil kegiatan yang
meliputi peningkatan pengetahuan tentang pengetahuan pencegahan dan
penularan HIV-AIDS.

Anda mungkin juga menyukai