Anda di halaman 1dari 16

SAP PENATALAKSANAAN TUBERCULOSIS PADA ANAK

DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI


Profesi Keperawatan Anak I

PEMBIMBING:
Ns. Mefrie Puspita, M.Kep
Ns. Susi Widiawati, M .Kep
Ns. Ana , S.Kep

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK KATHERINE KOCALBA
1. Eko Sari Putra, S.Kep 6. Firwan Mutril G, S.Kep
2. Agus Setiyo Utomo, S.Kep 7. Ayu Nopita, S.Kep
3. Yeni Gusmida Pabuta, S.Kep 8. Andrian Fadil P, S.Kep
4. Miranda Saraswati, S.Kep 9. Endah Yomella, S.Kep
5. Junaidi, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberculosis paru dimulai dari
tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk
(basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis. Penularan penyakit
ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil berkulosis
paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah bertebangan di udara dan terhisap
oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam paru-parunya, yang kemudian
menyebabkan penyakit tuberculosis paru (Sholeh S.Naga, 2014).
Perkembangan penyakit TB pada anak saat ini sangat pesat. Sekurang-
kurangnya 500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahun. Di Indonesia proporsi
kasus TB anak di antara semua kasus TB yang ternotifikasi dalam program TB berada
dalam batas normal yaitu 8-11 %, tetapi apabila dilihat pada tingkat provinsi sampai
fasilitas pelayanan kesehatan menunjukkan variasi proporsi yang cukup lebar yaitu
1,8-15 %. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2015
sebanyak 1 juta anak di seluruh dunia menderita TBC, antara uzia <15 tahun dan lebih
dari 163 ribu meninggal setiap tahun (Kemenkes RI, 2013). Di Provinsi Jambi data
anak dengan terdiagnosa TB itu mencapai 4338 jiwa dimana pada Kota Jambi itu
mencapai 1021 jiwa yang terdiagnosis TB paru dan menjadi kejadian yang paling
tinggi di Provinsi Jambi (BPS Prov Jambi. 2020). Di Puskesmas Putri Ayu Kota
Jambi Tahun 2020-2021 didapati data bahwa anak dengan TBC itu sebanyak 15 anak
dan yang menjalini pengobatan secara rutin.
TB anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Anak ≤ 5
tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC,
mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur).
Kecenderungan sekitar 16 persen penyakit TB menyerang anak-anak. Resiko
timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien
dewasa tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, status gizi anak, dan status
imunisasi (Ahcmadi, 2009).
B. Tujuan
Setelah dilakukan penkes, peserta mampu memahami tentang penanganan

Tubercuosis pada anak.

C. Materi (Terlampir)

D. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik
Penatalaksanaan Tuberculosis pada anak
2. Sub Pokok Bahasan
a. Pengertian Tuberculosis.
b. Penyebaran TBC pada anak.
c. Tanda dan gejala TBC pada anak.
d. Penatalaksanaan TBC pada anak.
e. Pencegahan TBC pada anak.
3. Sasaran dan target
Ibu dan Keluarga
4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
5. Media dan alat
a. Alat
1) Infocus
2) Leaflet
3) PPT
6. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Selasa, 05 Mei 2022
Jam : 09:00-09:30 WIB
Waktu pertemuan : 30 menit
Tempat : Aula Puskesmas Putri Ayu Jambi
E. Pengorganisasian

Moderator : Andrian Fadil Pratama


Presenter : Ayu Nopita
Fasilitator : - Yeni Pabunta - Agus Setiyo Utomo
- Junaidi - Miranda Saraswati
- Firwan Mutril Gandi
Observer : Endah Yomella
Dokumenter : Eko Sari Putra
F. Uraian Tugas
1. Tugas Moderator
a. Memperkenalkan diri, anggota kelompok, dan pembimbing
b. Mengkoordinasikan semua kegiatan
c. Membuka dan menutup kegiatan
d. Menjelaskan topik, kontrak waktu dan tujuan kegiatan
e. Mengarahkan jalannya kegiatan
f. Memberikan kesempatan audience untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Tugas Presenter
a. Menyusun rencana kegiatan SAP
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan kegiatan yang dilakukan kepada
audience
d. Memotivasi anggota mengemukakan pendapat dan memberikan umpan
balik
3. Tugas Fasilitator
a. Memotivasi audience agar berperan aktif selama kegiatan
b. Memfasilitasi dalam kegiatan
c. Membuat dan menjalankan absensi kegiatan
4. Tugas Observer
a. Mengamati jalan nya kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
c. Membuat laporan hasil kegiatan yang telah dilakukan
G. Pengaturan Tempat

MEDIA

O M P

K F K F K

H. Kegiatan Penyuluhan

Tahap kegiatan dan Kegiatan penyuluhan Kegiatan audiens


waktu

Pendahuluan  Mengucapkan salam  Menjawab salam


(3 menit)  Memperkenalkan diri, anggota  Mendengarkan dan
kelompok dan pembimbing. memperhatikan
 Menjelaskan topic penyuluhan.  Mendengarkan
 Membuat kontrak waktu dan  Menyetujui kontrak
bahasa. waktu
 Menjelaskan tujuan kegiatan.  Mendengarkan dan
memperhatikan
Pelaksanaan  Menggali pengetahuan audiens  Mengemukakan
(22 menit) tentang pengertian TBC pendapat
 Memberi reinforcemen positif pada  Mendengarkan dan
audiens atas pendapat audiens memperhatikan
 Menjelaskan materi tentang  Mendengarkan dan
pengertian TB Paru memperhatikan
 Menggali pengetahuan audiens  Mengemukakan
tentang penyebab terjadinya TBC pendapat
pada anak  Mendengarkan dan
 Memberi reinforcemen positif pada memperhatikan
audiens atas pendapat audiens  Mendengarkan dan
 Menjelaskan materi penyuluhan memperhatikan
tentang cara penularan TBC pada  Mengemukakan
anak. pendapat
 Menggali pengetahuan audiens  Mendengarkan dan
tentang cara tanda gejala TBC pada memperhatikan
anak  Mendengarkan dan
 Memberi reinforcemen positif pada memperhatikan
audiens atas pendapat audiens  Mengemukakan
 Menjelaskan materi penyuluhan pendapat
tentang tanda gejala TBC pada  Mendengarkan dan
anak. memperhatikan
 Menggali pengetahuan audiens  Mendengarkan dan
tentang penatalaksanaan TBC pada memperhatikan
anak.  Mengemukakan
 Memberi reinforcemen positif pada pendapat
audiens atas pendapat audiens
 Menjelaskan materi tentang
penyuluhan pencegahan TBC pada
anak.

Penutup  Memberikan kesempatan pada  Memberikan


(5 menit) audiens untuk bertanya pertanyaan
 Memberi reinforcemen pada audiens  Mendelegasikan dan
atas pertanyaan audiens memperhatikan
 Memberikan kesempatan audiens  Mengemukakan
lain untuk memberi pendapat pendapat
 Melengkapi atau memberikan  Mendengarkan dan
penjelasan atas pertanyaan audiens memperhatikan
 Mengevaluasi dan menyimpulkan  Mendengarkan dan
materi penyuluhan yang telah di memperhatikan
sampaikan sertaikut
 Salam penutup menyimpulkan
 Menjawab salam

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Struktur pengorganisasian sesuai dengan yang di rencanakan
b. Setting tempat sesuai dengan yang di rencanakan
c. Tempat dan media sesuai dengan yang di rencanakan
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu sesuai dengan yang di rencanakan
c. Selama proses berlangsung di harapkan audience dapat mengikuti seluruh
kegiatan penyuluhan/tidak ada yang meninggalkan ruangan
d. Selama kegiatan berlangsung di harapkan audience berperan aktif
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta yang hadir mampu menyebutkan pengertian Tuberculosis
b. Peserta yang hadir mampu menyebutkan penyebab dari TBC pada anak
c. Peserta yang hadir mampu menyebutkan dan memperaktikan tanda dan
gejala TBC pada anak.
d. Peserta yang hadir mampu memahami penatalaksanaan TBC pada anak
e. Peserta yang hadir mampu memahami pencegahan TBC pada anak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Tuberkulosis paru


Penyakit TBC adalah penyakit infeksi yang menular sering memanifestasi di
paru disebabkan oleh mycobacterium tubercolusis (Wulandari, 2017). Tuberkulosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menular. (Kemenkes RI, 2016). Penyakit ini menyebar saat penderita Tuberkulosis
paru mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri menuju udara, misalnya dengan
cara batuk. Seseorang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernafasan (WHO, 2018).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius kronik dan berulang yang biasanya
mengenai paru, meskipun semua organ dapat terkena. Disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, tuberkulosis dapat melibatkan organ lain juga.
Ditularkan oleh droplet nuclei, droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika
orang terinfeksi batuk dan bersin (LeMone, 2016).
B. Penyebaran Tuberkulosis paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh M. tuberculosis,
suatu bakteri aerob tahan asam yang menginfeksi melalui udara dengan cara inhalasi partikel
kecil diameter 1-5 mm yang mencapai alveolus, droplet tersebut keluar saat berbicara, batuk,
tertawa, bersin, atau menyanyi (Black & Hawks, 2014).
Mycobacterium ditularkan melalui udara, disaat penderita TB paru aktif (BTA positif
dan foto rontgen positif) bakteri ini terbawa keluar dari paru-paru menuju udara disaat
penderita berteriak, bersin, batuk atau bernyanyi. Bakteri ini tersimpan di dalam gelembung
cairan bernama droplet nuclei. Droplet nuclei akan melewati mulut/saluran hidung, saluran
pernafasan atas, bronkus kemudian menuju alveolus, sampai di jaringan paru-paru, tubercle
bacillus memperbanyak diri. Lambat laun, mereka akan menyebar ke kelenjar limfe. Proses
ini disebut sebagai primary TB infection. Ketika seseorang dikatakan penderita primary TB
infection, tubercle bacillus berada di tubuh orang tersebut. Seseorang dengan primary TB
infection tidak dapat menyebarkan penyakit ke orang lain dan juga tidak menunjukkan gejala
penyakit. (Report, 2016).
Struktur Faktor Penyebaran Mycrobakterium Tuberculocis

Terinfeksi
Mycrobakterium
Tubeculosis

Hasil Tes IGRA Negatif Hasil TST/IGRA


positif

Tidak Berkembang Menjadi


LTBI atau penyakit
Radiografi Dada
Radiografi dada normal Abnormal

Tidak Menular
Gejala
Tidak Ada Tanda Gejala

Memiliki LTBI Mungkin memiliki kultur


posotif

Tidak Menular
Memiliki penyakit TB

Gejala mungkin muncul


kemudian Mungkin Menular

(Irianti,Kusnawandi,Yasin & Kusumaningtyas, 2016)


C. Infeksi Tuberkulosis paru pada anak
Infeksi TBC dapat menyebar diseluruh tubuh. Masuk melalui saluran
pernafasan dan terutama menetap pada saluran pernafasan bawah. Penyebaran utama
berasal dari orang dewasa melalui droplets yang sangat kecil menyebar menuju
saluran pernafasan bawah, jika droplets tersebut cukup besar, biasanya hanya masuk
ke saluran pernafasan atas dan di netralisir oleh bronkus dan tidak menyebabkan
infeksi TBC. Pada anak yang tidak memiliki imun yang cukup kuat, TBC akan
menggandakan diri didalam makrofag. Kemudian akan menyebar keseluruh paru-
paru. Kemudian monositik dan kelenjar limfe akan mencoba melawan namun juga
berkemungkinan untuk menyebarkan keseluruh tubuh. Sehingga menjadi penyebaran
TBC kelenjar (Holmberg, Temesgen, & Banerjee, 2019).
TBC yang menyebar luas dapat dikatakan TBC aktif. TBC dapat menunjukkan
gejala atau bisa saja asismtomatis. Dan diakhir perjalanan penyakit TBC
menyebabkan syok septis, kegagalan multi organ, gagal nafas dan kematian.
Sedangkan pada bayi dan anak-anak kejadian penyebaran ini akan meningkat 50%
dari kejadian pada orang dewasa, karena daya tahan tubuh dan sistem imun yang
belum sempurna (Graham, 2017).
D. Tanda Dan Gejala TBC Pada Anak
1. Demam : Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-
Kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41oC
2. Batuk : Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
Di perlukan untuk membuang produk-produk radang keluar,
sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah muncul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum). 
3. Sesak Nafas : Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan
sesak nafas.Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang
sudah lanjut, dimanainfiltrasinya sudah setengah bagian paru-
paru
4. Nyeri Dada : Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehinggamenimbulkan pleuritis.
5. Malaise : Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada
nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri
otot, dan keringat malam.
Tabel 1.1 Sistem Skor Gejala Dan Pemeriksaan Penunjang TBC

Parameter 0 1 2 3 Jumlah
Kontak TB Tidak Jelas Laporan BTA Positif
keluarga,
BTA negative
atau BTA
tidak jelas
Uji Tuberculosis Negatif Positif
(10mm-5mm
dalam
keadaan
imunospasi
Berat Bawah garis Klinis gizi
badan/keadaan merah (KMS) buruk (BB/U
gizi atau <60%)
BBU<80%
Demam tanpa 2 minggu
sebab yang jelas
Batuk 3 minggu
Pembesaran 1 cm, jumlah
kelenjar lebih dari 1,
limfaekoli,aksila tidak nyeri
,ingiunal
Pembekakan Ada
tulang/sendi pembengkakan
panggul dan
lutut

Foto Toraks Normal/ Kesan TB


tidak jelas
Jumlah
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)

E. Faktor Yang Mempengaruhi TBC Pada Anak


Konsep “trial epidemiologi” dari John Gordon mengemukakan bahwa
terjadinya suatu penyakit disebabkan karena tidak seimbangnya ketiga faktor yaitu
agent (penyebab penyakit), host (pejamu), dan environment (lingkungan) (Rajab W.
2009) :

a. Agent (Penyebab Penyakit)


Agent (penyebab penyakit) merupakan semua unsur baik hidup atau mati
yang dapat mengakibatkan terjadinya suatu penyakit, Agent penyebab penyakit
terdiri dari bahan kimia, nutrient, mekanik, alamiah, kejiwaan, dan biologis
Penyakit menular biasanya disebabkan oleh agent biologis, seperti infeksi
bakteri, virus, parasit, atau jamur. Agent yang menjadi penularan penyakit TB
adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis
b. Host (Penjamu)
Faktor pejamu adalah manusia atau hewan hidup yang mempunyai
kemungkinan terpapar oleh agent penyakit. Host untuk kuman TB Paru adalah
manusia dan hewan. Beberapa faktor host yang berhubungan dengan kejadian
TB Paru pada anak terdiri dari :
1. Usia : Anak usia 1 – 2 tahun memiliki risiko 20% – 30%,
untuk anak berusia 3 – 5 tahun memiliki risiko 5%, anak berusia 5 – 10
tahun berisiko 2% dan risiko terhadap orang dewasa adalah 5%.
2. Jenis Kelamin : Anak laki-laki lebih rentan terhadap berbagai jenis
penyakit dan cacat dibandingkan anak perempuan. Selain itu, secara
neurologis anak perempuan lebih matang dibandingkan anak laki-laki
sejak lahir hingga masa remaja, begitu juga dengan pertumbuhan fisik
anak perempuan lebih cepat dari pada laki-laki.
3. Riwayat Bayi Lahir Rendah : BBLR merupakan salah satu faktor utama
dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas pada neonatus,
bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupan dimasa depan.
4. Status Gizi : Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila
tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin. Sementara itu, balita dengan keadaan gizi buruk biasanya
memiliki tubuh lemah sehingga mudah terinfeksi dan diserang penyakit
terutama kuman TB. Malnutrisi sering tejadi pada penderita TB Paru yang
lama sekitar 70% (Efendi, 2012).
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
aktifitas dan kesehatan masyarakat. Lingkungan dibagi menjadi dua yaitu
internal dan eksternal. Lingkungan internal dapat menjadi tidak stabil akibat
mendapatkan gangguan dari lingkungan eksternal seperti infeksi, serangan dan
gangguan lainya. Lingkungan eksternal dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Lingkungan Fisik : Merupakan lingkungan abotik atau benda mati
seperti air,udara,tanah,cuaca,makanan,rumah,panas,radiasi dan lain-lain.
Lingkungan fisik mempunyai peraan dalam proses terjadinya penyakit.
2. Lingkungan Biologis : Lingkungan biotok seperti tumbuh-
tumbuhan,hewan,virus,bakteri,jamur,parasite,serangga dan lain-lain
yang bisa berperan sebagai agen penyakit, reservoir infeksi atau penjamu
(Host).
3. Lingkungan Sosial : Meliputi kultur,adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, agama , sikap, standar dan gaya hidup, perkerjaan serta
kehidupan bermasyarakat.
F. Upaya pencegahan TBC pada anak
Menurut Kemenkes RI (2013), beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mencegah kejadian TB Paru anak antara lain:
1. Imunisasi BCG pada Anak
Secara umum perlindungan vaksin BCG efektif untuk mencegah terjadinya TB
berat seperti TB milier dan TB meningitis yang sering terjadi pada anak-anak.
2. Pemberian makanan yang bergizi dan seimbang
Gangguan sistem kekebalan tubuh pada kondisi yang parah akan menyebabkan
penurunan status gizi yang dapat disebabkan oleh karena kurangnya asupan
makanan yang disebabkan oleh anoreksia, malabsorpsi, dan meningkatnya
penggunaan zat gizi dalam tubuh.
3. Lingkungan Rumah
Faktor lingkungan rumah yang baik yaitu dengan memiliki pencahayaan yang
baik karena cahaya dapat mempengaruhi suhu dan perkembangan
mycrobacterium tuberculosis hingga dapat mengurangi kejadian TBC,
keadaan ventilasi yang kurang dan cenderung lembab akan membuat
kurangnya kadar oksigen dalam rumah yang membuat kemungkinan
berkembangnya virus dan bakteri dengan cepat serta kepadatan rumah antara
satu dengan lain yang menyebabkan resiko penularan TBC semakin cepat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiawati & Puspita, 2021.


Faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam pencegahan kejadian TBC
pada anak dimana sebagian besar responden memiliki rumah dengan lantai
keramik, mempunyai ventilasi dan pencahayaan yang baik.
4. Faktor Penjamu
Skrining dan manajemen kontak merupakan suatu kegiatan investigasi secara
aktif dan intensif untuk menemukan anak yang mengalami paparan akibat
kontak dengan pasien TB BTA (+) dan orang dewasa yang menjadi sumber 27
penularan bagi anak yang didiagnosis TB.
G. Pengobatan Tuberkulosis paru pada anak
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pengobatan penyakit TBC pada anak
menurut (Kemenkes RI, 2016) yaitu :
a. Tahapan dalam Pengobatan TBC pada anak
1. Tahapan awal : yaitu tahapan dengan tujuan untuk meminimalkan kuman
yang ada dalam tubuh anak dan meminimalisir kuman yang sudah resisten
sejak sebelum pasien mendapat pengobatan
2. Tahap lanjutan : Yaitu tahapan yang melanjutkan untuk membunuh sisa-
sisa kuman yang masih tersisa yaitu kuman persisten sehingga pasien dapat
sembuh dan mencegah tercajinga kekambuhan.
b. Terapi obat yang diberikan pada anak
Penyakit TBC pada anak dapat dilakukan pencegahan pencegahan
pengobatan dan terapi pengobatan. Profilaksisi merupakan obat pencegahTBC
pada anak yang terpapar penderita TBC, atau anak yang terinfeksi TBC tanpa
menderita TBC.
Tabel 2.1 Dosis OAT katagori anak dan efek saping yang akan timbul
Obat Dosis Harian Dosis Efek Samping
(Mg/Kg BB/ Maksimal
Hari) (mg/Hari)
Isozinazid (H) 10 (7-15) 300 Hepatitis Neuritis
perifer,
Hipersensitivitas
Gastointesnial,
Reaksi Kulit,
Hepatitis
Rifampisin (R) 15 (10-20) 600 Trombositopenia,
Peningkatan Enzim
Hati, Urinne
Berwarna Gelap
Pirazinamid (Z) 35 (30-40) - Toksititas, Hepar,
Arttralgia,
Gastrointestial,
Neuritis Optik
Etambutol (E) 20 (15-25) - Ketajaman Mata
Berkurang, buta
merah hijau,
Hipersensitivitas
Geastrointestial
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,2016)
c. Tatalaksana Pengobatan
1. Obat yang dikonsumsi setiap hari selama ^bulan pada fase awal dan lanjut
2. Obat TBC dikonsumsi sesuai dengan panduan obat dan doisi berat badan
3. Gizi yang adekuat yang tinggi kelori tinggi protein
4. Jika ada penyakit penyerta lainya lakukan pemeriksaan segera.

Tabel 2.2 Dosis OAT Yang Dilanjutkan Sesuai Berat Badan Anak

Berat Badan (KG) 2 Bulan HRZ 4 Bulan (RH 75/50)


(75/50/150)
5-7 1 Tablet 1 Tablet
8-11 2 Tablet 2 Tablet
12-16 3 Tablet 3 Tablet
17-22 4 Tablet 4 Tablet
23-30 5 Tablet 5 Tablet
>30 OAT Dewasa
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi


Kemenkes RI 2016. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2017. doi : ISSN
2442-7659
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria.
WHO, 2018. Global Tuberculosis Report 2018. Geneva: World Health
Organization.
LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa.
Jakarta: EGC
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC; 2012.
Kowalak. (2020). Buku Ajar Patofisiologi. EGC.
Darmanto, Djojodibroto. 2017. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Buku
Kedokteran. Bersumber dari https://docplayer.info/45608972-Profil-
pasien-tuberkulosis-dengan-multi-drug-resistance-mdr-di-rsup-prof-dr-r-d-
kandou-periode-agustus-agustus-2016.html (diakses pada 20 November
2019).
Danusantoso, Halim. 2012. Ilmu Penyakit Paru Edisi 2. EGC : Jakarta.
Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Widiawati & Puspita. 2021. Pencegahan TBC Di Tatanan Keluarga. Yogyakarta : Zahir
Publising
Djojodibroto, Darmanto. 2015. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC.
Mutaqqim, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Hurst, Marlene. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah, Vol. 1. Jakarta: EGC.
International Diabetes Federation.(2019). Diabetes Atlas Ninth Edition 2019. Brussel:
International Diabetes Federation. Retrieved From Https://Diabetesatlas.Org/.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Kemenkes RI
Kowalak (2019).Buku Ajar Patofisiologi.Alihbahasa oleh. Andry Hartono. Jakarta: EGC.
LeMone, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Rajab, W. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan: Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai