OLEH :
Nur Akbar 1911604078
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN ULUKUS DM
DILAKUKAN TINDAKAN DEBRIDEMENT DENGAN TINDAKAN REGIONAL
ANESTESIDI IBS RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
Oleh :
Mengetahui,
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Witra Sari,
2017). Penyakit diabetes melitus (DM) menjadi salah satu penyakit yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas hidup penderitanya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
berbagai komplikasi yang muncul. Salah satukomplikasiyang terjadi adalah ulkus
diabetikum. Ulkus diabetikum merupakan kejadian lukayang timbul pada penderita
DM akibat komplikasi mikroangiopati dan makroangiopati. (Marissa & Ramadhan,
2017)
Ulkus diabetik terjadi 90% hingga 95% pada penderita diabetes dengan
obesitas, hal ini dikarenakan makin banyak jaringan lemak maka jaringan tubuh dan
otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama pada daerah yang mengalami
penekanan dan terbentuknya keratin keras yang memudahkan terjadinya ulkus
diabetik. (Husen & Basri, 2021). Selain itu ulkus diabetic juga disebabkan oleh tiga
faktor yang sering disebut trias, yaitu: iskemik, neuropati daninfeksi (Roza et al.,
2015). Neuropati perifer akan menyebabkan hilangnya sensasidi daerah distal kaki.
Lamanya seseorang menderita DM akan menyebabkan komplikasi mikroangiopati
sehingga neuropati diabetikum akan menyebabkan timbulnya ulkus pada kaki
(Marissa & Ramadhan, 2017).
Selama perawatan, pasien Ulkus Diabetikum akan mengalami berbagai
masalah keperawatan, sehingga pasien memerlukan intervensi keperawatan, proses
keperawatan dilakukan untuk mengidentifikasi masalah, mencegah dan mengatasi
masalah keperawatan yang dialami pasien baik masalah keperawatan aktual maupun
potensial untuk meningkatkan kesehatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh
perawat sangat mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diterima oleh
pasien. (WITRA SARI, 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori penyakit BPH?
2. Bagaimana pertimbangan anestesi pada pasien prolaps uteri di IBS RSU PKU
Muhammadiyah Bantul?
3. Bagaimana Web of Caution pada pasien dengan prolaps uteri di IBS RSU PKU
Muhammadiyah Bantul?
4. Bagaimana tinjauan teori asuhan kepenataan anestesi pada pasien prolaps uteri di
IBS RSU PKU Muhammadiyah Bantul?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep teori penyakit BPH?
2. Mengetahui dan memahami pertimbangan anestesi pada pasien dengan prolaps
uteri di IBS RSU PKU Muhammadiyah Bantul?
3. Mengetahui dan memahami Web of Caution pada pasien dengan prolaps uteri di
IBS RSU PKU Muhammadiyah Bantul?
4. Mengetahui dan memahami tinjauan teori asuhan kepenataan anestesi pada pasien
dengan prolaps uteri di IBS RSU PKU Muhammadiyah Bantul?
D. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah berdasarkan studi kasus
di IBS RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara pasien serta pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Penyakit
1. Definisi
Ulkus diabetikum merupakan infeksi, tukak, dan destruksi jaringan kulit pada
kaki penderita diabetes melitus yang disebabkan oleh kelainan saraf dan rusaknya
arteri perifer (Octavia Nurul Chasanah, 2021). Selain itu ulkus diabetikum juga
diartikan sebagai luka yang terbentuk pada Sebagian atau seluruh jaringan kulit pada
kaki penderita diabetes melitus sehingga dapat menyebabkan terjadinya neuropati dan
penyakit vaskuler perifer akibat dari efek DM (WITRA SARI, 2017).
Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi sebagian (Partial
Thickness) atau keseluruhan (Full Thickness) pada daerah kulit yang meluas ke
jaringan bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang
yang menderita penyakit Diabetes Melitus (DM), kondisi ini timbul akibat dari
peningkatan kadar gula darah yang tinggi. Apabila ulkus kaki berlangsung lama,
tidak dilakukan penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka akan menjadi terinfeksi.
Ulkus kaki, infeksi, neuroarthropati dan penyakit arteri perifer merupakan penyebab
terjadinya gangren dan amputasi ekstremitas pada bagian bawah (Tarwoto & Dkk.,
2012)
Diketahui bahwa penyebab dari ulkus kaki diabetik ada beberapa komponen
yaitu meliputi neuropati sensori perifer, trauma, deformitas, iskemia, pembentukan
kalus, infeksi dan edema. faktor penyebab terjadinya ulkus diabetikum terdiri dari 2
faktor yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yaitu genetik metabolik,
angiopati diabetik, neuopati diabetik sedangkan faktor eksogen yaitu trauma, infeksi,
dan obat (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013). Terdapat 2 penyebab ulkus
diabetik secara umum yaitu neuropati dan angiopati diabetik. Neuropati diabetik
adalah suatu kelainan pada urat saraf akibat dari diabetes melitus akibat kadar gula
dalam darah 10 yang tinggi dapat merusak urat saraf penderita dan menyebabkan
hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, apabila penderita mengalami trauma
kadangkadang tidak terasa. Kerusakan saraf menyebabkan mati rasa dan menurunnya
kemampuan merasakan sensasi sakit, panas atau dingin.
2. Etiologi
Beberapa factor yang menjadi penyebab munculnya ulkus diabetikum pada pasien
DM yaitu sebagai berikut (Roza et al., 2015) :
a. Jenis kelamin
Laki-laki menjadi faktor predominan berhubungan dengan terjadinya ulkus.
Menurut Prastica dkk pasien ulkus diabetikum yang diteliti di RSUD Dr.
Saiful Anwar Malang adalah laki-laki (56,3%).
b. Lama Penyakit Diabetes Melitus (DM)
Lamanya seorang pasien menderita DM menyebabkan pasien mengalami
hiperglikemia yang lama. Hiperglikemia yang terjadi terus menerus ini akan
menginisiasi terjadinya hiperglisolia yaitu keadaan sel yang kebanjiran
glukosa. Hiperglosia kronik akan mengubah homeostasis biokimiawi sel
tersebut yang kemudian berpotensi untuk terjadinya perubahan dasar
terbentuknya komplikasi kronik DM.
c. Neuropati
Neuropati menyebabkan gangguan saraf motorik, sensorik dan otonom.
Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot, deformitas kaki, perubahan
biomekanika kaki dan distribusi tekanan kaki terganggu sehingga
menyebabkan kejadian ulkus meningkat. Gangguan sensorik disadari saat
pasien mengeluhkan kaki kehilangan sensasi atau merasa kebas. Rasa kebas
menyebabkan trauma yang terjadi pada pasien penyakit DM sering kali tidak
diketahui. Gangguan otonom menyebabkan bagian kaki mengalami
penurunan ekskresi keringat sehingga kulit kaki menjadi kering dan mudah
terbentuk fissura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang mudah retak
meningkatkan risiko terjadinya ulkus diabetikum.
d. Peripheral Artery Disease
Penyakit arteri perifer adalah penyakit penyumbatan arteri di ektremitas
bawah yang disebakan oleh atherosklerosis. Gejala klinis yang sering ditemui
pada pasien PAD adalah klaudikasio intermitten yang disebabkan oleh
iskemia otot dan iskemia yang menimbulkan nyeri saat istirahat.
e. Perawatan kaki
Edukasi perawatan kaki harus diberikan secara rinci pada semua orang
dengan ulkus maupun neuropati perifer atau peripheral Artery disease (PAD).
Menurut penelitian Purwanti OK perawatan kaki terdiri dari perawatan
perawatan kaki setiap hari, perawatan kaki reguler, mencegah injuri pada
kaki, dan meningkatkan sirkulasi.
3. Tanda dan Gejala
Menurut (Roza et al., 2015), tanda dan gejala ulkus diabetikum dapat dilihat
dari:
a. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis, poplitea, kaki menjadi
atrofi, kaku, sering kesemutan, dingin, kuku menjadi tebal dan kulit kering.
b. Eksudat, yaitu adanya eksudat atau cairan pada luka sebagai tempat
berkembangnya bakteri.
c. Edema, di sekitar kulit yang mengalami ulkus diabetikum sebagian besar akan
terjadi edema kurang dari 2 cm, berwarna merah muda, daninflamasi minimal.
Edema pada ulkus diabetikum terdiri dari edema minimal yaitu sekitar 2 cm,
sedang (semua kaki), berat (kaki dan tungkai).
d. Inflamasi
Inflamasi yang terjadi dapat berupa inflamasi ringan , sedang, berat atau tanpa
inflamasi. Warna : merah muda, eritema, pucat, gelap;
e. Nyeri
Nyeri kaki saat istirahat, kepekaan atau nyeri sebagian besar tidak lagi terasa
atau kadang-kadang dan tanpa maserasi atau kurang dari 25% dan maserasi :
tanpa maserasi atau 25 %, 26 – 50 %, > 50 %. (Roza et al., 2015).
4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait
Menurut Smeltzer (2014) pemeriksaan penunjang ulkus diabetik sebagai berikut:
a. Palpasi dari denyut perifer
Apabila denyut kaki bisa di palpasi, maka PAP tidak ada. Jika denyut dorsalis
pedis dan tibial posterial tidak teraba maka dibutuhkan pemeriksaan yang
lebih lanjut.
b. Doppler flowmeter
Dapat mengukur derajat stenosis secara kualitatif dan semi kuantitatif melalui
analisis gelombang doppler. Frekuensi sistolik doppler distal dari arteri yang
mengalami oklusi menjadi rendah dan gelombangnya menjadi monofasik.
c. Ankle Brachial Index (ABI)
Tekanan diukur di beberapa tempat di ekstremitas menggunakan manset
pneumatik dan flow sensor, biasanya doppler ultrasound sensor. Tekanan
sistolik akan meningkat dari sentral ke perifer dan sebaliknya tekanan
diastolik akan turun. Karena itu, tekanan sistolik pada pergelangan kaki
lebihtinggi dibanding Brachium. Jika terjadi penyumbatan, tekanan sistolik
akan turun walaupun penyumbatan masih minimal. Rasio antara tekanan
sistolikdi pergelangan kaki dengan tekanan sistolik di arteri brachialis (Ankle
Brachial Index) merupakan indikator sensitif untuk menentukan adanya
penyumbatan atau tidak.
d. Transcutaneous Oxymetri (TcPO2)
Berhubungan dengan saturasi O2 kapiler dan aliran darah ke jaringan. TcPO2
pada arteri yang mengalami oklusi sangat rendah. Pengukuran ini sering
digunakan untuk mengukur kesembuhan ulkus maupun luka amputasi.
e. Magnetic Resonance Angiography (MRA)
Merupakan teknik yang baru, menggunakan magnetic resonance, lebih
sensitif dibanding angiografi standar. Arteriografi dengan kontras
adalahpemeriksaan yang invasif, merupakan standar baku emas sebelum
rekonstruksi arteri. Pasien-pasien diabetes memiliki risiko yang tinggi untuk
terjadinya gagal ginjal akut akibat kontras meskipun kadar kreatinin normal.
5. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus
dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka
ke jaringan sehat. Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan
yang membantu proses penyembuhan luka. Debridement harus dilakukan pada
semua luka kronis untuk membuang jaringan nekrotik dan debris. Metode
debridement yang seringdilakukan yaitu surgical (sharp), autolitik, enzimatik,
kimia, mekanis danbiologis. Metode surgical, autolitik dan kimia hanya
membuang jaringan nekrosis, sedangkan metode mekanis membuang jaringan
nekrosis dan jaringan hidup.
b. Penatalaksanaan Operatif
1. Offloading
Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi salahsatu
komponen penanganan ulkus diabetes. Ulserasi biasanya terjadi pada area
telapak kaki yang mendapat tekanan tinggi. Total Contact Casting (TCC)
merupakan metode offloading yang paling efektif. TCCdibuat dari gips
yang dibentuk secara khusus untuk menyebarkan bebanpasien keluar dari
area ulkus. Metode ini memungkinkan penderita untuk berjalan selama
perawatan dan bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat
mengganggu penyembuhan luka.
2. Penanganan Infeks
Ulkus diabetes memungkinkan masuknya bakteri, serta menimbulkan
infeksi pada luka. Karena angka kejadian infeksi yang tinggi pada ulkus
diabetes, maka diperlukan pendekatan sistemik untuk penilaian yang
lengkap. Diagnosis infeksi terutama berdasarkan keadaan klinis seperti
eritema, edema, nyeri, lunak, hangat dan keluarnya nanah dari luka.
Menurut The Infectious Diseases Society of America membagi infeksi
menjadi 3 kategori:
3. Perawatan Luka
Penggunaan balutan yang efeklif dan tepat menjadi bagian yang
penting untuk memastikan penanganan ulkus diabetes yang optimal.
Pendapat mengenai lingkungan sekitar luka yang bersih dan lembab
telah diterima luas. Keuntungan pendekatan ini yaitu mencegah
dehidrasi jaringan dan kematian sel, akselerasi angiogenesis, dan
memungkinkan interaksi antara faktor pertumbuhan dengan sel target.
Beberapa jenis balutan telah banyak digunakan pada perawatan luka
serta didesain untuk mencegah infeksi pada ulkus (antibiotika),
membantu debridement (enzim), dan mempercepat penyembuhan
luka.
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik
yang dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik intravena anestesi dan
general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan
teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi
dan intravena (Latief, 2007).
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
4. Rumatan Anestesi
Pada tindakan general anestesi terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah
general anestesi dengan teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan
inhalasi, berikut obat-obat yang dapat digunakan pada kedua teknik tersebut.
3 Atrakurium Isoflurane
5 Midazolam Enfluren
6 Fentanyl
7 Rocokuronium
8 prostigmin
5. Resiko
a. Pernapasan Gangguan pernapasan cepat menyebabkan kematian karena hipoksia
sehingga harus diketahui sedini mungkin dan segera di atasi. Penyebab yang
sering dijumpai sebagai penyulit pernapasan adalah sisa anastesi (penderita tidak
sadar kembali) dan sisa pelemas otot yang belum dimetabolisme dengan
sempurna, selain itu lidah jatuh kebelakang menyebabkan obstruksi hipofaring.
Kedua hal ini menyebabkan hipoventilasi, dan dalam derajat yang lebih
beratmenyebabkan apnea.
b. Sirkulasi Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan aritmia, hal ini
disebabkan oleh kekurangan cairan karena perdarahan yang tidak cukup diganti.
Sebab lain adalah sisa anastesi yang masih tertinggal dalam sirkulasi, terutama
jika tahapan anastesi masih dalam akhir pembedahan
c. Regurgitasi dan Muntah Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia selama
anastesi. Pencegahan muntah penting karena dapat menyebabkan aspirasi.
d. Hipotermi Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermi, selain itu
juga karena efek obat-obatan yang dipakai. General anestesi juga memengaruhi
ketiga elemen termoregulasi yang terdiri atas elemen input aferen, pengaturan
sinyal di daerah pusat dan juga respons eferen, selain itu dapat juga
menghilangkan proses adaptasi serta mengganggu mekanisme fisiologi pada
fungsi termoregulasi yaitu menggeser batas ambang untuk respons proses
vasokonstriksi, menggigil, vasodilatasi, dan juga berkeringat.
e. Gangguan Faal Lain Diantaranya gangguan pemulihan kesadaran yang
disebabkan oleh kerja anestesi yang memanjang karena dosis berlebih relatif
karena penderita syok, hipotermi, usia lanjut dan malnutrisi sehingga sediaan
anestesi lambat dikeluarkan dari dalam darah
E. Daftar Pustaka
Teguh, Subianto. (2009). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. [ serial Online] cited
12 Februari 2012], avaible from URL: http://www.hyves.web.id/askep-diabetes-
melitus/
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit
Erlangga
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PASIEN ULKUS DM DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI DEBRIDEMENT
DENGAN TINDAKAN GENERAL ANESTESI
DI RUANG IBS RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
PADA TANGGAL 03/05/2023
I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
A. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : tn.x
Umur : 65 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : jawa
Status perkawinan` : kawin
Golongan darah :B
Alamat :-
No. CM : 000XXXXX
Diagnosa medis : ulkus pedis dextra
Tindakan Operasi : debridement
Tanggal MRS : 01/05/2023
Tanggal pengkajian : 03/05/2023 Jam Pengkajian:10:00
Jaminan : bpjs
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan memiliki penyakit diabestes militus, pasien
mengatakan nyeri pada luka bagian kaki sebelah kanan, nyeri seperti
tertusuk-tusuk, skala nyeri 4, pasien mengatakan sulit
berjalan/beraktivitas karena luka pada kaki, pasien mengatakan memiliki
Riwayat DM 4 thn yang lalu
b. Saat Pengkajian
Pasien mangatakan nyeri pada luka kaki sebelah kanan, pasien
mengatakan memiliki penyakit DM sejak 4 tahun yang lalu, pasien
mengatakan takut akan dioperasi, pasien mengatakan memiliki Riwayat
hipertensi
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Diabetes militus
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi
4) Riwayat Penyakit Keluarga
diabetes melitus
c. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran Umum dan tanda vital Kesadaran : Samnolen BB : 70 kg GCS : 9.
Mata: 3, Verbal: 4, Motorik: 2 TB : 178 cm TD : 114/70 mmHg RR :
20x/mnt N : 131x/mnt
b) Status Generalis
- Kepala: Bentuk kepala (bulat), Kesimetrisan (+) Hidrochepalus (-), Luka
(-), Darah (-) Trepanasi (-), Nyeri tekan (+) - Wajah: Ekspresi wajah
(tegang), Dagu kecil (-) Edema (-), Kelumpuhan otot-otot fasialis ( -),
Sikatrik ( -), Micrognathia (-) , Rambut wajah (+/-) Hidung:
- Mata: Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+), Eksoftalmus (-)
Endotthalmus (-) , Edema (-), Ptosis (-) Peradangan (-), Luka (-), Benjolan
(-), Bulu mata ( tidak rontok), Konjunctiva dan sclera: Sklera tidak ikterik,
pupil isokor, Konjungtiva tidak anemis, dapat membuka mata dengan
spontan, Reaksi pupil terhadap cahaya: isokor (+), Kornea: warna hitam,
Nigtasmus (-), Strabismus (-) , Ketajaman penglihatan (Baik), Penggunaan
kontak lensa :Tidak, Penggunaan kacamata : Tidak
- Mulut dan faring: Warna bibir : kecoklatan, Lesi (-), Bibir pecah (+),
Amati gigi, gusi, dan lidah: Caries (1). Kotoram (-), Gingivitis (-), palsu
(-), gigi goyang (-), gigi maju (-), Kemampuan membuka mulut 3 cm (+),
Warna lidah : merah muda, Perdarahan (-), Abses (-), Orofaring atau
rongga mulut: Bau mulut tidak. uvula (simetris) Benda asing: (tidak)
Tonsil: TO/ T1/T2/ T3/T4
- Hidung: Perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-), Pembesaran/polip
(-) Pernafasan cuping hidung (-)
- Telinga: Bentuk simestris, Lesi (-), Nyeri tekan (-) Peradangan (-),
Penumpukan serumen ( -), Perdarahan (-), Perforasi (-)
- Leher: Bentuk leher (asimetris), Peradangan (-), Jaringan parut (-),
Perubahan warna (-), Massa (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-),
Pembesaran vena jugularis (-), Pembesaran kelenjar limfe (-), Posisi trakea
( tidak simetris), Mobilitas leher: Ekstensi (+), Fleksi (+), menggunakan
collar (-), Leher pendek: Tidak, Vena jugularis: tekanan.
- Thoraks:
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dada kanan dan kiri simetris, Tidak ada benjolan,
Tidak ada retraksi otot bantu nafas, Pola nafas regular, RR 18x menit,
Tidak ada bekas luka/jejas.
Palpasi: Fremitus kanan dan kiri memiliki getaran yang sama, Ekspansi
dada maksimal,tidak ada nyeri tekan.
Perkusi: Resonsan
Auskultasi : Vesikuler
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi: Tidak ada pergeseran pada ictus cordis, tidak ada pelebaran
batas jantung
Perkusi: Batas kanan dan kiri jantung normal
Auskultasi : Suara jantung S1,S2 reguler, tidak ada suara tambahan
Abdomen
Inspeksi: Tidak ada benjolan atau bengkak, tidak ada jejas
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan ,tidak ada pembesaran limpa
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi: Pekak
- Genetalia : Jenis Kelamin laki-laki
- Ekstermitas :
Atas : Pada tangan kanan terpasang infus Bawah : Pada kaki kiri
terpasang infus
Kekuatan otot : 3, 3, 4, 4
- Pemeriksaan Vertebrata : Tidak ada jejas ataupun lebam
- Pemeriksaan Neurologi:
Memeriksa Tanda-Tanda Rangsangan Otak
Penigkatan suhu tubuh (-), Nyeri kepala (+), Kaku kuduk (-), Mual-
muntah (+) Riwayat kejang (+) Penurunan tingkat kesadaran (+)
Riwayat pingsan (- ).
Memeriksa Nervus Cranialis
Nervus 1 (Olfaktorius), Cabang Mandibularis, Nervus VI
(Abdusen), Nervus VII (Facialis), Nervus VIII (Auditorius),
Nervus IX (Glosopharingeal), Nervus X (Vagus), Nervus XI
(Accessorius), Nervus XII (Hypoglosal).
d. Pemeriksaan psikologi
Baik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Pemeriksaan radiologi
Thorax: Normal
Ct-Scan: Terdapat tumor pada cerebri
g. Terapi saat ini
Injeksi insulin
h. Diagnosa anestesi
Diabetes militus yang akan dilakukan operasi debridement dengan tindakan
spinal anestesi
i. Pertimbangan anestesi
1) Faktor Penyulit : Pasien memiliki riwayat hipertensi
2) Jenis Anestesi : Spinal Anestesi
Indikasi : Prosedur pembedahan ekstremitas bawah
3) Teknik Anestesi : SAB
Indikasi : Prosedur pembedahan
g. Operasi selesai pukul 13.20 WIB, Monitor tanda vital sebelum pasien di
bawa ke RR TD: 150/80 mmHg, N: 90x/mnt; SpO2: 100 %; RR: 20 x/mnt.
Pasien post operasi, diukur menggunakan bromage scoredengan hasil nilai
skor 1.
C. Maintenance
Maintenance menggunakan :
- O2: 3 lt/mnt, Air: … lt/mnt dengan Sevorane … %Vol
- Balance cairan :
Kebutuhan Cairan
Jam I = 120 + 420 + 360 = 900
Jam II = 120 + 210 + 360 =690
Jam III = 160 + 210 + 360 = 660
Jam IV = 120 + 360 = 480
I. ANALISI DATA
A:
Masalah nyeri akut
sudah teratasi
P:
Intervensi
dihentikan.
2. Ansietas Setelah melakukan tindakan O: O: S:
keperawatan anestesi selama 1 Kaji tingkat kecemasan Mengkaji tingkat - Pasien
x 15 Menit diharapkan masalah (ringan,sedang, dan berat). kecemasan (ringan, sedang, mengatakan sudah
ansietas dapat teratasi dengan T: dan berat). tidak merasakan
kriteria hasil: Lakukan teknik relaksasi nafas T: cemas dan
1. Pasien terlihat rileks dan dalam bersama pasien. Melakukan teknik relaksasi khawatir
siap untuk dilakukan E: nafas dalam bersama pasien. - Pasien
tindakan pembedahan Ajarkan coping kecemasan E: mengatakan sudah
2. Skala HARS berkurang 17 (Teknik distraksi) Mengajarkan coping memahami
ke 13 C: kecemasan (Teknik prosedur
3. Nadi dan TD normal Kolaborasi dengan perawat distraksi) pembedahan dan
(N:60-100x/mnt) dan TD untuk melakukan pendidikan C: anestesi
(110/70 – 120/80 mmHg). kesehatan tentang prosedur Mengkolaborasikan dengan yang akan
operasi perawat untuk melakukan dilakukan
pendidikan kesehatan tentang O :
prosedur operasi - Pasien tampak
lebih rileks dan
lebih nyaman
- Pasien tampak
memahami
edukasi yang
diberikan
2. Intra Anestesi
3. Post Anestesi
A:
Hambatan Mobilitas
fisik pasien telah
teratasi
P:
Hentikan intervensi