Disusun oleh :
SRI HANDAYANI
NIM. I4B016051
SEMESTER I
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang
ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan
hormon insulin secara relatif maupun absolut Kasus diabetes dilaporkan
mengalami peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003,jumlah
penderita DM mencapai 194 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi
333 juta jiwa di tahun 2025 mendatang, dan setengah dari angka tersebut
terjadi di negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Angka kejadian
DM di Indonesia menempati urutan keempat tertinggi di dunia yaitu 8,4 juta
jiwa. DM jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya
komplikasi pada berbagai organ tubuh
sepertimata, jantung, ginjal, pembuluh darah kaki, syarafdan lain-lain.
Ulkus diabetikum adalah luka pada kaki yang merah kehitam – hitaman
dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh sedang atau
besar di tungkai (Askandar, 2001). Ulkus diabetik merupakan komplikasi
kronik dari diabetes mellitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas
serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan
peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik melalui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding
pembuluh darah (Zaidah 2005).
Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui definisi diabetes melitus danulkus diabetikum.
2. Mahasiswa mengetahui klasifikasi diabetes melitus.
3. Mahasiswa mengetahui etiologi diabetes melitus.
4. Mahasiswa mengetahuitanda dan gejala diabetes melitus.
5. Mahasiswa mengetahui patofisiologi diabetes melitus.
6. Mahasiswa mengetahui pathway diabetes melitus.
7. Mahasiswa mengetahui komplikasi diabetes melitus.
8. Mahasiswa mengetahui penatalakasanaan diabetes melitus.
9. Mahasiswa mengetahui fokus pengkajian diabetes melitus.
10. Mahasiswa mengetahui diagnosakeperawatan pada diabetes melitus.
11. Mahasiswa mengetahui rencana keperawatan padapasien diabtes melitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Ulkus Diabetikum
1) Pengertian Ulkus Diabetikum
Terdapat beberapapengertian menenaiulkus diabetikum, diantaranya :
Luka diabetes ( diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot
ulcers, luka neuropati, luka diabetik neuropathi (Maryunani, 2013).
Luka diabetes atau neuropati adalah luka yang terjadi pada
pasien yang diabetik melibatkan gangguan pada saraf perifer dan
otonomik
( Suriadi, 2004 dalam Maryunani, 2013).
Luka diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki penderita
diabetes, dimana terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes
melitus yang tidak terkendali. Kelainan kaki diabetes mellitus dapat
disebabkan adanya
gangguan pembuluh darah, gangguan persyarafan dan adanya infeksi
(Tambunan, 2007 dalam Maryunani, 2013).
2) Klasifikasi Ulkus Diabetikum
a) Berdasarkan Kedalaman Jaringan
- Partial Thickness adalah luka mengenai lapisan epidermis dan
dermis.
- Full Thickness adalah luka mengenai lapisan epidermis,
dermis dan subcutaneous dan termasuk mengenai otot, tendon
dan tulang (Ekaputra, 2013).
b. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik diperkirakan memeang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Selain itu, terdapat pula faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan
dengan prosesterjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :
- Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
- Obesitas
- Riwayat Keluarga
- Kelompok etnik Brunner & Suddarth, 2002).
b. Diabetes Tipe II
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian, insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan
dipertahankan padatingkat normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat danterjadi diabetes melitustipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin merupakan ciri khas
diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan
keton ynag menyertainya. Karena itu, ketoasidosis dibetik tidak terjadi pada
diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik
hyperosmolar non ketotik (HNNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka
awitan diabetes tipe II berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas,
polyuria, polydipsia, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau
pandanganyang kabur (jika kadar glukosanya tinggi).
Untuk sebagian besar pasien (kurang lebih 75%) penyakit diabetes tipe
II yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja (misal saaat pasien
sedang menjalani pemeriksaan laboratorium secara rutin). Salah satu
konsekwensi tidak terdeteksinya penyakit diabetes selama bertahun-
tahun adalah komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya kelainan
mata, neuropati perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi
sebelum diagnosis
ditegakkan (Brunner & Suddarth, 2002).
.
6. Pathway Diabetes Melitus
7.
8. Komplikasi diabetes melitus
Komplikasi DM terbagi menjadi 2 yaitukomplikasi akut dankomplikasikronik :
a. Komplikasi Akut
Adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan dengan
keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi
tersebut adalah :
1) Diabetik Ketoasidosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defesiensi insulin berat dan
akut darisuatu perjalanan penyakit DM. Diabetik ketoasidosis disebabkan
oleh
tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata
(Smeltzer, 2002).
2) Koma Hiperrosmolar Nonketonik (KHHN)
Koma hipermosolar Nonketonik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan
tingkat
kesadaran. Salaha satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak
tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smeltzer, 2002).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalua kadar gula dalam darah turun dibawah 50-
60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin
atau
preparat oral berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
(Smeltzer, 2002).
b. Komplikasi Kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh
bagiantubuh (angiopati diabetik) dibagi menjadi 2 :
1) Mikrovaskuler
a) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan-perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal.
Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka mekanisme
filtras iginjal akan
mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam
urine (Smeltzer, 2002).
b) Penyakit Mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan
keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan neuropati. Katarak
disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan
pembengkakan lensa dankerusakan lensa.
c) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem
sarafotonom medulla spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi
sorbitol dan perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa
fungsi myelin yang
dikaitkan dengan hiperglikemia dapatmenimbulkan perubahan kondisi
saraf.
2) Makrovaskuler
a) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsipada jantung akibat diabetes melitus maka
akan terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan
darahnya ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik.
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
kerasnya arteri
(aterosklerosis) dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau
stroke.
b) Pembuluh Darah Kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi pada ganggren. Infeksi dimulai dari celah-
celah kulit yang
mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan kalus
demikian pada daerah-daerah yang terkena trauma.
c) Pembuluh Darah ke Otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darahke otak menurun.
9. Penatalakasanaan Diabetes
Melitus a. Penataklaksanaan
secara medis
1) Obat Hipoglikemik Oral
a) Golongan Sufonilurea / sulfonylureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
dengan obat lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glucosidase atau
insulin. Obat ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi
insulin oleh sel-sel beta pancreas, karena itu menjadi pilihan utama
pada penderita DM 2
dengan berat badaberlebihan.
b) Golongan Biguanad / metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer)
dianjurkan sebagai obattinggal padapasien kelebihan berat badan.
c) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gulapuasayang masih normal.
2) Insulin
Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM II yang
kehilangan berat badan secara drastic. Yang tidak berhasil dengan
penggunaaan obat- obatan anti DM dengan dosis maksimal atau
mengalami kontra indikasi
dengan obat-obatan tersebut.
Askandar, 2001. Hidup sehat dan bahagia bersama diabetes. Jakarta : Gramedia.
Brunner & Suddarth, 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku diagnosa keperawatan. Editor Monica Ester.
Jakarta :EGC
Doengos, M.E. 2000. Rencana asuhan keperawatan : Pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisiketiga. Jakarta : EGC
Ekaputra, E. 2013. Evolusimanajemen luka. Jakarta: Trans Info Media.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapitaselektakedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Mansjoer, Arif dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1 Cetakan
keenam. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI
Maryunani, Anik. 2013. Perawatan luka (modern woundcare) terlengkap dan. terkini.
Jakarta : In Media
Price, S.A & Wilson, L.M. 2000. Patofosiologi, konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. Jakarta : EGC
Smeltzer, S.C dan Bare. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Brunner &
Suddarth Edisi 8 Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk. Jakarta : EGC
Suriadi. 2004. Perawatan Luka. Jakarta: CV. Sagung Seto.