BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki
(gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari
adanya perubahan pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil
lebih sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas (Armstrong, 2007).
Pada penyandang diabetes melitus (DM) dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel dan
semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat pembuluh
darah kecil (mikro faskuler). Pada pembuluh darah besar, menisfestasi komplikasi kronik DM dapat
terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung (penyakit jantung koroner) dan pembuluh darah
perifer (tungkai bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebihan terhadap infeksi
dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang
kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetes (Sudoyo,2009).
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus sampai gangren yang
terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia perifer, atau keduanya (Grace &
Borley, 2005).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, pasien diabetes mellitus tipe
2 (kronis) di Indonesia naik dari 8,4 juta pada 2000 menjadi 21,3 juta tahun 2010. Sedangkan
International Diabetes Federation memperkirakan pada 2030 jumlah penderita diabetes di seluruh
dunia mencapai 450 juta orang (Mayfield, 2007).
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan
gangrene (ulkus kaki diabetik).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Kaki Diabetik
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk
akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai.
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus sampai gangren yang terjadi
pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia perifer, atau keduanya.
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus (Sudoyo, 2009).
Masalah khusus pada pasien ini adalah berkembangnya ulkus pada kaki dan tungkai bawah. Ulkus
terutama terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder karena neuropati diabetik.
Kemungkinan lain ulkus diawali pemakaian sepatu yang tidak pas dan tertusuk benda asing seperti
jarum dan paku pada pasien dengan defisit sensori yang menghalangi pasien mengalami nyeri
(Isselbacher, 2000).
E. Patofisiologi
Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya luka.
Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada saraf
yang terdapat pada kaki. Pasien dengan diabetik juga mengalami gangguan pada sirkulasi. Efek
sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf yang sering disebut neuropati dan
berdampak pada sistem saraf autoimun yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan organ
viseral. Gangguan pada saraf autonomi pengaruhnya adalah terjadi perubahan tonus otot yang
menyebabkan abnormalnya aliran darah, dengan demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen
maupun pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, dan atau
untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi neuropati ini akan
menimbulkan kulit menjadi kering, anhidrosis yang memudahkan kulit menjadi rusak dan luka yang
sukar sembuh, dan dapat menimbulkan infeksi dan mengkontribusi untuk terjadinya gangren.
Dampak lain adalah karena adanya neuropati perifer yang mempengaruhi pada saraf sensori dan
sistem motor yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.
F. Klasifikasi
Menurut Edmond 2004-2005 dalam Sudoyo (2009) klasifikasi kaki diabetes berdasarkan pada
perjalanan alamiah kaki diabetes terbagi menjadi 6 stage, yaitu:
1. Stage 1= normal foot
tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan kalus ”claw”
2. Stage 2 = High Risk Foot
ulkus superfisial terbatas pada kulit
3. Stage 3 = Ulcerated foot
ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
4. Stage 4 = Infected foot
abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
5. Stage 5 = Necrotic foot
gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selullitis
Untuk stage 1 dan stage 2, peran pencegahan primer sangat penting dan semuanya dapat
dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist/chiropodist maupun oleh dokter
umum atau dokter keluarga.
Stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat pelayanan kesehatan yang
lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan spesialistik. Untuk stage 5, apalagi 6 jelas
merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali memerlukan suatu kerjasama tim yang sangat erat,
dimana harus ada dokter bedah, terutamanya dokter ahli bedah vaskuler atau ahli bedah plastik dan
rekonstruksi (Sudoyo, 2009)
Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka dan luasnya iskemik
yang dimodifikasi oleh Brodsky dara klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner, yaitu:
1. Monofilamen
Pemeriksaan dengan monofilamen ini adalah untuk mengevaluasi tekanan sensasi pada kaki
pasien dengan diabetes. Cara melakukan pemeriksaan monofilamen adalah dengan memberikan
sentuhan nilon monofilamen pada sisi plantar (area metatarsal, tumit dan dan di antara metatarsal
dan tumit) dan sisi dorsal.
Uji monofilamen merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana dan cukup sensitif untuk
mendiagnosis pasien yang memiliki risiko terkena ulkus karena telah mengalami gangguan
neuropati sensoris perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal apabila pasien tidak dapat merasakan
sentuhan nilon monofilamen (Suriadi, 2004).
2. Refleks Hammer
Reflex Hammer/palu refleks adalah alat medis yang
digunakan oleh dokter untuk menguji refleks tendon dalam/lutut. Pengujian refleksitas pasien
merupakan bagian penting dari pemeriksaan fisik neurologis untuk mendeteksi kelainan pada sistem
saraf pusat atau perifer.
Cara pemeriksaan reflek hammer adalah sebagai berikut:
a. Pasien tidur terlentang atau duduk.
b. Bila pasien tidur terlentang pemeriksa berdiri dan bila pasien duduk pemeriksa jongkok disisi kiri
pasien.
c. Bila pasien tidur terlentang lutut fleksi 90 derajat dan disilangkan diatas kaki berlawanan, bila
pasien duduk kaki menggelantung bebas.
d.Pergelangan kaki dorsofleksikan dan tangan kiri pemeriksa memegang/ menahan kaki pasien.
e. Carilah tendon achiles diantara 2 cekungan pada tumit yang terasa keras dan makin tegang bila
posisi kaki dorsofleksi.
f. Ayunkan refleks hammer diatas tendon achiles.
Biotesiometer merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur sederhana dan akurat
ambang apresiasi getaran pada subyek manusia. Biotesiometer digunakan sebagai alat penelitian di
penyakit saraf banyak. Pada dasarnya Biotesiometer adalah sebuah “garpu tala listrik” yang
amplitudonya dapat diatur untuk setiap tingkat yang telah ditentukan atau yang amplitudonya dapat
ditingkatkan secara bertahap sampai ambang sensasi getaran tercapai.
Sebaliknya, amplitudo dapat diturunkan sampai getaran tidak terlihat lagi dilihat.
Biotesiometer tidak hanya jauh lebih unggul garpu tala dalam akurasi, namun akan mendeteksi
perubahan neurologis yang tidak diungkapkan dengan garpu tala.
J. Prosedur Perawatan Luka Kaki Diabetik
Peralatan
- Nampan balutan balutan steril (gunting, forsep, bantalan kasa jika perlu)
- Balutan kasa steril
- Mangkok steril
- Plaster 2 inchi
- Sarung tangan steril
- Sarung tangan bersih
- Handuk atau alas linen
- Bola kapas dan lidi kapas (jika perlu)
- Salin irigasi atau air steril
- Swab iodin povidon (betadin)
- Salep bakterio statik
- Kantong kertas, kantong plasik
Tujuan
1. Menghilangkan sekresi yang tera kumulasi dan jaringan mati dari luka atau tempat
insisi.
2. Menurunkan pertumbuhan mikroorganisme pada luka atau tempat insisi.
3. Meningkatkan penyembuhan luka
No Tindakan Rasional
1 Cuci tangan dan atur peralatan Menurunkan perpindahan mikroorganisme
Meningkatkan efisiensi
- Plaster kantong kertas atau kantong - Mempermudah pembuangan sisa bahan yang
sampah di samping tempat tidur. terkontaminasi
- Buka sarung tangan steril menggunakan
bagian dalam kemasan sarung tangan
sebagai area steril.
Gunakan sarung tangan bersih - Mencegah perpindahan organisme dari tempat
tidur ke benda
Memberikan fiksasi
16 Posisikan klien untuk kenyamanan
2. Retinophaty
a) Lakukan pemeriksaan mata setiap setahun sekali atau lebih sering lagi oleh dokter spesialis mata
yang harus dimulai 5 tahun sesudah diagnosis diabetes tipe I ditegakkan atau pada tahun ketika
diagnosis diabetes tipe II ditegakkan.
b) Lakukan terapi laser dini disertai dengan pengendalian glukosa dan tekanan darah yang baik dapat
mencegah kehilangan penglihatan akibat retinopati.
c) Kenali gejala hipoglikemia dan hiperglikemia sebagai dua keadaan yang menyebabkan penglihatan
kabur.
3. Cardiovaskuler
a) Pengendalian kadar glukosa darah dalam tingkat normal atau mendekati normal melalui terapi
insulin.
b) Menjaga status gizi.
c) Menjaga kadar kolesterol.
d) Pola hidup sehat.
e) Menjaga tekanan darah.
L. Kolaborasi
Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, 20% protein, dan 20% lemak dalam penataan makan/
pemberian makanan tambahan. Kompleks karbohidrat (seperti jagung, wortel, brokoli, buncis
gandum, dan lain-lain) menurunkan kadar glukosa/ kebutuhan insulin, menurunkan kadar kolesterol
darah dan meningkatkan rasa kenyang. Pemasukan makanan akan dijadwalkan sesuai karakteristik
insulin yang spesifik (misal efek puncaknya) dan respon pasien secara individual. Catatan :
makanan tambahan dari kompleks karbohidrat terutama sangat penting (jika insulin diberikan dalam
dosis terbagi) untuk mencegah hipoglikemia selama tidur (Doenges, 2000).
Daftar menu makanan seimbang bagi pasien kaki diabetes
Makanan seimbang akan membantu mengontrol diabetes dan menjamin pengobatan berjalan
efektif. Tabel di bawah ini berisi contoh makanan yang sebaiknya dikonsumsi.
Sarapan Makanan Ringan
1. Susu krim atau semi krim 1. Roti, pasta, atau kentang dengan isi rendah
2. Pemanis buatan sebagai pangganti gula lemak, seperti seiris daging, kacang-kacangan,
3. Sereal kaya akan serat keju rendah lemak, atau ikan kalengan
4. Roti dari beras atau tepung 2. Buah segar atau kalengan dengan jus alami
5. Mentega tak jenuh atau low fat 3. Sayuran atau salad
6. Selai dengan sedikit gula
7. Buah
Makanan Utama Kue-Kue Diantara Waktu Makan
1. Makanan dari tepung, kentang, pasta, nasi,
1. Hindari makan terlalu banyak kue-kue jika
atau roti ingin mengurangi berat tubuh, dan
2. Sedikitnya dua porsi sayuran, dan termasuk menggantinya dengan buah
kacang polong dan kacang-kacangan sesering
2. Roti panggang dengan isi rendah lemak
mungkin 3. Semangkuk sereal atau bubur
3. Seporsi kecil daging iris atau ikan tanpa
4. Keripik rendah lemak
lemak, dang hindari digoreng 5. Biskuit tawar
4. Buah segar atau kalengan dalam jus alami,
tidak manis, jeli tidak manis
5. Yogurt tanpa lemak
Sumber: Bilous, (2008)
M. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan yang Mungkin Muncul secara Teoritis
1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangren kaki
diabetik menurut Ismail (2008) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/ menurunnnya aliran darah ke daerah
gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstremitas.
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang tidak adekuat.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
g. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.
h. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
i. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
2. Intervensi
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguan TJ: mempertahankan 1. Ajarkan pasien 1. Dengan mobilisasi
perfusi jaringan
sirkulasi perifer tetap untuk melakukan meningkatkan
b.d
menurunnya normal mobilisasi sirkulasi darah
aliran darah ke
KH: 2. Ajarkan tentang
daerah gangren
akibat adanya 1. Denyut nadi perifer faktor-faktor yang 2. Meningkatkan dan
obstruksi
teraba kuat dan reguler dapat meningkatkan melancarkan aliran
pembuluh
darah 2. Warna kulit disekitar aliran darah: darah sehingga tidak
luka tidak tinggikan kaki terjadi oedema.
pucat/sianosis sedikit lebih rendah
3. Kulit sekitar luka teraba dari jantung (posisi
hangat elevasi pada waktu
4. Oedem tidak terjadi dan istirahat), hindari
luka tidak bertambah penyilangan kaki,
parah hindari penggunaan
5. Sensorik dan motorik bantal di belakang
membaik lutut dan
sebagainya, hindari
balutan ketat
3. Ajarkan tentang 3. Kolesterol tinggi
modifikasi faktor- dapat mempercepat
faktor resiko berupa: terjadinya
hindari diet tinggi arterosklerosis,
kolesterol, teknik merokok dapat
relaksasi, menyebabkan
menghentikan terjadinya
kebiasaan merokok, vasokontriksi
dan penggunaan pembuluh darah,
obat vasokontriksi. relaksasi untuk
mengurangi efek
stres.
4 Keterbatasan TJ: Pasien dapat 1. Kaji dan identifikasi1. Untuk mengetahui
mobilitas fisik
mencapai tingkat tingkat kekuatan otot derajat kekuatan otot-
berhubungan
dengan rasa kemampuan aktivitas
nyeri pada luka yang optimal. pada kaki pasien. otot kaki pasien.
di kaki.
KH:
1. Pergerakan paien 2. Beri penjelasan 2. Pasien mengerti
bertambah luas. tentang pentingnya pentingnya aktivitas
2. Pasien dapat melakukan aktivitas sehingga dapat
melaksanakan aktivitas untuk menjaga kadar kooperatif
sesuai dengan gula darah dalam dalam tindakan
kemampuan (duduk, keadaan normal. keperawatan.
berdiri, berjalan).
3. Rasa nyeri berkurang. 3. Anjurkan pasien
4. Pasien dapat memenuhi untuk 3. Untuk melatih otot –
kebutuhan sendiri
menggerakkan/meng otot kaki sehingg
secara bertahap
sesuai dengan angkat ekstrimitas berfungsi dengan
kemampuan.
bawah sesui baik.
kemampuan.
4. Bantu pasien dalam
memenuhi 4. Agar kebutuhan
kebutuhannya. pasien tetap dapat
terpenuhi.
5. Kerja sama dengan 5. Analgesik dapat
tim kesehatan lain : membantu
dokter ( pemberian mengurangi rasa
analgesik ) dan nyeri, fisioterapi
tenaga fisioterapi. untuk melatih pasien
melakukan aktivitas
secara bertahap dan
benar.
5 Gangguan TJ: Kebutuhan nutrisi 1. Kaji status nutrisi 1. Untuk mengetahui
pemenuhan
dapat terpenuhi dan kebiasaan tentang keadaan dan
nutrisi (kurang
dari) kebutuhan KH: makan. kebutuhan nutrisi
tubuh
1. Berat badan dan tinggi pasien
berhubungan
dengan intake badan ideal. sehingga dapat
makanan yang
2. Pasien mematuhi diberikan tindakan
kurang.
dietnya. 2. Anjurkan pasien dan pengaturan diet
3. Kadar gula darah dalam untuk mematuhi diet yang adekuat.
batas normal.
yang telah 2. Kepatuhan terhadap
diprogramkan. diet dapat mencegah
komplikasi lebih
3. Timbang berat lanjut.
badan setiap 3. Mengetahui
seminggu sekali. perkembangan berat
badan pasien (berat
badan
4. Identifikasi merupakan salah satu
perubahan pola indikasi untuk
makan. menentukan diet).
4. Mengetahui apakah
pasien telah
5. Kerja sama dengan melaksanakan
tim kesehatan lain program diet yang
untuk pemberian ditetapkan.
insulin dan diet 5. Pemberian insulin
diabetik. akan meningkatkan
pemasukan glukosa ke
dalam jaringan
sehingga gula darah
menurun,pemberian
diet yang sesuai
dapat mempercepat
penurunan gula darah
dan mencegah
komplikasi.
7. Ciptakan
lingkungan yang
tenang dan nyaman.
9 Gangguan pola TJ: Gangguan pola 1. Ciptakan lingkungan1. Lingkungan yang
tidur
tidur pasien akan yang nyaman dan nyaman dapat
berhubungan
dengan rasa teratasi. tenang. membantu
nyeri pada luka
KH: meningkatkan
di kaki.
1. Pasien mudah tidur 2. Kaji tentang tidur/istirahat.
dalam waktu 30 – 40 kebiasaan tidur 2. mengetahui
menit. pasien di rumah. perubahan dari hal-hal
2. Pasien tenang dan yang merupakan
wajah segar. kebiasaan
3. Pasien mengungkapkan pasien ketika tidur
dapat beristirahat
akan mempengaruhi
dengan cukup.
3. Kaji adanya faktor pola tidur pasien.
penyebab gangguan 3. Mengetahui faktor
pola tidur yang lain penyebab gangguan
seperti cemas, pola tidur yang lain
efek obat-obatan dan dialami dan dirasakan
suasana ramai. pasien.