Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great
imitator karenapenyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak
(stroke), ginjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala
DM dapat timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya
perubahan pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi),
buang air kecil lebih sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun
berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Armstrong, 2007).
Pada penyandang diabetes melitus (DM) dapat terjadi komplikasi
pada semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi
komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat pembuluh darah kecil (mikro
faskuler). Pada pembuluh darah besar, menisfestasi komplikasi kronik DM
dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung (penyakit jantung
koroner) dan pembuluh darah perifer (tungkai bawah). Komplikasi lain DM
dapat berupa kerentanan berlebihan terhadap infeksi dengan akibat mudahnya
terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang
kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetes (Sudoyo,2009).
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus
sampai gangren yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau
iskemia perifer, atau keduanya (Grace & Borley, 2005).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010,
pasien diabetes mellitus tipe 2 (kronis) di Indonesia naik dari 8,4 juta pada
2000 menjadi 21,3 juta tahun 2010. Sedangkan  International Diabetes
Federation memperkirakan pada 2030 jumlah penderita diabetes di seluruh
dunia mencapai 450 juta orang (Mayfield, 2007).

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dan mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada pasien Tn.B dengan Ulkus Padis
Diabetikum
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian secara menyeluruh pada pasien Tn.B dengan
Ulkus Pedis Diabetikum sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masalah
pasien Tn.B
b. Merumuskan perencanaan sesuai dengan masalah yang ditemukan pada
pasien Tn.B dengan Ulkus Pedis Diabetikum Melaksanakan pada pasien
Tn.B dengan Ulkus Pedis Diabetikum
c. Melaksanakan evaluasi dan dokumentasi pada pasien Tn.B dengan
Ulkus Pedis Diabetikum sesuai dengan yang diharapkan.

C. Manfaat
Bagi perawat menambah pengetahuan dan pengalaman, serta dapat
dijadikan sebagai bekal dan menambah pengetahuan dalam memberikan
pelayanan yang baik kepada pasien. Bagi pemberi pelayanan kesehatan pada
Rumah Sakit Rumah Sakit sebagai bahan kajian keilmuan untuk
meningkatkan pelayanan dalam mengatasi masalah pemberian rasa aman dan
nyaman kepada pasien.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-
hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah
sedang atau besar di tungkai.
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari
ulkus sampai gangren yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat
neuropati atau iskemia perifer, atau keduanya.
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes
Melitus (Sudoyo, 2009). Masalah khusus  pada pasien ini adalah
berkembangnya ulkus pada kaki dan tungkai bawah. Ulkus terutama
terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder karena neuropati
diabetik. Kemungkinan lain ulkus diawali pemakaian sepatu yang tidak
pas dan tertusuk benda asing seperti jarum dan paku pada pasien dengan
defisit sensori yang menghalangi pasien mengalami nyeri (Isselbacher,
2000).

2. Etiologi
Adapun etiologi dari kaki diabetik adalah sebagai berikut:
a. Suplay darah kurang. Jika sirkulasi terhambat akibat pembuluh darah
menyempit, kaki menjadi kurang peka terhadap gangguan seperti udara
dingin, infeksi, atau luka.
b. Neuropati adalah kondisi kerusakan saraf akibat tingginya tingkat kadar
gula darah sehingga terjadi gejala kesemutan, nyeri, dan akhirnya mati
rasa pada kaki dan tungkai (Sustrani dkk, 2006). Neuropati merupakan
salah satu komplikasi yang sering ditemukan pada penderita diabetes
melitus yang menyebabkan penderita beresiko mengalami kaki diabetes
(Sudoyo dkk, 2009). Hiperglikemia pada penderita diabetes melitus

3
menyebabkan kerusakan pada saraf (Sudoyo dkk, 2009). Kerusakan
pada saraf membuat kaki kurang peka terhadap rasa sakit dan suhu. Jika
kaki seseorang menjadi kurang peka, memungkinkan orang tersebut
tidak mengetahui bila terjadi luka atau infeksi sehingga memperparah
luka jika tidak segera diobati (Suriadi, 2004).
c. Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi . Hal ini dikarenakan
kemampuan sel darah putih untuk membunuh kuman berkurang pada
kondisi kadar gula darah diatas 200mg%.

3. Manifestasi Klinis
a. Umumnya pada daerah plantar kaki
b. Kelainan bentuk kaki; deformitas kaki
c. Berjalan yang kurang seimbang
d. Adanya fisura dan kering pada kulit
e. Pembentukan kalus pada area yang tertekan
f. Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal
g. ABI normal
h. Luka biasanya dalam dan berlubang
i. Sekeliling kulit dapat terjadi selulitis
j. Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri
k. Xerosis (keringnya kulit kronik)
l.  Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis
m. Eksudat yang tidak begitu banyak
n. Biasanya luka tampak merah
Gejala permulaannya adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk,
kesemutan atau peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada
malam hari) dan bertambah lanjutnya kaki merasa mati rasa. Di samping
itu, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta
gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan
dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat

4
menimbulkan gaya  berjalan yang terhuyung-huyung. Penurunan
sensibilitas nyeri dan suhu  membuat penderita kaki diabetes beresiko
untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui (Brunner,
2001).

4. Komplikasi
Tiga komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi
hipoglikemia dan koma diabetik.
a. Reaksi Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing, dan sebagainya. Penderita koma hipoglikemik harus
segera dibawa ke rumah sakit karena perlu mendapat suntikan glukosa
40% dan infuse glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi hipoglikemik
(masih sadar), atau koma hipoglikemik, biasanya disebabkan oleh obat
anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita
terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
b. Koma Diabetik
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini
timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya
lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:
- Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan
yang besar)
- Minum banyak, kencing banyak
- Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat
dan dalam, serta berbau aseton
- Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi
dan  penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
- Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

5
- Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh  darah di seluruh bagian tubuh (angiopati diabetik).
Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :
- Makroangiopati (makrovaskular)
- Mikroangiopati (mikrovaskular)
Walaupun tidak berarti bahwa satu sama lain saling terpisah dan
tidak terjadi sekaligus bersamaan.
c. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik
DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1) Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar
glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport
glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi
sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah
menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan
tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.
2) Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya
glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa
lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor –
faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan
timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati
perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun
motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki

6
gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot
kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi
pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran
darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah
yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan
pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin,
nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat
bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh (Levin,1993).
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati
dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari
KD.

5. Terapi
a. Gula darah meningkat: 200-1000 mg/dl atau lebih.
b. Aceton plasma: positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol
d. Osmolalitas serum: <330 dl="" mos="" span="">
e. Elektrolit
- Natrium: Meningkat / menurun
- Kaium: Normal/meningkat
- Fosphor: Lebih sering meninggi
- GDA: Biasanya menunjukkan pH rendah dan menurun pada HCO3
dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
- Darah: Trombosit darah: H+ mungkin meninggi (dehidrasi), Ureum
kreatinin: Meningkat atau normal, Insulin darah: Pada tipe I
mungkin menurun atau tidak ada. Pada tipe II mungkin normal.
- Urin

7
- Gula dan aseton +, berat jenis menurun.
- Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi saluran kemih.

6. Pelaksanaan
Menurut Soegondo (2006), penatalaksanaan Medis pada pasien
dengan Diabetes Mellitus meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3) Penghambat glukoneogenesis.
4) Penghambat glukosidase alfa.
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar
glukosa darah.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari : Senin 23 Januari 2007


Pukul : 08.00 Wib
Tempat: Ruang Poli Bedah

Kala I
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
 Nama                                 : Tn. B
 Umur                                 : 50 Tahun
 Suku                                  : Aceh
Alamat                              : Desa Keh Merah Mulia
 Agama                               : Islam
Diagnosa Medis : Ulkus Pedis Diabetikum
 Pendidikan                        : SMP
 Pekerjaan                           : Petani
No MR : 42.79.42
 
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Kaki terasa nyeri dan mengeluarkan bau tidak sedap
b. Riwayat penyakit sekarang
Sejak 1 bulan yang lalu setelah tertusuk paku. Luka berbau, keluar nanah
dan mengeluarkan darah. Awalnya kaki kiri terluka karena tertusuk kayu,
namun lama-kelamaan luka semakin bertambah parah. Riwayat berobat
ke puskesmas, diberi obat pil untuk membuat luka kering,
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Pasien mengatakan keluarga saya tidak ada penyakit seperti yang saya
rasakan saat ini

9
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakana keluarga tidak ada yang sakit seperti yang saya
rasakan
e. Pola Aktifitas
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan pekerjaan yang berat sejak
sakit yang saya alami
f. Pola Nutrisi
Pasien mengatakakan tidak napsu makan
g. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 2 kali sehari, selama sakit
pasien tidak pernah BAB
h. Pola istirahat
Pasein mengatakan pola istirahat tidur tidak teratur

3. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum pasien : Nampak lemah
b. Kesadaran composmentis (GCS : 15)
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah     :   120/80 mmHg
Nadi                     :   80 x/m
Pernapasan           :   24 x/m
Suhu                     :   36oC
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 50 kg

4. Pemeriksaan Fisik
a. Ekstremitas
Pedis dextra tampak ulkus pus dan hiperemis
b. Mata kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam di sekitar mata

10
5. Pemeriksaan Laboratorium
HL      :    17,800
LED    :    50
KGDS : 332 mg/dl
Kreatinin : 1,74 mg/dl (Normalnya: 0,6-1,3 )
Hb : 7,7 % (normal:12-16)

B. Analisa data
1. Data Subjektif
- Keluhan dirasakan sejak satu bulan yang  lalu karena tertusuk paku.

- Awalnya kaki kiri terluka karena tertusuk kayu namun lama kelamaan

luka semakin bertambah parah.

- Berat badan menurun sejak dua bulan ini

- Pasien sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air kecil.

- Penglihatan kabur sejak sejak 3 yang lalu.

- Pasien mengalami kesulitan tidur sejak dirawatdan anoreksia dan mual.

- Kadang-kadang merasa kesemutan pada di tangan dan kaki.

- Pasien hanya makan 2-3 sendok.

- Rutin berobat di puskesmas dan mendapat obat Glibenclamid.

2. Data Objektif
- Luka berbau, keluar nanah, dan mengeluarkan darah.
- Keluhan kaki kanan membusuk
- Ekstremitas inferior dextra tampak udem, pedis dextra tampak ulkus, pus,
danhiperemis.
- Gula darah: 332 mg/dL.
- Kreatinin : 1,74 mg/dl (Normalnya: 0,6-1,3 )
- Hb: 7,7 % (normal:12-16)

11
- Konjungtiva anemis
- BB :58 kg (BB awal :63 kg,  TB: 160 cm)
- Mata kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam disekitar mata.
- TD: 130/90 mmHg .
P: 75 x/i.
RR: 26 x/i.

T: 36,4   .
- Pasien terlihat putus asa dan murung, khawatir dengan keadaannya.

3. Masalah
- Gangguan perfusi jaringan
- Gangguan mobilitas fisik
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Gangguan integritas jaringan
- Infeksi
- Gangguan pola tidur

C. Perencanaan
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah:
tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung (posisi elevasi pada waktu
istirahat), hindari penyilangan kaki, hindari penggunaan bantal di belakang
lutut dan sebagainya, hindari balutan ketat
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen.
4. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
5. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
6. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan
7. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
8. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan,
adanya pus atau luka.

12
D. Pelaksanaan
1. Mengajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
2. Mengajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah:
tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung (posisi elevasi pada waktu
istirahat), hindari penyilangan kaki, hindari penggunaan bantal di belakang
lutut dan sebagainya, hindari balutan ketat
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen.
4. Mengkaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
5. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
6. Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan
7. Mengkaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
8. Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,
kemerahan, adanya pus atau luka.
9. Menciptakan lingkungan yang nyaman

E. Evaluasi
S : -  Pasien mengatakan abdomen masih terasa sakit.
- Keluhan dirasakan sejak satu bulan yang  lalu karena tertusuk paku.

- Awalnya kaki kiri terluka karena tertusuk kayu namun lama kelamaan

luka semakin bertambah parah.

- Berat badan menurun sejak dua bulan ini

- Pasien sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air kecil.

- Penglihatan kabur sejak sejak 3 yang lalu.

- Pasien mengalami kesulitan tidur sejak dirawatdan anoreksia dan mual.

- Kadang-kadang merasa kesemutan pada di tangan dan kaki.

- Pasien hanya makan 2-3 sendok.

- Rutin berobat di puskesmas dan mendapat obat Glibenclamid.

13
O :-  Ekspresi wajah nampak meringis
- Luka berbau, keluar nanah, dan mengeluarkan darah.
- Keluhan kaki kanan membusuk
- Ekstremitas inferior dextra tampak udem, pedis dextra tampak ulkus, pus,
danhiperemis.
- Gula darah: 332 mg/dL.
- Kreatinin : 1,74 mg/dl (Normalnya: 0,6-1,3 )
- Hb: 7,7 % (normal:12-16)
- Konjungtiva anemis
- BB :58 kg (BB awal :63 kg,  TB: 160 cm)
- Mata kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam disekitar mata.
- TD: 130/90 mmHg .
P: 75 x/i.
RR: 26 x/i.

T: 36,4   .
- Pasien terlihat putus asa dan murung, khawatir dengan keadaannya.
A : Masalah belum teratasi
P  : Lanjutkan intervensi
- Kaji tingkat nyeri
- Observasi tanda-tanda vital
- Ajarkan teknik relaksasi
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik.
- Mengkaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
- Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
- Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan
- Mengkaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
- Mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam,
kemerahan, adanya pus atau luka.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaki diabetic dengan digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus
sampai gangren yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau
iskemia perifer, atau keduanya. Adapun etiologi dari kaki diabetik adalah
Suplay darah kurang, Neuropati dan Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap
infeksi.
Manifestasi Klinik untuk ulkus diabetik adalah Umumnya pada daerah
plantar kaki, Kelainan bentuk kaki; deformitas kaki, Berjalan yang kurang
seimbang, Adanya fisura dan kering pada kulit, Pembentukan kalus pada area
yang tertekan, Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal, ABI
normal, Luka biasanya dalam dan berlubang, Sekeliling kulit dapat terjadi
selulitis, Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri, Xerosis (keringnya kulit
kronik), Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis, Eksudat yang
tidak begitu banyak, Biasanya luka tampak merah.Pemeriksaan dignostik
yang dapat dilakukan pada ulkus diabetikum yaitu Gula darah, Aceton
plasma, Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol , Osmolalitas
serum,Elektrolit (Natrium, Kalium, Fosphor, GDA, Darah, Urin.
Penatalaksanaan Medis  ulkus diabetik yaitu Obat hiperglikemik oral
(OHO), Insulin dan Terapi Kombinasi dan penatalaksanaan keperawatan nya
yaitu Diet (Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi,
mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan kadar
lemak) .Latihan (Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang
teratur akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin).
Pemantauan (Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara
mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara

15
optimal). Adapun Pemeriksaan Neuropati untuk Ulkus pedis ini  adalah
Monofilamen, Refleks Hammer dan Pemeriksaan biotesiometer

B. Saran
1. Untuk pasien diharapkan mengontrol gula darah dan control ke dokter atau
rumah sakit setiap bulan dengan teratur, melakukan perawatan luka,
memperhatikan pola makan, olahraga dan minum obat dengan teratur.
2. Untuk mahasiswa diharapkan melalui makalah ini dapat mengerti dan
memahami Asuhan kebidanan terhadap pasien dengan ulkus pedis dan
dapat mengaplikasikan di Rumah Sakit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, D & Lawrence, A. (2007). Diabetic Foot Ulcers,


Prevention,Diagnosis and Classification. Jakarta: EGC.

Bilous, R. W. (2008). Bimbingan Dokter pada Diabetes. Jakarta: Dian Rakyat.


Evelyn C. Pearce (2003). Anatomi Fisiologi; untuk paramedis , Jakarta:
PT Gramedia

Grace, P. A & Borley, N.R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Jakarta:Gramedia.

Handaya, A. Y. (2009). Ulkus Kaki Diabetes.

Hinchliff, S. (2001). Kamus keperawatan. Jakarta: EGC.

Johnson, J. Y. [et al]. (2005). Prosedur Perawatan di Rumah Pedoman untuk


Perawat. Jakarta: EGC.

Mayfield, J. A. [et al]. (2007). Preventive Foot Care in People with Diabetes.


Jakarta: EGC

Pendsey, S. [et al]. (2004). Diabetic Foot: A Clinical Atlas. New Delhi:


Jaypee      BrothersMedical Publisher (P) Ltd.

Rendy, M. C & Margareth, T.H. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


&  Penyakit Dalam. Jogyakarta: Nuha Medika.

Sudoyo, A. W. [et al]. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi
V.     Jakarta:Interna Publishing.

Suriadi. (2004). Perawatan Luka. Jakarta: Sagung Seto.

Sustrani, L. [et al]. (2006). Diabetes. Jakarta: Gramedia.

17

Anda mungkin juga menyukai