PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great
imitator karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak
(stroke), ginjal (gagal ginjal), jantung, mata, kaki (gangren diabetik). Gejala DM
dapat timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan
pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil lebih
sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun
tanpa sebab yang jelas (Armstrong, 2007).
Pada penyandang diabetes melitus (DM) dapat terjadi komplikasi pada
semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik
dapat terjadi pada tingkat pembuluh darah kecil (mikro faskuler). Pada pembuluh
darah besar, menisfestasi komplikasi kronik DM dapat terjadi pada pembuluh
darah serebral, jantung (penyakit jantung koroner) dan pembuluh darah perifer
(tungkai bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan berlebihan
terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih,
tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi
ulkus/gangren diabetes (Sudoyo,2009).
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus
sampai gangren yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau
iskemia perifer, atau keduanya (Grace & Borley, 2005).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, pasien
diabetes mellitus tipe 2 (kronis) di Indonesia naik dari 8,4 juta pada 2000 menjadi
21,3 juta tahun 2010. Sedangkan International Diabetes Federation
memperkirakan pada 2030 jumlah penderita diabetes di seluruh dunia mencapai
450 juta orang (Mayfield, 2007).
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan klien dengan gangrene (ulkus kaki diabetik).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Kaki Diabetik
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-
hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah
sedang atau besar di tungkai.
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus
sampai gangren yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau
iskemia perifer, atau keduanya.
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus
(Sudoyo, 2009). Masalah khusus pada pasien ini adalah berkembangnya ulkus
pada kaki dan tungkai bawah. Ulkus terutama terjadi karena distribusi tekanan
abnormal sekunder karena neuropati diabetik. Kemungkinan lain ulkus diawali
pemakaian sepatu yang tidak pas dan tertusuk benda asing seperti jarum dan paku
pada pasien dengan defisit sensori yang menghalangi pasien mengalami nyeri
(Isselbacher, 2000).
B. Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang
12 – 15 cm dan tranversal membentang pada dinding abdomen posterior
dibelakang lambung, kelenjar inilah yang mengekresikan insulin melalui pulau
langerhans yang berada dalam kelenjar pankreas. Didalam kelenjar pankreas
terdapat sel beta yang menghasilkan insulin, didalam penkreas mengandung lebih
kurang 100.000 pulau langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Selain itu
pankreas juga terdapat sel alfa, yang bekerja sebaliknya insulin, sel ini
menghasilkan glukagon yang berfungsi untuk meningkatkan gula darah.
Insulin adalah suatu hormon yang menurunkan kadar gula darah dengan
meransang perubahan glukosa menjadi glukagen untuk disimpan dan dengan
meningkatkan ambilan glukosa selular. Insulin berfungsi memperbaiki
kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa serta
lemak. Asupan glukosa yang terdapat dalam darah dihasilkan dari pemecahan
karbohidrat dalam berbagai bentuk termasuk monosakarida dan unit-unit kimia
yang komplek, disakarida dan polisakarida. Karbohidrat dikosumsi didalam tubuh
dan dipecahkan menjadi monosakarida kemudian diserap dalam tubuh melalui
duodenum dan jejunum proksimal. (Evelyn, 2003)
D. Manifestasi Klinik
1. Umumnya pada daerah plantar kaki
2. Kelainan bentuk kaki; deformitas kaki
3. Berjalan yang kurang seimbang
4. Adanya fisura dan kering pada kulit
5. Pembentukan kalus pada area yang tertekan
6. Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal
7. ABI normal
8. Luka biasanya dalam dan berlubang
9. Sekeliling kulit dapat terjadi selulitis
10. Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri
11. Xerosis (keringnya kulit kronik)
12. Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis
13. Eksudat yang tidak begitu banyak
14. Biasanya luka tampak merah
E. Patofisiologi
Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontribusi
terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait
dengan adanya pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki. Pasien dengan
diabetik juga mengalami gangguan pada sirkulasi. Efek sirkulasi inilah yang
menyebabkan kerusakan pada saraf yang sering disebut neuropati dan berdampak
pada sistem saraf autoimun yang mengontrol fungsi otot-otot halus, kelenjar dan
organ viseral. Gangguan pada saraf autonomi pengaruhnya adalah terjadi
perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah, dengan
demikian kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak
mencukupi atau tidak dapat mencapai jaringan perifer, dan atau untuk kebutuhan
metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada autonomi neuropati ini akan
menimbulkan kulit menjadi kering, anhidrosis yang memudahkan kulit menjadi
rusak dan luka yang sukar sembuh, dan dapat menimbulkan infeksi dan
mengkontribusi untuk terjadinya gangren. Dampak lain adalah karena adanya
neuropati perifer yang mempengaruhi pada saraf sensori dan sistem motor yang
menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.
F. Klasifikasi
Menurut Edmond 2004-2005 dalam Sudoyo (2009) klasifikasi kaki
diabetes berdasarkan pada perjalanan alamiah kaki diabetes terbagi menjadi 6
stage, yaitu:
1. Stage 1= normal foot tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai
dengan pembentukan kalus ”claw”
2. Stage 2 = High Risk Foot ulkus superfisial terbatas pada kulit
3. Stage 3 = Ulcerated foot ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
4. Stage 4 = Infected foot abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
5. Stage 5 = Necrotic foot gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau
tanpa selullitis
6. Srage 6 = Unsalvable foot gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
bawah
Untuk stage 1 dan stage 2, peran pencegahan primer sangat penting dan
semuanya dapat dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh
podiatrist/chiropodist maupun oleh dokter umum atau dokter keluarga.
Stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat
pelayanan kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan
spesialistik. Untuk stage 5, apalagi 6 jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas
sekali memerlukan suatu kerjasama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter
bedah, terutamanya dokter ahli bedah vaskuler atau ahli bedah plastik dan
rekonstruksi (Sudoyo, 2009)
Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka
dan luasnya iskemik yang dimodifikasi oleh Brodsky dara klasifikasi kaki diabetik
menurut Wagner, yaitu:
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara
lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan
ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan
larutan kalium permanganate 1:500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril.
Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap
kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), tujuan utama penatalaksanaan terapi
pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa
darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya
komplikasi.
2. Refleks Hammer
Reflex Hammer/palu refleks adalah alat medis yang
digunakan oleh dokter untuk menguji refleks
tendon dalam/lutut. Pengujian refleksitas pasien merupakan bagian penting
dari pemeriksaan fisik neurologis untuk mendeteksi kelainan pada sistem
saraf pusat atau perifer.
Cara pemeriksaan reflek hammer adalah sebagai berikut:
o Pasien tidur terlentang atau duduk.
o Bila pasien tidur terlentang pemeriksa berdiri dan bila pasien
duduk pemeriksa jongkok disisi kiri pasien.
o Bila pasien tidur terlentang lutut fleksi 90 derajat dan disilangkan
diatas kaki berlawanan, bila pasien duduk kaki menggelantung
bebas.
o Pergelangan kaki dorsofleksikan dan tangan kiri pemeriksa
memegang/ menahan kaki pasien.
o Carilah tendon achiles diantara 2 cekungan pada tumit yang terasa
keras dan makin tegang bila posisi kaki dorsofleksi.
o Ayunkan refleks hammer diatas tendon achiles.
3. Pemeriksaan biotesiometer
Biotesiometer merupakan instrumen yang dirancang untuk
mengukur sederhana dan akurat ambang apresiasi getaran pada subyek
manusia. Biotesiometer digunakan sebagai alat penelitian di penyakit saraf
banyak. Pada dasarnya Biotesiometer adalah sebuah “garpu tala listrik”
yang amplitudonya dapat diatur untuk setiap tingkat yang telah ditentukan
atau yang amplitudonya dapat ditingkatkan secara bertahap sampai
ambang sensasi getaran tercapai.
Sebaliknya, amplitudo dapat diturunkan sampai getaran tidak
terlihat lagi dilihat. Biotesiometer tidak hanya jauh lebih unggul garpu tala
dalam akurasi, namun akan mendeteksi perubahan neurologis yang tidak
diungkapkan dengan garpu tala.
Memberikan fiksasi
16 Tempel plaster pada kasa yang
menutup luka.
Mencegah penyebaran mikroorganisme
17 Buang sarung tangan dan cuci tangan
2. Retinophaty
Lakukan pemeriksaan mata setiap setahun sekali atau lebih sering lagi oleh
dokter spesialis mata yang harus dimulai 5 tahun sesudah diagnosis
diabetes tipe I ditegakkan atau pada tahun ketika diagnosis diabetes tipe
II ditegakkan.
Lakukan terapi laser dini disertai dengan pengendalian glukosa dan
tekanan darah yang baik dapat mencegah kehilangan penglihatan akibat
retinopati.
Kenali gejala hipoglikemia dan hiperglikemia sebagai dua keadaan yang
menyebabkan penglihatan kabur.
4. Cardiovaskuler
Pengendalian kadar glukosa darah dalam tingkat normal atau
mendekati normal melalui terapi insulin.
Menjaga status gizi.
Menjaga kadar kolesterol.
Pola hidup sehat.
Menjaga tekanan darah.
L. Kolaborasi
Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, 20% protein, dan 20% lemak
dalam penataan makan/ pemberian makanan tambahan. Kompleks karbohidrat
(seperti jagung, wortel, brokoli, buncis gandum, dan lain-lain) menurunkan
kadar glukosa/ kebutuhan insulin, menurunkan kadar kolesterol darah dan
meningkatkan rasa kenyang. Pemasukan makanan akan dijadwalkan sesuai
karakteristik insulin yang spesifik (misal efek puncaknya) dan respon pasien
secara individual. Catatan : makanan tambahan dari kompleks karbohidrat
terutama sangat penting (jika insulin diberikan dalam dosis terbagi) untuk
mencegah hipoglikemia selama tidur (Doenges, 2000).
Daftar menu makanan seimbang bagi pasien kaki diabetes
Makanan seimbang akan membantu mengontrol diabetes dan
menjamin pengobatan berjalan efektif. Tabel di bawah ini berisi contoh
makanan yang sebaiknya dikonsumsi.
2. Intervensi
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguan pe TJ: mempertahankan 1. Ajarkan pasien untuk 1. Dengan mobilisasi
rfusi jaringan sirkulasi perifer tetap melakukan mobilisasi meningkatkan sirkulasi
b.d normal 2. Ajarkan tentang faktor- darah
menurunnya KH: faktor yang dapat 2. Meningkatkan dan
aliran darah 1. Denyut nadi perifer meningkatkan aliran melancarkan aliran darah
ke daerah teraba kuat dan reguler darah: tinggikan kaki sehingga tidak terjadi
gangren 2. Warna kulit disekitar sedikit lebih rendah dari oedema.
akibat luka tidak jantung (posisi elevasi
adanya pucat/sianosis pada waktu istirahat),
obstruksi 3. Kulit sekitar luka teraba hindari penyilangan kaki,
pembuluh hangat hindari penggunaan bantal
darah 4. Oedem tidak terjadi dan di belakang lutut dan
luka tidak bertambah sebagainya, hindari
parah balutan ketat
5. Sensorik dan motorik 3. Ajarkan tentang
3. Kolesterol tinggi dapat
membaik modifikasi faktor-faktor
resiko berupa: hindari diet mempercepat terjadinya
tinggi kolesterol, teknik arterosklerosis, merokok
relaksasi, menghentikan dapat menyebabkan
kebiasaan merokok, dan terjadinya vasokontriksi
penggunaan obat pembuluh darah, relaksasi
vasokontriksi. untuk mengurangi efek
stres.
4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam
pemberian vasodilator, 4. Pemberian vasodilator akan
pemeriksaan gula darah meningkatkan dilatasi
secara rutin dan terapi pembuluh darah sehingga
oksigen. perfusi jaringan dapat
diperbaiki, sedangkan
pemeriksaan gula darah
secara rutin dapat
mengetahui perkembangan
dan keadaan pasien, terapi
oksigen untuk memperbaiki
oksigenisasi daerah
ulkus/gangren
2 Ganguan TJ: Tercapainya proses 1. Kaji luas dan keadaan luka1. Pengkajian yang tepat
integritas penyembuhan luka. serta proses penyembuhan. terhadap luka dan proses
jaringan KH: penyembuhan
berhubungan 1. Berkurangnya oedema akan membantu dalam
dengan sekitar luka. menentukan tindakan
adanya 2. Pus dan jaringan 2. Rawat luka dengan baik selanjutnya.
gangren pada berkurang dan benar : membersihkan 2. Merawat luka dengan teknik
4 Keterbatasan TJ: Pasien dapat 1. Kaji dan identifikasi 1. Untuk mengetahui derajat
mobilitas mencapai tingkat tingkat kekuatan otot pada kekuatan otot-otot kaki
fisik kemampuan aktivitas kaki pasien. pasien.
berhubungan yang optimal.
dengan rasa KH: 2. Beri penjelasan tentang 2. Pasien mengerti pentingnya
nyeri pada 1. Pergerakan paien pentingnya melakukan aktivitas sehingga dapat
luka di kaki. bertambah luas. aktivitas untuk menjaga kooperatif
2. Pasien dapat kadar gula darah dalam dalam tindakan
melaksanakan aktivitas keadaan normal. keperawatan.
sesuai dengan
kemampuan (duduk, 3. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk melatih otot – otot
berdiri, berjalan). menggerakkan/mengangka kaki sehingg berfungsi
3. Rasa nyeri berkurang. t ekstrimitas bawah sesuai dengan baik.
4. Pasien dapat memenuhi kemampuan.
kebutuhan sendiri 4. Bantu pasien dalam 4. Agar kebutuhan pasien tetap
secara bertahap memenuhi kebutuhannya. dapat terpenuhi.
sesuai dengan 5. Kerja sama dengan tim 5. Analgesik dapat membantu
kemampuan. kesehatan lain : dokter mengurangi rasa nyeri,
( pemberian analgesik ) fisioterapi
dan tenaga fisioterapi. untuk melatih pasien
melakukan aktivitas secara
bertahap dan benar.
5 Gangguan TJ: Kebutuhan nutrisi 1. Kaji status nutrisi dan 1. Untuk mengetahui tentang
pemenuhan dapat terpenuhi kebiasaan makan. keadaan dan kebutuhan
nutrisi KH: nutrisi pasien
(kurang dari)1. Berat badan dan tinggi sehingga dapat diberikan
kebutuhan badan ideal. tindakan dan pengaturan
tubuh 2. Pasien mematuhi diet yang adekuat.
berhubungan dietnya. 2. Kepatuhan terhadap diet
dengan 3. Kadar gula darah dalam2. Anjurkan pasien untuk dapat mencegah komplikasi
intake batas normal. mematuhi diet yang telah lebih lanjut.
makanan diprogramkan. 3. Mengetahui
yang kurang.
3. Timbang berat badan
perkembangan berat badan
setiap seminggu sekali.
pasien (berat badan
merupakan salah satu
4. Identifikasi perubahan
indikasi untuk menentukan
pola makan.
diet).
5. Kerja sama dengan tim
4. Mengetahui apakah pasien
kesehatan lain untuk
telah melaksanakan program
pemberian insulin dan diet
diet yang
diabetik.
ditetapkan.
5. Pemberian insulin akan
meningkatkan pemasukan
glukosa ke
dalam jaringan sehingga
gula darah
menurun,pemberian diet
yang sesuai
dapat mempercepat
penurunan gula darah dan
mencegah komplikasi.
berinteraksi dan
3. Tunjukkan rasa
empati,
beradaptasi dengan perhatian dan penerimaan3. Pasien akan merasa dirinya
A. Uraian Kasus
Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki
kanan membusuk. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu setelah tertusuk
kayu. Luka berbau, keluar nanah dan mengeluarkan darah. Riwayat berobat ke
puskesmas, diberi obat pil untuk membuat luka kering, luka sudah dikompres
dengan air hangat dan diberi madu ada perubahan pada luka, luka menjadi agak
kering. Berat badan menurun sejak 2 bulan ini. Riwayat sakit diabetes melitus
sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan sering merasa haus, cepat lapar,
banyak buang air kecil, penglihatan kabur sejak 3 tahun yang lalu, kadang merasa
kesemutan di tangan dan kaki. Rutin berobat di Puskesmas dan mendapat obat
Glibenclamid. Pada ekstremitas inferior dextra tampak udem, pedis dextra tampak
ulkus, pus dan hiperemis. Pemeriksaan gula darah sewaktu 332 mg/dL, mata
kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam di sekitar mata, pasien mengalami
kesulitan tidur sejak dirawat dan anoreksia dan mual. Pasien hanya makan 2-3
sendok. BP: 147/79 mmHg, P:90 x/i, RR: 20 x/i, T: 37 C. Pasien terlihat putus
asa dan murung, khawatir dengan keadaannya.
B. Pengkajian
Data Objektif:
Luka berbau, keluar nanah, dan mengeluarkan darah.
Keluhan kaki kanan membusuk
Ekstremitas inferior dextra tampak udem, pedis dextra tampak ulkus, pus,
dan hiperemis.
Gula darah: 332 mg/dL.
Kreatinin : 1,74 mg/dl (Normalnya: 0,6-1,3 )
Hb: 7,7 % (normal:12-16)
Konjungtiva anemis
BB :58 kg (BB awal :63 kg, TB: 160 cm)
Mata kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam disekitar mata.
BP: 149/79 mmHg .
P: 90 x/i.
RR: 20 x/i.
T: 37
Pasien terlihat putus asa dan murung, khawatir dengan keadaannya.
Data Subjektif:
Keluhan dirasakan sejak satu bulan yang lalu karena tertusuk kayu.
Berat badan menurun sejak dua bulan ini
Klien sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air kecil.
Penglihatan kabur sejak sejak 3 yang lalu.
Pasien mengalami kesulitan tidur sejak dirawatdan anoreksia dan mual.
Kadang-kadang merasa kesemutan pada di tangan dan kaki.
Pasien hanya makan 2-3 sendok.
Rutin berobat di puskesmas dan mendapat obat Glibenclamid.
C. Analisa data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS: Gangguan perfusi
1. Keluhan dirasakan sejak Riwayat DM jaringan
satu bulan yang lalu
karena tertusuk paku.
2. Awalnya kaki terluka Disfungsi endotel
Makroangiopati
Penyakit pembuluh
DO: darah kapiler
1. Gula darah: 332 mg/dL.
2. Keluhan kaki kanan
membusuk
3. Luka berbau, keluar
nanah, dan mengeluarkan Ulkus
darah.
4. Kadang-kadang merasa
kesemutan pada di tangan
Gangren
dan kaki.
5. Kreatinin : 1,74 mg/dl
Gangguan perfusi
(Normalnya: 0,6-1,3 )
jaringan
2 DS: Neuropati perifer Gangguan mobilitas
1. Kadang-kadang merasa fisik
kesemutan pada di tangan
dan kaki.
DO:
1. Ekstremitas inferior dextra
tampak udem, pedis dextra
tampak ulkus, pus, dan
hiperemis.
2. Luka berbau, keluar
nanah, dan mengeluarkan
darah.
Hilang rasa
Trauma : tertusuk paku
Ulkus
Anoreksia
Gangguan Pemenuhan
Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh
4 DS: Gangguan integritas
Hiperglikemia
1. Keluhan kaki kanan jaringan
membusuk.
2. Keluhan dirasakan sejak Aterosklerosis
DO:
1. Luka berbau, keluar
Gangguan integritas
nanah, dan mengeluarkan
jaringan
darah.
2. Ekstremitas inferior dextra
tampak udem, pedis dextra
tampak ulkus, pus, dan
hiperemis.
3. Gula darah: 332 mg/dL.
DS:
1. Keluhan kaki kanan
membusuk
2. Keluhan dirasakan sejak Fagositosis
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b.d menurunnya aliran darah ke daerah gangren
akibat adanya obstruksi pembuluh darah
2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di
kaki.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
4. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
5. Infeksi b.d perlukaan, luka yang sukar sembuh, dan gangguan pada autonomi
neuropati
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki
E. Asuhan keperawatan
No Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasional
keperawatan Hasil
1 Gangguan perfusi TJ: mempertahankan1. Ajarkan pasien untuk 1. Dengan
jaringan b.d sirkulasi perifer melakukan mobilisasi mobilisasi
menurunnya tetap normal meningkatkan
aliran darah ke KH: sirkulasi darah
daerah gangren 1. Denyut nadi perifer 2. Ajarkan tentang faktor-
akibat adanya teraba kuat dan faktor yang dapat 2. Meningkatkan
obstruksi reguler meningkatkan aliran dan melancarkan
pembuluh darah 2. Warna kulit darah: tinggikan kaki aliran darah
disekitar luka tidak sedikit lebih rendah dari sehingga tidak
pucat/sianosis jantung (posisi elevasi terjadi oedema.
3. Kulit sekitar luka pada waktu istirahat),
teraba hangat hindari penyilangan
4. Oedem tidak terjadi kaki, hindari
dan luka tidak penggunaan bantal di
bertambah parah belakang lutut dan
5. Sensorik dan sebagainya, hindari
motorik membaik balutan ketat
3. Ajarkan tentang
3. Kolesterol tinggi
modifikasi faktor-faktor
dapat
resiko berupa: hindari
mempercepat
diet tinggi kolesterol,
terjadinya
teknik relaksasi,
arterosklerosis,
menghentikan kebiasaan
merokok dapat
merokok, dan
menyebabkan
penggunaan obat
terjadinya
vasokontriksi.
vasokontriksi
pembuluh darah,
relaksasi untuk
pemberian vasodilator,
4. Pemberian
pemeriksaan gula darah
vasodilator akan
secara rutin dan terapi
meningkatkan
oksigen.
dilatasi
pembuluh darah
sehingga perfusi
jaringan dapat
diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan
gula darah
secara rutin
dapat
mengetahui
perkembangan
dan keadaan
pasien, terapi
oksigen untuk
memperbaiki
oksigenisasi
daerah
ulkus/gangren
2 Keterbatasan TJ: Pasien dapat 1. Kaji dan identifikasi 1. Untuk
mobilitas fisik mencapai tingkat tingkat kekuatan otot mengetahui
berhubungan kemampuan pada kaki pasien. derajat kekuatan
dengan rasa nyeri aktivitas yang otot-otot kaki
pada luka di kaki. optimal. 2. Beri penjelasan tentang pasien.
KH: pentingnya melakukan
1. Pergerakan paien aktivitas untuk menjaga 2. Pasien mengerti
bertambah luas. kadar pentingnya
2. Pasien dapat gula darah dalam aktivitas
melaksanakan keadaan normal. sehingga dapat
aktivitas sesuai kooperatif
dengan dalam tindakan
kemampuan (duduk, keperawatan.
berdiri, berjalan). 3. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk melatih
3. Rasa nyeri menggerakkan/mengang otot – otot kaki
berkurang. kat ekstrimitas bawah sehingg
4. Pasien dapat sesui berfungsi
memenuhi kemampuan. dengan baik.
kebutuhan sendiri
secara bertahap 4. Bantu pasien dalam
sesuai dengan memenuhi 4. Agar kebutuhan
kemampuan. kebutuhannya. pasien tetap
dapat terpenuhi.
5. Analgesik dapat
5. Kerja sama dengan tim membantu
kesehatan lain : dokter mengurangi rasa
( pemberian analgesik ) nyeri, fisioterapi
dan untuk melatih
tenaga fisioterapi. pasien
melakukan
aktivitas secara
bertahap dan
benar.
3 Gangguan TJ: Kebutuhan 1. Kaji status 1. Untuk
pemenuhan nutrisi dapat nutrisi dan kebiasaan mengetahui
nutrisi (kurang terpenuhi makan. tentang keadaan
dari) kebutuhan KH: dan kebutuhan
tubuh 1. Berat badan dan nutrisi pasien
berhubungan tinggi badan ideal. sehingga dapat
dengan intake 2. Pasien mematuhi diberikan
makanan yang dietnya. tindakan dan
kurang. 3. Kadar gula darah pengaturan diet
2. Anjurkan pasien untuk
dalam batas normal. yang adekuat.
mematuhi diet yang
2. Kepatuhan
telah diprogramkan. terhadap diet
dapat mencegah
komplikasi lebih
3. Timbang berat badan lanjut.
setiap seminggu sekali. 3. Mengetahui
perkembangan
berat badan
pasien (berat
badan
merupakan salah
4. Identifikasi perubahan
satu indikasi
pola makan.
untuk
menentukan
diet).
5. Kerja sama dengan tim
4. Mengetahui
kesehatan lain untuk
apakah pasien
pemberian insulin dan
telah
diet
melaksanakan
diabetik.
program diet
yang
ditetapkan.
5. Pemberian
insulin akan
meningkatkan
pemasukan
glukosa ke
dalam jaringan
sehingga gula
darah
menurun,pember
ian diet yang
sesuai
dapat
mempercepat
penurunan gula
darah dan
mencegah
komplikasi.
3. Kolaborasi Lakukan
pemeriksaan kultur dan
sensitifitas sesuai
dengan indikasi. 3. Untuk
mengidentifikasi
organisme
sehingga dapat
memilih
memberikan
4. Kolaborasi Berikan terapi antibiotik
obat antibiotik yang yang terbaik.
sesuai
4. Penanganan
awal dapat
membantu
mencegah
timbulnya sepsis
6 Gangguan pola TJ: Gangguan pola 1. Ciptakan 1. Lingkungan
tidur tidur pasien akan lingkungan yang yang nyaman
berhubungan teratasi. nyaman dan tenang. dapat membantu
dengan rasa nyeri KH: meningkatkan
pada luka di kaki.1. Pasien mudah tidur 2. Kaji tentang kebiasaan tidur/istirahat.
dalam waktu 30 – 40 tidur pasien di rumah.
2. mengetahui
menit.
perubahan dari
2. Pasien tenang dan
hal-hal yang
wajah segar.
merupakan
kebiasaan
3. Pasien pasien ketika
mengungkapkan tidur akan
dapat beristirahat 3. Kaji adanya faktor mempengaruhi
dengan cukup. penyebab gangguan pola tidur
pola tidur yang lain pasien.
seperti cemas,
3. Mengetahui
efek obat-obatan dan
faktor penyebab
suasana ramai.
gangguan pola
tidur yang lain
dialami dan
4. Anjurkan pasien untuk
dirasakan pasien.
menggunakan pengantar
tidur dan teknik
relaksasi. 4. Pengantar tidur
akan
memudahkan
pasien dalam
jatuh dalam
5. Kaji tanda-tanda
tidur, teknik
kurangnya pemenuhan
relaksasi akan
kebutuhan tidur pasien.
mengurangi
ketegangan dan
rasa nyeri.
5. Untuk
mengetahui
terpenuhi atau
tidaknya
kebutuhan tidur
pasien akibat
gangguan pola
tidur sehingga
dapat diambil
tindakan yang
tepat.