Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ULKUS DIBETIKUM

1.1 Konsep Dasar Ulkus Diabetikum


1.1.1 Definisi
Ulkus diabetikum adalah luka yang dialami oleh penderita diabetes melutus
pada area kaki dengan kondisi luka mulai dari luka superficial, nekrosis kulit, sampai
luka dengan ketebalan penuh, yang dapat meluas ke jaringan yang lain seperti
tendon, tulang dan persendian, jika ulkus dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang baik
akan mengakibatkan infeksi atau gengren. Ulkus diabetikum disebabkan oleh
beberapa factor diantaranya kadar glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol,
neuropati perifer atau penyakit arteri perifer (Setiyawan, 2016).
Ulkus kaki diabetic dapat mengakibatkan kerusakan sebagian (partial thichness)
atau keseluruhan (full thichness) pada kulit yang dapat meluas ke jaringan di bawah
kulit, tendon, otot, tulang atau persendiaan yang terjadi pada seseorang yang
menderita penyakit diabetes mellitus. Kondisi ini timbul sebagai akibat peningkatan
kadar gula darah yang tinggi. Jika ulkus kaki berlangsung lama, tidak dilakukan
penatalaksanaan dan tidak sembuh, luka menjadi terinfeksi. Ulkus kaki infeksi,
neuroarthopati, dan penyakit arteri perifer sering mengakibatkan gangrene dan
amputasi ekstermitas bagian bawah. Berikut ini merupakan kisaran gula darah yang
normal di tiap waktu (Aini&Aridiana,2016).
a. Setelah tidak makan selama 8 jam(gula darah puasa) : kurang dari 100 mg/dl.
b. Setelah makan : 70-130 mg/dl.
c. Setelah makan (1-2 jam setelah makan) : kurang dari 180 mg/dl.
d. Sebelum tidur : 100-140 mg/dl.

Diabetes mellitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu menghasilkan
atau menggunakan insulin (hormone yang membawa glukosa darah ke sel-sel yang
menyimpannya sebagai glikogen). Dengan demikian, terjadi hiperglikemia yang
disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, melibatkan kelainan
metabolisme, karbohidrat, protein, dan lemak serta menimbulkan berbagai
komplikasi kronis pada organ tubuh (Aini&Aridiana, 2016).

1.1.2 Etilogi
Menurut Hutagalung et al (2019) penyebab terjadi ulkus diabetic adalah
multifactor atau terdapat tiga factor utama yang menyebabkan terjadinya lesi kaki
pada diabetic, yaitu kombinasi dari neuropati perifer (polineuropati) gangguan
vaskuler atau atau iskemia (mikro dan makro angiopati), dimana iskemia jangka
panjang menyebabkan nekrosis (gangrene), peningkatan foktor resiko infeksi pada
penderita.
Penyebab ulkus kaki diabtik biasanya memiliki banyak komponen meliputi :
neuropati sensori perifer , trauma deformitas, iskemia dan pembentuka kalus, infeksi
dan edema. Factor lain yang berkontribusi terhadap kejadian ulkus kaki adalah
deformitas kaki ( yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan pada plantar),
gender laki-laki, usia tua , kontrol gula darah yang buruk, hiperglikemia yang
berkepanjangan dan kurangnya perawatan kaki.

1.1.3 WOC
Factor genetic, infeksi, virus, obesitas

Kerusakan sel beta

Ketidakseimbangan produksi insulin

Gula dalam darah tidak dapat dibawa

Hiperglikemia Anabolisme protein

Vikositas darah Kerusakan pada


meningkat antibody

Kekebalan tubuh
Aliran darah lambat
menurun

Iskemik jaringan Resiko infeksi

Nekrosis luka

Nyeri Ulkus Neuropati sensori


perifer

Aktivitas terlambat
Klien tidak merasa sakit

Gangguan mobilitas
fisik Gangguan integritas
jaringan
1.1.4 Manifestasi Klinis
1. Peningkatan frekuensi urin (polyuria)
2. Peningkatan rasa haus (polodipsia)
3. Peningkatan masukan makanan dengan penurunan berat badan (polifigia)
(Kaya,Z&Karaca, 2018).

1.1.5 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Hariani Aini&Aridiana (2016), pemeriksaan diabetes mellitus meliputi
beberapa hal berikut :
a. Tanda neuropati perifer, meliputi hilangnya sensasi rasa getar dan posisi
hilangnya reflex tendon dalam, ulserasi tropic, foot drop, atrofi otot, dan
pembentukan kalus hipertropik khususnya pada daerah penekanan misalnya pada
tumit.
b. Status neurologis, dapat diperksa dengan menggunakan Monofilament Semmes-
Weinsten untuk mengetahui apakah penderita masih memiliki ‘’sensasi
protektif’’. Pemeriksanaan meninjukan hasil abnormal jika penderita tidak dapat
merasakan sentuhan monofilament ketika ditekankan pada kaki dengan tekanan
yang cukup sampai monofilament bengkok.
c. Hasil pemeriksaan darah menunjukan leokositosis yang mungkin menandakan
adanya abses atau infeksi lainnya pada kaki. Penyembuhan lupa di hambat oleh
adanya anemia. Adanya infusiensi arterial yang telah ada, keadaan anemia
menimbulkan nyeri saat istirahat.
d. Pemeriksaan profil metabolic yang meliputi pengukuran kadar glukosa darah
menggunakan alat GDS Stick, glikohemoglibin, dan kreatinin serum dapat
membantu dalam menentukan kecukupan regulasi glukosa dan fungsi ginjal.
e. Pemeriksaan foto polos pada kaki diabetic dapat menunjukan demineralisasi dan
sendi Charcot serta adanya osteomeilitis.

1.1.6 Penatalaksanaan
Pemeriksaan Medis
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetes adalah peneutupan luka.
Regulasi glukosa darah perlu dilakukan. Hal ini disebabkan fungsi leokosit
terganggua pada pasien dengan hiperglikemia kronis, Menurut Anonim (2017),
perawatan ulkus diabetes meliputi hal berikut :
a. Debriment
Debriment merupaka salah satu tindakan yang terpenting dalam perawatan
luka. Debriment merupakan suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis,
kalus dan jaringan fibrotic. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi
luka ke jaringan sehat. Debriment meningkatkan pengeluaran factor
penyembuhan yang membantu proses penyembuhan luka. ketika infeksi telah
merusak fungsi kaki atau membahayakan nyawa pasien, amputasi diperluakan
untuk meningkatkan kontrol infeksi, dan penutupan luka selanjutnya.
b. Perawatan luka
Penggunaan balutan yang efektif dan tepat menjadi bagian yang penting
untuk memastikan penanganan ulkus diabetes yang optimal. Keuntungan
pendekatan ini yaitu mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel, akselerasi
angiogenesis, dan memungkinkan interkasi antara factor pertumbuhan dengan sel
target. Beberapa jenis balutan telah banyak digunakan pada perawatan luka serta
didesain untuk mencegah infeksi pada ulkus (antibiotika), membantu debriment
(enzim) dan mempercepat penyembuhan luka.
c. Antibiotic
Regimen antibiotic sebagai tatalaksana empiric harus mencakup antibiotic
yang aktif melawan golongan Stafilokokus dan Steptokokus. Pertimbangkan
regimen yang spesifik terhadap pathogen targen jika ada hasil kultur dan
sensitifitas; lebih diutamakan regimen spectrum sempit untuk mencegah
resistensi. Penilaian respon inffeksi dengan terapi empiris sangat penting jika
infeksi.
d. Amputasi
Amputasi merupakan salah satu pilihan tatalasana pada kasus kaki diabetes.
Sebagian besar infeksi kaki diabetes memerlukan intervensi bedah, mulai dari
tindakan yang minor (debridemen) hingga tindakan mayor (amputasi).

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ulkus Diabetikum


1.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor registrasi, tanggal masuk RS, dan diagnose
medis.

2. Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tak sembu-sembuh dan berba, adanya nyeri pada luka.

3. Riwayat penyakit sekarang


Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Awalnya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitanya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas. Adanya riwayat penyakit
jantung, obesitas maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat
maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

5. Pemeriksaan Head to toe


a. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adanya pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adanya gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak, dan berdarah, apakah penglihatan kabur/ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
b. Sistem intergumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangrene, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
d. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, anemia kardiomegalis.
e. Sistem gastrointestinal
Terdapat polofagi, polodipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
f. Sistem urinary
Poluri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
g. Sistem muskuluskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat
lelah,, lemah dan nyeri otot, adanya gangrene di ekstrimitas.
h. Sistem neurologi
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia,anastesia, letagi,, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lobaratorium
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meiputi : GCS > 200 mg/dl, gula darah puasa > 120 mg/dl
dan dua jam pot prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemriksaan didapatkan adanya glukosa darah urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi), hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++),dan merah bata (++++).
3. Kultur pus
4. Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai
dengan jenis kuman.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b.d iskemik jaringan
2. Gangguan integritas kulit jaringan b.d adanya gangrene pada ekstremitas.

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut b.d iskemik jaringan
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang.
2. Pasien dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri.
3. Pergerakan pasien bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.
( S: 36-37o C, N : 60-80x/menit, TD : 100-130 mmHg, RR : 18-20x/menit ).
Intervensi :
1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak
kerjasama dalam melakukan tindakan.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : rangsangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat
rasa nyeri.
4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurasi rasa nyeri pada
pasien.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : posisi yang nyaman akan membantu kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
6. Lakukan message dan kompres luka BWC saat rawat luka.
Rasional : message dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus
sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.
Rasional : obat-obat analgetik dapat membantu mengurangi rasa nyeri
pasien.

2. Gangguan integritas jaringan b.d adanya gangren pada ekstrimitas


Tujuan : tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
1. Berkurangnya oedema di sekitar luka.
2. Pus dan jaringan berkurang.
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Intervensi :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan
akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka sacara aseptic
menggunakan larutan yang tidak iriatif, angkat sisa balutan yang menempel
pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka denga teknik aseptic, dapat menjaga kontaminasi
luka dan larutan yang iriatif akan merusak jaringan granulasi yang timbul,
sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah, pemberian antibiotic.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur
pus untuk mengethui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk
pengobatan, pemeriksaan kadra gula darah umntuk mengetahui
perkembangan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Boulton, A.J.M. (2019). The diabetic foot. Journal og Medicine (United Kingdom),47(2),100-
105. https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2018.11.001

Ibrahim, A.M. (2019). Diabetic Foot Ulcer : Synopsis of the Epidemiology and Pathophysiology
Diabetic Foot Ulcer : Synopsis of the Epidemiology and Pathophysiology and
Pathophysiology. International Journal of Diabetes and Endocrinology, 3(2), 1-7
https://doi.org/10.11648/j.ijde.20180302.11

International Diabetes Fereration (2017). Diabetes Atlas Eighth Edition.


https://diabetesatlas.org/resources/2017-atlas.html - Diakes September 2021.

Kaya, Z, & Karaca, A. (2018). Evaluation of Nurse ‘ Knowledge Levels of Diabetic Foot Care
Management. Nursing Research and Practice, 2018, 1-12. https://doi.org/10.1155/2018/8549567

Moradi, A, Alavi, S.M., Salimi, M., Nouhjah, S.,&Shahvali, E. A. (2019). The effect

Anda mungkin juga menyukai