Diabetes mellitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu menghasilkan
atau menggunakan insulin (hormone yang membawa glukosa darah ke sel-sel yang
menyimpannya sebagai glikogen). Dengan demikian, terjadi hiperglikemia yang
disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, melibatkan kelainan
metabolisme, karbohidrat, protein, dan lemak serta menimbulkan berbagai
komplikasi kronis pada organ tubuh (Aini&Aridiana, 2016).
1.1.2 Etilogi
Menurut Hutagalung et al (2019) penyebab terjadi ulkus diabetic adalah
multifactor atau terdapat tiga factor utama yang menyebabkan terjadinya lesi kaki
pada diabetic, yaitu kombinasi dari neuropati perifer (polineuropati) gangguan
vaskuler atau atau iskemia (mikro dan makro angiopati), dimana iskemia jangka
panjang menyebabkan nekrosis (gangrene), peningkatan foktor resiko infeksi pada
penderita.
Penyebab ulkus kaki diabtik biasanya memiliki banyak komponen meliputi :
neuropati sensori perifer , trauma deformitas, iskemia dan pembentuka kalus, infeksi
dan edema. Factor lain yang berkontribusi terhadap kejadian ulkus kaki adalah
deformitas kaki ( yang dihubungkan dengan peningkatan tekanan pada plantar),
gender laki-laki, usia tua , kontrol gula darah yang buruk, hiperglikemia yang
berkepanjangan dan kurangnya perawatan kaki.
1.1.3 WOC
Factor genetic, infeksi, virus, obesitas
Kekebalan tubuh
Aliran darah lambat
menurun
Nekrosis luka
Aktivitas terlambat
Klien tidak merasa sakit
Gangguan mobilitas
fisik Gangguan integritas
jaringan
1.1.4 Manifestasi Klinis
1. Peningkatan frekuensi urin (polyuria)
2. Peningkatan rasa haus (polodipsia)
3. Peningkatan masukan makanan dengan penurunan berat badan (polifigia)
(Kaya,Z&Karaca, 2018).
1.1.6 Penatalaksanaan
Pemeriksaan Medis
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetes adalah peneutupan luka.
Regulasi glukosa darah perlu dilakukan. Hal ini disebabkan fungsi leokosit
terganggua pada pasien dengan hiperglikemia kronis, Menurut Anonim (2017),
perawatan ulkus diabetes meliputi hal berikut :
a. Debriment
Debriment merupaka salah satu tindakan yang terpenting dalam perawatan
luka. Debriment merupakan suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis,
kalus dan jaringan fibrotic. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi
luka ke jaringan sehat. Debriment meningkatkan pengeluaran factor
penyembuhan yang membantu proses penyembuhan luka. ketika infeksi telah
merusak fungsi kaki atau membahayakan nyawa pasien, amputasi diperluakan
untuk meningkatkan kontrol infeksi, dan penutupan luka selanjutnya.
b. Perawatan luka
Penggunaan balutan yang efektif dan tepat menjadi bagian yang penting
untuk memastikan penanganan ulkus diabetes yang optimal. Keuntungan
pendekatan ini yaitu mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel, akselerasi
angiogenesis, dan memungkinkan interkasi antara factor pertumbuhan dengan sel
target. Beberapa jenis balutan telah banyak digunakan pada perawatan luka serta
didesain untuk mencegah infeksi pada ulkus (antibiotika), membantu debriment
(enzim) dan mempercepat penyembuhan luka.
c. Antibiotic
Regimen antibiotic sebagai tatalaksana empiric harus mencakup antibiotic
yang aktif melawan golongan Stafilokokus dan Steptokokus. Pertimbangkan
regimen yang spesifik terhadap pathogen targen jika ada hasil kultur dan
sensitifitas; lebih diutamakan regimen spectrum sempit untuk mencegah
resistensi. Penilaian respon inffeksi dengan terapi empiris sangat penting jika
infeksi.
d. Amputasi
Amputasi merupakan salah satu pilihan tatalasana pada kasus kaki diabetes.
Sebagian besar infeksi kaki diabetes memerlukan intervensi bedah, mulai dari
tindakan yang minor (debridemen) hingga tindakan mayor (amputasi).
2. Keluhan utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/tungkai bawah rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tak sembu-sembuh dan berba, adanya nyeri pada luka.
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lobaratorium
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meiputi : GCS > 200 mg/dl, gula darah puasa > 120 mg/dl
dan dua jam pot prandial > 200 mg/dl.
2. Urine
Pemriksaan didapatkan adanya glukosa darah urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi), hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++),dan merah bata (++++).
3. Kultur pus
4. Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai
dengan jenis kuman.
DAFTAR PUSTAKA
Boulton, A.J.M. (2019). The diabetic foot. Journal og Medicine (United Kingdom),47(2),100-
105. https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2018.11.001
Ibrahim, A.M. (2019). Diabetic Foot Ulcer : Synopsis of the Epidemiology and Pathophysiology
Diabetic Foot Ulcer : Synopsis of the Epidemiology and Pathophysiology and
Pathophysiology. International Journal of Diabetes and Endocrinology, 3(2), 1-7
https://doi.org/10.11648/j.ijde.20180302.11
Kaya, Z, & Karaca, A. (2018). Evaluation of Nurse ‘ Knowledge Levels of Diabetic Foot Care
Management. Nursing Research and Practice, 2018, 1-12. https://doi.org/10.1155/2018/8549567
Moradi, A, Alavi, S.M., Salimi, M., Nouhjah, S.,&Shahvali, E. A. (2019). The effect