Anda di halaman 1dari 10

A.

Pengertian Kaki Diabetik


Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan,
tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidakadekuatan penggunaan insulin.
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro
vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis (Purwanto, Hadi, 2016).
Kaki diabetik adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam yang
berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai bawah. Selain
itu ada juga yang mendefinisikan sebagai kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes
melitus yang tidak terkendali dengan baik yang disebabkan oleh gangguan pembuluh
darah, gangguan persyarafan dan infeksi.
Setiap pasien dengan diabetes perlu dilakukan pemeriksaan komprehensif kaki minimal
setiap satu tahun meliputi inspeksi, perabaan pulsasi arteri dorsalis pedis dan tibialis
posterior dan pemeriksaan neuropati sensorik (PERKENI, 2019).

Gambar 1. Kaki diabetik

Gambar 2. Kaki diabetik


B. Penyebab Kaki Diabetik
Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam terjadinya kaki diabetik. Secara umum
faktor–faktor tersebut dibagi menjadi :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma seperti kelainan
makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan neuropati otonom.
b. Faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti neuropati motorik,
neuropati sensorik, limited joint mobility, dan komplikasi DM yang lain (seperti
mata kabur).
c. Neuropati sensorik pada kaki bisa menyebabkan terjadinya trauma yang tidak
disadari. Neuropati motorik juga menyebabkan otot intrinsik lemah ntuk
menampung berat badan seseorang dan seterusnya terjadilah trauma.
2. Faktor Presipitasi
a. Perlukaan di kulit (jamur).
b. Trauma.
c. Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.

C. Klasifikasi Kaki Diabetik


Kaki diabetes dapat dibagi menjadi berbagai kelompok yaitu:
1. Kaki diabetes tanpa ulkus
Penyandang kaki diabetes tanpa ulkus (luka) perlu mendapatkan edukasi untuk
mencegah munculnya masalah-masalah kaki diabetes lebih lanjut (PERKENI, 2019).
2. Kaki diabetes dengan ulkus
Infeksi pada kaki diabetes merupakan komplikasi yang sering terjadi dan dapat
memperberat perjalanan penyakit (PERKENI, 2019).
Ulkus kaki diabetic adalah luka kronik pada daerah di bawah pergelangan kaki,
yang meningkatkan morbiditas, mortalitas dan mengurangi kualitas hidup pasien.
Ulkus kaki diabetic disebabkan oleh proses neuropati perifer, penyakit arteri perifer
(peripheral arterial disease) ataupun kombinasi keduanya (PERKENI, 2019).
Klasifikasi Kaki Diabetes dengan Ulkus (Wagner)
Deraja Karakteristik Tatalaksana
t
0 Kulit kaki intak, dapat disertai deformitas atau Pencegahan
selulitis
1 Ulkus superfisial pada kulit dan jaringan subkutan Antibiotic, control gula
darah
2 Ulkus meluas ke ligament, tendon, kapsul sendi atau Debridemen, antibiotic
fasia dalam tanpa adanya abses atau osteomyelitis dan control gula darah
3 Ulkus dalam dengan osteomilitis atau abses Debridemen dan
amputasi minimal
4 Gangren pada sebagian kaki bagian depan atau tumit Debridemen dan
amputasi luas
5 Gangren ekstensif yang melingkupi seluruh kaki Amputasi dibawah lutut
(PERKENI, 2019; Muhartono, 2017)

Gambar 3. Klasifikasi kaki diabetik grade 0-5

Klasifikasi PEDIS pada Ulkus Diabetik


Nilai Interpretasi
Perfusion 0 Tidak ada PAD
1 PAD positif namun tidak ada CLI
2 CLI positif
Extent/size in 0 Kulit intak
mm3
1 < 1 cm2
2 1-3 cm2
3 > 3 cm2
Depth/tissue loss 0 Kulit intak
1 Superfisial, tidak sampai dermis
2 Ulkus dalam dibawah dermis melibatkan jaringan subkutan,
fascia, otot atau tendon
3 Melibatkan seluruh lapisan kaki hingga tulang dan/atau
sendi
Infection 0 Tidak ada infeksi
1 Infeksi kulit dan jaringan subkutan
2 Abses, fasciitis atau arthritis septik
3 SIRS
Sensation 0 Normal
1 Hilangnya sensasi sensorik
Keterangan:
PAD : Peripheal Arterial Disease
CLI : Critical Limb Ischemia
SIRS : Systemic Inflammatory Response Syndrome (PERKENI, 2019).
D. Tanda dan Gejala
Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai
berikut:
1. Sering kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
3. Nyeri saat istirahat
4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus)
5. Adanya kalus di telapak kaki
6. Kulit kaki kering dan pecah-pecah

E. Deteksi Dini
Deteksi dini kelainan kaki pada penyandang diabetes dapat dilakukan dengan penilaian
karakteristik:
1. Kulit kaku yang kering, bersisik dan retak-retak serta kaku
2. Rambut kaki yang menipis
3. Kelainan bentuk dan warna kuku (kuku yang menebal, rapuh, ingrowing nail)
4. Kalus (mata ikan) terutama di bagian telapak kaki
5. Perubahan bentuk jari-jari dan telapak kaki dan tulang-tulang kaki yang menonjol
6. Bekas luka atau riwayat amputasi jari-jari
7. Kaki baal, kesemutan atau tidak terasa nyeri
8. Kaki yang terasa dingin
9. Perubahan warna kulit kaki (kemerahan, kebiruan atau kehitaman) (PERKENI, 2019).

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan laboratorium standar yang diperiksa adalah kadar glukosa darah,
glycosylated hemoglobin (HbA1c), serta fungsi hati dan ginjal sebagai monitoring
status metabolik penderita. Bila terdapat infeksi maka pemeriksaan kultur
mikrobiologi dapat dilakukan untuk menentukan agen kuman penyebab
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi luka
segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan sentuhan
ringan, kepekaan terhadap suhu.

G. Perawatan Kaki
Anjuran melakukan perawatan kaki secara berkala adalah salah satu perilaku hidup
sehat bagi penyandang Diabetes Melitus.

Perawatan kaki
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dam air
2. Periks kaki setiap hari dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas, kemerahan
atau luka
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah dan mengoleskan krim
pelembab pada kulit kaki yang kering
5. Potong kuku secara teratur
6. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung-
ujung jari kaki
8. Kalau ada ulkus atau mata ikan, tipiskan secara teratur
9. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi
11. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk menghangatkan kaki
(PERKENI, 2019).
Gambar 4. Perawatan kaki diabetik

H. Penatalaksanaan
Penanganan luka kaki diabetic memerlukan waktu penyembuhan yang panjang dan
terapi multidisiplin seperti mengntrol level gula darah dan revaskularisasi (Semadi &
Irawan, 2017).
Manajemen diabetes dengan adanya luka pada kaki menekankan pada peningkatan self
manajemen pada pasien sendiri dimana pasien dilibatkan dalam segala hal terkait dengan
perawatan yang diberikan padanya dan pasien perlu menyadari tanggung jawabnya
sebagai penentu keberhasilan dalam proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya
luka kembali (Suantika & Suantika, 2015., Lindgård Andersen., Pedersen, & Steffen,
2017).

Penatalaksanaan kaki diabetik dengan ulkus harus dilakukan sesegera mungkin.


Komponen paling penting dalam manajemen kaki diabetik dengan ulkus adalah:
1. Kendali metabolik, pengendaliannya sebaik mungkin seperti pengendalian kadar
glukosa darah, lipid, albumin, hemoglobin, dan sebagainya.
2. Kendali vaskular, perbaikan asupan vascular (dengan operasi atau angioplasty),
biasanya dibutuhkan pada keadaan ulkus iskemik.
3. Kendali infeksi, jika terlihat tanda-tanda klinis infeksi harus diberikan pengobatan
infeksi secara agresif (adanya kolonisasi pertumbuh anorganisme pada hasil usap
namun tidak terdapat tanda klinis, bukan merupakan infeksi).
4. Kendali luka, pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrosis secara teratur dengan
konsep TIME yaitu
a. Tissue debridement (membersihkan luka dari jaringan mati)
b. Inflamation and infection control (control inflamasi dan infeksi)
c. Moisture balance (menjaga keseimbangan kelembaban)
d. Epithelial edge advancement (mendekatkan tepi epitel)
5. Kendali tekanan, mengurangi tekanan pada kaki karena dapat menyebabkan ulkus
sehingga harus dihindari. Hal itu sangat penting dilakukan pada ulkus neuropatik.
Pembuangan kalus dan memakai sepatu dengan ukuran yang sesuai diperlukan untuk
mengurangi tekanan.
6. Penyuluhan, dengan memberi edukasi mengenai perawatan kaki secara mandiri
(PERKENI, 2019; Muhartono, 2017).

Perawatan kaki diabetes yang teratur akan mencegah atau mengurangi terjadinya
komplikasi kronik pada kaki diabetes. Oleh karena itu selain antibiotik dan insulin, hal
penting yang juga harus diperhatikan adalah perawatan luka pada kaki diabetik. Balutan
luka harus diganti sebanyak 2 kali/hari. Debridemen adalah suatu tindakan untuk
membuang jaringan nekrosis, callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang
sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat. Debridemen meningkatkan pengeluaran
faktor pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka. Penilaian tatalaksana
jangka panjang yang dilakukan meliputi debridement secara regular dari kalus atau
jaringan nekrotik untuk mengurangi tekanan dan resiko ulkus. Kontrol gula yang ketat,
pemantauan status vaskular, dan neurologi, serta penggunaan alas kaki yang sesuai akan
menurunkan resiko kelanjutan ulkus pada pasien beresiko tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Lindgård Andersen, S., Pedersen, M., & Steffen, V. (2017). Illness, Normality, And Self
Management: Diabetic Foot Ulcers And The Logic Of Choice. EWMA Journal, 17(1).
Muhartono dan I.Ratna Novalia Sari. (2017). Ulkus Kaki Diabetik Kanan dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2. J Agromed Unila Volume 4 Nomor 1 Juni 2017. Diakses di
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1563/pdf, pada tanggal
15 Agustus 2020.
PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa
di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI. Diakses di https://pbperkeni.or.id/wp-
content/uploads/2020/07/Pedoman-Pengelolaan-DM-Tipe-2-Dewasa-di-Indonesia-
eBook-PDF-1.pdf, pada tanggal 04 Agustus 2020.
Purwanto, Hadi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Semadi, I. N., & Irawan, H. (2017). Blood Glucose And Lipid Profile In Patients With
Diabetic Foot Ulcer That Underwent Hyperbaric Oxygen Therapy. BALI MEDICAL
JOURNAL, 6(2), 405-408.
Suantika, P. I. R., & Suantika, P. I. R. (2015). Hubungan Self Care Diabetes Dengan
Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Di Poliklinik Interna Rumah Sakit Umum Daerah.

Anda mungkin juga menyukai