E. Deteksi Dini
Deteksi dini kelainan kaki pada penyandang diabetes dapat dilakukan dengan penilaian
karakteristik:
1. Kulit kaku yang kering, bersisik dan retak-retak serta kaku
2. Rambut kaki yang menipis
3. Kelainan bentuk dan warna kuku (kuku yang menebal, rapuh, ingrowing nail)
4. Kalus (mata ikan) terutama di bagian telapak kaki
5. Perubahan bentuk jari-jari dan telapak kaki dan tulang-tulang kaki yang menonjol
6. Bekas luka atau riwayat amputasi jari-jari
7. Kaki baal, kesemutan atau tidak terasa nyeri
8. Kaki yang terasa dingin
9. Perubahan warna kulit kaki (kemerahan, kebiruan atau kehitaman) (PERKENI, 2019).
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
1. Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2. Pemeriksaan laboratorium standar yang diperiksa adalah kadar glukosa darah,
glycosylated hemoglobin (HbA1c), serta fungsi hati dan ginjal sebagai monitoring
status metabolik penderita. Bila terdapat infeksi maka pemeriksaan kultur
mikrobiologi dapat dilakukan untuk menentukan agen kuman penyebab
3. Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi luka
segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4. Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan sentuhan
ringan, kepekaan terhadap suhu.
G. Perawatan Kaki
Anjuran melakukan perawatan kaki secara berkala adalah salah satu perilaku hidup
sehat bagi penyandang Diabetes Melitus.
Perawatan kaki
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dam air
2. Periks kaki setiap hari dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas, kemerahan
atau luka
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah dan mengoleskan krim
pelembab pada kulit kaki yang kering
5. Potong kuku secara teratur
6. Keringkan kaki dan sela-sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi
7. Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung-
ujung jari kaki
8. Kalau ada ulkus atau mata ikan, tipiskan secara teratur
9. Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus
10. Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi
11. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk menghangatkan kaki
(PERKENI, 2019).
Gambar 4. Perawatan kaki diabetik
H. Penatalaksanaan
Penanganan luka kaki diabetic memerlukan waktu penyembuhan yang panjang dan
terapi multidisiplin seperti mengntrol level gula darah dan revaskularisasi (Semadi &
Irawan, 2017).
Manajemen diabetes dengan adanya luka pada kaki menekankan pada peningkatan self
manajemen pada pasien sendiri dimana pasien dilibatkan dalam segala hal terkait dengan
perawatan yang diberikan padanya dan pasien perlu menyadari tanggung jawabnya
sebagai penentu keberhasilan dalam proses penyembuhan luka dan mencegah terjadinya
luka kembali (Suantika & Suantika, 2015., Lindgård Andersen., Pedersen, & Steffen,
2017).
Perawatan kaki diabetes yang teratur akan mencegah atau mengurangi terjadinya
komplikasi kronik pada kaki diabetes. Oleh karena itu selain antibiotik dan insulin, hal
penting yang juga harus diperhatikan adalah perawatan luka pada kaki diabetik. Balutan
luka harus diganti sebanyak 2 kali/hari. Debridemen adalah suatu tindakan untuk
membuang jaringan nekrosis, callus dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang
sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat. Debridemen meningkatkan pengeluaran
faktor pertumbuhan yang membantu proses penyembuhan luka. Penilaian tatalaksana
jangka panjang yang dilakukan meliputi debridement secara regular dari kalus atau
jaringan nekrotik untuk mengurangi tekanan dan resiko ulkus. Kontrol gula yang ketat,
pemantauan status vaskular, dan neurologi, serta penggunaan alas kaki yang sesuai akan
menurunkan resiko kelanjutan ulkus pada pasien beresiko tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Lindgård Andersen, S., Pedersen, M., & Steffen, V. (2017). Illness, Normality, And Self
Management: Diabetic Foot Ulcers And The Logic Of Choice. EWMA Journal, 17(1).
Muhartono dan I.Ratna Novalia Sari. (2017). Ulkus Kaki Diabetik Kanan dengan Diabetes
Mellitus Tipe 2. J Agromed Unila Volume 4 Nomor 1 Juni 2017. Diakses di
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/1563/pdf, pada tanggal
15 Agustus 2020.
PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa
di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI. Diakses di https://pbperkeni.or.id/wp-
content/uploads/2020/07/Pedoman-Pengelolaan-DM-Tipe-2-Dewasa-di-Indonesia-
eBook-PDF-1.pdf, pada tanggal 04 Agustus 2020.
Purwanto, Hadi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Semadi, I. N., & Irawan, H. (2017). Blood Glucose And Lipid Profile In Patients With
Diabetic Foot Ulcer That Underwent Hyperbaric Oxygen Therapy. BALI MEDICAL
JOURNAL, 6(2), 405-408.
Suantika, P. I. R., & Suantika, P. I. R. (2015). Hubungan Self Care Diabetes Dengan
Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 Di Poliklinik Interna Rumah Sakit Umum Daerah.