Anda di halaman 1dari 10

LOGBOOK ASKEP I DM

Masalah Keperawatan Dalam Kasus Prediabetes

( Pertemuan I )

Di Kerjakan Oleh :

Nama Mahasiswa : Grace Nazavira

Nim : PO.62.20.1.17.326

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA


SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
REGULER IV
T.A 2020
LOGBOOK ASKEP I DM

Kasus 1

Tn. J, 39 tahun, IMT 34 kg/m 2, tekanan darah 125/80 mmHg. Selama ini Tn. J tidak merasakan keluhan
apa-apa. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan HDL 30 mg/dl, trigliserida 185 mg/dl, LDL 185
mg/dl; GDP = 111 mg/dl. Satu minggu kemudian pemeriksaan GDP 115 mg/dl.

Aktivitas 1 Identifikasi kata kunci dan data tambahan pada kasus prediabetes secara mandiri.
Kata kunci :

1. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah angka yang menjadi penilaian standar untuk
menentukan apakah berat badan Anda tergolong normal, kurang, berlebih, atau obesitas.
IMT Tn. J : 34 kg/m2 (termasuk kategori obesitas).

2. Tekanan Darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah
ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah
dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg.
Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung,
dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan
saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang
paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan
duduk atau berbaring. Tekanan darah tn. J 125/80 mmHg termasuk Pre-Hipertensi.

3. HDL adalah lipoprotein berdensitas tinggi. Lipoprotein terbentuk dari protein dan lemak.
HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena HDL membawa kolesterol 'jahat', lipoprotein
berdensitas rendah (low density lipoprotein), trigiliserida, dan lemak yang berbahaya dan
mengembalikannya ke dalam hati untuk diproses. HDL tn. J 30 mg/dl termasuk rendah

4. LDL adalah Kadar kolesterol LDL yang baik dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dl,
dan akan membahayakan kesehatan Anda bila kadarnya mencapai 160 mg/dl atau lebih.
LDL tn. J 185 mg/dl termasuk Tinggi

5. Trigliserida adalah salah satu jenis lemak yang banyak ditemukan di dalam darah. Lemak
dari makanan yang dikonsumsi akan dipecah dan diubah menjadi energi. Setiap lemak yang
tidak digunakan tubuh, akan diubah menjadi trigliserida dan disimpan di sel lemak.
Trigliserida tn. J 185 mg/dl termasuk kategori Sedang

6. GDP
Berikut kisaran kadar gula darah normal pada tubuh: Sebelum makan: sekitar 70-130
mg/dL. Dua jam setelah makan: kurang dari 140 mg/dL. Setelah tidak makan (puasa)
selama setidaknya delapan jam: kurang dari 100 mg/dL
GDP tn.J = 111 mg/dl. Satu minggu kemudian pemeriksaan GDP 115 mg/dl. termasuk kategori
sedang.

Data tambahan:

1. Tes hemoglobin A1c (HbA1c) adalah  tes yang mengukur kadar glukosa darah rata-rata
seseorang selama 2 sampai 3 bulan terakhir, dengan mengukur persentase gula darah yang
melekat pada sel darah merah. HbA1c telah direkomendasikan oleh ADA sebagai pilihan
untuk mendiagnosis diabetes (> 6,5%) dan juga untuk mendeteksi peningkatan risiko
penyakit diabetes (5,7 – 6,4%).
Nilai A1C antara 6 dan 6,5 persen dianggap pradiabetes. Sedangkan bila level 6,5 persen
atau lebih tinggi pada dua tes berbeda menunjukkan diabetes. Kondisi tertentu dapat
membuat tes A1C tidak akurat - seperti jika sedang hamil atau memiliki varian
hemoglobin.
2. Tes toleransi glukosa oral (2 jam PP)
Setelah sampel darah diambil untuk pemeriksaan tes gula darah puasa, pasien akan diminta
meminum cairan gula, kemudian pengambilan sampel darah akan dilakukan lagi dua jam
setelahnya. Kadar gula darah dapat dikatakan normal jika hasil tes menunjukkan kurang
dari 140 mg/dL, dan baru dianggap memasuki kondisi prediabetes jika hasil tes berkisar
antara 140 hingga 199 mg/dL. Sedangkan hasil tes yang menunjukkan kadar gula 200
mg/dL atau lebih sudah menandakan pasien menderita diabetes tipe 2.
3. Obesitas, merupakan faktor resiko yang paling penting. Jaringan lemak lebih banyak yang
dimilik terutama di dalam dan di antara otot dan kulit di sekitar perut menyebabkan sel
menjadi lebih tahan terhadap insulin. Beberapa studi jangka panjang menunjukkan bahwa
obesitas merupakan prediktor yang kuat untuk timbulnya DM tipe 2.
4. Riwayat penyakit keluarga , sangat penting untuk mengetahui apakah pernah ada
dikeluarga ada penderita penyakit yang sama.
5. Ras (Genetik) , berhubungan dengan resiko terjadinya DM, sampai saat ini belum bisa
diidentifikasikan secara pasti. Adanya perbedaan yang nyata kejadian DM antara grup etnik
yang berbeda meskipun hidup di lingkungan yang sama menunjukkan adanya kontribusi
gen yang bermakna terjadinya DM. Meskipun tidak jelas sebabnya, orang-orang dari ras
tertentu termasuk Afrika-Amerika, Hispanik, Indian Amerika, Asia-Amerika dan
Kepulauan Pasifik lebih mungkin untuk menjad prediabetes.
6. Usia, prevalensi DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Dalam dekade terakhir
ini, usia terjadinya DM semakin muda. Resiko pradiabetes meningkat seiring
bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun. Ini mungkin karena orang cenderung
kurang berolahraga, kehilangan massa otot dan menambah berat badan dengan
bertambahnya usia mereka. Namun, orang tua bukanlah satu-satunya beresiko prediabetes
dan diabetes tipe 2. Insiden gangguan ini juga meningkat di kelompok usia yang lebih
muda.
7. Pemeriksaan tanda tanda vital lengkap, seperti tekanan darah, respirasi rate, suhu
tubuh , nadi, dan heart rate.

Aktivitas 2 dentifikasi masalah keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri


berdasarkan data subyektif dan data obyektif.
Data Subjektif :

 Tn. J mengatakan tidak merasakan keluhan apa apa.


 Riwayat penyakit keluarga dan Ras (Genetik)
Data Objektif :

 TD: 125/80 mmHg


 HDL 30 mg/dl,
 trigliserida 185 mg/dl,
 LDL 185 mg/dl;
 GDP = 111 mg/dl. ( minggu pertama )
 GDP 115 mg/dl. ( minggu kedua )
 Tes toleransi glukosa oral (2 jam PP)
 Tes hemoglobin A1c (HbA1c)
 Pemeriksaan tanda tanda vital lengkap, seperti tekanan darah, respirasi rate, suhu tubuh , nadi, dan
heart rate.
Masalah Keperawatan dari DS dan DO diatas adalah:

1. Risiko peningkatan kadar gula darah


2. Obesitas
3. Defisit pengetahuan
Aktivitas 3 Identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dan faktor risiko pada kasus
prediabetes dengan menggunakan pohon masalah.
Faktor resiko prediabetes pada kasus Tn. J :

Faktor yang bisa Faktor yang tidak bisa


dimodifikasi dimodifikasi
1. Hipertensi. 1. Usia
2. Kolesterol 2. Riwayat
tinggi. penyakit
3. Obesitas. keluarga
4. Aktivitas fisik
5. Nutrisi

Pre diabetes

Aktivitas 4 Identifikasi hal-hal yang harus dipelajari pada kasus prediabetes secara mandiri
1. Mengetahui dan memahami apa itu prediabates
Menurut definisi dari the American Diabetes Association and US Department of
Health and Human Services, prediabetes adalah suatu tahapan dimana kadar glukosa
diatas normal tetapi masih di bawah kadar glukosa darah untuk diagnosis diabetes.
2. Mengetahui kategori/ klasifikasi perdiabetes
American Diabetes Association (ADA) mendefinisikan prediabetes sebagai GPT
yaitu kadar glukosa puasa 100 mg/dl (5,6 mmol/L) – 125 mg/dl (7,0 mmol/L) atau
bila kadar glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa 75 gram 140-199 mg/dl (7,8 –
11 mmol/L) yang sering disebut dengan TGT.
3. Mengetahui penyebab terjadinya prediabetes
Penyebab pasti pradiabetes tidak diketahui, meskipun para peneliti telah menemukan
beberapa gen yang terkait dengan resistensi insulin. Kelebihan lemak terutama lemak
perut dan tidak beraktivitas juga tampaknya menjadi faktor penting dalam
perkembangan pradiabetes. Yang jelas adalah bahwa orang yang memiliki
pradiabetes, tubuhnya tidak bisa megelolah gula (glukosa) dengan baik lagi. Hal ini
menyebabkan gula dalam aliran darah lebih banyak dari pada gula yang melakukan
fungsi yang normal yaitu memicu sel yang membentuk otot-otot dan jaringan lain.
Sebagian besar glukosa dalam tubuh berasal dari makanan yang kita makan,
khususnya makanan yang mengandung karbohidrat. Setiap makanan yang
mengandung karbohidrat dapat mempengaruhi kadar gula darah, tidak hanya
makanan manis.
4. Mengetahi faktor resiko yang dapat menyebabkan prediabetes
Faktor resiko terjadinya prediabetes sama dengan faktor resiko terjadinya DM tipe 2.
Faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi faktor resiko yang dapat dirubah
( obesitas, aktivitas fisik, nutrisi) dan yang tidak dapat dirubah ( genetik, usia,
diabetes gestasional). Faktor yang dapat dirubah yang penting adalah obesitas
( terutama perut) dan kurangnya aktivitas fisik.2
a. Faktor genetik yang berhubungan dengan resiko terjadinya DM, sampai saat ini
belum bias diidentifikasikan secara pasti. Adanya perbedaan yang nyata kejadian
DM antara grup etnik yang berbeda meskipun hidup di lingkungan yang sama
menunjukkan adanya kontribusi gen yang bermakna terjadinya DM. Meskipun
tidak jelas sebabnya, orang-orang dari ras tertentu termasuk Afrika-Amerika,
Hispanik, Indian Amerika, Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik lebih mungkin
untuk menjad prediabetes.
b. Usia prevalensi DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Dalam dekade
terakhir ini, usia terjadinya DM semakin muda. Resiko pradiabetes meningkat
seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun. Ini mungkin karena
orang cenderung kurang berolahraga, kehilangan massa otot dan menambah berat
badan dengan bertambahnya usia mereka. Namun, orang tua bukanlah satu-
satunya beresiko prediabetes dan diabetes tipe 2. Insiden gangguan ini juga
meningkat di kelompok usia yang lebih muda.
c. Diabetes gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Ini meliputi
2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya
pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar. 6
d. Obesitas merupakan faktor resiko yang paling penting. Jaringan lemak lebih
banyak yang dimiliki terutama di dalam dan di antara otot dan kulit di sekitar
perut menyebabkan sel menjadi lebih tahan terhadap insulin.
Beberapa studi jangka panjang menunjukkan bahwa obesitas merupakan prediktor
yang kuat untuk timbulnya DM tipe 2. Lebih lanjut, intevensi yang bertujuan
mengurangi obesitas juga mengurangi insidensi DM tipe 2. Beberapa studi jangka
panjang juga menunjukkan bahwa lingkar pinggang atau rasio pinggang pinggul
yang menunjukkan keadaan lemak visceral ( abdominal), merupakan indikator
yang lebih baik dibandingkan indeks masa tubuh, sebagai faktor resiko
prediabetes. Data tersebut memastikan bahwa distribusi lemak lebih penting
dibanding dengan jumlah total lemak obesitas.
e. Aktivitas Fisik berkurangnya intensitas aktivitas fisik memberikan kontribusi yang
besar terhadap peningkatan obesitas. Berbagai studi menunjukan bahwa
kurangnya aktifitas fisik merupakan prediktor bebas terjadinya DM Tipe 2 pada
pria maupun wanita. Semakin sedikit beraktivitas, semakin besar resiko
pradiabetes. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, dengan
beraktivitas maka glukosa digunakan sebagai energi dan membuat sel-sel lebih
sensitif terhadap insulin.
f. Nutrisi , kalori total yang tinggi, diit rendah serat, beban glikemik yang tinggi dan
rasio poly unsaturated fatty acid ( PUFA) dibanding lemak jenuh yang rendah,
merupakan faktor resiko terjadinya DM.
5. Mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada prediabates
Seringkali, pradiabetes tidak memiliki tanda-tanda atau gejala. Adanya suatu area kulit
yang gelap, suatu kondisi yang disebuta canthosis nigricans, adalah salah satu dari
beberapa tanda-tanda yang menunjukkan risiko untuk diabetes. Daerah umum yang
mungkin akan terkena meliputi leher, ketiak, siku, lutut, dan buku-buku jari. Gejala
klasik diabetes tipe 2 yang harus dipantau meliputi: Peningkatan rasa haus, sering
buang air kecil, kelelahan dan penglihatan kabur

6. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk


menegakan diagnosis perdiabates
Sebuah komite internasional yang terdiri dari para ahli dari American Diabetes
Association, the European Association for the Study of Diabetes dan the International
Diabetes Federation merekomendasikan bahwa test untuk menegakkan diagnosis
pradiabetes meliputi:
a. Hemoglobin A1C atau hemoglobin glikosilasi. A1C adalah  tes yang mengukur
kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama 2 sampai 3 bulan terakhir
b. Tes gula darah puasa. Contoh darah akan diambil setelah berpuasa selama
sedikitnya delapan jam atau semalam. Dengan tes ini, gula darah tingkat yang lebih
rendah dari 100 mg / dL - 5,6 mmol / L adalah normal. Sebuah tingkat gula darah
100-125 mg / dL (5,6-6,9 mmol / L) dianggap pradiabetes. Hal ini kadang-kadang
disebut sebagai glukosa puasa terganggu (GPT). Apabila kadar gula darah 126 mg /
dL (7.0 mmol / L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan diabetes mellitus
c. Uji FPG adalah tes pilihan untuk mendiagnosis diabetes karena kenyamanan dan
biaya rendah.
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO).. Tingkat gula darah kurang dari 140 mg / dL
(7,8 mmol / L) adalah normal. Tingkat gula darah 140-199 mg / dL (7,8-11,0 mmol
/ L) dianggap pradiabetes. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai toleransi glukosa
terganggu (TGT). Apabila nilai gula darah 200 mg / dL (11,1 mmol / L) atau lebih
tinggi dapat mengindikasikan diabetes mellitus.
e. Gestational diabetes juga didiagnosis berdasarkan pada nilai-nilai glukosa plasma
diukur selama OGTT.
7. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan untuk prediabatas
Diperlukan langkah pencegahan yang segera untuk menurunkan jumlah penderita
prediabetes, DMT2 dan PKV yang terkait diabetes. Langkah-langkah pencegahan
meliputi:
a. Intervensi gaya hidup
Gaya hidup merupakan pendekatan pengelolaan fundamental yang dapat
mencegah atau menunda berkembangnya prediabetes menjadi diabetes, serta
menurunkan resiko penyakit mikrovaskular dan makrovaskular. Intervensi
gaya hidup memperbaiki semua faktor resiko diabetes dan komponen sindrom
metabolik, obesitas, hipertensi, dislipidemia dan hiperglikemia.
b. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis untuk pencegahan DM biasanya direkomendasikan
sebagai intervensi sekunder yang diberikan setelah atau bersama-sama dengan
intervensi modifikasi gaya hidup.
Aktivitas 5 Susunlah diagnosa keperawatan pada kasus prediabetes secara mandiri
1. Resiko peningkatan kadar gula darah berhubungan dengan pre-diabetes
2. Obesitas berhubungan dengan intake makanan yang lebih
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
penyakit DM

Anda mungkin juga menyukai