Anda di halaman 1dari 18

1

KONSEP DAN TEORI MENUA DALAM

KEPERAWATAN GERONTIK

KELOMPOK I

1. NUR NADHILAH I.D.S BARANUDDIN 2117008


2. DORKAS DINA INA 2117009
3. ANDERIAS P. BULU 2117005
4. YERMIAS P. BULU 2117006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dan
Teori Menua dalam Keperawatan Gerontik” dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik
suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah
ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berhubungan dengan judul makalah ini.
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang.........................................................................................

b. Tujuan......................................................................................................

BAB II Pembahasan

1. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik.................................................

a. Definisi lansia...................................................................................

b. Siklus Hidup Manusia.....................................................................

2. Teori-Teori Penuaan..............................................................................

a. Defenisi proses Menua.....................................................................

b. Factor-faktor yang mempengaruhi proses menua........................

c. Teori-teori proses penuaan.............................................................

3. Perubahan Bio-Psiko-Spiritual-Cultural Yang Lazim Terjadi Pada


Proses Menua.........................................................................................

BAB III Penutup

a. Kesimpulan.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di Indonesia merupakan
salah satu indikator keberhasilambangunan di Indonesia. AHH tahun
2014 pada penduduk perempuan adalah 72,6 tahun dan laki-laki
adalah 68,7 tahun. Kondisi ini akan meningkatkan jumlah lanjut usia di
Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada
tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi
18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan
mencapai 36 juta jiwa. Usia lanjut akan menimbulkan masalah
kesehatan karena terjadi kemunduran fungsi tubuh apabila tidak
dilakukan upaya pelayanan kesehatan dengan baik.
Manusia adalah yang makhluk istimewa yang diciptakan Tuhan
karena memiliki akal budi. Melalui akal budi manusia dapat hidup sesuai
dengan apa yang ada tempat  di mana dia hidup. Perkembangan yang
dialami oleh manusia menjadikan dia lebih matang dalam menjalani
kehidupan ini. Manusia adalah makhluk sosial yang eksploratif dan
potensial. Manusia dikatakan makhluk yang eksploratif karena manusia
memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik
maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri
manusia tersimpan sejumlah kemempuan bawaan yang dapat diembangkan
secara nyata.
B. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian lansia
2. Agar dapat mengetahui siklus hidup manusia
3. Agar dapat mengetahui Teori proses penuaan
4. Agar dapat mengetahui Definisi proses menua
5. Agar dapat mengetahui perubahan bio-psiko-spiritual-cultural yang
lazim terjadi pada proses menua
5

BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

A. Definisi Lansia
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia
ini akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaaan.(Wahyudi, 2008). Menua adalah suatu keadaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan
yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).
Lansia merupakan tahap akhir dari proses penuaan. Proses
menjadi tua akan dialami oleh setiap orang. Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang akan
mengalami kemunduran fisik, mental dan social secara bertahap
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari (tahap
penurunan). Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk
hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan
perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah,
paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terkena berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa
lain (Kholifah, 2016).
Pada lansia akan mengalami proses hilangnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri secara perlahan sehingga tidak dapat
mempertahankan tubuh dari infeksi dan tidak mampu memperbaiki
jaringan yang rusak ( Constantinides, 1994 dalam Sunaryo, et.al, 2106).
6

1. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai
berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia
dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas
atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah
kesehatan.
2. Ciri–Ciri Lansia
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari
faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran
yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses
kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang
memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada
lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang
tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh
pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga
sikap sosial masyarakat menjadi positif.
7

c. Menua membutuhkan perubahan peran.


Perubahan peran tersebut dilakukan karena
lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal.
Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas
dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan
dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan
sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW
karena usianya.
B. Siklus Hidup Manusia
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh’’ dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang
penuh dangan manfaat.
Ciri-ciri usia lanjut, usia lanjut dini yang berkisar antara usia enam
puluh sampai tujuh puluh tahun, dan usia lanjut yang mulai pada usia
tujuh puluh tahun sampai akhir kehidupan seseorang. Beberapa masalah
umum yang unik bagi orang usia lanjut:
1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung
pada orang lain.
2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga harus melakukan
berbagai perubahan besar dalampola hidupnya.
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik.
4. Mencariteman baru sebagai pengganti pasangan (suami/istri) yang
telah meninggal, atau pergi jauh.
5. Mengembangkan kegiatanbaru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah.
6. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai orang
dewasa.
7. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat.
8

8. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang


usia lanjut, dan memiliki kemampuan untuk mengganti kegiatan
lama yang berat dengan yang lebih cocok.
9. Menjadi “korban” atau dimanfaatkan oleh para penjual obat, buaya
darat, dan kriminalitas karna mereka tidak sanggup lagi untuk
mempertahankan diri.

Mengingat sukarnya menetapkan batas-batas usia yang berlaku


umum (Universal) untuk mempertahankan tahap-tahap perkembangan
manusia, maka dalam psikologi perkembangan sekarang ini lebih banyak
digunakan pedoman-pedoman tertentu untuk menetapkan tingkat
perkembangan psikologi manusia,antara lain seperti yang di kemukakan
dalam ensiklopedia umum internet wikipedia yaitu sebagai berikut:

a) Bayi (Infancy) : masa sebelum bisa berjalan. Biasanya di bawah


satu tahun.
b) Toddler : sekitar umur 18 bulan. Perbendaharaan katanya
berkembang pesat. Ia bisa mempelajari 7/9 kata baru setiap hari.
c) Anak-anak (Chilhood) : yaitu tahap antara masa bayidan masa
remaja.
d) Praremaja (Preadolescence) : yaitu tahap perkembangan
manusia dalam rangka masa anak-anak, khususnya setahun
sebelum masa remaja.
e) Remaja (Adolescence) : masa transisi dari anak-anak ke dewasa.
Ciri khas seorang remaja ketika masuk remaja adalah pubertas
(tumbuhnya tanda-tanda seksual sekunder).
f) Dewasa (Adulthood) : bisa mengandung banyak arti. Tergantung
dari sudut pandangnya, bahkan bisa saling bertentangan.
9

TEORI-TEORI PENUAAN
A. Definisi Proses Menua
Proses penuaan adalah proses dimana umur seseorang bertambah
dan mengalami perubahan. Semakin bertambahnya umur maka fungsi
organ juga mengalami penurunan. Banyak factor yang dapat
mempengaruhi terjadinya penuaan yang dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu faktor genetik yang melibatkan perbaikan DNA, respon terhadap
stres dan pertahanan terhadap antioksidan. Selanjutnya faktor lingkungan
meliputi pemasukan kalori, berbagai macam penyakit dan stres dari luar,
misalnya radiasi atau bahan-bahan kimiawi. Kedua faktor tersebut akan
mempengaruhi aktivitas metabolism sel yang menyebabkan stres oksidasi
sehingga terjadinya kerusakan sel dan terjadinya proses penuaan
(Sunaryo, et.al, 2016).
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Menua
1. Hereditas atau ketuaan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalamn hidup
5. Lingkungan
6. Stress
C. Teori-Teori Proses Penuaan
Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016)
terdapat beberapa teori penuaan (aging process) yaitu:
1. Teori Biologis. Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam
kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal dunia, perubahan
yang terjadi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang
bersifat patologi. Proses menua merupakan terjadinya perubahan
struktur dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori biologis lebih
menekan pada perubahan struktural sel atau organ tubuh termasuk
pengaruh agen patologi.
2. Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon
perkembangannya. Perkembangan seseorang akan terus berjalan
10

walaupun seseorang tersebut telah menua. Teori psikologi terdiri dari


teori hierarki kebutuhan manusia maslow (maslow’s hierarchy
of human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar manusia dari
tingkat yang paling rendah (kebutuhan biologis/fisiologis/sex, rasa
aman, kasih saying dan harga diri) sampai tingkat paling tinggi
(aktualisasi diri). Teori individualisme jung (jung’s theory of
individualisme), yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu
ekstrover dan introver. Pada lansia akan cenderung introver, lebih suka
menyendiri. Teori delapan tingkat perkembangan erikson (erikson’s
eight stages of life), yaitu tugas perkembangan terakhir yang harus
dicapai seseorang adalah ego integrity vs disappear. Apabila
seseorang mampu mencapai tugas ini maka dia akan berkembang
menjadi orang yang bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa
hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan
kehidupannya berhasil).
3. Teori Kultural. Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan
Boneham (1992) yang menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang
berpengaruh pada budaya yang dianutnya. Budaya merupakan sikap,
perasaan, nilai dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah
dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang dimiliki sejak ia
lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.
4. Teori Sosial. Teori social dikemukakan oleh Lemon (1972) yang
meliputi teori aktivitas (lansia yang aktif dan memiliki banyak
kegiatan sosial), teori pembebasan (perubahan usia seseorang
mengakibatkan seseorang menarik diri dari kehidupan sosialnya) dan
teori kesinambungan (adanya kesinambungan pada siklus kehidupan
lansia, lansia tidak diperbolehkan meninggalkan peran dalam proses
penuaan).
5. Teori Genetika. Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965)
bahwa proses penuaan memiliki komponen genetilk. Dilihat dari
pengamatan bahwa anggota keluarga yang cenderung hidup pada
umur yang sama dan mereka mempunyai umur yang rata-rata
11

sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat kecelakaan atau


penyakit.
6. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh. Mutasi yang berulang-ulang
mengakibatkan sistem imun untuk mengenali dirinya berkurang
sehinggal terjadinya kelainan pada sel, perubahan ini disebut
peristiwa autoimun (Hayflick,2012)
7. Teori Menua Akibat Metabolisme. Pada zaman dahulu disebut
lansia adalah seseorang yang botak, kebingungan, pendengaran
yang menurun atau disebut dengan “budeg” bungkuk, dan beser
atau inkontinensia urin (Martono, 2006).
8. Teori Kejiwaan Sosial. Teori kejiwaan sosial meliputi activity
theory yang menyatakan bahwa lansia adalah orang yang aktif dan
memiliki banyak kegitan social. Continuity theory adalah perubahan
yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimilikinya, dan disengagement theory adalah akibat bertambahnya
usia seseorang mereka mulai menarik diri dari pergaulan.

Perubahan Bio-Psiko-Spiritual-Cultural Yang Lazim Terjadi Pada Proses


Menua

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan


secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan
pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
perasaan, sosial dan sexual (Azizah dan Lilik M, 2011).

Perubahan Masalah
12

1. Perubahan Fisik a. Sistem Indra. Sistem pendengaran; Prebiakusis


(gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit
mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering
dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula
sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
c. Sistem Muskuloskeletal. Perubahan sistem
muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago,
tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak
teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada
persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi
rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung kearah progresif, konsekuensinya
kartilago pada persendiaan menjadi rentan
terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya
kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian
dari penuaan fisiologi, sehingga akan
13

mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut


akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan
fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada
penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah
dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada
lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler. Perubahan pada sistem
kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena
perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin,
klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem respirasi. Pada proses penuaan terjadi
perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkompensasi kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan
sendi torak mengakibatkan gerakan
pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme. Perubahan yang
terjadi pada sistem pencernaan, seperti
penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi
yang nyata karena kehilangan gigi, indra
14

menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa


lapar menurun), liver (hati) makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan. Pada sistem perkemihan
terjadi perubahan yang signifikan. Banyak
fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya
laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
h. Sistem saraf. Sistem susunan saraf mengalami
perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia
mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-
hari.
i. Sistem reproduksi. Perubahan sistem
reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara.
Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan
secara berangsur-angsur.
2. Perubahan Kognitif a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quotient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decision Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
15

3. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental


:
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya
organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul
kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan
kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan
hubungan dengan teman dan famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik,
perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
4. Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi
dalam kehidupannya. Lansia semakin matang
(mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.
5. Perubahan b) Duka cita (Bereavement). Meninggalnya pasangan
Psikososial hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangan dapat meruntuhkan pertahanan jiwa
yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c) Depresi. Duka cita yang berlanjut akan
menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut
menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat
disebabkan karena stres lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
d) Gangguan cemas. Dibagi dalam beberapa
16

golongan: fobia, panik, gangguan cemas


umum, gangguan stress setelah trauma dan
gangguan obsesif kompulsif, gangguan- gangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa
muda dan berhubungan dengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau
gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
e) Parafrenia. Suatu bentuk skizofrenia pada lansia,
ditandai dengan waham (curiga), lansia sering
merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau berniat membunuhnya. Biasanya terjadi
pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
f) Sindroma Diogenes. Suatu kelainan dimana lansia
menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan
bau karena lansia bermain-main dengan feses
dan urin nya, sering menumpuk barang
dengan tidak teratur. Walaupun telah
dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang
kembali.
17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupan. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan mengalami
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaaan.(Wahyudi,
2008). Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006 dalam Kholifah, 2016).
Dalam kehidupan setiap keluarga terdapat tahap-tahap yang diprediksi.
seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang berturut-turut, keluarga sebagai sebuah unit yang juga
mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut.
18

DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan LanjutUsia. Edisi 1.


Yogyakarta : Graha Ilmu
2. Darmojo RB, Mariono, HH (2004). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi ke-3.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Depkes RI (2005). Pedoman pembinaan Kesehatan Lanjut Usia. Jakarta
4. Kemenkes RI (2014).Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI. Jakarta
5. Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Reni Yuli Aspiani. (2014). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik. Aplikasi : NANDA, NIC, NOC, Jilid1, Jakarta
6. Sarif La Ode (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda,
NIC, NOC, Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta:
Nuha Medika
7. Stanley, M &Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Ed.2.Jakarta: EGC Tantut Susanto. (2013). Keperawatan Gerontik. Digital
Repository. Universitas Jember.
8. Undang-Undang No 13 (1998). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA
9. A.Rahman, Istianah. 2003. Psikologi Perkembangan. Makassar : Alauddin
University Press.
10. Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
11. Sudarwan, Danim. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai