Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT LANSIA

DENGAN DIABETES MELITUS

Kelompok II

1. Nur Nadhilah I.D.S. Baranuddin 2117008

2. FransiskaFebriana 2117020

3. MaslindaGolengSina 2117001

4. FhitrahTambiyo 2117010

5. Donalsubong 2117016

6. Supriadisarafu 2117029

7. Melkianus 2117033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang mana atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas

makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Komunitas IV. Kami sebagai penyusun berharap semoga

makalah ini bermanfaat bagi kami sendiri maupun pembaca lainnya.

Mungkin terdapat kesalahan yang tidak kami sadari dalam

pembuatan makalah ini. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari

dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Komunitas IV maupun

teman-teman selaku pembaca.

Dengan segala kerendahan hati kami selaku penyusun

mengucapkan terima kasih.

Makassar,12 September 2020

KELOMPOK II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi

didalam kehidupan manusia. Proses penuaan adalah siklus

kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya

berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin

rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat

menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan

pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain

sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia

sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,

serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-

fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem

endokrin khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut

pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan

psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan

sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada

activity of daily living (Fatmah, 2010). Usia harapan hidup lansia di

Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan,

status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial

ekonomi yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun

meningkat. Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia.

Diantara individu yang berusia >65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe


II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti lansia (Steele,

2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation

menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM.

Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap

tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan

mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari

angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan

Indonesia (Tandra, 2017). Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak

28.858 kasus diderita usia 45-64 tahun, yang terdiri 4.438 DMTI

(Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 24.420

DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.

Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri

3.820 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1

dan 7.392 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau

DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang, 2010). Diabetes

melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak

tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin

meningkat pada lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes

melitus di beberapa negara berkembang akibat peningkatan

kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh

banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan

perubahan gaya hidup terutama di kota besar menyebabkan

peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum :Mengetahui asuhan keperawatan pada klien

lansia dengan diabetes mellitus.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui definisi diabetes mellitus

b. Mengetahui etiologi diabetes mellitus

c. Mengetahui gambaran klinis diabetes mellitus

d. Melakukan pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus

e. Menyusun intervensi pada kliendengan diabetes mellitus


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI LANSIA

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang

hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai

sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah,

yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu

anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara

biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit

mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan

lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2018).

PENYEBAB TERJADINYA PENUAAN PADA LANSIA

Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui

proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat

dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang

menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang

menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal

adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat,

kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar


ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan.

Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar

dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa, 2014).

B. PERUBAHAN LANSIA PADA SISTEM ENDOKRIN

Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan

kadar gula puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya

intoleransi glukosa ini adalah faktor diet, obesitas, kurangnya

olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu

sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai

gejala, dan sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada

sistem endokrin akibat proses menua:

1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini

adalah glukosa darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.

2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari

hal ini adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200

mg/dL dianggap normal.

3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari

hal ini adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.

4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit

menurun, dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi

dari hal ini adalah serum T3 dan T4 tetap stabil.


C. PATOFISIOLOGI PENYAKIT DIABETES AKIBAT PENUAAN

Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang

melibatkan berbagai sistem fisiologi, yang paling kritis adalah

melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi vaskular, renal,

neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes

dapat terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-

perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin

untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2016).

Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang

untuk mengalami diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang

dominan. Diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi bila

seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endigen yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini

terutama dialami oleh orang yang lebih muda. Diabetes mellitus

tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling sering

pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki

tipe NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas

daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin

(Stanley, Mickey, 2016).

NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia,

adalah ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa

alasan. Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam


hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan

perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang

telah mengalami penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom

hiperglikemia hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes

yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan

osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara

lansia (Stanley, Mickey, 2016).

D. KARAKTERISTIK PENYAKIT DIABETES MELLITUS PADA

LANSIA

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik

dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah

(hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang

dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu

dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi

pankreas yang berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam

darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (American

Diabetes Assosiation, 2004 dalam Smeltzer&Bare, 2018).

Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM

tipe 2. DM tipe 1 disebabkan karena kurangnya insulin secara

absolut akibat proses autoimun sedangkan DM tipe 2 merupakan

kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang

umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan

resistensi insulin (American Council on Exercise, 2001;


Smeltzer&Bare, 2008). DM tipe 2 berlangsung lambat dan

progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang dialami

pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas,

poliuria,polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer&Bare,

2018).

E. PENCEGAHAN

1. Pencegahan primer

Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan.

Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15%

protein, dan 75% karbohidrat kompleks direkomendasikan

untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam

diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga

meningkatkan aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2016).

Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.

Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah,

merupakan permulaan yang sanga baik untuk para pemula.

2. Pencegahan sekunder

a. Penapisan

Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai

komponen dari penapisan, tetapi hasil yang negatif

dalam gejala ringan yang lain tidak dapat dianggap

sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral

pada umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan

indikator yang dapat diandalkan daripada kadar glukosa


darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan

diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey,

2016).

b. Nutrisi

Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan

makan dapat mengambil kesempatan untuk memberikan

pendidikan kepada klien tentang prinsip umum nutrisi

yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang

membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari,

memilih sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan

memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka

(Stanley, Mickey, 2016).

c. Olahraga

Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara

langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan

mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina

dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan

sirkulasi. Walaupun berenang dan berjalan cepat telah

dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik untuk lansia

dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama

bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan

manfaat paling banyak. Seseorang dengan NIDDM

harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari

(Stanley, Mickey, 2016).


d. Pengobatan

Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam

memodifikasi kadar gula darah dan gejala-gejala, terapi

agens oral dan insulin akan diperlukan untuk menambah

suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2016)


BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Skenario Kasus

Di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun terdapat

penduduk yang menderita diabetes melitus berjumlah 300

orang, 55 % wanita yaitu sebanyak 180 orang dan 45 % laki-

laki sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk yang

menderita diabetes melitus tersebut sebanyak 150 orang (50

%) usia dewasa dan 30% usia lansia sebanyak 90 orang,

serta 20% ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari data tersebut

diketahui Diabetes Melitus dengan tipe IDDM 25% sebanyak

75 orang, NIDDM 35% sebanyak 105 orang, dan DM dengan

gangren 30% sebanyak 90 orang, serta DM gestasional

sebanyak 30 orang (10 %). Dari penduduk yang menderita

DM sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin

memeriksakan kadar gula darahnya.

Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi : pengkajian status

kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan,

dan perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan

keperawatan melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat

dan pimpinan wilayah tersebut.


A. Pengkajian

Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner

meliputi : data inti dan data sub sistem.

1. Data Inti Komunitas

a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

1) Lokasi :

a) Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Timur

b) Kabupaten/ kotamadya : Pacitan

c) Kecamatan : Sumber Asri

d) Kelurahan : Margorukun

e) RW : 05

f) RT : 03

g) Luas wilayah : 5.220 m2

h) Batas wilayah/wilayah

- Utara : Jalan raya melati

- Selatan : RT 06 /RW 04

- Barat  : RT 07

- Timur  : RT 18/ RW 03

i) Keadaan tanah menurut pemanfaatannya

j) Pemukiman : 4550 m2

2) Data demografi

a) Jumlah penderita hipertensi : 250 orang

b) Jumlah penderita TB Paru : 65 orang

c) Jumlah penderita asma : 20 orang


3) Jumlah penderita DM : 300 orang

a) Berdasarkan jenis kelamin

- Laki-laki : 120 orang (45 %)

- Perempuan : 180 orang (55 %)

b) Berdasarkan kelompok penderita DM

- Anak-anak :-

- Remaja :-

- Dewasa : 150 orang (50 %)

- Lansia : 90 orang (30 %)

- Ibu hamil : 60 orang (20%)

- Jumlah penderita DM gangren : 90 orang

c) Berdasarkan agama

- Islam : 20 orang (80%)

- Kristen : 30 orang (10%)

- Hindu : 15 orang (5%)

- Budha : 15 orang (5%)

- Katolik :-

d) Berdasarakan suku bangsa

- Jawa : 210 orang (70%)

- Madura : 75 orang (25%)

- Sunda : 9 orang (3%)

- WNI keturunan : 6 orang (2%)

e) Suku bangsa

- Jawa : 210 orang (70%)


- Madura : 75 orang (25%)

- Sunda : 9 orang (3%)

- WNI keturunan : 6 orang (2%)

f) Status perkawinan

- Kawin : 195 orang (65%)

- Tidak kawin : 60 orang (20%)

- Duda : 30 orang (10%)

- Janda : 15 orang (5%)

2. Data sub system

a. Data lingkungan fisik

1) Sumber air dan air minum

a) Penyediaan Air bersih

- PAM                         : 180 orang (60%)

- Sumur             : 120 orang (40%)

- Sungai               :-

b) Penyediaan air minum

- PAM                     : 150 orang (50%)

- Sumur               : 90 orang (30%)

- Sungai               :-

- Lain-lain/air mineral     : 60 orang (20%)

c) Pengolahan air minum

- Selalu dimasak          : 300 orang (100%)

- Air mentah          :-
2) Saluran pembuangan air/sampah

a) Kebiasaan membuang sampah

- Diangkut petugas         : 30%

- Dibuang sembarangan   : 70%

b) Pembuangan air limbah

- Got/parit              : 100%

- Sungai                      :-

c) Keadaan pembuangan air limbah

- Baik/lancar               : 25%

- Kotor                  : 75%

3) Jamban

a) Kepemilikan jamban

- Memiliki jamban    : 80%

- Tidak memiliki jamban : 20%

b) Macam jamban yang dimiliki

- Septitank                 : 75%

- Disungai                        : 25%

c) Keadaan jamban

- Bersih                         : 45%

- Kotor                  : 55%

4) Keadaan rumah

a) Tipe rumah

- Tipe A/permanen        : 210 orang (70%)

- Tipe B/semipermanen    :  75 orang (25%)


- Tipe C/tidak permanen  :  15 orang (5%)

b) Status rumah

- Milik rumah sendiri    : 180 orang (60%)

- Kontrak                       : 120 orang (40%)

c) Lantai rumah

- Tanah            : 30 orang (10%)

- Papan                      : 90 orang (30%)

- Tegel/keramik             : 180 orang (60%)

d) Ventilasi

- Ada                           : 240 orang (80%)

- Tidak ada           : 60 orang (20%)

e) Luas kamar tidur

- Memenuhi syarat           : 180 orang (60%)

- Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)

f) Penerangan rumah oleh matahari

- Baik               : 120 orang (40%)

- Cukup                     : 150 orang (50%)

- Kurang                      : 30 orang (10%)

5) Halaman rumah

a) Kepemilikan pekarangan

- Memiliki                     : 240 orang (80%)

- Tidak memiliki    : 60 orang (20%)

b) Pemanfaatan pekarangan

- Ya                               : 270 orang (90%)


- Tidak                           : 30 orang (10%)

6) Fasilitas umum dan kesehatan

a) Fasilitas umum

(1) Sarana kegiatan kelompok

- Karang taruna           : 1 kelompok

- Pengajian                         : 2  kelompok

- Ceramah agama              : 1  kelompok

- PKK                               : 1 kali per bulan

(2) Tempat perkumpulan umum

- Balai desa                          : ada (1 buah)

- Dukuh                               : ada (1 buah)

- RW                                    : ada (1 buah)

- RT                                     : ada (1 buah)

- Masjid/Mushola                : ada (2 buah)

b) Fasilitas kesehatan

(1) Pemanfaatan fasilitas kesehatan

Puskesmas                   : 150 orang (50%)

Rumah sakit                    : 50 orang (16,6%)

Para dokter swasta           : 25 orang (8,3%)

Praktek kesehatan lain    : 75 orang (25%)

(2) Kebiasaan check up kesehatan

Rutin tiap bulan              : 90 orang (30%)

Jarang                            : 210 orang (70%)


7) Ekonomi

a) Karekteristik pekerjaan

PNS/ABRI                    : 60 orang  (20%)

Pegawai swasta              : 60 orang  (20%)

Wiraswasta                     : 30 orang  (10%)

Buruh tani/pabrik           : 150 orang (50%)

c) Penghasilan rata-rata perbulan

< dari UMR                   : 150 orang (50%)

UMR  – 1.000.000,00     :  90 orang (30%)

> dari UMR                    :  60 orang (20%)

d) Pengeluaran rata-rata perbulan

< dari UMR                     : 165 orang (55%)

UMR  – 1.000.000,00     : 105 orang (35%)

> dari UMR                     :  30 orang (10%)

e) Kepemilikan usaha

Toko                         :  30 orang (10%)

Warung makanan          :  15 orang (5%)

UKM                               :   9 orang (3%)

Tidak punya                    : 246 orang (82%)

8) Keamanan dan transportasi

a) Keamanan

(1) Diet makan

Kebiasaan makan makanan manis : 70%

(210 org)
Kebiasaan makan makanan berlemak : 20%

(60 org)

Lain-lain                                              : 10%

(30 org)

(2) Kepatuhan terhadap diet

Patuh : 25% (75 org)

Kadang-kadang : 30% (90 org)

Tidak patuh : 45% (135 org)

(3) Kebiasaan berolah raga

Sering                          : 15% (45 org)

Kadang-kadang  : 40% (120 org)

Tidak pernah : 45% (135 org)

(4) Kebiasaan sehari-hari

Memakai alas kaki

Setiap saat : 60% (180 org)

Saat di luar rumah : 30% (90 org)

Jarang memakai      : 10% (30 org)

(5) Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur

Sering             : 10% (30 org)

Kadang-kadang         : 15% (40 org)

Tidak pernah       : 75% (225 org)

b) Transportasi

(1) Fasilitas transportasi : Jalan raya, angkutan

umum, ambulan
(2) Alat transportasi yang dimiliki

Sepeda                  : 90 orang (30%)

Motor                           : 120 orang (40%)

Mobil                            : 6 orang (2%)

Lain-lain/ becak           : 84 orang (28%)

(3) Penggunaan sarana transportasi oleh

masyarakat

Angkutan umum          : 165 orang (55%)

Kendaraan pribadi       : 135 orang (45%)

c) Politik dan pemerintahan

- Struktur organisasi : ada

- Terdapat kepala desa dan perangkatnya

- Ada organisasi karang taruna

- Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk,

karang taruna, panti, posyandu)

- Kebijakan pemerintah dalam pelayanan

kesehatan ada yaitu puskesmas

- Kebijakan pemerintah khusus untuk

penyakit DM belum ada

- Peran serta partai dalam pelayanan

kesehatan belum ada

d) Sistem komunikasi

(1) Fasilitas komunikasi yang ada

 Radio                :  225 orang (75 %)


 TV                                 : 165 orang (55 %)

 Telepon/handphone       : 120 orang (40 %)

 Majalah/koran                 : 135 orang (45%)

(2) Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk

kelompok DM

 Poster  tentang diit DM                    : ada

 Pamflet tentang penanganan DM     : ada

 Leaflet tentang penanganan DM      : ada

(3) Kegiatan yang menunjang kegiatan DM

Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan

oleh petugas kesehatan dari Puskesmas : ada

tapi jarang

(4) Pendidikan

Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat

pendidikan formal

 SD : 135 orang (45%)

 SLTP : 90 orang (30%)

 SLTA : 60 orang (20%)

 Perguruan tinggi : 15 orang (5%)

(5) Rekreasi

 Tempat wisata yang biasanya dikunjungi

taman kota dan alun – alun.


 Ada program setahun sekali diadakan

program wisata bersama kader kesehatan

RT 05  RW 03 Kelurahan Margo Rukun.

Analisa Data

No Pengelompokan Data Etiologi Masalah


1 Ds  : Pengetahuan Ketidakpatuhan

Dari hasil wawancara di dapat yang kurang terhadap diit Di RT 3

tingkat pendidikan ada 50% RW 5 kelurahan Margo

warga yang tidak patuh Rukun

menjalankan diit

Do  :

- Data menyebutkan bahwa

tingkat pendidikan SD

sebanyak 135 orang (45%)

- Penyuluhan kader dari

masyarakat dan petugas

kesehatan dari puskesmas

jarang ada

- Kebiasaan masyarakat makan

makanan yang manis

sebanyak 210 orang (70%)


2 Ds: Faktor Ketidakpatuhan

Dari hasil wawancara didapat penghasilan masyarakat / penderita

ketidak patuhan masyarakat yang rendah DM melaksanakan

untuk melaksanakan check up check up kesehatan  Di

kesehatan sebanyak 219 orang RT 3 RW 5 kelurahan

(70%) Margo Rukun

Do:

- Sebanyak 210 orang jarang

check up/bulan

- Lulusan SD sebanyak 135

orang

- Lulusan SLTP sebanyak 90

orang

- Penghasilan < UMR sebanyak

150 orang

- Penghasilan UMR-1.000.000

sebanyak 90 orang

- Penghasilan > UMR 60 orang

3 Ds: Kurangnya Resiko peningkatan

Dari hasil wawancara didapat pengetahuan penderita ganggren Di

jumlah penderita DM 300 orang penderita DM RT 3 RW 5 kelurahan

tentang Margo Rukun


Do:
pencegahan
terjadinya luka
- Jumlah penderita DM dengan
ganggren
ganggren sebanyak 30%  (90

orang)

- Distribusi penderita DM

berdasarkan tingkat

pendidikan formal,

SD     : 45% (135 orang)

SLTP : 30% (90 orang)

SLTA : 20% (60 orang)

PT : 5%(15 orang)

- Sebanyak 210 orang (70%)

penderita DM tidak check up

secara rutin

- Kebiasaan sehari hari

penderita DM yang setiap saat

memakai alas kaki sebanyak

45 orang (15%),saat dilauar

rumah 75 orang (25%) dan

jarang memakai 180 orang

(60%)

Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan Pentingnya Perubahan Penyelesaian untuk Score
penyelesaian positif untuk peningkatan
masalah penyelesaian di kualitas hidup
1 : rendah komunitas 0 : tidak ada
2 : sedang 0 : tidak ada 1 : rendah
3 : tinggi 1 : rendah 2 : sedang
2 : sedang 3 : tinggi
3 : tinggi

Ketidakpatuhan 3 3 3 9
terhadap diit di RT 5
RW 3 kelurahan Margo
Rukun berhubungan
dengan  Pengetahuan
yang kurang
Ketidakpatuhan 3 2 1 6
masyarakat/penderita
DM melaksanakan
check up kesehatan di
RT 5 RW 3 kelurahan
Margo Rukun
berhubungan dengan 
faktor penghasilan yang
rendah
Resiko peningkatan 3 2 2 7
penderita ganggren di
RT 5 RW 3 kelurahan
Margo Rukun
berhubungan dengan 
Kurangnya
pengetahuan penderita
DM tenytang
pencegahan terjadinya
luka ganggren
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakpatuhan terhadap diit di RT 5 RW 3 kelurahan Margo

Rukun berhubungan dengan  kurangnya pengetahuan

2. Ketidakpatuhan masyarakat/penderita DM melaksanakan check

up kesehatan di RT 5 RW 3 kelurahan Margo Rukun

berhubungan dengan  faktor penghasilan yang rendah

3. Resiko peningkatan penderita ganggren di RT 5 RW 3

kelurahan Margo Rukun berhubungan dengan  Kurangnya

pengetahuan penderita DM tentang pencegahan terjadinya luka

ganggren
C. Intervensi

Diagnosa Tujuan Evaluasi


No Intervensi
Keperawatan Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar
Resiko peningkatan Setelah memberikan Setelah memberikan Respon Kelompok lansia
tindakan tindakan keperawatan Verbal mampu
penderita ganggren di
keperawatan selama 4x/minggu di harapkan menyebutkan
RT 5 RW 3 kelurahan
1 minggu di harapkan kelompok lansia dengan
Margo Rukun kelompok lansia mampu mengenal kalimatnya sendiri
dapat memahami penyakit DM : tentang defenisi
berhubungan dengan
tentang penyakit DM penyakit
Kurangnya pengetahuan
1. Meningkatkan hipertensi :
penderita DM tentang pengetahuan lansia 1. penyakit DM 1. Jelaskan kepada
tentang penyakit DM adalah kelompok lansia
pencegahan terjadinya
penyakit tentang defenisi
luka ganggren
metabolik penyakit hipertensi
dengan
karakteristik
peningkatan
2. Lansia rutin kadar glukosa
memeriksakan diri darah
kepetugas (hiperglikemia)
kesehatan. yang terjadi
akibat kelainan 2. Anjurkan
sekresi insulin, kelompok lansia
kerja insulin untuk
atau keduanya memeriksakan
kesehatannya
secara rutin.
2. Melakukan
pemeriksaan
kesehatan
salah satunya
pemeriksaan
kolestrol
secara rutin
yaitu
2x/minggu
3. Lansia paham 3. Mengurangi 3. Jelaskan kepada
tentang makanan pemakaian lansia mengenai
yang sehat dan baik bumbu makanan yang baik
untuk kesehatan sedaap pada di konsumsi untuk
masakan dan kesehatannya.
mengurangi
memakan
makanan
yang
mengandung
tinggi garam,
kafein dan
rokok.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai

dengan metabolism karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh

kekurangan insulin atau secara relative kekurangan insulin.

Klasifikasi diabetes mellitus yang utamaadalahtipeI : Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dantipe II : Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Faktor yang berkaitan dengan

penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah Umur yang berkaitan

dengan penurunan fungsi sel pancreas dan sekresi insulin, Umur yang

berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan

perubahan vaskuler, Obesitas, banyak makan, Aktivitas fisik yang

kurang, Penggunaan obat yang bermacam-macam, Keturunan,

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress. Pada DM lansia

tidak terjadi poliuria, polidipsia, akan tetapi keluhan yang sering muncul

adalah keluhan akibat komplikasi degenerative kronik pada pembuluh

darah dan saraf. Prinsip penatalaksanaan DM lansia adalah Menilai

penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada

pasien dan keluarganya, Menghilangkan gejala-gejala akibat

hiperglikemia,Lebih bersifat konservatif, Mengendalikan

glukosadarahdanberatbadan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adi, Soebagijo Soelistijo. 2015. Konsensus Pengelolaan Dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015. Jakarta:

PB. Perkeni Ed. Herman T.H., & Komitsuru. S. 2014.

2. Buku Ajar Fisiologi Kedoktera. Jakarta : EGC, 1022 Haida, Nurlaili

Kurnia Putri & Atoillah, Nurlaili Isfandiari. Hubungan Empat Pilar

Pengendalian Dm Tipe 2 dengan Rerata Kadar Gula Darah.

3. Average Blood Sugar and Diabetus Mellitus Type II Management

Analysis.Surabaya: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Airlangga Harfika, Meiana.

4. Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat

Inap Penyakit dalam Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang.

Kurniawan, Indra. 2010

5. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut.Volum: 60, Nomor: 12,

Desember 2010. Noor, Restyana Fatimah. 2015.

6. Diabetes Melitus Tipe 2. Volume 4 Nomor 5, Februari 2015.

Notoatmodjo, S. 2007.

7. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka

Cipta. PB PAPDI, 2009.

8. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Interna Publishing: Hlm 9-15.

PERKENI, 2011.

Anda mungkin juga menyukai