Anda di halaman 1dari 15

ESTEFANI LEWIER

KASUS HIPERBILIRUBINEMIA DEA ELIZABETH LAVENIA


WEEFLAAR
MUH. ANDHIKA PUTRA PRATAMA
XAVERIUS MARKUS KAAT
VHIO BLRGUR
KONSEP KASUS
HIPERBILIRUBINEMIA
1. Pengertian

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin dalam
tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari liper,
sistem biliary, atau sistem hematologi ( Atikah & Jaya, 2016 ). Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam
darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai dengan ikterus ( Mathindas, dkk , 2013 ).

Atikah dan Jaya, (2016), membagi ikterus menjadi 2 :


A. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir rendah, dan biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang
setelah minggu kedua. Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua dan ketiga. Bayi aterm yang mengalami hiperbilirubin memiliki kadar
bilirubin yang tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR 10 mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya ialah karna bayi
kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase.
B. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timnbul segera dalam 24 jam pertama, dan terus bertamha 5mg/dl setiap harinya, kadal bilirubin
untuk bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi prematur, kemudian menetap selama seminggu kelahiran
NEXT…
2. Etiolgi

Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan. Penyebab yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang
timbul akibat inkopatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini dapat pula timbul karna adanya perdarahan
tertutup (hematoma cepal, perdarahan subaponeurotik) atau inkompatibilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang peranan penting
dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaaan ini terutama terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Faktor lain yaitu hipoksia atau
asfiksia, dehidrasi dan asiosis, hipoglikemia, dan polisitemia (Atikah & Jaya, 2016).
NEXT…
3. Patofisiologi

Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi.
Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin
diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin direduksi menjadi
tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar. Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi, sehingga
meningkatkan bilirubin plasma total (Mathindas ,dkk, 2013). Bilirubin mengalami peningkatan pada beberapa keadaan. Kondisi yang sering
ditemukan ialah meningkatnya beban berlebih pada sel hepar, yang mana sering ditemukan bahwa sel hepar tersebut belum berfungsi
sempurna. Hal ini dapat ditemukan apabila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, pendeknya umur

eritrosit pada janin atau bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, dan atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik (Atikah &
Jaya, 2016).
Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar
dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal.
Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi
bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atikah & Jaya, 2016)
4. WOC
1. WOC
Kerusakan sel Defisiensi
Sel darah Hemolisis
darah merah protein “Y”
merah rusak
Hemoglobin

Heme Globin Uptake bilirubin


Immaturitas Etiologi
ke sel hepar gagal
hepar
Peningkatan
Biliverdin inkompatibilitas darah
Produksi bilirubin akan
bilirubin Fungsi hepar Rh, ABO , dan sepsis
terus bersirkulasi
terganggu
Gangguan konjugasi
bilirubin Kelainan sel
Gagal melakukan darah merah,
Pemecahan bilirubin hepar konjugasi infeksi
berlebihan

Suplai bilirubin Bilirubin


melebihi kemampuan gagal dipecah

Hepar gagal
berkonjugasi
Ikterus Neonatus
Bilirubin bersirkulasi Ikterus pada
kembali sklera dan leher,
peningkatan
bilirubin
>12mg/dl
Kadar bilirubin >12mg/dl Kadar bilirubin
>20mg/dl

Indikasi
Indikasi
fototerapi
Sistem Sistem Sistem Transfusi
pencernaan integumen Persyarafan tukar

Sinar intensitas
Kelebihan bilirubin tinggi
indirek Risiko Infeksi
Gangguan suhu
Bilirubin Akumulasi tubuh
Bayi malas
indirek terus bilirubin dalam
menyusu
bersirkulasi ke darah tidak di
jaringan ekskresiekskresikan Hipertermi Diare
perifer
Menumpuk dan
Nutrisi yang melekat di sel otak Risiko Kerusakan
Risiko
dicerna sedikit Ikterus Neonatus Integritas Kulit
Kekurangan
Kern Ikterus Volume Cairan
Resiko Infeksi
Risiko Cidera

Ketidakefektifan Kejang dan


Pola Makan Bayi penurunan
Kematian
kesadaran
5. RESPON TUBUH
 Sistem Eliminasi  Sistem Integumen

Pada bayi normal, feses akan berwarna kuning Pada bayi normal, kulit bayi akan tambah merah muda, akan tetapi pada

kehijauan, sementara pada bayi dengan bayi yang mengaami hiperbilirubin, kulit bayi akan tampak berwarna
kekuningan.
hiperbilirubin biasanya akan berwarna pucat. Hai
ini disebabkan oleh bilirubin tak larut dalam  Sistem Kerja Hepar (ekskresi hepar)

lemak akibat dari kerja hepar yang mengalami Pada bayi yang mengalami hiperbilirubin biasanya disebabkan oleh sistem
gangguan. kerja hepar yang imatur, akibat nya hepar mengalami gangguan dalam
 Sistem Pencernaan pemecahan bilirubin, sehingga bilirubin tetap bersirkulasi dengan
pembuluh darah untuk menyebar keseluruh tubuh.
Bayi dengan hiperbilirubinemia mengalami
gangguan pada nutrisi, karena biasanya bayi akan  Sistem Persyarafan

lebih malas dan tampak letargi, dan juga reflek Bilirubin indirek yang berlebihan serta kurang nya penanganan akan terus
menyebar hingga ke jaringan otak dan syaraf, hal ini sangat
sucking yang kurang, sehingga nutrisi yang akan
membahayakan bagi bayi, dan akan menyebabkan kern ikterus, dengan
dicerna hanya sedikit. tanda dan gejala yaitu kejang-kejang, penurunan kesadaran, hingga bisa
(Widagdo, 2012).
6. PENATALAKSANAAN
Menurut Atikah dan Jaya, 2016, cara mengatasi hiperbilirubinemia yaitu:

a. Mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian fenobarbital. Fenobarbital dapat bekerja sebagai
perangsang enzim sehingga konjugasi dapat dipercepat.
b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin
untuk meningkatkan bilirubion bebas.
c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata setelah dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri
dapat menurunkan bilirubin dengan cepat. Walaupun demikian fototerapi tidak dapat menggantikan transfusi
tukar pada proses hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan pasca transfusi tukar.
B.KEMUNGKINAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN
a. Ikterus Neonatus
b. Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi.
c. Risiko infeksi b.d proses invasif.

d. Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, efek fototerapi dan diare.
e. Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare.

f. Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses fototerapi.


g. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d penurunan daya hisap bayi. ( NANDA, 2015 )
C. INTERVENSI
Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen sebagai berikut:
a. Diagnosa yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi

Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA Nic-Noc. (Format terlampir)

Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan


tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensoi keperawatan dan merupakan
metode komunikasi tentang asuhan keperawatan pada pasien (Nursalam, 2011).
NEXT….
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Ikterus Neonatus Setelah dilakukan 1. Fototerapi: neonatus
b.d neonatus asuhan keperawatan, a. Kaji ulang riwayat
mengalami maka didapatkan maternal dan bayi
kesulitan transisi kriteria: mengenai adanya
kehidupan ekstra 1. Adaptasi bayi baru faktor risiko
uterin, lahir terjadinya
keterlambatan a. Warna kulit (5) hyperbilirubinemia.
pengeluaran b. Mata bersih (5) b. Observasi tanda-tanda
mekonium, c. Kadar bilirubin (warna) kuning.
penurunan berat (5) c. Periksa kadar serum
badan tidak bilirubin, sesuai
terdeteksi, pola 2. Organisasi kebutuhan, sesuai
makan tidak tepat (Pengelolaan) bayi protokol dan
dan usia ≤ 7 hari. prematur permintaan dokter.
a. Warna kulit (5) d. Edukasikan keluarga
mengenai prosedur
3. Fungsi hati , resiko dalam perawatan
gangguan. isolasi.
a. Pertumbuhan e. Tutup mata bayi,
dan hindari penekanan
perkembangan yang berlebihan.
bayi dalam f. Ubah posisi bayi
batas normal.(5) setiap 4jam per
b. Tanda-tanda protokol.
vital bayi dalam
batas normal(5). 2. Monitor tanda vital
a. Monitor nadi, suhu,
dan frekuensi
pernapasan dengan
tepat.
b. Monitor warna kulit,
suhu, dan
kelembaban.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.

d. Tanda tangan perawat pelaksana. (Format terlampir)

Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan
dari rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.

Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai hasil dari keperawatan neonatus
yang sudah dilakukan sudah teratasi atau belum teratasi. Melalui kegiatan evaluasi,
perawat dapat menilai pencapaian tujuan dari tindakan keperawatan neonatus.
NEXT…..
Hari/tgl Diagnosis Implementasi Evaluasi Paraf
Ikterus neonatus S:  
Selasa/23 1) Melakukan pengkajian ulang mengenai
Mei 2017 riwayat maternal dan bayi mengenai - Dokter mengatakan kuning pada tubuh bayi
adanya faktor risiko terjadinya masih ada.
hiperbilirubinemia. - Perawat ruangan mengatakan bayi masih
2) Mengobservasi tanda-tanda ikterus.
membeutuhkan fototerapi.
O:
3) Menutup mata bayi dengan penutup
berwarna hitam, dan hindari penekanan. - Tampak kuning pada sklera, wajah, leher,
4) Mengubah posisi bayi per 4jam.
hingga pusar.
- Bayi masih malas, dan suka tidur.
5) Memonitor warna kulit, suhu, dan
- Fototerapi masih dilanjutkan.
kelembaban.
- Kulit masih kering.
A:

- Masalah ikterus neonatus belum teratasi.


P:
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai