Disusun oleh,
Dosen Pembimbing
1.1 DEFINISI
Hiperbilirubin adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam darah. Istilah
hiperbilirubin merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi dalam darah dan
ditandai dengan jaundis atau ikterus, suatu perwarna kuning pada kulit, sklera dan kuku.
Hiperbilirubin merupakan temuan biasa pada bayi baru lahir dan pada kebanyakan kasus
relatif jinak. Akan tetapi hal ini bisa juga menunjukan keadaan patologis.
Hiperbilirubin dapat terjadi akibat peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi maupun
terkonjugasi. Bentuk tidak terkonjugasi merupakan tipe yang biasa terlihat pada bayi baru
lahir.
1.2 ETIOLOGI
Etiologi yang sering ditemukan ialah : hiperbilirubin fisiologik, inkompabilitas
golongan darah ABO dan Rhesus, breast milk jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang
diabetes mellitus, dan polisitemia/hiperviskositas.
Etiologi yang jarang ditemukan yaitu : difisiensi G6PD, difisiensi piruvat kinase,
sferositosis congenital, sindrom Lucey-Driscoll, penyakit Crigler-Najjar, hipotiroid, dan
hemoglobinopati.
Selain itu ada juga kuning yang terjadi pada bayi. Bayi baru lahir biasanya
mengalami kuning pada usia 2-3 hari yang bisa berlangsung hingga usia 7-14 hari. Hal
ini karena terjadi pemecahan sel darah merah bayi untuk diganti dengan sel darah
merah yang baru. Kuning yang muncul diluar dari periode waktu ini seringkali tidak
normal dan perlu mendapat perhatian dokter. Kuning yang abnormal dapat terjadi
karena ketidakcocokan dengan golongan darah ibu atau kurang minum ASI.
Menumpuknya
Produksi Bilirubin Ggn. Proses konjugasi Tidak adanya ikatan bilirubin dalam darah
Meningkat dalam sel hepar bilirubin yang akan
(REH) menuju ke hati.
HIPERBILIRUBIN
RESIKO INJURY
Fototherapi INTERNAL
RESIKO
GANGGUAN
INTEGRITAS
KULIT
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan golongan darah
Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
serta menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani
pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu
adalah O dengan Rh-positif, perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat. Jika
darah bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.
- Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir. Hasil positif tes Coomb indirek
menandakan adanya antibodi Rh-positif, anti-A, atau anti-B dalam darahibu. Hasil
positif dari tes Coomb direk menandakan adanya sentisasi (Rh- positif, anti-A, anti-
B) sel darah merah dari neonatus.
- Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
- Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5mg/dl,
yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidakterkonjugasi) tidak
boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih dari 20
mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi praterm (tergantung pada
berat badan).
- Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunankapasitas
ikatan, terutama pada bayi praterm.
- Hitung darah lengkap: Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari 14g/dl)
karena hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih besardari 65 %) pada
polisitemia, penurunan (kurang dari 45 %) denganhemolisis dan anemia berlebihan.
- Glukosa : kadar Dextrostix mungkin kurang dari 45 % glukosa darahlengkap
kurang dari 30 mg/dl, atau tes glukosa serum kurang dari 40mg/dl bila bayi baru
lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan simpananlemak dan melepaskan asam
lemak.
1.8 PENATALAKSAAN MEDIS
1. Fototerapi
Fototerapi atau terapi cahaya adalah bentuk pengobatan untuk kulit dengan
menggunakan panjang gelombang cahaya buatan dari ultraviolet (cahaya biru),
bagian dari spectrum matahari. Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter
biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%
sebelum transfuse tukar atau sesudah transfuse tukar. Fototerapi terdiri atas
pemberian lampu fluoresen ke kulit bayi yang terpajan. Cahaya membantu ekskresi
bilirubin dengan cara fotoisomerasi, yang mengubah struktur bilirubin menjadi
bentuk larut (lumirubin) agar ekskresinya lebih mudah. Beberapa studi
menunjukkan bahwa lampu fluoresen biru lebih efektif dalam menurunkan
bilirubin. Akan tetapi, karena cahaya biru dapat mengubah warna bayi, maka yang
lebih disukai adalah lampu fluoresen cahaya normal dengan spectrum 420 sampai
460 nm sehingga asuhan kulit bayi dapat diobservasi lebih baik mengenai warnanya
(jaundis, palor, sianosis) atau kondisi lainnya. Agar fototerapi efektif, kulit bayi
harus terpajan penuh terhadap sumber cahaya dengan jumlah yang adekuat. Bila
kadar bilirubin serum meningkat sangat cepat atau mencapai kadar kritis,
dianjurkan untuk memberi fototerapi dosis ganda atau intensif; teknik ini
melibatkan pemberian lampu overhead konvensional sementara itu bayi berbaring
dalam selimut fiberoptik. Warna kulit bayi tidak memengaruhi efisiensi pemberian
fototerapi. Hasil terbaik terjadi dalam 24 sampai 48 jam pertama terapi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar ialah :
Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam, untuk
menghindarkan turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang digunakan.
Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena sinar
Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya untuk
mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas saat pemberian minum dan
kunjungan orang tua untuk memberikan rangsang visual pada neonatus.
Pemantauan iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata.
Daerah kemaluan ditutup, dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya
untuk melindungi daerah kemaluan dari cahaya fototerapi
Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm di atas tubuh bayi, untuk
mendapatkan energy yang optimal.
Posisi bayi diubah tiap 8 jam, agar tubuh mendapat penyinaran seluas mugkin
Suhu tubuh diukur 4-6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu.
Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine, feses, dan muntah
diukur, catat dan dilakukan pemantauan tanda dehidrasi.
Hidrasi bayi diperhatikan, bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan
Lamanya terapi sinar dicatat.
Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang mendapat terapi sinar adalah :
3. Terapi Obat
Fenobarbital memperbesar konjugasi dan ekskresi bilirubin. Pemberiannya akan
membatasi perkembangan ikterus fisiologis pada bayi baru lahir bila diberikan pada
ibu dengan dosis 90 mg/24 jam sebelum persalinan atau pada bayi saat lahir dengan
dosis 10 mg/Kg/24 jam. Meskipun demikian, fenobarbital tidak secara rutin
dianjurkan untuk mengobati ikterus pada bayi neonatus. Karena :
1. Pengaruhnya pada metabolisme bilirubin biasanya tidak terlihat sebelum
memcapai beberapa hari pemberian.
2. Efektivitas obat ini lebih kecil daripada fototerapi dalam menurunkan kadar
bilirubin
3. Dapat mempunyai pengaruh sedative yang tidak menguntungkan
4. Tidak menambah respons terhadap fototerapi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Nutrisi : ASI yang diberikan pada bayi mempengaruhi tingginya tingkat
hiperbilirubin yang berkaitan dengan konjugasi dan ekskresi bilirubin.
2. Aktifitas : Pada bayi ikterus gerakan lemah, tidak aktif, dan letargis.
3. Eliminasi : BAK biasanya pada bayi ikterus warna urin gelap atau urin positif
mengandung hiperbilirubin, konsistensi BAB feses berwarna terang.
Vital Sign
1. Frekuensi Nadi : Pada bayi dengan ikterus frekuensi nadi normal yaitu sama
dengan bayi lahir normal.
2. Pernapasan : Pada bayi dengan ikterus frekuensi pernapasan yaitu lebih dari 60
kali/menit (takipnea).
3. Suhu Tubuh : Suhu tubuh pada bayi ikterus akan mengalami ketidakstabilan.
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Pada bayi ikterus terlihat menguningnya atau jaringan lain di kepala
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh.
2. Muka : Tanda klinis pada bayi ikterus pada muka yaitu pada puncak hidung dan
mulut berwarna kuning.
3. Mata : Sklera pada bayi ikterus berwarna kuning.
4. Kulit : Pada bayi dengan ikterus kulit berwarna kuning akibat akumulasi
bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
5. Dada : Pada bayi ikterus dada berwarna kuning.
6. Abdomen : Pada bayi dengan ikterus tanda klinis pada abdomen yaitu perut
bayi berwarna kuning dan memeriksa adanya pembesaran hati dan
limpa.
7. Ekstremitas : Pada bayi dengan ikterus tanda klinis pada ekstremitas yaitu kaki
dan tangan terdapat warna kuning.
8. Genetalia : Pada bayi dengan ikterus ketika BAK warna urine gelap.
9. Anus : Pada bayi dengan ikterus pengeluaran BAB pada warna feses bayi
akan lebih terang.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Resiko gangguan integritas kulit b.d penumpukan bilirubin dalam darah.
2. Resiko injury internal b.d Kern Ikterik
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
C. Intervensi Keperawatan
1. Dx : Resiko gangguan intergritas kulit b.d penumpukan bilirubin dalam darah.
Tujuan : Diharapkan integritas kulit kembali baik/normal.
KH : - Kadar bilirubin dalam batas normal.
- Kulit tidak berwarna kuning/warna kuning mulai berkurang
- Tidak timbul lecet akibat penekanan kulit yang terlalu lama.
No Intervensi Rasional
1 Kaji warna kulit setiap 8 jam Perubahan warna kulit dapat
menunjukkan adanya peningkatan kadar
bilirubin dalam darah dan juga tanda-
tanda infeksi kulit.
2 Ubah posisi setiap 2 jam Mencegah penekanan kulit pada daerah
tertentu dalam waktu lama
3 Masase daerah yang menonjol Melancarkan peredaran darah sehingga
mencegah luka tekan didaerah tersebut
4 Bersihkan kulit saat terkena kotoran Kebersihan perlu dijaga untuk
menghindari terjadinya infeksi pada anak.
5 Meminimalkan pajanan kulit terhadap Kelembaban kulit yang berlebihan dapat
kelembaban menyebabkan kerusakan pada kulit
6 Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, Untuk mencegah pemajanan sinar yang
bila kadar bilirubin turun menjadi 7,5 mg% terlalu lama
fototerapi dihentikan
No Intervensi Rasional
1 Perhatikan kelompok dan golongan darah Inkompatibilitas ABO mempengaruhi
ibu/bayi. 20% darah selama kehamilan dan paling
umum terjadi pada ibu dengan golongan
darah O, yang AB-nya anti-A dan anti-B
melewati sirkulasi janin menyebabkan
aglutinasi dan hemolisis SDM.
Serupa dengan itu, bila ibu Rh (-)
sebelumnya telah disentisasi oleh antigen
Rh-positif, antibody melewati plasenta
dan bergantung pada SDM janin
menyebabkan hemolisis.
2 Tinjau ulang kondisi bayi pada kelahiran, Asfiksia dan asidosis merupakan afinitas
contoh asfiksia atau asidosis. bilirubin terhadap albumin.
3 Pertahankan bayi tetap hangat dan kering. Stress dingin berpotensi melepaskan asam
Pantau kulit dan suhu inti dengan sering. lemak, yang bersaing pada sisi ikatan pada
albumin, sehingga meningkatkan kadar
bilirubin yang bersirkulasi dengan bebas.
4 Mulai pemberian makan oral awal dalam 4-6 Keberadaan flora usus yang sesuai untuk
jam kelahiran, khususnya bila bayi diberi ASI. pengurangan bilirubin terhadap
Kaji bayi terhadap tanda-tanda hipoglikemia. urobilinogen, turunkan sirkulasi
enterohepatik bilirubin (melintasi hepar
dengan duktus venosus menetap).
Hipoglikemia memerlukan penggunaan
simpanan lemak untuk asam lemak
pelepas energi, yang bersaing dengan
bilirubin untuk bagian ikatan pada
albumin.
5 Observasi bayi dalam sinar alamiah, Mendeteksi bukti/derajat ikterik yang
perhatikan sklera dan mukosa oral, bagian dimulai dari ikterik jelas pada kadar
posterior dari palatum keras dan kantung bilirubin lebih besar dan 7-8 mg/dL pada
konjungtiva pada bayi baru lahir yang berkulit bayi cukup bulan. Perkiraan derajat ikterik
gelap yang dimulai dari kepala ke jari kaki, 4-8
mg/dL, batang tubuh 5-12 mg/dL, lipat
paha 8-16 mg/dL, lengan/kaki 11-18
mg/dL dan tangan/kaki 15-20 mg/dL.
6 Kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium Bilirubin tampak 2 bentuk : bilirubin
sesuai indikasi (bilirubin direk dan indirek) direk, yang dikonjugasi oleh enzim hepar
glukofenil transferase, dan bilirubin
indirek yang dikonjugasi dan tampak
dalam bentuk bebas dalam darah atau
terikat pada albumin.
Bayi potensial terhadap kenicterus
diprediksi paling baik melalui
peningkatan bilirubin indirek.
Peningkatan kadar bilirubin indirek 18-20
mg/dL pada bayi cukup bulan, atau lebih
besar dari 13-15 mg/dL pada bayi pratern
atau bayi sakit adalah bermakna.
No Intervensi Rasional
1 Anjurkan ibu untuk memberi ASI atau formula Pemasukan makanan ke dalam lambung
dengan perlahan selama 10 menit dengan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
perlahan respon balik dengan regurgitasi
peningkatan resiko aspirasi dan distensi
abdomen.
2 Identifikasi pencetus mual Mengetahui sumber dari masalah
3 Ajarkan keluarga tentang makanan bergizi Memberikan solusi kepada keluarga untuk
yang baik untuk bayi memenuhi kebutuhan gizi bayi
4 Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, Turgor menurun, suhu meningkat HR
HR ) setiap 4 jam meningkat adalah tanda-tanda dehidrasi
5 Beri makanan sesering mungkin sesuai Bayi kurang dari 1250 gr (2 bl 12 OZ)
indikasi berdasarkan berat badan dan perkiraan diberi makan setiap jam, bayi antara 1500
kapasitas lambung dan 1800 (3 bulan OZ sampai 4 bl) diberi
makan setiap 3 jam.
6 Timbang BB setiap hari Mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Donna L. Wong. 2001. Buku ajar keperawatan pediatric Wong. Edisi ke-6. Volume 1. Alih
Bahasa Agus Sutarna, S.Kp, MNSc, Neti Juniarti, S.Kp, & dr. H.Y. Kuncara. Jakarta : EGC.
Donna L. Wong. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Alih Bahasa Monica
Ester, S.Kp. Jakarta : EGC.
https://books.google.co.id/books?id=4Tx-1B-
W4oAC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false