Anda di halaman 1dari 20

HIPERBILIRUBIN

Disusun oleh,

Yulia Adi Lestari


150210042
V A KEPERAWATAN

Dosen Pembimbing

(Fenny Kusumadewi S.Kep, M.Kep)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BANTEN
2017
HIPERBILIRUBIN

1.1 DEFINISI
Hiperbilirubin adalah akumulasi berlebihan dari bilirubin didalam darah. Istilah
hiperbilirubin merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi dalam darah dan
ditandai dengan jaundis atau ikterus, suatu perwarna kuning pada kulit, sklera dan kuku.
Hiperbilirubin merupakan temuan biasa pada bayi baru lahir dan pada kebanyakan kasus
relatif jinak. Akan tetapi hal ini bisa juga menunjukan keadaan patologis.
Hiperbilirubin dapat terjadi akibat peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi maupun
terkonjugasi. Bentuk tidak terkonjugasi merupakan tipe yang biasa terlihat pada bayi baru
lahir.

1.2 ETIOLOGI
Etiologi yang sering ditemukan ialah : hiperbilirubin fisiologik, inkompabilitas
golongan darah ABO dan Rhesus, breast milk jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang
diabetes mellitus, dan polisitemia/hiperviskositas.
Etiologi yang jarang ditemukan yaitu : difisiensi G6PD, difisiensi piruvat kinase,
sferositosis congenital, sindrom Lucey-Driscoll, penyakit Crigler-Najjar, hipotiroid, dan
hemoglobinopati.

1.3 KLASIFIKASI HIPERBILIRUBIN


1. Ikterus Fisiologik
Bentuk ikterus ini umumnya terjadi pada bayi baru lahir dengan kadar bilirubin
tak terkonjugasi pada minggu pertama >2 mg/dL. Pada bayi cukup bulan yang diberi
susu formula, kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dL pada hari
ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan
penurunan lambat besar 1 mg/dL selama 1 sampai 2 minggu. Pada bayi cukup bulan
yang mendapat ASI, kadar bilirubin puncak akan mencapai kadar yang lebih tinggi
(7-14 mg/dL) dan penurunan terjadi lebih lambat, bisa terjadi selama 2-4 minggu,
bahkan dapat mencapai 6 minggu. Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu
formula juga akan terjadi peningkatan kadar bilirubin dengan kadar puncak yang
lebih tinggi dan bertahan lebih lama, demikian pula dengan penurunannya bila tidak
diberikan fototerapi pencegahan. Peningkatan kadar bilirubin sampai 10-12 mg/dL
masih dalam kisaran fisiologik, bahkan hingga 12 mg/dL tanpa disertai kelainan
metabolisme bilirubin.
Frekuensi ikterus pada bayi cukup bulan dan kurang bulan ialah secara berturut
50-60% dan 80%. Umumnya fenomena ikterus ini ringan dan dapat membaik tanpa
pengobatan. Ikterus fisiologik tidak disebabkan oleh faktor tunggal tetapi kombinasi
dari berbagai faktor yang berhubungan dengan maturitas fisiologik bayi baru lahir.
Peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi dalam sirkulasi bayi baru lahir
disebabkan oleh kombinasi peningkatan ketersediaan bilirubin dan penurunan klirens
bilirubin.
2. Ikterus non-fisiologik
Jenis ikterus ini dahulu dikenal sebagai ikterus patologik, yang tidak mudah
dibedakan dengan ikterus fisiologik. Terdapatnya hal-hal dibawah ini merupakan
petunjuk untuk tindak lanjut, yaitu : ikterus yang terjadi sebelum usia 24 jam; setiap
peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi; peningkatan kadar
bilirubin total serum >0,5 mg/dL/jam; adanya tanda-tanda penyakit yang mendasar
pada setiap bayi (muntah, letargis, malas menetek, penurunan berat badan yang
cepat, apnea, takipnea, atau suhu yang tidak stabil); ikterus yang bertahan setelah
delapan hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan.

1.4 KLARIFIKASI JAUNDIS

Klasifikasi umum jaundice: pre-hepatik, hepatik dan post-hepatik.

1. Pre-hepatik (yaitu sebelum bilirubin dirombak oleh sel hati).


Pada kasus ini, kuning terjadi karena pemecahan sel darah merah yang meningkat
(hemolisis) melebihi kemampuan sel hati untuk membuang bilirubin dari dalam
darah. Contoh dari kondisi ini adalah: malaria, anemia sel sabit, sferositosis,
talasemia, defisiensi G6PD, obat-obatan, dan autoimun.
2. Hepatik (yaitu gangguan proses didalam organ hati)
Kuning dalam hal ini terjadi karena ketidakmampuan sel hati dalam merombak dan
membuang bilirubin. Misalnya : Hepatitis (baik karena virus maupun alcohol),
sirosis hepatis, obat-obatan, sindroma Crigler-Najjar, sindroma Gilbert, dan kanker
hati.
3. Post-hepatik (yaitu setelah bilirubin dibuang oleh hati)
Kuning disebabkan oleh adanya obstruksi atau sumbatan dalam saluran pembuangan
bilirubin. Penyebab sumbatan ini antara lain : batu empedu, kanker, penyempitan
saluran empedu, infeksi pada saluran empedu, kelainan empedu yang ada sejak lahir,
pancreatitis, parasit (misalnya cacing), dan kehamilan.

Selain itu ada juga kuning yang terjadi pada bayi. Bayi baru lahir biasanya
mengalami kuning pada usia 2-3 hari yang bisa berlangsung hingga usia 7-14 hari. Hal
ini karena terjadi pemecahan sel darah merah bayi untuk diganti dengan sel darah
merah yang baru. Kuning yang muncul diluar dari periode waktu ini seringkali tidak
normal dan perlu mendapat perhatian dokter. Kuning yang abnormal dapat terjadi
karena ketidakcocokan dengan golongan darah ibu atau kurang minum ASI.

1.5 GEJALA KLINIS PADA HIPERBILIRUBIN


Sebagian besar kasus hiperbilirubin tidak berbahaya, tetapi kadang-kadang kadar
bilirubin yang sangat tinggi bisa menyebabkan kerusakan otak (Kern Icterus). Gejala klinis
yang tampak ialah rasa kantuk, kulit berwarna kuning, urin pekat, pembesaran hati, perut
buncit, feses seperti dempul, letargik, tidak kuat menghisap ASI/susu formula, muntah,
opistotonus, mata terputar-putar keatas, kejang, dan yang paling parah bisa menyebabkan
kematian. Efek jangka panjang Kern Icterus ialah retardasi mental, kelumpuhan serebral,
tuli, dan mata tidak dapat digerakkan ke atas.
1.6 PATOFISIOLOGI
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan . Kejadian yang
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel Hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit,
Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada
bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin
adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami
gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi
mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak
apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari  20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus.  Bilirubin  Indirek akan mudah melalui sawar darah otak
apabila bayi  terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia.
PATHWAY

Proses hemolisis Ggn. Fungsi hepar Rusaknya sel Obstruksi Hepar


(inkomptabilitas Rh, (asidosis, hipoksia, permanen hepar
ABO, sepsis, infeksi, tidak terdapat obat-obatan cht :
difisiensi G-6-PD enzim glukoronil sulfosoksazol
piruvat kinase, trasperase, def. difisiensi albumin Ggn. Ekskresi
perdarahan tertutup) protein), imaturitas sel bilirubin
hepar

Menumpuknya
Produksi Bilirubin Ggn. Proses konjugasi Tidak adanya ikatan bilirubin dalam darah
Meningkat dalam sel hepar bilirubin yang akan
(REH) menuju ke hati.

Meningkatkan Uptake bilirubin ke Bilirubin indirek


bilirubin I (Indirek) sel hepar terganggu banyak terdapat di
jaringan

HIPERBILIRUBIN

Sistem Integumen Ginjal Sistem Saraf Sistem GIT

Peningkatan Urobilinogen Peningkatan Rangsangan


bilirubin dalam meningkat di urin bilirubin di otak hipoaktif gerakan
darah usus
Terjadi akumulasi Diekskresi melalui Melewati sawar Mual meningkat
pigmen bilirubin urin otak melalui difusi
larut lemak, tak
terkonjugasi, non Anoreksia
polar dalam kulit Urin pekat dan Terjadi
gelap yang pengendapan pada
disebabkan oleh sel otak.
PERUBAHAN
Warna kulit urobilin dalam urin
NUTRISI
menjadi kuning meningkat.
KURANG DARI
akibat Kern Ikterik
KEBUTUHAN
penumpukan
TUBUH
bilirubin

RESIKO INJURY
Fototherapi INTERNAL

RESIKO
GANGGUAN
INTEGRITAS
KULIT
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan golongan darah
Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus
serta menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani
pemeriksaan golongan darah selama kehamilannya, sangat dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan golongan darah dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu
adalah O dengan Rh-positif, perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat. Jika
darah bayi bukan O, dapat dilakukan tes Coombs.
- Tes Coomb pada tali pusat bayi baru lahir. Hasil positif tes Coomb indirek
menandakan adanya antibodi Rh-positif, anti-A, atau anti-B dalam darahibu. Hasil
positif dari tes Coomb direk menandakan adanya sentisasi (Rh- positif, anti-A, anti-
B) sel darah merah dari neonatus.
- Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
- Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5mg/dl,
yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidakterkonjugasi) tidak
boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih dari 20
mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi praterm (tergantung pada
berat badan).
- Protein serum total : kadar kurang dari 3,0 g/dl menandakan penurunankapasitas
ikatan, terutama pada bayi praterm.
- Hitung darah lengkap: Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari 14g/dl)
karena hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih besardari 65 %) pada
polisitemia, penurunan (kurang dari 45 %) denganhemolisis dan anemia berlebihan.
- Glukosa : kadar Dextrostix mungkin kurang dari 45 % glukosa darahlengkap
kurang dari 30 mg/dl, atau tes glukosa serum kurang dari 40mg/dl bila bayi baru
lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan simpananlemak dan melepaskan asam
lemak.
1.8 PENATALAKSAAN MEDIS
1. Fototerapi
Fototerapi atau terapi cahaya adalah bentuk pengobatan untuk kulit dengan
menggunakan panjang gelombang cahaya buatan dari ultraviolet (cahaya biru),
bagian dari spectrum matahari. Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter
biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%
sebelum transfuse tukar atau sesudah transfuse tukar. Fototerapi terdiri atas
pemberian lampu fluoresen ke kulit bayi yang terpajan. Cahaya membantu ekskresi
bilirubin dengan cara fotoisomerasi, yang mengubah struktur bilirubin menjadi
bentuk larut (lumirubin) agar ekskresinya lebih mudah. Beberapa studi
menunjukkan bahwa lampu fluoresen biru lebih efektif dalam menurunkan
bilirubin. Akan tetapi, karena cahaya biru dapat mengubah warna bayi, maka yang
lebih disukai adalah lampu fluoresen cahaya normal dengan spectrum 420 sampai
460 nm sehingga asuhan kulit bayi dapat diobservasi lebih baik mengenai warnanya
(jaundis, palor, sianosis) atau kondisi lainnya. Agar fototerapi efektif, kulit bayi
harus terpajan penuh terhadap sumber cahaya dengan jumlah yang adekuat. Bila
kadar bilirubin serum meningkat sangat cepat atau mencapai kadar kritis,
dianjurkan untuk memberi fototerapi dosis ganda atau intensif; teknik ini
melibatkan pemberian lampu overhead konvensional sementara itu bayi berbaring
dalam selimut fiberoptik. Warna kulit bayi tidak memengaruhi efisiensi pemberian
fototerapi. Hasil terbaik terjadi dalam 24 sampai 48 jam pertama terapi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan terapi sinar ialah :
 Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam, untuk
menghindarkan turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang digunakan.
 Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena sinar
 Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya untuk
mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas saat pemberian minum dan
kunjungan orang tua untuk memberikan rangsang visual pada neonatus.
Pemantauan iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata.
 Daerah kemaluan ditutup, dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya
untuk melindungi daerah kemaluan dari cahaya fototerapi
 Posisi lampu diatur dengan jarak 20-30 cm di atas tubuh bayi, untuk
mendapatkan energy yang optimal.
 Posisi bayi diubah tiap 8 jam, agar tubuh mendapat penyinaran seluas mugkin
 Suhu tubuh diukur 4-6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu.
 Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine, feses, dan muntah
diukur, catat dan dilakukan pemantauan tanda dehidrasi.
 Hidrasi bayi diperhatikan, bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan
 Lamanya terapi sinar dicatat.

Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang mendapat terapi sinar adalah :

 Peningkatan kehilangan cairan yang tidak terukur (insensible water loss).


Energy cahaya fototerapi dapat meningkatkan suhu lingkungan dan
menyebabkan peningkatan penguapan melalui kulit, terutama bayi premature
dan berat lahir sangat rendah. Keadaan ini dapat diantisipasi dengan pemberian
cairan tambahan.
 Frekuensi defekasi meningkat. Meningkatnya bilirubin indirek pada usus akan
meningkatkan pembentukan enzim lactase yang dapat meningkatkan peristaltic
usus. Pemberian susu dengan kadar laktosa rendah akan mengurangi timbulnya
diare.
 Timbul kelainan kulit “flea bite rash” didaerah muka badan dan ekstremitas,
kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan. Dilaporkan pada
beberapa bayi terjadi “bronze baby syndrome”, hal ini terjadi karena tubuh
tidak mampu mengeluarkan dengan segera hasil terapi sinar. Perubahan warna
kulit ini bersifat sementara dan tidak mempengaruhi proses tumbuh kembang
bayi.
 Peningkatan suhu. Beberapa neonatus yang mendapat terapi sinar,
menunjukkan kenaikan suhu tubuh, keadaan ini dapat disebabkan karena suhu
lingkungan yang meningkat atau gangguan pengaturan suhu tubuh bayi. Pada
bayi premature fungsi thermostat yang belum matang. Pada keadaan ini
fototerapi dapat dilanjutkan dengan mematikan sebagian lampu yang
digunakan dan dilakukan pemantauan suhu tubuh neonatus dengan jangka
waktu (interval) yang lebih singkat.
 Kadaang ditemukan kelainan, seperti gangguan minum, letargi, dan iritabilitas.
Keadaan ini bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya.
 Gangguan pada mata dan pertumbuhan. Kelainan retina dan gangguan
pertumbuhan ditemukan pada binatang percobaan. Pada neonatus yang
mendapat terapi sinar, gangguan pada retina dan fungsi penglihatan lainnya
serta gangguan tumbuh kembang tidak dapat dibuktikan dan belum ditemukan,
walaupun demikian diperlukan kewaspadaan perawat tentang kemungkinan
timbulnya keadaan tersebut.
2. Transfusi Tukar
Penggantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dari donor dengan cara
mengeluarkan darah neonatus dan memasukkan darah donor secara berulang dan
bergantian melalui suatu prosedur. Jumlah darah yang diganti sama dengan yang
dikeluarkan. Pergantian darah bisa mencapai 75-80% dari jumlah darah neonatus.
Tujuan transfusi tukar yaitu : menurunkan kadar bilirubin indirek, mengganti
eritrosit yang dapat dihemolisis, membuang antibody yang menyebabkan hemolisis,
mengoreksi anemia. Transfuse tukar akan dilakukan oleh dokter pada neonatus
dengan kadar bilirubin indirek sama dengan atau lebih tinggi dari 20 mg% atau
secara lebih awal sebelum bilirubin mencapai kadar 20 mg%. pada neonatus dengan
kadar bilirubin tali pusat lebih dari 4 mg% dan kadar hemoglobin tali pusat kurang
dari 10 mg%, peningkatan kadar bilirubin 1 mg% tiap jam. Darah yang digunakan
sebagai darah pengganti (darah donor) ditetapkan berdasarkan penyebab
hiperbilirubin. Sebelum transfuse tukar, label darah harus diperiksa apakah sudah
sesuai dengan permintaan dan tujuan transfuse tukar. Darah yang digunakan
usianya harus kurang dari 72 jam. Darah yang akan dimasukkan harus dihangatkan
dulu, dua jam sebelum transfuse tukar bayi dipuasakan, bila perlu dipasang pipa
nasogastrik, lalu bayi dibawa ke ruang aseptic untuk menjalani prosedur transfuse
tukar.

Pemilihan darah pengganti

Penyebab Donor darah


Ketidakseimbangan golongan darah rhesus Golongan rhesus negative
Ketidakseimbangan golongan darah ABO Golongan darah O rhesus positif
Bukan ketidakseimbangan golongan darah Golongan darah sama dengan bayi
Belum diketahui sebabnya transfuse tukar Darah golongan O yang kompatibel dengan
harus segera dilakukan serum ibu (darah harus dicocok silangkan
dengan darah bayi dan serum ibu) apabila
tidak mungkin dilaksanakan, dimintakan
darah golongan O dengan titer anti A atau
anti B rendah (<1/256)

.Prosedur transfuse tukar


 Bayi ditidurkan rata diatas meja dengan fiksasi longgar
 Pasang monitor jantung, alarm jantung diatur di luar batas 100-180 kali/menit
 Pasang kateter ke dalam vena umbikalis
 Melalui kateter, darah bayi diisap sebanyak 20 cc lalu dikeluarkan. Kemudian
darah pengganti sebanyak 20 cc dimasukkan kedalam tubuh bayi. Setelah
menunggu 20 detik, lalu darah bayi diambil lagi sebanyak 20 cc dan
dikeluarkan. Kemudian dimasukkan darah pengganti dengan jumlah yang sama,
demikian siklus penggantian tersebut diulangi sampai selesai.
 Kecepatan mengisap dan memasukkan darah ke dalam tubuh bayi diperkirakan
1,8 kg/cc BB/menit. Jumlah darah yang ditransfusi tukar berkisar 140-180 cc/kg
BB bergantung pada tinggi-rendahnya kadar bilirubin sebelum transfuse tukar.
Saat transfuse tukar, darah donor dihangatkan sesuai suhu temperature lingkungan.
Pemanasan darah dapat merusak eritrosit yang akan menghemolisis dan
menghasilkan bilirubin. Pemanasan tidak boleh dilakukan secara langsung dan tidak
boleh menggunakan microwave. Darah dihangatkan dengan koil penghangat yang
dirancang untuk tujuan tersebut.

Hal yang harus diperhatikan selama transfuse tukar :

 Neonatus harus dipasangi alat monitor kardio-respirasi.


 Tekanan darah neonatus harus terus dipantau
 Neonatus dipuasakan bila perlu dipasang selang nasogastrik
 Neonatus dipasanfg infuse
 Suhu tubuh dipantau dan dijaga dalam batas normal
 Disediakan peralatan resusitasi.

Selama prosedur transfuse tukar berlangsung, perawat bertanggung jawab


memantau dan mecatat tanda penting tiap 15 menit. Pemeriksaan kadar kalsium dan
glukosa darah dilakukan selama transfuse tukar. Segera setelah transfuse tukar
selesai, dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, elektrolit, dan bilirubin,
kemudian diulangi tiap 4-8 jam atau sesuai anjuran dokter. Selama dan sesudah
transfuse tukar dapat terjadi komplikasi emboli udara dan trombosit, aritmia,
hipervolemia, henti jantung, hipernatremia, hiperkalemia, hipokalemia, asidosis,
dan alkaliosis postransfusi tukar, trombositopenia, perdarahan dan kelebihan
heparin, bakterimia, hepatitis virus B. Mengingat banyaknya masalah yang dapat
timbul, perawat harus memantau kondisi neonatus dengan cermat dan mencatat
setiap temuan. Selain pemeriksaan fisik, data laboratotium diperlukan untuk menilai
bahwa proses hemolitik sudah menurun, anemia mulai membaik dan kadar bilirubin
dapat dijaga di bawah kadar yang dapat membahayakan neonatus.

USIA ANJURAN FOTOTERAPI TRANSFUSI TRANSFUSI


(JAM) FOTOTERAPI TUKAR BILA TUKAR DAN
FOTOTERAPI FOTOTERAPI
INTENSIF INTENSIF
GAGAL
<24 - - - -
25-48 > 12 (170) > 15 (260) > 20 (340) > 25 (430)
49-72 > 15 (260) > 18 (310) > 25 (430) > 30 (510)
>72 > 17 (290) > 20 (340) > 25 (430) > 30 (510)

3. Terapi Obat
Fenobarbital memperbesar konjugasi dan ekskresi bilirubin. Pemberiannya akan
membatasi perkembangan ikterus fisiologis pada bayi baru lahir bila diberikan pada
ibu dengan dosis 90 mg/24 jam sebelum persalinan atau pada bayi saat lahir dengan
dosis 10 mg/Kg/24 jam. Meskipun demikian, fenobarbital tidak secara rutin
dianjurkan untuk mengobati ikterus pada bayi neonatus. Karena :
1. Pengaruhnya pada metabolisme bilirubin biasanya tidak terlihat sebelum
memcapai beberapa hari pemberian.
2. Efektivitas obat ini lebih kecil daripada fototerapi dalam menurunkan kadar
bilirubin
3. Dapat mempunyai pengaruh sedative yang tidak menguntungkan
4. Tidak menambah respons terhadap fototerapi.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Nutrisi : ASI yang diberikan pada bayi mempengaruhi tingginya tingkat
hiperbilirubin yang berkaitan dengan konjugasi dan ekskresi bilirubin.
2. Aktifitas : Pada bayi ikterus gerakan lemah, tidak aktif, dan letargis.
3. Eliminasi : BAK biasanya pada bayi ikterus warna urin gelap atau urin positif
mengandung hiperbilirubin, konsistensi BAB feses berwarna terang.
 Vital Sign
1. Frekuensi Nadi : Pada bayi dengan ikterus frekuensi nadi normal yaitu sama
dengan bayi lahir normal.
2. Pernapasan : Pada bayi dengan ikterus frekuensi pernapasan yaitu lebih dari 60
kali/menit (takipnea).
3. Suhu Tubuh : Suhu tubuh pada bayi ikterus akan mengalami ketidakstabilan.
 Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : Pada bayi ikterus terlihat menguningnya atau jaringan lain di kepala
akibat penimbunan bilirubin dalam tubuh.
2. Muka : Tanda klinis pada bayi ikterus pada muka yaitu pada puncak hidung dan
mulut berwarna kuning.
3. Mata : Sklera pada bayi ikterus berwarna kuning.
4. Kulit : Pada bayi dengan ikterus kulit berwarna kuning akibat akumulasi
bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
5. Dada : Pada bayi ikterus dada berwarna kuning.
6. Abdomen : Pada bayi dengan ikterus tanda klinis pada abdomen yaitu perut
bayi berwarna kuning dan memeriksa adanya pembesaran hati dan
limpa.
7. Ekstremitas : Pada bayi dengan ikterus tanda klinis pada ekstremitas yaitu kaki
dan tangan terdapat warna kuning.
8. Genetalia : Pada bayi dengan ikterus ketika BAK warna urine gelap.
9. Anus : Pada bayi dengan ikterus pengeluaran BAB pada warna feses bayi
akan lebih terang.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Resiko gangguan integritas kulit b.d penumpukan bilirubin dalam darah.
2. Resiko injury internal b.d Kern Ikterik
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

C. Intervensi Keperawatan
1. Dx : Resiko gangguan intergritas kulit b.d penumpukan bilirubin dalam darah.
Tujuan : Diharapkan integritas kulit kembali baik/normal.
KH : - Kadar bilirubin dalam batas normal.
- Kulit tidak berwarna kuning/warna kuning mulai berkurang
- Tidak timbul lecet akibat penekanan kulit yang terlalu lama.

No Intervensi Rasional
1 Kaji warna kulit setiap 8 jam Perubahan warna kulit dapat
menunjukkan adanya peningkatan kadar
bilirubin dalam darah dan juga tanda-
tanda infeksi kulit.
2 Ubah posisi setiap 2 jam Mencegah penekanan kulit pada daerah
tertentu dalam waktu lama
3 Masase daerah yang menonjol Melancarkan peredaran darah sehingga
mencegah luka tekan didaerah tersebut
4 Bersihkan kulit saat terkena kotoran Kebersihan perlu dijaga untuk
menghindari terjadinya infeksi pada anak.
5 Meminimalkan pajanan kulit terhadap Kelembaban kulit yang berlebihan dapat
kelembaban menyebabkan kerusakan pada kulit
6 Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, Untuk mencegah pemajanan sinar yang
bila kadar bilirubin turun menjadi 7,5 mg% terlalu lama
fototerapi dihentikan

2. Dx : Resiko Injury b.d Kern Ikterik


Tujuan : Bayi terbebas dari injury
KH : - Menunjukkan kadar bilirubin indirek di bawah 12 mg/dL.
- Resolusi ikterik pada akhir minggu I tetap.
- Bebas dari keterlibatan SPP.

No Intervensi Rasional
1 Perhatikan kelompok dan golongan darah Inkompatibilitas ABO mempengaruhi
ibu/bayi. 20% darah selama kehamilan dan paling
umum terjadi pada ibu dengan golongan
darah O, yang AB-nya anti-A dan anti-B
melewati sirkulasi janin menyebabkan
aglutinasi dan hemolisis SDM.
Serupa dengan itu, bila ibu Rh (-)
sebelumnya telah disentisasi oleh antigen
Rh-positif, antibody melewati plasenta
dan bergantung pada SDM janin
menyebabkan hemolisis.
2 Tinjau ulang kondisi bayi pada kelahiran, Asfiksia dan asidosis merupakan afinitas
contoh asfiksia atau asidosis. bilirubin terhadap albumin.
3 Pertahankan bayi tetap hangat dan kering. Stress dingin berpotensi melepaskan asam
Pantau kulit dan suhu inti dengan sering. lemak, yang bersaing pada sisi ikatan pada
albumin, sehingga meningkatkan kadar
bilirubin yang bersirkulasi dengan bebas.
4 Mulai pemberian makan oral awal dalam 4-6 Keberadaan flora usus yang sesuai untuk
jam kelahiran, khususnya bila bayi diberi ASI. pengurangan bilirubin terhadap
Kaji bayi terhadap tanda-tanda hipoglikemia. urobilinogen, turunkan sirkulasi
enterohepatik bilirubin (melintasi hepar
dengan duktus venosus menetap).
Hipoglikemia memerlukan penggunaan
simpanan lemak untuk asam lemak
pelepas energi, yang bersaing dengan
bilirubin untuk bagian ikatan pada
albumin.
5 Observasi bayi dalam sinar alamiah, Mendeteksi bukti/derajat ikterik yang
perhatikan sklera dan mukosa oral, bagian dimulai dari ikterik jelas pada kadar
posterior dari palatum keras dan kantung bilirubin lebih besar dan 7-8 mg/dL pada
konjungtiva pada bayi baru lahir yang berkulit bayi cukup bulan. Perkiraan derajat ikterik
gelap yang dimulai dari kepala ke jari kaki, 4-8
mg/dL, batang tubuh 5-12 mg/dL, lipat
paha 8-16 mg/dL, lengan/kaki 11-18
mg/dL dan tangan/kaki 15-20 mg/dL.
6 Kolaborasi : pantau pemeriksaan laboratorium Bilirubin tampak 2 bentuk : bilirubin
sesuai indikasi (bilirubin direk dan indirek) direk, yang dikonjugasi oleh enzim hepar
glukofenil transferase, dan bilirubin
indirek yang dikonjugasi dan tampak
dalam bentuk bebas dalam darah atau
terikat pada albumin.
Bayi potensial terhadap kenicterus
diprediksi paling baik melalui
peningkatan bilirubin indirek.
Peningkatan kadar bilirubin indirek 18-20
mg/dL pada bayi cukup bulan, atau lebih
besar dari 13-15 mg/dL pada bayi pratern
atau bayi sakit adalah bermakna.

3. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia


Tujuan : Diharapkan asupan kalori dan status gizi bayi mengalami peningkatan.
KH : - Keadekuatan pola asupan zat Gizi
- Keinginan untuk makan ketika menjalani pengobatan

No Intervensi Rasional

1 Anjurkan ibu untuk memberi ASI atau formula Pemasukan makanan ke dalam lambung
dengan perlahan selama 10 menit dengan yang terlalu cepat dapat menyebabkan
perlahan respon balik dengan regurgitasi
peningkatan resiko aspirasi dan distensi
abdomen.
2 Identifikasi pencetus mual Mengetahui sumber dari masalah
3 Ajarkan keluarga tentang makanan bergizi Memberikan solusi kepada keluarga untuk
yang baik untuk bayi memenuhi kebutuhan gizi bayi
4 Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, Turgor menurun, suhu meningkat HR
HR ) setiap 4 jam meningkat adalah tanda-tanda dehidrasi
5 Beri makanan sesering mungkin sesuai Bayi kurang dari 1250 gr (2 bl 12 OZ)
indikasi berdasarkan berat badan dan perkiraan diberi makan setiap jam, bayi antara 1500
kapasitas lambung dan 1800 (3 bulan OZ sampai 4 bl) diberi
makan setiap 3 jam.
6 Timbang BB setiap hari Mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi

DAFTAR PUSTAKA
Donna L. Wong. 2001. Buku ajar keperawatan pediatric Wong. Edisi ke-6. Volume 1. Alih
Bahasa Agus Sutarna, S.Kp, MNSc, Neti Juniarti, S.Kp, & dr. H.Y. Kuncara. Jakarta : EGC.
Donna L. Wong. 1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Alih Bahasa Monica
Ester, S.Kp. Jakarta : EGC.
https://books.google.co.id/books?id=4Tx-1B-
W4oAC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Anda mungkin juga menyukai