LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HIPERBILIRUBIN DI RUANG NICU
RSUD ASY SYIFA’ SUMBAWA BARAT
DI SUSUN OLEH :
NAINUL FITRIAH
NIM ;
004 STYJ22
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
2. Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.
Penyebab yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat
inkopatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini
dapat pula timbul karna adanya perdarahan tertutup (hematoma cepal, perdarahan
subaponeurotik) atau inkompatibilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang
peranan penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaaan ini terutama terjadi
pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Faktor lain yaitu hipoksia atau asfiksia,
dehidrasi dan asiosis, hipoglikemia, dan polisitemia (Atikah & Jaya, 2016)
3. Manifestasi Klinik
a. Sistem Eliminasi
Pada bayi normal, feses akan berwarna kuning kehijauan, sementara pada bayi
dengan hiperbilirubin biasanya akan berwarna pucat. Hai ini disebabkan oleh
bilirubin tak larut dalam lemak akibat dari kerja hepar yang mengalami
gangguan.
lOMoARcPSD|1767960
b. Sistem Pencernaan
Bayi dengan hiperbilirubinemia mengalami gangguan pada nutrisi, karena
biasanya bayi akan lebih malas dan tampak letargi, dan juga reflek sucking
yang kurang, sehingga nutrisi yang akan dicerna hanya sedikit. Dengan nutrisi
yang kurang, bayi bisa berisiko infeksi karna daya tahan tubuh yang lemah.
c. Sistem Integumen
Pada bayi normal, kulit bayi akan tambah merah muda, akan tetapi pada bayi
yang mengaami hiperbilirubin, kulit bayi akan tampak berwarna kekuningan.
Ini disebabkan karna fungsi hepar yang belum sempurna, defisiensi protein
“Y”, dan juga tidak terdapat bakteri pemecah bilirubin dalam usus akibat dari
imaturitas usus, sehingga bilirubin indirek terus bersirkulasi keseluruh tubuh.
d. Sistem Kerja Hepar (ekskresi hepar)
Pada bayi yang mengalami hiperbilirubin biasanya disebabkan oleh sistem
kerja hepar yang imatur, akibat nya hepar mengalami gangguan dalam
pemecahan bilirubin, sehingga bilirubin tetap bersirkulasi dengan pembuluh
darah untuk menyebar keseluruh tubuh.
e. Sistem Persyarafan
Bilirubin indirek yang berlebihan serta kurangnya penanganan akan terus
menyebar hingga ke jaringan otak dan syaraf, hal ini sangat membahayakan
bagi bayi, dan akan menyebabkan kern ikterus, dengan tanda dan gejala yaitu
kejang-kejang, penurunan kesadaran, hingga bisa menyebabkan kematian.
(Widagdo, 2012 dalam , Ihsan, 2017)
5. Komplikasi
a. Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius).
b. Kernicterus; kerusakan neurologis; cerebral palsy, retardasi mental, hyperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot, dan tangisan yang melengking.
c. Gangguan pendengaran dan penglihatan
d. Asfiksia
e. Hipotermi
f. Hipoglikemi
g. Kematian
lOMoARcPSD|17679605
6.Pathway
Hemoglobin
Globin
Biliverdian
Feco
Pemecahan
Peningkatan destruksi eritrosit
bilirubin berlebih
(gangguan konjugasi bilirubin /
gangguan transport
bilirubin/peningkatan siklus
enteropetik) Hb dan eritrosit Suplai bilirubin
abnormal) melebihi tampungan
hepar
8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara terapeutik :
a. Fototerapi
Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg% dan berfungsi
untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urin dengan
oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin. Langkah-langkah pelaksanaan
fototerapi yaitu :
1.Membuka pakaian neonatus agar seluruh bagian tubuh neonatus kena
sinar.
2.Menutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang memantulkan
cahaya.
3.Jarak neonatus dengan lampu kurang lebih 40 cm
4.Mengubah posisi neonatus setiap 6 jam sekali.
lOMoARcPSD|17679605
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas, seperti : Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR, dan lebih sering
diderita oleh bayi laki-laki.
b. Keluhan utama : Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas
menyusu, tampak lemah, dan bab berwarna pucat.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang : Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak
kuning, letargi, refleks hisap kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang
sudah .20mg/dl dan sudah sampai ke jaringan serebral maka bayi akan
mengalami kejang dan peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai
dengan tangisan melengking.
2) Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis.
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau
golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar
obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM. Mungkin praterm, bayi
kecil usia untuk gestasi (SGA), bayi dengan letardasio pertumbuhan intra
uterus (IUGR), bayi besar untuk usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu
diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi pria daripada bayi wanita.
lOMoARcPSD|17679605
5) Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin
terhadap galaktosemia. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan
pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein
(CPR).
2. Diagnosa
a. Hipovolemia b.d kekurangan intake
b. Ikterik neonatus b.d penurunan berat badan
3. Perencanaan Keperawatan
4. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan atau hasil keefektifan rencana asuhan keperawatan dengan
tindakan intelektual dalam melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan untuk diagnosa keperawatan, rencana intervensi dan
implementasinya. Jenis- jenis Evaluasi dalam asuhan keperawatan antara lain :
a. Evaluasi formatif (proses) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas peayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu
menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus
dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode
pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana asuhan
keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan
menggunakan form evaluasi. Ditulis pada catatan perawatan. Contoh:
membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa
pusing.
b. Evaluasi Sumatif (hasil) Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan.
Focus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan.Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
asuhan keperawatan secara paripurna
lOMoARcPSD|17679605
DAFTAR PUSTAKA
Atikah,M,V & Jaya,P. 2015. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan Balita.
Jakarta. CV.Trans Info Media
Waluyo, Eko. (2015). Waluyo, E. (2015). Faktor-Faktor Yang Berperan Pada Kejadian
Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Di Rsud Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Purwokerto). (h 琀琀
ps://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjzq7eyz4z0AhXRfH
0KHcwlBaoQFnoECAIQAQ&url=h 琀琀 p%3A%2F%2Fjournal.binawan.ac.id%2Fimpuls%2Far
琀椀 cle %2Fdownload%2F29%2F29%2F&usg=AOvVaw3IOzabXrOZPAJ62OOkdnA2 , diakses
10 November 2021)