Anda di halaman 1dari 21

lOMoARcPSD|17679605

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HIPERBILIRUBIN DI RUANG NICU
RSUD ASY SYIFA’ SUMBAWA BARAT

DI SUSUN OLEH :
NAINUL FITRIAH

NIM ;
004 STYJ22

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
2022
lOMoARcPSD|17679605

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERBILIRUBIN

A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya sklera, kulit


atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin
dalam darah lebih dari 5mg/ml dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya
gangguan fungsional dari liper, sistem biliary, atau sistem hematologi ( Atikah &
Jaya, 2016 )
Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir.
Pasien dengan hiperbilirubinemia neonatal diberi perawatan dengan fototerapi dan
transfusi tukar (Kristianti ,dkk, 2015).

2. Etiologi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.
Penyebab yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul akibat
inkopatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini
dapat pula timbul karna adanya perdarahan tertutup (hematoma cepal, perdarahan
subaponeurotik) atau inkompatibilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang
peranan penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaaan ini terutama terjadi
pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Faktor lain yaitu hipoksia atau asfiksia,
dehidrasi dan asiosis, hipoglikemia, dan polisitemia (Atikah & Jaya, 2016)

3. Manifestasi Klinik
a. Sistem Eliminasi
Pada bayi normal, feses akan berwarna kuning kehijauan, sementara pada bayi
dengan hiperbilirubin biasanya akan berwarna pucat. Hai ini disebabkan oleh
bilirubin tak larut dalam lemak akibat dari kerja hepar yang mengalami
gangguan.
lOMoARcPSD|1767960

b. Sistem Pencernaan
Bayi dengan hiperbilirubinemia mengalami gangguan pada nutrisi, karena
biasanya bayi akan lebih malas dan tampak letargi, dan juga reflek sucking
yang kurang, sehingga nutrisi yang akan dicerna hanya sedikit. Dengan nutrisi
yang kurang, bayi bisa berisiko infeksi karna daya tahan tubuh yang lemah.
c. Sistem Integumen
Pada bayi normal, kulit bayi akan tambah merah muda, akan tetapi pada bayi
yang mengaami hiperbilirubin, kulit bayi akan tampak berwarna kekuningan.
Ini disebabkan karna fungsi hepar yang belum sempurna, defisiensi protein
“Y”, dan juga tidak terdapat bakteri pemecah bilirubin dalam usus akibat dari
imaturitas usus, sehingga bilirubin indirek terus bersirkulasi keseluruh tubuh.
d. Sistem Kerja Hepar (ekskresi hepar)
Pada bayi yang mengalami hiperbilirubin biasanya disebabkan oleh sistem
kerja hepar yang imatur, akibat nya hepar mengalami gangguan dalam
pemecahan bilirubin, sehingga bilirubin tetap bersirkulasi dengan pembuluh
darah untuk menyebar keseluruh tubuh.
e. Sistem Persyarafan
Bilirubin indirek yang berlebihan serta kurangnya penanganan akan terus
menyebar hingga ke jaringan otak dan syaraf, hal ini sangat membahayakan
bagi bayi, dan akan menyebabkan kern ikterus, dengan tanda dan gejala yaitu
kejang-kejang, penurunan kesadaran, hingga bisa menyebabkan kematian.
(Widagdo, 2012 dalam , Ihsan, 2017)

4. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit


American Academic of Pediatric (AAP) mengelompokkan faktor resiko menjadi
3 kelompok :
a. Resiko Mayor
1.KadarTSB/TCB pada zona resiko tinggi Icterus pada 24 jam pertama
2.Usia kehamilan 35-36 minggu
lOMoARcPSD|176796

3.Saudara sebelumnya mendapat terapi sama Sefalhematom / memar hebat


4.ASI ekslusif, terutama bila perawatan tak baik dan terjadi penurunan berat
badan
5.Ras Asia Timur
b. Resiko Minor
1.Bayi laki-laki
2.Usia ibu >/ 25 thn
3.Bayi macrosomia dari ibu DM
4.Saudara sekandung sebelumnya icterus
5.Usia kehamilan 37-38 minggu
6.Kadar TSB/TCB pada “area high intermediate risk”
c. Faktor resiko yang rendah
1.Kadar TSB/TCB pada tingkat area zona low risk
2.Kehamilan >= 41 minggu
3.PASI/formula
4.Ras kulit hitam
5.Pulang dari RS setelah usia 3 hari (Waluyo, 2015)

5. Komplikasi
a. Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius).
b. Kernicterus; kerusakan neurologis; cerebral palsy, retardasi mental, hyperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot, dan tangisan yang melengking.
c. Gangguan pendengaran dan penglihatan
d. Asfiksia
e. Hipotermi
f. Hipoglikemi
g. Kematian
lOMoARcPSD|17679605

6. Patofisiologi dan Pathway


Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir
dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Karena sifat
hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi diangkut dalam plasma, terikat erat pada
albumin. Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat
dengan ligandin. Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin
direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar. Bilirubin tak
terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi, sehingga meningkatkan
bilirubin plasma total (Mathindas ,dkk, 2013). Bilirubin mengalami peningkatan
pada beberapa keadaan. Kondisi yang sering ditemukan ialah meningkatnya beban
berlebih pada sel hepar, yang mana sering ditemukan bahwa sel hepar tersebut
belum berfungsi sempurna. Hal ini dapat ditemukan apabila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia, pendeknya umur eritrosit pada janin atau bayi,
meningkatnya bilirubin dari sumber lain, dan atau terdapatnya peningkatan
sirkulasi enterohepatik (Atikah & Jaya, 2016). Bilirubin di produksi sebagian besar
(70-80%) dari eritrosit yang telah rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak
terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin
direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi
memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah,
sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang
kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi
(Atikah & Jaya, 2016)
lOMoARcPSD|17679605

6.Pathway

Hemoglobin

Globin

Biliverdian
Feco
Pemecahan
Peningkatan destruksi eritrosit
bilirubin berlebih
(gangguan konjugasi bilirubin /
gangguan transport
bilirubin/peningkatan siklus
enteropetik) Hb dan eritrosit Suplai bilirubin
abnormal) melebihi tampungan
hepar

Hepar tidak mampu


Ikterik neonatus Peningkatan bilirubin unjongned melakukan konjugasi
dlm darah menyebabkan
pengeluaran mekonium
terlambat/obstruksi usus shg Sebagian masuk
Ikterus pd sclera leher dan tinja berwarna pucat kembali ke siklus
badan, peningkatan emerohepatik
bilirubin indirect 12 mg/dl

Resiko gangguan Indikasi fototerapi


integritas kulit

Sinar dengan intensitas


Gangguan suhu tinggi Gangguan integritas
tubuh kulit/jaringan

Termogulasi tidak Resiko ketidak


efektif seimbangan
cairan
lOMoARcPSD|17679605

Sumber : Nursalam (2016)


7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan bilirubin serum Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai puncak
kira-kira 6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Jika nilainya diatas 10 mg/dl
yang berarti tidak fisiologis, sedangkan bilirubin pada bayi prematur mencapai
puncaknya 10-12 mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang
lebih dari 14 mg/dl yaitu tidak fisiologis. Ikterus fisiologis pada bayi cukup
bulan bilirubin indirek munculnya ikterus 2 sampai 3 hari dan hilang pada hari
ke 4 dan ke 5 dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak 10-12 mg/dl,
sedangkan pada bayi dengan prematur bilirubin indirek munculnya sampai 3
sampai 4 hari dan hilang 7 sampai 9 hari dengan kadar bilirubin yang mencapai
puncak 15 mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin lebih dari
5 mg/dl perhari.
b. Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu
c. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis
dan atresia biliary. (Ihsan,2017)

8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara terapeutik :
a. Fototerapi
Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg% dan berfungsi
untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urin dengan
oksidasi foto pada bilirubin dari biliverdin. Langkah-langkah pelaksanaan
fototerapi yaitu :
1.Membuka pakaian neonatus agar seluruh bagian tubuh neonatus kena
sinar.
2.Menutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang memantulkan
cahaya.
3.Jarak neonatus dengan lampu kurang lebih 40 cm
4.Mengubah posisi neonatus setiap 6 jam sekali.
lOMoARcPSD|17679605

5.Mengukur suhu setiap 6 jam sekali.


6.Kemudian memeriksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-
kurangnya sekali dalam 24 jam.
7.Melakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada penderita
yang mengalami hemolisis.
b. Fenoforbital
Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi.
Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil transferase yang mana dapat
meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance hepatik pada pigmen dalam
empedu, sintesis protein dimana dapat meningkatkan albumin untuk
mengikat bilirubin. Fenobarbital tidak begitu sering dianjurkan.
c. Transfusi Tukar
Apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi atau kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg%. Langkah penatalaksanaan saat transfusi tukar
adalah sebagai berikut :
Sebaiknya neonatus dipuasakan 3-4 jam sebelum transfusi
tukar. Siapkan neonatus dikamar khusus.
Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada neonatus.
Tidurkan neonatus dalam keadaan terlentang dan buka pakaian ada
daerah perut.
Lakukan transfusi tukar sesuai dengan protap.
Lakukan observasi keadaan umum neonatus, catat jumlah darah yang
keluar dan masuk.
Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali
pusat. Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 jam.
(Suriadi dan Yulianni 2006 dalam Ihsan, 2017)
lOMoARcPSD|17679605

2. Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara alami


a. Bilirubin Indirek
Penatalaksanaanya dengan metode penjemuran dengan sinar ultraviolet
ringan yaitu dari jam 7.00 – 9.00 pagi. Karena bilirubin fisioplogis jenis ini
tidak larut dalam air.
b. Bilirubin Direk
Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang adekuat. Hal
ini disarankan karna bilirubin direk dapat larut dalam air, dan akan
dikeluarkan melalui sistem pencernaan. (Atikah & Jaya, 2016 ; Widagdo,
2012, dalam Ihsan, 2017)

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas, seperti : Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR, dan lebih sering
diderita oleh bayi laki-laki.
b. Keluhan utama : Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas
menyusu, tampak lemah, dan bab berwarna pucat.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang : Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak
kuning, letargi, refleks hisap kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang
sudah .20mg/dl dan sudah sampai ke jaringan serebral maka bayi akan
mengalami kejang dan peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai
dengan tangisan melengking.
2) Riwayat kesehatan dahulu : Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis.
Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau
golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar
obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM. Mungkin praterm, bayi
kecil usia untuk gestasi (SGA), bayi dengan letardasio pertumbuhan intra
uterus (IUGR), bayi besar untuk usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu
diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi pria daripada bayi wanita.
lOMoARcPSD|17679605

3) Riwayat kehamilan dan kelahiran : Antenatal care yang kurang baik,


kelahiran prematur yang dapat menyebabkan maturitas pada organ dan
salah satunya hepar, neonatus dengan berat badan lahir rendah, hipoksia
dan asidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin, neonatus dengan
APGAR score rendah juga memungkinkan terjadinya hipoksia serta
asidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala-leher : Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
2) Dada : Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan terlihat
pergerakan dada yang abnormal.
3) Perut : Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.
4) Ekstremitas : Kelemahan pada otot.
5) Kulit : Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah kepala dan
leher termasuk ke grade satu, jika kuning pada daerah kepala serta badan
bagian atas digolongkan ke grade dua. Kuning terdapat pada kepala, badan
bagian atas, bawah dan tungkai termasuk ke grade tiga, grade empat jika
kuning pada daerah kepala, badan bagian atas dan bawah serta kaki
dibawah tungkai, sedangkan grade 5 apabila kuning terjadi pada daerah
kepala, badan bagian atas dan bawah, tungkai, tangan dan kaki.
6) Pemeriksaan neurologis : Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah
mencapai jaringan serebral, maka akan menyebabkan kejang-kejang dan
penurunan kesadaran.
7) Urogenital : Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang
sudah fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.
e. Data penunjang
1) Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total) (normal = <2mg/dl).
2) Pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi.
3) Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi.
4) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
lOMoARcPSD|17679605

5) Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin
terhadap galaktosemia. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan
pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein
(CPR).

2. Diagnosa
a. Hipovolemia b.d kekurangan intake
b. Ikterik neonatus b.d penurunan berat badan

c. Termoregulasi tidak efektif b.d gangguan suhu tubuh


d. Resiko Gangguan integritas kulit/jaringan b.d efek terapi radiasi

3. Perencanaan Keperawatan

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN : HIPOVOLEMIA

N SDKI SLKI SIKI


O
1 Hipovolemia (D.0023) Setelah dilakukan Manajemen
. intervensi keperawatan Hipovolemia
Penyebab : selama …x24 jam A.Observasi
1.Kehilangan cairan diharapkan 1.periksa tanda dan
aktif keseimbangan cairan gejala
2.Kegagalan mekanisme meningkat dengan hypovolemia(mis.frek
regulasi kriteria hasil : uensi nadi
3.Peningkatan meningkat,nadi teraba
permeabilitas kapiler 1. Asupan cairan lemah,tekanan darah
4.Kekurangan intake meningkat menurun,tekanan nadi
cairan 2. Dehidrasi menyempit,turgor kulit
5.Evaporasi menurun menurun,membrane
Gejala dan tanda : 3. Tekanan darah mukosa kering,volume
a.mayor subyektif : membaik urin
tidak tersedia 4. Denyut nadi menurun,hematocrit
b.Obyektif: radial membaik meningat,haus,lemah)
-frekuensi nadi 5. Tekanan arteri 2.monitor intake dan
meningkat rata-rata output cairan
-nadi terasa lemah membaik B.Terapeutik
-Tekanan darah 6. Membrane 3.hitung kebutuhan
menurun mukosa cairan
-tekanan nadi membaik 4.berikan posisi
menyempit 7. Turgor kulit modified.tredelenbrug
-turgor kulit menurun membaik. 5.berikan asupan
-volume urin menurun cairan oral
-hematokrit meningkat C.Edukasi
6.anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
7.anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
D.Kolaborasi
8.Kolaborasi
pemberian cairan IV
iaotonik (mis:
NaCl,RL)
9.kolaborasi
pemberian IV
hipotonis (glukosa
2,5%,NaCl 0,4%)
10.kolaborasi
pemberian cairan
koloid( mis.albumin,pl
asmanate
11.kolaborasi
pemberian produk
darah
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN : IKTERIK NEONATUS

N SDKI SLKI SIKI


O
2 Ikterik Neonatus Setelah dilakukan A.Observasi :
(D.0024) tindakan keperawatan 1.monitor ikterik pada
Penyebab: …x24 jam ,di harapkan sklera dan kulit bayi
1.penuruna bb warna kulit kembali 2.identifikasi
abnormal(>7-8% pada normal dengan Kriteria kebutuhan cairan sesuai
bayi baru lahir yang Hasil : dengan usia gentasi dan
menyusu ASI ,>15% 1. Elastisitas kulit berat badan
pada bayi cukup bulan) meningkat 3.monitor suhu dan
2.pola makan tidak 2. 2hidrasi tanda vital setiap 4 jam
ditetapkan dengan baik meningkat sekali
3.kesulitan transisi ke 3. Perfusi jaringan 4.monitor efek samping
kehidupan ekstra uterin meningkat foto therapy
4.usia kurang dari 7 hari 4. Kerusakan (mis.hipertermi,diare,ru
5.keterlambatan jaringan sh pada kulit penurunan
pengeluaran menurun berat badan lebig dari
feses(meconium). 5. Kerusakan 8-10%)
lapisan kulit B.Terapeutik
Gejala dan tanda menurun 5.Siapkan lampu
mayor : 6. Pigmentasi fototerapi dan
DS: - abnormal incubator atau kotak
DO: menurun bayi
1.profil darah 7. Suhu kulit 6.lepaskan pakaian bayi
abnormal(hemolysis,bili membaik kecuali popok
rubin serum 8. Sensai membaik 7.berikan penutup mata
total>2mg/Dl,bilirubin 9. Tekstur pada bayi
serum total pada rentang membaik 8.ukur jaraj anatara
resiko tinggi menurut lampu dan permukaan
usia) kulit bayi
2.membran mukosa 9.biarkan tubuh bayi
kuning terpapar sinar
3.sklera kuning fototeraphy secara
berkelanjutan
Gejala dan tanda Minor: 10.ganti segara alas dan
DS: - popok bayi jika
DO:- BAB/BAK
11.gunakan linen
berwarna putih agar
memantulkan cahaya
sebanyak mungkin
C.Edukasi
12.anjurkan ibu
menyusui sekitar 20-
30 menit
13.anjurkan ibu
menyususi sesring
mungkin
D.Kolaborasi
14.kolaborasi
pemeriksaan darah
vena bilirubin direk dan
indirek
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN : TERMOREGULASI TIDAK EFEKTIF

N SDKI SLKI SIKI


O
3 Termoregulasi (D.0149) Termoregulasi Setelah Regulasi Temperatur
Penyebab : dilakukan asuhan A.Observasi:
1. stimulasi pusat keperawatan selama…x 24 a) Monitor suhu bayi
termoregulasi
hipotalamus jam diharapkan: sampai stabil (36,5⁰C –
2. fluktuasi suhu a) Mengggil menurun 37,5⁰)
lingkungan b) Kejang menurun b) Monitor suhu tubuh
3. proses penyakit c) Akrosianosis menurun bayi setiap dua jam, jika
(mis.infeksi) d) Konsumsi oksigen perlu
4. proses penuaan menurun e) Piloereksi c) Monitor tekanan
5. dehidrasi
6. ketidaksesuaian pakaian
menurun darah, frekuensi
untuk suhu lingkungan f) Kutis memorata pernafasan dan nadi
7. peningkatan kebutuhan menurun g) Pucat menurun d) Monitor warna dan
oksigen h) Takikardi menurun suhu kulit
8. perubahan laju i) Takipnea menurun e) Monitor dan catat
metabolism j) Bradikardi menurun tanda dan gejala
9. suhu lingkungan ekstrem
k) Dasar kuku sianotik hipotermia atau
10. efek agen farmakologis
menurun hipertermia
Gejala dan tanda : l) Hipoksia menurun B.Terapeutik:
DS:- m) Suhu tubuh membaik a) Pasang alat pemantau
DO : n) suhu kulit membaik suhu kontinu, jika perlu
 Kulit dingin hangat o) Kadar glokosa darah b) Tingkatkan asupan
 Menggigil membaik cairan dan nutrisi yang
 Suhu tubuh fluktuatif p) Pengisian kapiler adekuat
 Pucat
membaik q) Ventilasi c) Bedong bayi segera
 Frekuensi nafas
meningkat membaik setelah lahir untuk
 Takikardia r) Tekanan darah membaik mencegah kehilangan
 Kejang panas
 Kulit memerahan d) Masukkan bayi BBLR
 Dasar kuku sianosik ke dalam plastik segera
setelah lahir 13
e) Gunakan Topi Bayi
untuk mencegah
kehilangan panas pada
bayi baru lahir f)
Tempatkan bayi baru
lahir di bawah radiant
warmer
g) Pertahankan
kelembapan inkubator
50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan
panas karena proses
evaporasi
h) Atur suhu inkubator
sesuai kebutuhan
i) Hangatkan terlebih
dahulu bahan – bahan
yang akan kontak dengan
bayi
j) Hindari meletakkan
bayi di dekat jendela
terbuka atau di area
aliran pendingin ruangan
atau kipas angin
k) Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat, dan penghangat
ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh
l) Gunakan kasur
pendingin, water water
circulating blankets, ice
pack atau gel pad dan
intravascular 14 cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
m) Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
C.Edukasi:
a) Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat
stroke b) Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
c) Demontrasikan teknik
perawatan metode
kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR
D.Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
antipiretik
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN : RESIKO GANGGUAN INTEGRITAS
KULIT/JARINGAN

N SDKI SLKI SIKI3.


O
4. Resiko gangguan integritas Setelah dilakukan A.Observai :
kulit /jaringan (D.0139) tindakan keperawtan 1.identifikasi penyebab
Penyebab ; selama ...xjam di gangguan integritas
1.perubahan sirkulasi harapkan integritas kulit kulit(mis.perubahan
2.perubahan status nutrisi dan jarigan meningkat sirkulasi.,perubahan status
3.kekurangan/kelebihan volume dengan kriteria hasil : nutrisi,perubahan
cairan 1.elastisitas meningkat kelembaban,suhu lingkungan
4.penurunan mobilitas 2.hidrasi meningkat ekstrem,penurunan mobilitas)
5.bahan kimia iritatif 3.perfusi jaringan B.Terapeutik
6.suhu lingkungan yang ekstrim meningkat 2.ubah posisi tiap 2 jam jika
7.faktor mekanis (mis.penekanan 4.kerusakan jaringan tirah baring
,gesekan) atau factor elektris menurun 3.lakukan masase apadaarea
(elektrodiametri,energy listrik 5.kerusakan lapisan kulit penonjolan tuang
bertegangan tinggi) menurun 4.bersihkan perineal dengan air
8.terapi radiasi 6.perdarahan menurun hangat,terutama selama periode
9.kelembaban 7.kemerahan menurun diare
10.proses penuaan 8.hematoma menurun 5.gunakan produk berbahan
11.neuropati perifer 9.pigmemtasi abnormal petroleum atau minyakmpada
12.perubahan pigmentasi menurun kulit kering
13.perubahan hormonal 10.jaringan parut menurun 6.gunakan produk berbahan
14.penekanan pada tonjolan 11.nekrosisi menurun ringan /alami dan hipoalergik
tulang 12.suhu kulit membaik pada kulit sensitive
15.kurang terpapar informasi 13.tekstur membaik 7.hindari produk berbahan dasar
tentang upaya mempertahankan/ alcohol pada kulit kering
melindungi integritas jaringan. E.Edukasi
8.anjurkan penggunaan
pelembab (mis.lotion,minyak)
9.anjurkan minum air yang
cukup
10.anjurkan meninkatkan
asupan nutrisi
11.amjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
12.anjurkan
menghindariterpapar suhu
extrim.
lOMoARcPSD|17679605

4. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah
ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju
pencapaian tujuan atau hasil keefektifan rencana asuhan keperawatan dengan
tindakan intelektual dalam melengkapi proses keperawatan yang menandakan
keberhasilan untuk diagnosa keperawatan, rencana intervensi dan
implementasinya. Jenis- jenis Evaluasi dalam asuhan keperawatan antara lain :
a. Evaluasi formatif (proses) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas peayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu
menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus
dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode
pengumpulan data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana asuhan
keperawatan, pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan
menggunakan form evaluasi. Ditulis pada catatan perawatan. Contoh:
membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa
pusing.
b. Evaluasi Sumatif (hasil) Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan.
Focus evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan.Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
asuhan keperawatan secara paripurna
lOMoARcPSD|17679605

DAFTAR PUSTAKA
Atikah,M,V & Jaya,P. 2015. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan Balita.
Jakarta. CV.Trans Info Media

Ihsan, Z. (2017). Asuhan Keperawatan pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di Ruang


Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017.
(https://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4386&keywords=,
diakses 10 November 2021)
Kristanti ,H,M. Etika,R. Lestari,P . 2015. Hyperbilirubinemia Treatment Of Neonatus.
Folia Medica Indonesian Vol. 51
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Waluyo, Eko. (2015). Waluyo, E. (2015). Faktor-Faktor Yang Berperan Pada Kejadian
Neonatus Dengan Hiperbilirubinemia Di Rsud Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Purwokerto). (h 琀琀
ps://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjzq7eyz4z0AhXRfH
0KHcwlBaoQFnoECAIQAQ&url=h 琀琀 p%3A%2F%2Fjournal.binawan.ac.id%2Fimpuls%2Far
琀椀 cle %2Fdownload%2F29%2F29%2F&usg=AOvVaw3IOzabXrOZPAJ62OOkdnA2 , diakses
10 November 2021)

Downloaded by Nainul Fitriah (nersnely@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai