Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERBILIRUBIN

KELOMPOK 3 :

1. KHOIRIA AB’UR
2. MOH. NUR SOLEH
3. N ATA L I A FA I D I B A N
4. N I S M A R A H A K B AW
DEVINISI

Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum


(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga
dapat menimbulkan ikterus. (SuzanneC. Smeltzer, 2002).
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal
bilirubin 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl. Jadi,
Hiperbilirubun adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin
dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin
serum.
KLASIFIKASI

Hiperbilirubin atau icterus dapat diklasifikasikan menjadi enam bagian,


yaitu:
 Ikterus Prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel
darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas
terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin
yang tidak terkonjugasi.
 Ikterus Hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat
kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin
 Ikterus Kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu
dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus.
Akibatnya adalah peningkatan bilirubin
LANJUTAN…

 Ikterus Fisiologis
adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak
mempunyai dasar patologis, Ikterus patologik adalah ikterus yang
mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu
nilai yang disebut hiperbilirubin.
 Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Disebabkan oleh suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin
dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau
mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis.
 Kern Ikterus
Disebabkan oleh kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus
subtalamus.
ETIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut terjadi
karena keadaan sebagai berikut :

 Echhymosis
 Polychetemia  Gangguan fungsi hati; defisiensi
 soimun Hemolytic Disease glukoronil transferase, obstruksi
 Kelainan Struktur dan Enzim Sel empedu (atresia biliary), infeksi,
Darah Merah masalah metabolic
 Keracunan Obat (Hemolisis Kimia: galaktosemia, hipotiroid jaundice
Salisilat, Kortikosteroid, ASI.
Kloramfenikol)  Adanya komplikasi asfiksia,
 Hemolisis Ekstravaskuler hipotermi, hipoglikemi.
 Cephalhematoma Menurunnya ikatan albumin;
lahir premature, asidosis.
MANIFESTASI KLINIS

 Kulit berwarna kuning sampe


jingga  Kadar bilirubin total mencapai 29
 Pasien tampak lemah mg/dl.
 Nafsu makan berkurang  Terdapat ikterus pada sklera,
kuku/kulit dan membran mukosa
 Reflek hisap kurang
 Jaundice yang tampak 24 jam
 Urine pekat pertama disebabkan penyakit
 Perut buncit hemolitik padabayi baru lahir, sepsis
 Pembesaran lien dan hati atau ibu dengan diabetk atau
 Gangguan neurologic infeksi.
 Feses seperti dempul  Jaundice yang tampak pada hari ke
2 atau 3 dan mencapai puncak
pada harike 3-4 dan menurun hari
ke 5-7 yang biasanya merupakan
jaundice fisiologi
PATOFISOLOGI
Bilirubin diproduksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak.
Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan
dengan albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus
gastrointestinal. Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri
pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek
yang kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi
(Atika dan Jaya, 2016).

Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang


melebihi kemampuan hati untuk mengekskresikan bilirubin yang telah diekskresikan
dalam jumlah normal. Selain itu, hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan oleh
obstruksi saluran ekskresi hati. Apabila konsentrasi bilirubin mencapai 2 – 2,5 mg/dL
maka bilirubin akan tertimbun di dalam darah. Selanjutnya bilirubin akan berdifusi ke
dalam jaringan yang kemudian akan menyebabkan kuning atau ikterus (Khusna, 2013).

Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin yang larut lemak, tak
terkonjugasi, non polar (bereaksi indirek). Pada bayi dengan hiperbilirubinemia
kemungkinan merupakan hasil dari defisiensi atau tidak aktifnya glukoronil transferase.
Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan karena penurunan protein
hepatik sejalan dengan penurunan darah hepatik (Suriadi dan Yuliani 2010).
PENATALAKSANAAN

 Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian


makanan sejak dini(pemberian ASI).
 Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa
kelahiran, misalnyasulfa furokolin.
 Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
 Fenobarbital Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam
hati dan memperbesarkonjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik
glukoronil transferase yang manadapat meningkatkan billirubin
konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalamempedu.
Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
 Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
 Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin
patologis dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui
tinja dan urine .
LANJUTAN…
 oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
 fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin
patologis dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit
melalui tinja dan urine denganoksidasi foto pada billirubin
dari billiverdin.
 Transfusi tukar. dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani
dengan foto terapi.
 Terapi Obat-obatan, Misalnya obat phenorbarbital/luminal
untuk meningkatkan bilirubin di selhati yang
menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga
bergunauntuk mengurangi timbulnya bilirubin dan
mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Laboratorium (Pemeriksan Darah)


1. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur
kadar billirubin lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup
bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan
yang tidak fisiologis.
2. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
3. Protein serum total.

 USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong


empedu.
 Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu
membedakan hapatitis dan
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi akibat Hiperbilirubin yaitu:


 Bilirubin Encephalopathy (Komplikasi Serius).
 Kern Ikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi
mental, hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot.
 Gangguan pendengaran dan penglihatan.
 Asfiksia.
 Hipertermi.
 Hipoglikemi.
 Kematian
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
 Anamnese orang tua/keluarga
Meliputi : Nama bayi, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, anak ke
berapa, BB/ PB dan alamat, nama orang tua bayi.
 Keluhan utama
Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malasmenyusu, tampak lemah,
dan bab berwarna pucat
 Riwayat keperawatan
Riwayat kehamilan Kurangnya antenal care yang baik, Riwayat persalinan,
Riwayat postnatal Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, kulit
bayi tampak kuning, Riwayat kesehatan keluarga , Riwayat psikososial,
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua,
Pengetahuan keluarga Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman
orang tua tentang bayi yang ikterus
LANJUTAN…

 Kebutuhan sehari-hari
Nutrisi, Eliminasi, Istirahat , Aktifitas, Personal hygiene, Neurosensori,
Pernapasan
 Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Tampak lemah, pucat, ikterus dan aktivitas menurun
• Kepala, leher : Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput /
mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan
Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih (
kuning), dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia
• Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda
peningkatan frekuensi nafas, status kardiologi menunjukkan adanya
tachicardia, khususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi
• Perut : Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati.
Hal ini berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan fototerapi
LANJUTAN…

• Urogenital : Urine kuning dan pekat, Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti
dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan / atresia saluran empedu
• Ekstremitas : Menunjukkan tonus otot yang lemah
• Kulit : Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor jelek. Elastisitas menurun,
Perdarahan bawah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis, ikterus pada kulit
dan sklera mata.
• Pemriksaan Neurologis : Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lainlain
menunjukkan adanya tanda- tanda kern – ikterus (Surasmi, 2013)

 Pemeriksaan Penunjang
• Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %
• Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi
• Screnning enzim G6PD (glucose 6 phosphate dheydrogenase) menunjukkan adanya
penurunan
• Screnning Ikterus melalui metode Kramer
• Pemeriksaan Bilirubin Direct >0,2 mg/dl
• Pemeriksaan Bilirubin Indirect >0,60-10,50 mg/dl
• Pemeriksaan Bilirubin Total >12 mg/dl (Suriadi, 2001)
b.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul sesuai analisa data yang


adapada kasus hiperbilirubinemia berdasarkan SDKI (Standar
DiagnosaKeperawatan Indonesia) adalah :
1. Hipovolemia b.d kekurangan intake
2. Ikterik Neonatus b.d Penurunan Berat Badan Abnormal
3. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d efek terapi radiasi
4. Hipertermi b.d Terpapar Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai