Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBIN
KELOMPOK 3
PROGAM STUDI PROFESI NERS

U N I V E R S I TA S N G U D I WA L U Y O
Definisi

Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi di mana produksi


bilirurin yang berlebihan didalam darah.

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis


tersering ditemukan pada bayi baru lahir, dapat disebabkan oleh
proses fisiologis, atau patologis, atau kombinasi keduanya.
Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena
keadaan sbb:
Polychetemia (Peningkatan jumlah sel darah merah)
Isoimmun Hemolytic Disease
Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid,
kloramfenikol)
 Hemolisis ekstravaskuler
 Cephalhematoma
 Ecchymosis
 Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu
(atresia biliari), infeksi, masalah metabolik galaktosemia,
hipotiroid jaundice ASI
 Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan
albumin; lahir prematur, asidosis.
Manifetasi Klinis

Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.

Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit


hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai
puncak pada hari ke tiga sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima
sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
 Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang
cenderung tampak kuning terang atau orange, ikterus pada tipe
obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan
atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
 Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja
pucat, seperti dempul.
 Perut membuncit dan pembesaran pada hati
 Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
 Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
 Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
 Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
epistotonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
Patofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan
pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi hipoksia, asidosis.
Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak
hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah
melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan BBLR, hipoksia, dan
hipoglikemia.
Penatalaksanaan

 Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini


(pemberian ASI).
 Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran,
misalnya sulfa furokolin.
 Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
 Fenobarbital
 Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana
dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen
dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
 Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
 Fototerapi
Konsep Asuhan Keperawatan
Pada Kasus Hiperbilirubin

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:
• Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, panjang badan
lahir, serta apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak ke, jumlah
saudara dan identitas orang tua.
• Keluhan Utama
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
4. Riwayat Pertumbuhan
5. Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Diagnosa Keperawatan
 Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan
komplikasi berkenaan phototerapi.
 Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi
 Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi
 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai