Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KMB II

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

PENGELIHATAN (GLAUKOMA)

Dosen pengampu : Nurul Kartika Sari M.Kep.

KELOMPOK 6 :
1. Natalia Ruth Faidiban
2. Nidia Achirul Tamara
3. Origim Deki O. Thon
4. Prisilia Lainata
5. Saha Supriyanti

PRODI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PAPUA BARAT TAHUN
AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendaknya
sajalah makalah KMB II ini dapat penulis selesaikan. Penulis juga berterimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah KMB II yang berjudul
“Glaukoma” ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari hari.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis masih mengharap saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.

Sorong, 31 Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
a. latar Belakang ................................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
c. Manfaat Penulisan ........................................................................................... 2
d. Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Konsep Medis
1. Definisi ......................................................................................................... 3
2. Klasifikasi ..................................................................................................... 3
3. Anatomi dan Fisiologi .................................................................................. 4
4. Etiologi ......................................................................................................... 5
5. Manifestasi Klinis......................................................................................... 5
6. Patofisiologis ................................................................................................ 5
7. Pathway ........................................................................................................ 6
8. Penatalaksanaan............................................................................................ 6
9. Pemeriksaan penunjang ................................................................................ 7
10. Komplikasi ................................................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN
a. konsep Proses Keperawatan
1. Pengkajian .................................................................................................... 10
2. Diagnose Keperawatan ................................................................................. 19
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 20
4. Fokus Implementasi...................................................................................... 22
5. Fokus Evaluasi.............................................................................................. 29
BAB IV PENUTUP
a. kesimpulan ...................................................................................................... 35
b. Saran ........................................................................................................................ 36

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG GLAUKOMA

Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia.
Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan
yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang
sempurna dengan segala indranya saja yangmendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata
merupakan anggota badan yangsangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk
kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini
diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.

Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar
di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan
menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa
disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan

Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang
nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi
kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan50% penderita glaukoma tidak
menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh
glaukoma tidak dapat diperbaiki, makadeteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini
mungkin.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah nya adalah sebagai berikut:
1. Definisi dari glaucoma?
2. Klasifikasi dari glaucoma?
3. Etiologi dari glaukoma.
4. Patofisiologi dari glaukoma.
5. Manifestasi klinis glaukoma.
6. Pemeriksaan medis glaukoma.
7. Penatalaksanaan glaukoma
8. Asuhan keperawatan glaukoma.

1
C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan berguna bagi pembangunan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan pada pasien Glaukoma

2.Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti Menambah wawasan dan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya
dalam mengembangkan penelitian lanjutan terhadap pasien Glaukoma
b. Bagi Institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
pengembangan keilmuan khususnya di program studi ilmu keperawatan di Poltekkes
Kemenkes.
c. Bagi pasien Dapat menjadi pedoman bagi pasien untuk mengetahui lebih lanjut penyakit
yang dialami.

D. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem persepsi
sensori dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang glaukoma dan tindakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit glukoma.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi dari glaukoma.


b. Untuk mengetahui klasifikasi glaukoma
c. Untuk mengetahui etiologi glaukoma.
d. Untuk mengetahui patofisiologi glaukoma.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis glaukoma.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis glaukoma.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan glaukoma
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan glaukoma.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala
patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala
akibatnya. (Indriana dan Istiqomah; 2004).

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra
okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf
optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan
tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan SunaryoJoko Waluyo; 2009)

2. KLASIFIKASI

1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata.
Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis,
pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan
berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem,
3
dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal
biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup


Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior
secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong kedepan, menempel ke jaringan
trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan
iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera
ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi
ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan
atau reabsorbsi akueos humor.
Gangguan ini terjadi akibat:
• Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
• Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
• Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran,
biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan
pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya.
Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi
sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya
adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Di dalam mata terdapat dua macam cairan yaitu
1. Aueus humor
Cairan ini berada di depan lensa.
2. Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada dibelakang mata,

4
mulai dari lensa hingga retina. Dalam hal ini cairan yang mengalami gangguan yang
dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah Aqueushumor, dimana cairan ini berasal
dari badan sisiari mengalir kearah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap
kembali kedalam aliran darah pada sudut antara irisdan kornea melalui %ena halus yang
dikenal sebagai saluran schlemm. Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya
hambatan abnormal terhadap aliran Aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih
badan silier sehingga terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai
tekanan 50mmHg.

4. ETIOLOGI
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai
bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor
genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dari
sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara lain riwayat
glaukoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.

5. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut,
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

6. PATOFISIOLOGIS
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus oleh
badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humoraquelus melalui
sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan
intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.

Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya


aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,akan
timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa
faktor :

5
a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf
pada papil saraf optik.
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi pupil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada
papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).

7. PATHWAY

8. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut yang
tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif(mengurangi nyeri,
mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta

6
mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik seperti


gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor aqueus
ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide(Acetazolam,
Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).Penurunan humor
aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat beta adrenergik seperti
latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol(Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan miotikum
seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum inimenyebabkan
pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikumdilakukan apabila
telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan denganmemberikan


analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroiduntuk reaksi
radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran schlemm
sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.Tindakan
pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan lasertrabekuloplasti. Bila
tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanagselaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan Kesehatan terhadap


penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan penyakit
kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam pengobatan
untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk mempertahankan pengobatan
dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit ini serta
penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan
kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan
fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi ada.

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
• Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
• Indentasi dengan tonometer schiotz
• Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
• Nonkontak pneumotonometry

7
Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara
mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat digunakan dalam keadaan terpaksa
dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola
mata sambil penderta disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab
menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola
mata,hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan
keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan
secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
• N : normal
• N + 1 : agak tinggi
• N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
• N – 1 : lebih rendah dari normal
• N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c. Oftalmoskopi Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan


keadaan papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang
kronik.Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dariekskavasi
yang luasnya tetap atau terus melebar.

2. Pemeriksaan lapang pandang


a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukandi daerah
tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi
daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandangditemukan para
sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas 2002:242-248).

10. KOMPLIKASI
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi penggaungan glaukomatosa,
mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan

8
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi
pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat
dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan
siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah
tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

9
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
FORMAT PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

I. PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas klien
- Nama : Ny. E
- Umur : 46 tahun
- Jenis Kelamin : perempuan
- Agama : Islam
- Pendidikan : -
- Pekerjaan : ibu rumah tangga
- Suku / Bangsa : makassar
- Alamat : jl. wortel
- Penghasilan : -
- Tanggal MRS : 31 Agustus
- Tanggal Pengkajian : 1 September
2. Identitas penanggung
- Perawatan dan pengobatan di tanggung oleh BPJS
- Penanggung jawab / orang yang terdekat : suami
B. Data fisiologis / biologis
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama : klien datang dengan keluhan penglihatan mata kiri
buram dan hanya melihat bayangan samar-samar
- Sifat keluhan : terus menerus
- Mulai timbul keluhan : sejak 5 hari lalu
- Keluhan yang menyertai : mata merah, nyeri pada area mata hilang timbul
seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 dan pegal sekitar mata, dan sakit
kepala secara terus -menerus seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 6
- Faktor pencetus : nyeri di area mata akan bertambah bila kepala
lebih rendah dari badan
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
- Penyakit yang pernah diderita : tidak ada
- Riwayat opname : klien mengatakan sebelumnya belum pernah di
opname
- Riwayat trauma : tidak ada
- Riwayat operasi : klien mengatakan sebelumnya tidak
pernah dioperasi
- Riwayat transfusi darah : tidak ada

10
- Riwayat alergi : tidak ada
C. Riwayat aktifitas sehari-hari
1. Nutrisi
a. Kebutuhan nutrisi sebelum sakit
- Pola makan : baik
- Frekwensi makan :3x/hari
- Nafsu makan : baik , menghabiskan 1 porsi penuh
- Jenis makanan yang di konsumsi : nasi, sayur, lauk pauk
- Jenis makanan yang di sukai : nasi , lauk pauk
- Makanana pantangan : tidak ada
- Antropometri :
o TB : 155
o BB : 60
b. Kebutuhan nutrisi selama sakit
- Pola makan : baik
➢ Frekwensi makan : 3x/hari
➢ Nafsu makan : baik
➢ Jenis makanan yang di konsumsi : nasi/bubur, lauk pauk, sayur
➢ Jenis makanan yang di sukai : nasi, lauk pauk
➢ Makanana pantangan : tidak ada
➢ Antropometri :
a. TB : 155
b. BB : 60
c. IWL : 10-15 ml/KgBB/hari = 25 ml/hari

- Masalah pemenuhan Nutrisi : tidak ada
c.Kebutuhan minum sebelum sakit
- Frekwensi : ± 2500 ml
- Jenis minuman yang di konsumsi : air putih/ teh
d.Kebutuhan minum selama sakit
- Frekwensi : ± 2000 ml
- Jenis minuman yang di konsumsi : air putih
- Balance Cairan = Intake (1500) = Output (1632) = - 132 ml

2. Eliminasi
D. Defikasi sebelum sakit
- Frekwensi : 2-3x/hari
- Konsistensi : lunak
- Warna : normal
- Keluhan : klien mengatakan tidak ada keluhan Ketika BAB
E. Defikasi selama sakit
- Frekwensi : 1-2x/hari
- Konsistensi : lunak
- Warna : normal
- Keluhan : klien mengatakan tidak ada keluhan Ketika BAB

11
F. Miksi sebelum sakit
- Frekwensi : 4-7x/hari
- Warna : jernih
- Bau : normal/amoniak
- Keluhan : klien mengatakan tidak ada keluhan Ketika BAK
- Kelancaran : lancer
G. Miksi selama sakit
- Frekwensi : 4-5x/hari
- Warna : jernih
- Bau : normal
- Keluhan : klien mengatakan tidak ada keluhan Ketika BAK
- Kelancaran : lancar
1. Kebutuhan hygiene person
H. Kebersihan diri sebelum sakit
- Kebiasaan mandi : Baik
- Frekwensi mandi : 2x/hari
- Kebersihan rambut : bersih
- Kebersihan gigi : bersih
- Kebersihan kuku : bersih
- Kebersihan kulit : bersih
I. Kebersihan diri selama sakit
- Kebiasaan mandi : cukup baik
- Kebersihan rambut : Cukup bersih
- Kebersihan gigi : bersih
- Kebersihan kuku : bersih
- Kebersihan kulit : cukup bersih

2. Kebutuhan istirahat dan tidur


J. Pola istirahat dan tidur sebelum sakit
- Tidur siang : baik
- Tidur malam : baik ± 8 jam
- Keluhan : -
- Penyebab : -
K. Pola istirahat dan tidur selama sakit
- Tidur siang : cukup ± 1 jam
- Tidur malam : cukup ± 5 jam
- Keluhan : sering terbangun
- Penyebab : sakit kepala terus menerus
-
3. Aktifitas dan olah raga
a. Sebelum sakit
- Olahraga yang disenangi : jalan santai
- Frekwensi oleh raga : 2x/ minggu
b. Selama sakit
- Tidak ada kegiatan olah raga yang dilakukan : tidak ada
- Bagaimana mobilitas di TT : Pergerakan Bebas

12
L. Data psikologi
1. Tanggapan klien sehubungan dengan penyakitnya : klien cemas
sehubung dengan penyakitnyan dan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
2. Harapan klien sehubungan dengan penyakitnya : berharap bisa beraktivitas
normal lagi
3. Emosional klien : cemas/gelisah
4. Respon keluarga terhadap sakit klien : keluarga menjaga dan
selalu mendampingi klien
M. Pola interaksi sosial budaya
1. Orang yang dekat dengan klien : suami
2. Cara mengatasi masalah : berdiskusi dengan orang terdekat
3. Interaksi dengan keluarga : baik
4. Interaksi dengan tetangga : baik
5. Hal-hal yang menjadi pantangan : -
6. Status rumah tinggal : rumah sendiri
7. Keadaan lingkungan rumah : baik
N. Data spiritual
1. Keyakinan terhadap Tuhan : ada
2. Keyakinan terhadap obat : ada
O. Data ketergantungan
a. Kebiasaan merokok : klien tidak merokok
b. Kebiasaan Minum minuman Keras : Klien tidak pernah minum-minuman keras
c. Kebiasaan Narkoba : Klien tidak menggunakan Narkoba
II. PEMERIKSAAN-PEMERIKSAAN
A. Pengamatan secara umum
1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
2. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis (GCS=E4V5M6)
B. Tanda-tanda vital
1. TD : 120/80 mmHg
2. Suhu Badan : 36,60C
3. Nadi : 84x/menit
4. Pernafasan : 20x/menit

C. Pemeriksaan fisik
1. Kulit dan kuku
a. Inspeksi
- Perubahan warna kulit : normal
- Keadaan kulit : normal
- Kelainan kulit : tidak ada kelainan kulit
- Keadaan kuku : tampak bersih
- Kelainan kuku : tidak ada kelainan kuku
b. Palpasi
- Suhu kulit : normal
- Turgor kulit : < 2 detik
- Status sensorik : normal

13
2. Kepala dan rambut
a. Inspeksi
- Bentuk kepala : bulat/normal, tidak ada lesi
- Pergerakan kepala : bebas
- Kebersihan rambut : tampak sedikit ada ketombe
- Ekspresi wajah : cemas
b. Palpasi
- Massa tumor : tidak teraba adanya massa tumor
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
kepala
- Tekstur rambut : normal
3. Mata
Kedudukan bola mata :simetris
Pergerakan bola mata : bola mata bergerak bebas ke segala arah
Palpebra : tidak ada oedema atau pun hiperemis
Konjungtiva tarsal : tidak ada hiperemis, folikel ataupun papil
Kornea : keruh, terdapat infiltrate
Iris : warna coklat, kripti baik
Pupil : bulat, tepi regular, RCL (+)
Lensa : keruh
Vitreous humor : keruh
TIO : 59,1

4. Hidung
a. Inspeksi
- Struktur luar : simetris, septum berada di tengah
- Polip : tidak tampak adanya polip
- Pengeluaran sekret : tidak ada sekret yang keluar dari
hidung
b. Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada hidung
c. Tes penciuman : normal
5. Telinga
a. Inspeksi
- Struktur luar : bersih,simetris antara kanan dan kiri
- Struktur dalam : bersih
b. Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada telinga
6. Pemeriksaan mulut dan faring
- Kelainan bibir : tidak ada kelainan pada bibir
- Keadaan gusi : normal
- Keadaan mukosa mulut : normal
- Keadaan lidah : bersih
- Keadaan bibir : normal
- Keadaan selaput lendir : normal
- Bau pernfasan : normal

14
7. Pemeriksaan leher
a. Inspeksi
- Pergerakan leher : normal/bebas
- Pembesaran kelenjar leher : tidak tampak adanya pembesaran
keringat
- Perubahan warna kulit : normal
b. Palpasi
- Kelenjar gondok/tiroid : tidak teraba adanya kelenjar gondok/tiroid
- Massa tumor : tidak teraba adanya massa tumor
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
leher

8. Pemeriksaan thorax
a. Inspeksi
- Bentuk dada : simetris/normal
- Pembesaran dada : tidak tampak adanya pembesaran dada
- Tipe pernafasan : normal
b. Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah dada
9. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk perut : normal
b. Pelebaran pembuluh darah : tidak ada
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
abdomen
c. Auskultasi : -
d. Perkusi : tympani
10. Pemeriksaan daerah femoralis
a. Inspeksi
- Limpadenitis : tidak ada
- Kelainan kulit : tidak tampak adanya kelainan kulit
b. Palpasi
- Massa tumor : tidak teraba adanya massa tumor
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
femoralis
11. Pemeriksaan ekstremitas
12. Ekstremitas atas : pergerakan sendi bebas/ tidak ada kelainan eks.
atas
13. Ekstremitas bawah : pergerakan sendi bebas/tidak ada kelainan
eks.bawah
14. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen :-
b. Laboratorium (darah lengkap)
- HB : 12,2gr/dl N. 14-16 gr %
- Leukosit : 6000/mm3 N. 6000/mm3
- Trombosit : 151 mm3 N. 150.000/mm3

15
- Segm : 64% N. 50-70
- Lymp :26% N. 20-40

D. Pengobatan dan perawatan


a. Pengobatan yang diprogramkan
• Timol 0.5% eye drop 2 dd gtt I ODS
• Polynel eye drop 6 dd gtt I ODS
• Glaucon tab 2 dd I
• KCL tab 2 dd I
b. Perawatan yang diprogramkan
• Memonitor vital sign

E. Klasifikasi data / Pengelompokan Data


No Data Subjektif Data Objektif
1 - Klien mengeluhkan penglihatan - Respon tidak sesuai
mata kiri buram - konsentrasi buruk
- klien mengatakan hanya - bersikap seolah meraba sesuatu
melihat bayangan samar samar - Kornea keruh, terdapat
- klien mengeluh mata merah, infiltrate,Lensa keruh,Vitreous
pegal sekitar mata humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
2 -Klien mengatakan sakit kepala - klien tampak meringis
P : peningkatan TIO - bersikap protektif
Q : tertusuk- tusuk
- klien tampak gelisah
R :kepala
S:6 - klien tampak memegangi daerah
T : terus menerus
yang nyeri
-klien mengatakan nyeri pada
area mata
P : bila kepala lebih rendah dari
16
badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:5
T : hilang timbul

3 -Klien cemas sehubung dengan - klien tampak gelisah


penyakitnya - klien tampak tegang
- klien merasa khawatir dengan - frekuensi nadi meningkat
akibat dari kondisi yang dihadapi
- muka tampak pucat

F. ANALISA DATA :
DATA ETIOLOGI MASALAH
Subjektif : Gangguan Penglihatan Gangguan Persepsi
- Klien mengeluhkan penglihatan
Sensori
mata kiri buram
- klien mengatakan hanya melihat
bayangan samar samar
- klien mengeluh mata merah,
nyeri area mata, pegal sekitar
mata
Objektif :
Respon tidak sesuai
- konsentrasi buruk
- bersikap seolah meraba sesuatu
- Kornea keruh, terdapat
infiltrate,Lensa keruh,Vitreous
humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C

Subjektif : Agen Pencedera Nyeri Akut

17
-Klien mengatakan sakit kepala Fisiologis
P : peningkatan TIO
Q : tertusuk- tusuk
R :kepala
S:6
T : terus menerus

-klien mengatakan nyeri pada


area mata
P : bila kepala lebih rendah dari
badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:5
T : hilang timbul

Objektif :
- klien tampak meringis
- bersikap protektif
-klien tampak gelisah
- klien tampak memegangi daerah
yang nyeri

Subjektif : Ancaman Terhadap Ansietas


-Klien cemas sehubung dengan Konsep Diri
penyakitnya
- klien merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi

Objektif :
- klien tampak gelisah
- klien tampak tegang
- frekuensi nadi meningkat
- muka tampak pucat

G. PRIORITAS MASALAH (Diagnosa Keperawatan) = Problem Etiologi Sign/symptom


1. Gangguan persepsi Sensori b/d gangguan penglihatan , ditandai dengan penglihatan
mata kiri buram, hanya melihat bayangan samar- samar, mata merah, nyeri area mata,

18
pegal sekitar mata
2. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisiologis, ditandai dengan nyeri kepala, nyeri pada area
mata
3. Ansietas b/d Ancaman terhadap konsep diri, ditandai dengan cemas sehubung dengan
penyakit, khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, gelisah, tegang, muka
pucat.

19
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NAMA : Ny. E RUANG :
xxx
NO. REG :xxx TANGGAL : 01/09/2022

NO. TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


DX. Kep. DITEMUKAN KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 01/09/2022 Gangguan persepsi 1. Periksa status mental, status sensori, dan
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan kep. Selama
Sensori b/d 3x24 tingkat kenyamanan (mis, nyeri, kelelahan)
jam diharapkan masalah dapat diatasi dengan 2. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban
gangguan sensori (mis, bising, terlalu terang)
penglihatan Kriteria Hasil:
3. Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya,
1. fungsi sensorik kranial meningkat
suara, aktivitas)
2. kongesti konjungtiva menurun 4. Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
3. pandangan kabur menurun Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu
waktu, sesuai kebutuhan
5. Edukasi Ajarkan cara meminimalisasi
stimulus (mis. mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan, membatal kunjungan)
6. Kolaborasi dalam meminimalkan prosedur
tindakan
7. Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi stimulus

2 01/09/2022 Nyeri Akut b/d 1. identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi,


Tujuan : setelah dilakukan Tindakan kep. Selama
Agen pencedera 3x24 kualitas, intensitas nyeri
jam diharapkan masalah dapat diatasi dengan 2. identifikasi skala nyeri
fisiologis 3. monitor efek samping penggunaan analgetic
4. control ingkungan yang memperberang dan
Kriteria Hasil:
memperingan rasa nyeri
1. keluhan nyeri menurun 5. jelaskan penyebab, periode, dan [emicu nyeri
2. meringis menurun 6. anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
3. sikap protektif menurun 7. ajarkan Teknik nonfarmakologi
4. gelisah menurun 8. kolaborasi pemberian analgetic jika perlu

20
3 01/09/2022 Ansietas b/d 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan kep. Selama
Ancaman terhadap 3x24 (mis. kondisi, waktu, stresor)
jam diharapkan masalah dapat diatasi dengan 2.Identifikasi kemampuan mengambil
konsep diri keputusan Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
Kriteria Hasil:
dan nonverbal)
1. verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
dihadapi menurun menumbuhkan kepercayaan
2. perilaku gelisah menurun 4. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
3. perilaku tegang menurun jika memungkinkan
4. pucat menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
8. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami Informasikan secara faktual
mengenal diagnosis, pengobatan, dan prognosis
9. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu Anjurkan umelakukan
kegiatan yang tidak kompetitif, sesual
kebutuhan
10. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
11. Kolaborasi pemberian obat antiansiotas, jika
perlu

Yang Membuat Intervensi

21
1. TINDAKAN/IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NAMA : Ny. E RUANG : xxx


NO. REG : xxx TANGGAL : 01-03/09/2022

NO HARI/TGL / JAM TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI TINDAKAN TTD


1. 01/09/2022 1. Memeriksa status mental, status sensori, dan tingkat S : - Klien mengeluhkan penglihatan
kenyamanan (mis, nyeri, kelelahan) mata kiri buram
2. mendiskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori - klien mengatakan hanya melihat
(mis, bising, terlalu terang) bayangan samar samar
3. membatasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara,
- klien mengeluh mata merah, nyeri area
aktivitas)
4. mengajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.
mata, pegal sekitar mata
mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatal kunjungan) O : Respon tidak sesuai
6. berkolaborasi dalam meminimalkan prosedur tindakan - konsentrasi buruk
7. berkolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi
stimulus - bersikap seolah meraba sesuatu
- Kornea keruh, terdapat infiltrate,Lensa
keruh,Vitreous humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

22
2 01/09/2022 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, S : Klien mengatakan sakit kepala
kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri P : peningkatan TIO
3. memonitor efek samping penggunaan analgetic Q : tertusuk- tusuk
4. mengkontrol ingkungan yang memperberang dan R :kepala
memperingan rasa nyeri S:6
5. menjelaskan penyebab, periode, dan memicu nyeri T : terus menerus
6. menganjurkan menggunakan analgetic secara tepat
7. mengajarkan Teknik nonfarmakologi -klien mengatakan nyeri pada area mata
8. berkolaborasi pemberian analgetic jika perlu P : bila kepala lebih rendah dari badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:5
T : hilang timbul

O : klien tampak meringis


- bersikap protektif
-klien tampak gelisah
- klien tampak memegangi daerah yang
nyeri
A : Masalah Belum Teratasi
23
P : Lanjutkan intervensi
3 01/09/2022 1. mengdentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. S : Klien cemas sehubung dengan
kondisi, waktu, stresor)
2.mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan penyakitnya
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) - klien merasa khawatir dengan akibat
3. menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
dari kondisi yang dihadapi
kepercayaan
4. menemani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan O : - klien tampak gelisah
5. menggunakan pendekatan yang tenang dan - klien tampak tegang
meyakinkan Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan - frekuensi nadi meningkat
6. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
- muka tampak pucat
kecemasan
7. menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami Informasikan secara faktual mengenal diagnosis, A: Masalah Belum Teratasi
pengobatan, dan prognosis P : Lanjutkan Intervensi
8. melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
9. berkolaborasi pemberian obat antiansiotas, jika perlu

4 02/09/2022 1. Memeriksa status mental, status sensori, dan tingkat S : - Klien mengeluhkan penglihatan
kenyamanan (mis, nyeri, kelelahan) mata kiri buram
2. mendiskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori - klien mengatakan hanya melihat
(mis, bising, terlalu terang) bayangan samar samar
3. membatasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara,
- klien mengeluh mata merah, nyeri area
aktivitas)
mata, pegal sekitar mata
4. mengajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.
mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatal kunjungan) O : Respon tidak sesuai
6. berkolaborasi dalam meminimalkan prosedur tindakan - konsentrasi buruk
7. berkolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi
stimulus - bersikap seolah meraba sesuatu
- Kornea keruh, terdapat infiltrate,Lensa

24
keruh,Vitreous humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

5 02/09/2022 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, S : Klien mengatakan sakit kepala sudah
kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri mulai berkurang
3. memonitor efek samping penggunaan analgetic P : peningkatan TIO
4. mengkontrol ingkungan yang memperberang dan
Q : tertusuk- tusuk
memperingan rasa nyeri
5. menjelaskan penyebab, periode, dan memicu nyeri
R :kepala
6. menganjurkan menggunakan analgetic secara tepat S:4
7. mengajarkan Teknik nonfarmakologi T : terus menerus
8. berkolaborasi pemberian analgetic jika perlu
-klien mengatakan nyeri pada area mata
berkurang
P : bila kepala lebih rendah dari badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:4
T : hilang timbul

O : klien tampak meringis


- bersikap protektif
-klien tampak gelisah
- klien tampak memegangi daerah yang
nyeri

25
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
6. 02/09/2022 1. mengdentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. S : Klien mengatakan rasa cemas dan
kondisi, waktu, stresor)
2.mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan khawatirnya nya sudah sedikit berkurang
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) O : - klien tampak sedikit gelisah
3. menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan - klien tampak sedikit tegang
4. menemani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan - frekuensi nadi meningkat
5. menggunakan pendekatan yang tenang dan - muka tampak pucat
meyakinkan Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
A: Masalah Teratasi sebagian
6. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
P : Lanjutkan Intervensi
kecemasan
7. menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami Informasikan secara faktual mengenal
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
8. melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
9. berkolaborasi pemberian obat antiansiotas, jika perlu

7 03/2022 1. Memeriksa status mental, status sensori, dan tingkat S : - Klien mengeluhkan penglihatan
kenyamanan (mis, nyeri, kelelahan) mata kiri buram
2. mendiskusikan tingkat toleransi terhadap beban - klien mengatakan hanya melihat
sensori (mis, bising, terlalu terang) bayangan samar samar
3. membatasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara,
- mata merah klien berkurang, dan sudah
aktivitas)
tidak terlalu pegal sekitar mata
4. mengajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.
mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatal kunjungan) O : Respon tidak sesuai
6. berkolaborasi dalam meminimalkan prosedur tindakan - konsentrasi buruk
7. berkolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi
stimulus - bersikap seolah meraba sesuatu
- kongesti konjungtiva menurun

26
- Kornea keruh, terdapat infiltrate,Lensa
keruh,Vitreous humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

8 03/09/2022 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, S : Klien mengatakan sakit kepala sudah
kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri berkurang
3. memonitor efek samping penggunaan analgetic P : peningkatan TIO
4. mengkontrol ingkungan yang memperberang dan
Q : tertusuk- tusuk
memperingan rasa nyeri
R :kepala
5. menjelaskan penyebab, periode, dan memicu nyeri
6. menganjurkan menggunakan analgetic secara tepat S:3
7. mengajarkan Teknik nonfarmakologi T : terus menerus
8. berkolaborasi pemberian analgetic jika perlu
-klien mengatakan nyeri pada area mata
berkurang
P : bila kepala lebih rendah dari badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:3
T : hilang timbul

O : - meringis menurun
- bersikap protektif menurun

27
- klien kadang masih tampak memegangi
daerah yang nyeri
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi
9 03/09/2022 1. mengdentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. S : Klien mengatakan sudah tidak merasa
kondisi, waktu, stresor)
2.mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan cemas dan khawatir karena ada keluarga
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) yang mendukung nya
3. menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan O : .-verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
4. menemani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika dihadapi menurun
memungkinkan - perilaku gelisah menurun
5. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu - perilaku tegang menurun
kecemasan - pucat menurun
6. menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami Informasikan secara faktual mengenal A: Masalah Teratasi
diagnosis, pengobatan, dan prognosis P : Hentikan Intervensi
7. melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
8. berkolaborasi pemberian obat antiansiotas, jika perlu

28
2. EVALUASI

NAMA : NY. E RUANG : XXX


NO. REG. : XXX TANGGAL : 01-03/09/2022

NO. TANGGAL DX KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TTD


1 01/09/2022 Gangguan persepsi Sensori b/d gangguan S : - Klien mengeluhkan penglihatan mata kiri
penglihatan buram
- klien mengatakan hanya melihat bayangan samar
samar
- klien mengeluh mata merah, nyeri area mata,
pegal sekitar mata

O : Respon tidak sesuai


- konsentrasi buruk
- bersikap seolah meraba sesuatu
- Kornea keruh, terdapat infiltrate,Lensa
keruh,Vitreous humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

2 01/09/2022 S : Klien mengatakan sakit kepala


P : peningkatan TIO
Q : tertusuk- tusuk

29
R :kepala
S:6
T : terus menerus

-klien mengatakan nyeri pada area mata


P : bila kepala lebih rendah dari badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:5
T : hilang timbul

O : klien tampak meringis


- bersikap protektif
-klien tampak gelisah
- klien tampak memegangi daerah yang nyeri
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensI
3 01/09/2022 S : Klien cemas sehubung dengan penyakitnya
- klien merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi

O : - klien tampak gelisah


- klien tampak tegang
- frekuensi nadi meningkat
- muka tampak pucat

A: Masalah Belum Teratasi


P : Lanjutkan Intervensi
4 02/09/2022 S : - Klien mengeluhkan penglihatan mata kiri

30
buram
- klien mengatakan hanya melihat bayangan samar
samar
- klien mengeluh mata merah, nyeri area mata,
pegal sekitar mata

O : Respon tidak sesuai


- konsentrasi buruk
- bersikap seolah meraba sesuatu
- Kornea keruh, terdapat infiltrate,Lensa
keruh,Vitreous humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
5 02/09/2022 S : Klien mengatakan sakit kepala sudah mulai
berkurang
P : peningkatan TIO
Q : tertusuk- tusuk
R :kepala
S:4
T : terus menerus

-klien mengatakan nyeri pada area mata berkurang


P : bila kepala lebih rendah dari badan
Q : tertusuk-tusuk

31
R : mata
S:4
T : hilang timbul

O : klien tampak meringis


- bersikap protektif
-klien tampak gelisah
- klien tampak memegangi daerah yang nyeri
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
6 02/09/2022 S : Klien mengatakan rasa cemas dan khawatirnya
nya sudah sedikit berkurang
O : - klien tampak sedikit gelisah
- klien tampak sedikit tegang
- frekuensi nadi meningkat
- muka tampak pucat

A: Masalah Teratasi sebagian


P : Lanjutkan Intervensi
7 03/09/2022 S : - Klien mengeluhkan penglihatan mata kiri
buram
- klien mengatakan hanya melihat bayangan samar
samar
- mata merah klien berkurang, dan sudah tidak
terlalu pegal sekitar mata

O : Respon tidak sesuai


- konsentrasi buruk

32
- bersikap seolah meraba sesuatu
- kongesti konjungtiva menurun
- Kornea keruh, terdapat infiltrate,Lensa
keruh,Vitreous humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

8 03/09/2022 S : Klien mengatakan sakit kepala sudah


berkurang
P : peningkatan TIO
Q : tertusuk- tusuk
R :kepala
S:3
T : terus menerus

-klien mengatakan nyeri pada area mata berkurang


P : bila kepala lebih rendah dari badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:3
T : hilang timbul

O : - meringis menurun

33
- bersikap protektif menurun
- klien kadang masih tampak memegangi daerah
yang nyeri
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi
9 03/09/2022 S : Klien mengatakan sudah tidak merasa cemas
dan khawatir karena ada keluarga yang
mendukung nya
O : .-verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
dihadapi menurun
- perilaku gelisah menurun
- perilaku tegang menurun
- pucat menurun

A: Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi

34
BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidaklangsung, yang
secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakinlama akan semakin
berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal inidisebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bolamata akan membesar dan bola
mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf
mata tidak mendapatkan aliran darahsehingga saraf mata akan mati

Glaukoma dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu: glaukoma primer, sekunder dankongenital.


Adapun tanda dan gejalanya adalah kornea suram, sakit kepala , nyeri,lapang pandang
menurun,dll. Komplikasi dari glaucoma adalah kebutaan.Penatalaksanaannya dapat
dilakukan berbagai terapi obat-obatan, sala satunya adalahdengan pemberian terapi timolol
yang bertujuan untuk menurunkan intraokuler (TIO).

B. SARAN

1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan


pelayanankesehatan khususnya pada glaukoma untuk pencapaian kualitas
keperawatansecara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatankarena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurnamaka penyembuhan
yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan
keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkanasuhan
keperawatan yang benar pada klien dengan glaukoma.

35
DAFTAR PUSTAKA
1. Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah .Jakarta:
EGC, 2010.
2. Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke
3 . Jakarta: EGC. 1999.3. Indriana dan N Istiqomah.
Pustaka jurnal
1. Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5% pada
glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun
2012-2014 . Manado: Fakultas Kedokteran Universitas SamRatulangi; 2016.
2. Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timololmaleat dan
dorsalamid pasien glaukoma . Semarang: Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro; 2014
https://www.academia.edu/37854485/Askep_glaukoma_docx

36

Anda mungkin juga menyukai