PENGELIHATAN (GLAUKOMA)
KELOMPOK 6 :
1. Natalia Ruth Faidiban
2. Nidia Achirul Tamara
3. Origim Deki O. Thon
4. Prisilia Lainata
5. Saha Supriyanti
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendaknya
sajalah makalah KMB II ini dapat penulis selesaikan. Penulis juga berterimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah KMB II yang berjudul
“Glaukoma” ini.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis masih mengharap saran dan kritik yang dapat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
a. latar Belakang ................................................................................................. 1
b. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
c. Manfaat Penulisan ........................................................................................... 2
d. Tujuan Penulisan............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Konsep Medis
1. Definisi ......................................................................................................... 3
2. Klasifikasi ..................................................................................................... 3
3. Anatomi dan Fisiologi .................................................................................. 4
4. Etiologi ......................................................................................................... 5
5. Manifestasi Klinis......................................................................................... 5
6. Patofisiologis ................................................................................................ 5
7. Pathway ........................................................................................................ 6
8. Penatalaksanaan............................................................................................ 6
9. Pemeriksaan penunjang ................................................................................ 7
10. Komplikasi ................................................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN
a. konsep Proses Keperawatan
1. Pengkajian .................................................................................................... 10
2. Diagnose Keperawatan ................................................................................. 19
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................ 20
4. Fokus Implementasi...................................................................................... 22
5. Fokus Evaluasi.............................................................................................. 29
BAB IV PENUTUP
a. kesimpulan ...................................................................................................... 35
b. Saran ........................................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan manusia.
Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik merupakan kebutuhan
yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya lapangan kerja, hanya orang-orang yang
sempurna dengan segala indranya saja yangmendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata
merupakan anggota badan yangsangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk
kedalam mata, sudah cukup untuk menimbulkan gangguan yang hebat, apabila keadaan ini
diabaikan, dapat menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
Salah satu penyakitnya yaitu glaukoma. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar
di dunia setelah katarak. Diperkirakan 66 juta penduduk dunia sampai tahun 2010 akan
menderita gangguan penglihatan karena glaukoma. Kebutaan karena glaukoma tidak bisa
disembuhkan, tetapi pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan
Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena sering berkembang tanpa gejala yang
nyata. Penderita glaukoma sering tidak menyadari adanya gangguan penglihatan sampai terjadi
kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Diperkirakan50% penderita glaukoma tidak
menyadari mereka menderita penyakit tersebut. Karena kerusakan yang disebabkan oleh
glaukoma tidak dapat diperbaiki, makadeteksi, diagnosa dan penanganan harus dilakukan sedini
mungkin.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah nya adalah sebagai berikut:
1. Definisi dari glaucoma?
2. Klasifikasi dari glaucoma?
3. Etiologi dari glaukoma.
4. Patofisiologi dari glaukoma.
5. Manifestasi klinis glaukoma.
6. Pemeriksaan medis glaukoma.
7. Penatalaksanaan glaukoma
8. Asuhan keperawatan glaukoma.
1
C. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan berguna bagi pembangunan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan pada pasien Glaukoma
2.Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti Menambah wawasan dan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya
dalam mengembangkan penelitian lanjutan terhadap pasien Glaukoma
b. Bagi Institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
pengembangan keilmuan khususnya di program studi ilmu keperawatan di Poltekkes
Kemenkes.
c. Bagi pasien Dapat menjadi pedoman bagi pasien untuk mengetahui lebih lanjut penyakit
yang dialami.
D. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem persepsi
sensori dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang glaukoma dan tindakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit glukoma.
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala
patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala
akibatnya. (Indriana dan Istiqomah; 2004).
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra
okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf
optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan
tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan SunaryoJoko Waluyo; 2009)
2. KLASIFIKASI
1. Glaukoma primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata.
Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis,
pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan
berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem,
3
dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal
biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang
timbul.
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi
ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan
atau reabsorbsi akueos humor.
Gangguan ini terjadi akibat:
• Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
• Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
• Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
3. Glaukoma kongenital
Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah kelahiran,
biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam mata tidak
berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus dan menyebabkan
pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan peka terhadap cahaya.
Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi
sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya
adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
4
mulai dari lensa hingga retina. Dalam hal ini cairan yang mengalami gangguan yang
dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah Aqueushumor, dimana cairan ini berasal
dari badan sisiari mengalir kearah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap
kembali kedalam aliran darah pada sudut antara irisdan kornea melalui %ena halus yang
dikenal sebagai saluran schlemm. Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya
hambatan abnormal terhadap aliran Aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih
badan silier sehingga terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai
tekanan 50mmHg.
4. ETIOLOGI
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi sebagai
bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi faktor
genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses patologik dari
sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara lain riwayat
glaukoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.
5. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut,
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)
6. PATOFISIOLOGIS
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor aqueus oleh
badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humoraquelus melalui
sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm dan keadaan
tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan
intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.
5
a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf
pada papil saraf optik.
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi pupil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi penggaungan pada
papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik. (Tamsuri M, 2010 : 72-73).
7. PATHWAY
8. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut yang
tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif(mengurangi nyeri,
mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut tertutup ulang serta
6
mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).
Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan miotikum
seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum inimenyebabkan
pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikumdilakukan apabila
telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.
Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran schlemm
sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.Tindakan
pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan lasertrabekuloplasti. Bila
tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanagselaput beku).
Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang penyakit ini serta
penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan itu. Pendidikan
kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan untuk mengembalikan
fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi pengelihatan yang masi ada.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.
a. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal empat cara
tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :
• Palpasi atau digital dengan jari telunjuk
• Indentasi dengan tonometer schiotz
• Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
• Nonkontak pneumotonometry
7
Tonomerti Palpasi atau Digital
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak cermat, sebab cara
mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dapat digunakan dalam keadaan terpaksa
dan tidak ada alat lain. Caranya adalah dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola
mata sambil penderta disuruh melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab
menutup mata mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola
mata,hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan perasaan
keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari lainnya menekan
secara bergantian. Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai berikut :
• N : normal
• N + 1 : agak tinggi
• N + 2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
• N – 1 : lebih rendah dari normal
• N – 2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi diperlukan untuk
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
10. KOMPLIKASI
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi penggaungan glaukomatosa,
mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan mengakibatkan
8
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi
pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat
dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan
siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata sudah
tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
9
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
FORMAT PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
I. PENGKAJIAN
A. Biodata
1. Identitas klien
- Nama : Ny. E
- Umur : 46 tahun
- Jenis Kelamin : perempuan
- Agama : Islam
- Pendidikan : -
- Pekerjaan : ibu rumah tangga
- Suku / Bangsa : makassar
- Alamat : jl. wortel
- Penghasilan : -
- Tanggal MRS : 31 Agustus
- Tanggal Pengkajian : 1 September
2. Identitas penanggung
- Perawatan dan pengobatan di tanggung oleh BPJS
- Penanggung jawab / orang yang terdekat : suami
B. Data fisiologis / biologis
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama : klien datang dengan keluhan penglihatan mata kiri
buram dan hanya melihat bayangan samar-samar
- Sifat keluhan : terus menerus
- Mulai timbul keluhan : sejak 5 hari lalu
- Keluhan yang menyertai : mata merah, nyeri pada area mata hilang timbul
seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 dan pegal sekitar mata, dan sakit
kepala secara terus -menerus seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 6
- Faktor pencetus : nyeri di area mata akan bertambah bila kepala
lebih rendah dari badan
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
- Penyakit yang pernah diderita : tidak ada
- Riwayat opname : klien mengatakan sebelumnya belum pernah di
opname
- Riwayat trauma : tidak ada
- Riwayat operasi : klien mengatakan sebelumnya tidak
pernah dioperasi
- Riwayat transfusi darah : tidak ada
10
- Riwayat alergi : tidak ada
C. Riwayat aktifitas sehari-hari
1. Nutrisi
a. Kebutuhan nutrisi sebelum sakit
- Pola makan : baik
- Frekwensi makan :3x/hari
- Nafsu makan : baik , menghabiskan 1 porsi penuh
- Jenis makanan yang di konsumsi : nasi, sayur, lauk pauk
- Jenis makanan yang di sukai : nasi , lauk pauk
- Makanana pantangan : tidak ada
- Antropometri :
o TB : 155
o BB : 60
b. Kebutuhan nutrisi selama sakit
- Pola makan : baik
➢ Frekwensi makan : 3x/hari
➢ Nafsu makan : baik
➢ Jenis makanan yang di konsumsi : nasi/bubur, lauk pauk, sayur
➢ Jenis makanan yang di sukai : nasi, lauk pauk
➢ Makanana pantangan : tidak ada
➢ Antropometri :
a. TB : 155
b. BB : 60
c. IWL : 10-15 ml/KgBB/hari = 25 ml/hari
➢
- Masalah pemenuhan Nutrisi : tidak ada
c.Kebutuhan minum sebelum sakit
- Frekwensi : ± 2500 ml
- Jenis minuman yang di konsumsi : air putih/ teh
d.Kebutuhan minum selama sakit
- Frekwensi : ± 2000 ml
- Jenis minuman yang di konsumsi : air putih
- Balance Cairan = Intake (1500) = Output (1632) = - 132 ml
2. Eliminasi
D. Defikasi sebelum sakit
- Frekwensi : 2-3x/hari
- Konsistensi : lunak
- Warna : normal
- Keluhan : klien mengatakan tidak ada keluhan Ketika BAB
E. Defikasi selama sakit
- Frekwensi : 1-2x/hari
- Konsistensi : lunak
- Warna : normal
- Keluhan : klien mengatakan tidak ada keluhan Ketika BAB
11
F. Miksi sebelum sakit
- Frekwensi : 4-7x/hari
- Warna : jernih
- Bau : normal/amoniak
- Keluhan : klien mengatakan tidak ada keluhan Ketika BAK
- Kelancaran : lancer
G. Miksi selama sakit
- Frekwensi : 4-5x/hari
- Warna : jernih
- Bau : normal
- Keluhan : klien mengatakan tidak ada keluhan Ketika BAK
- Kelancaran : lancar
1. Kebutuhan hygiene person
H. Kebersihan diri sebelum sakit
- Kebiasaan mandi : Baik
- Frekwensi mandi : 2x/hari
- Kebersihan rambut : bersih
- Kebersihan gigi : bersih
- Kebersihan kuku : bersih
- Kebersihan kulit : bersih
I. Kebersihan diri selama sakit
- Kebiasaan mandi : cukup baik
- Kebersihan rambut : Cukup bersih
- Kebersihan gigi : bersih
- Kebersihan kuku : bersih
- Kebersihan kulit : cukup bersih
12
L. Data psikologi
1. Tanggapan klien sehubungan dengan penyakitnya : klien cemas
sehubung dengan penyakitnyan dan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi
2. Harapan klien sehubungan dengan penyakitnya : berharap bisa beraktivitas
normal lagi
3. Emosional klien : cemas/gelisah
4. Respon keluarga terhadap sakit klien : keluarga menjaga dan
selalu mendampingi klien
M. Pola interaksi sosial budaya
1. Orang yang dekat dengan klien : suami
2. Cara mengatasi masalah : berdiskusi dengan orang terdekat
3. Interaksi dengan keluarga : baik
4. Interaksi dengan tetangga : baik
5. Hal-hal yang menjadi pantangan : -
6. Status rumah tinggal : rumah sendiri
7. Keadaan lingkungan rumah : baik
N. Data spiritual
1. Keyakinan terhadap Tuhan : ada
2. Keyakinan terhadap obat : ada
O. Data ketergantungan
a. Kebiasaan merokok : klien tidak merokok
b. Kebiasaan Minum minuman Keras : Klien tidak pernah minum-minuman keras
c. Kebiasaan Narkoba : Klien tidak menggunakan Narkoba
II. PEMERIKSAAN-PEMERIKSAAN
A. Pengamatan secara umum
1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
2. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis (GCS=E4V5M6)
B. Tanda-tanda vital
1. TD : 120/80 mmHg
2. Suhu Badan : 36,60C
3. Nadi : 84x/menit
4. Pernafasan : 20x/menit
C. Pemeriksaan fisik
1. Kulit dan kuku
a. Inspeksi
- Perubahan warna kulit : normal
- Keadaan kulit : normal
- Kelainan kulit : tidak ada kelainan kulit
- Keadaan kuku : tampak bersih
- Kelainan kuku : tidak ada kelainan kuku
b. Palpasi
- Suhu kulit : normal
- Turgor kulit : < 2 detik
- Status sensorik : normal
13
2. Kepala dan rambut
a. Inspeksi
- Bentuk kepala : bulat/normal, tidak ada lesi
- Pergerakan kepala : bebas
- Kebersihan rambut : tampak sedikit ada ketombe
- Ekspresi wajah : cemas
b. Palpasi
- Massa tumor : tidak teraba adanya massa tumor
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
kepala
- Tekstur rambut : normal
3. Mata
Kedudukan bola mata :simetris
Pergerakan bola mata : bola mata bergerak bebas ke segala arah
Palpebra : tidak ada oedema atau pun hiperemis
Konjungtiva tarsal : tidak ada hiperemis, folikel ataupun papil
Kornea : keruh, terdapat infiltrate
Iris : warna coklat, kripti baik
Pupil : bulat, tepi regular, RCL (+)
Lensa : keruh
Vitreous humor : keruh
TIO : 59,1
4. Hidung
a. Inspeksi
- Struktur luar : simetris, septum berada di tengah
- Polip : tidak tampak adanya polip
- Pengeluaran sekret : tidak ada sekret yang keluar dari
hidung
b. Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada hidung
c. Tes penciuman : normal
5. Telinga
a. Inspeksi
- Struktur luar : bersih,simetris antara kanan dan kiri
- Struktur dalam : bersih
b. Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada telinga
6. Pemeriksaan mulut dan faring
- Kelainan bibir : tidak ada kelainan pada bibir
- Keadaan gusi : normal
- Keadaan mukosa mulut : normal
- Keadaan lidah : bersih
- Keadaan bibir : normal
- Keadaan selaput lendir : normal
- Bau pernfasan : normal
14
7. Pemeriksaan leher
a. Inspeksi
- Pergerakan leher : normal/bebas
- Pembesaran kelenjar leher : tidak tampak adanya pembesaran
keringat
- Perubahan warna kulit : normal
b. Palpasi
- Kelenjar gondok/tiroid : tidak teraba adanya kelenjar gondok/tiroid
- Massa tumor : tidak teraba adanya massa tumor
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
leher
8. Pemeriksaan thorax
a. Inspeksi
- Bentuk dada : simetris/normal
- Pembesaran dada : tidak tampak adanya pembesaran dada
- Tipe pernafasan : normal
b. Palpasi
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah dada
9. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk perut : normal
b. Pelebaran pembuluh darah : tidak ada
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
abdomen
c. Auskultasi : -
d. Perkusi : tympani
10. Pemeriksaan daerah femoralis
a. Inspeksi
- Limpadenitis : tidak ada
- Kelainan kulit : tidak tampak adanya kelainan kulit
b. Palpasi
- Massa tumor : tidak teraba adanya massa tumor
- Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan pada daerah
femoralis
11. Pemeriksaan ekstremitas
12. Ekstremitas atas : pergerakan sendi bebas/ tidak ada kelainan eks.
atas
13. Ekstremitas bawah : pergerakan sendi bebas/tidak ada kelainan
eks.bawah
14. Pemeriksaan diagnostik
a. Foto rontgen :-
b. Laboratorium (darah lengkap)
- HB : 12,2gr/dl N. 14-16 gr %
- Leukosit : 6000/mm3 N. 6000/mm3
- Trombosit : 151 mm3 N. 150.000/mm3
15
- Segm : 64% N. 50-70
- Lymp :26% N. 20-40
F. ANALISA DATA :
DATA ETIOLOGI MASALAH
Subjektif : Gangguan Penglihatan Gangguan Persepsi
- Klien mengeluhkan penglihatan
Sensori
mata kiri buram
- klien mengatakan hanya melihat
bayangan samar samar
- klien mengeluh mata merah,
nyeri area mata, pegal sekitar
mata
Objektif :
Respon tidak sesuai
- konsentrasi buruk
- bersikap seolah meraba sesuatu
- Kornea keruh, terdapat
infiltrate,Lensa keruh,Vitreous
humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
17
-Klien mengatakan sakit kepala Fisiologis
P : peningkatan TIO
Q : tertusuk- tusuk
R :kepala
S:6
T : terus menerus
Objektif :
- klien tampak meringis
- bersikap protektif
-klien tampak gelisah
- klien tampak memegangi daerah
yang nyeri
Objektif :
- klien tampak gelisah
- klien tampak tegang
- frekuensi nadi meningkat
- muka tampak pucat
18
pegal sekitar mata
2. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisiologis, ditandai dengan nyeri kepala, nyeri pada area
mata
3. Ansietas b/d Ancaman terhadap konsep diri, ditandai dengan cemas sehubung dengan
penyakit, khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, gelisah, tegang, muka
pucat.
19
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NAMA : Ny. E RUANG :
xxx
NO. REG :xxx TANGGAL : 01/09/2022
20
3 01/09/2022 Ansietas b/d 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Tujuan : setelah dilakukan Tindakan kep. Selama
Ancaman terhadap 3x24 (mis. kondisi, waktu, stresor)
jam diharapkan masalah dapat diatasi dengan 2.Identifikasi kemampuan mengambil
konsep diri keputusan Monitor tanda-tanda ansietas (verbal
Kriteria Hasil:
dan nonverbal)
1. verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
dihadapi menurun menumbuhkan kepercayaan
2. perilaku gelisah menurun 4. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,
3. perilaku tegang menurun jika memungkinkan
4. pucat menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
7. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
8. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami Informasikan secara faktual
mengenal diagnosis, pengobatan, dan prognosis
9. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu Anjurkan umelakukan
kegiatan yang tidak kompetitif, sesual
kebutuhan
10. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
11. Kolaborasi pemberian obat antiansiotas, jika
perlu
21
1. TINDAKAN/IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
22
2 01/09/2022 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, S : Klien mengatakan sakit kepala
kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri P : peningkatan TIO
3. memonitor efek samping penggunaan analgetic Q : tertusuk- tusuk
4. mengkontrol ingkungan yang memperberang dan R :kepala
memperingan rasa nyeri S:6
5. menjelaskan penyebab, periode, dan memicu nyeri T : terus menerus
6. menganjurkan menggunakan analgetic secara tepat
7. mengajarkan Teknik nonfarmakologi -klien mengatakan nyeri pada area mata
8. berkolaborasi pemberian analgetic jika perlu P : bila kepala lebih rendah dari badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:5
T : hilang timbul
4 02/09/2022 1. Memeriksa status mental, status sensori, dan tingkat S : - Klien mengeluhkan penglihatan
kenyamanan (mis, nyeri, kelelahan) mata kiri buram
2. mendiskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori - klien mengatakan hanya melihat
(mis, bising, terlalu terang) bayangan samar samar
3. membatasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara,
- klien mengeluh mata merah, nyeri area
aktivitas)
mata, pegal sekitar mata
4. mengajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.
mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatal kunjungan) O : Respon tidak sesuai
6. berkolaborasi dalam meminimalkan prosedur tindakan - konsentrasi buruk
7. berkolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi
stimulus - bersikap seolah meraba sesuatu
- Kornea keruh, terdapat infiltrate,Lensa
24
keruh,Vitreous humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
5 02/09/2022 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, S : Klien mengatakan sakit kepala sudah
kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri mulai berkurang
3. memonitor efek samping penggunaan analgetic P : peningkatan TIO
4. mengkontrol ingkungan yang memperberang dan
Q : tertusuk- tusuk
memperingan rasa nyeri
5. menjelaskan penyebab, periode, dan memicu nyeri
R :kepala
6. menganjurkan menggunakan analgetic secara tepat S:4
7. mengajarkan Teknik nonfarmakologi T : terus menerus
8. berkolaborasi pemberian analgetic jika perlu
-klien mengatakan nyeri pada area mata
berkurang
P : bila kepala lebih rendah dari badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:4
T : hilang timbul
25
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
6. 02/09/2022 1. mengdentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. S : Klien mengatakan rasa cemas dan
kondisi, waktu, stresor)
2.mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan khawatirnya nya sudah sedikit berkurang
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) O : - klien tampak sedikit gelisah
3. menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan - klien tampak sedikit tegang
4. menemani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan - frekuensi nadi meningkat
5. menggunakan pendekatan yang tenang dan - muka tampak pucat
meyakinkan Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
A: Masalah Teratasi sebagian
6. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
P : Lanjutkan Intervensi
kecemasan
7. menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami Informasikan secara faktual mengenal
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
8. melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
9. berkolaborasi pemberian obat antiansiotas, jika perlu
7 03/2022 1. Memeriksa status mental, status sensori, dan tingkat S : - Klien mengeluhkan penglihatan
kenyamanan (mis, nyeri, kelelahan) mata kiri buram
2. mendiskusikan tingkat toleransi terhadap beban - klien mengatakan hanya melihat
sensori (mis, bising, terlalu terang) bayangan samar samar
3. membatasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara,
- mata merah klien berkurang, dan sudah
aktivitas)
tidak terlalu pegal sekitar mata
4. mengajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.
mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi kebisingan,
membatal kunjungan) O : Respon tidak sesuai
6. berkolaborasi dalam meminimalkan prosedur tindakan - konsentrasi buruk
7. berkolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi
stimulus - bersikap seolah meraba sesuatu
- kongesti konjungtiva menurun
26
- Kornea keruh, terdapat infiltrate,Lensa
keruh,Vitreous humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
8 03/09/2022 1. mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, S : Klien mengatakan sakit kepala sudah
kualitas, intensitas nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri berkurang
3. memonitor efek samping penggunaan analgetic P : peningkatan TIO
4. mengkontrol ingkungan yang memperberang dan
Q : tertusuk- tusuk
memperingan rasa nyeri
R :kepala
5. menjelaskan penyebab, periode, dan memicu nyeri
6. menganjurkan menggunakan analgetic secara tepat S:3
7. mengajarkan Teknik nonfarmakologi T : terus menerus
8. berkolaborasi pemberian analgetic jika perlu
-klien mengatakan nyeri pada area mata
berkurang
P : bila kepala lebih rendah dari badan
Q : tertusuk-tusuk
R : mata
S:3
T : hilang timbul
O : - meringis menurun
- bersikap protektif menurun
27
- klien kadang masih tampak memegangi
daerah yang nyeri
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi
9 03/09/2022 1. mengdentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. S : Klien mengatakan sudah tidak merasa
kondisi, waktu, stresor)
2.mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan cemas dan khawatir karena ada keluarga
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) yang mendukung nya
3. menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan O : .-verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
4. menemani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika dihadapi menurun
memungkinkan - perilaku gelisah menurun
5. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu - perilaku tegang menurun
kecemasan - pucat menurun
6. menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami Informasikan secara faktual mengenal A: Masalah Teratasi
diagnosis, pengobatan, dan prognosis P : Hentikan Intervensi
7. melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
8. berkolaborasi pemberian obat antiansiotas, jika perlu
28
2. EVALUASI
29
R :kepala
S:6
T : terus menerus
30
buram
- klien mengatakan hanya melihat bayangan samar
samar
- klien mengeluh mata merah, nyeri area mata,
pegal sekitar mata
31
R : mata
S:4
T : hilang timbul
32
- bersikap seolah meraba sesuatu
- kongesti konjungtiva menurun
- Kornea keruh, terdapat infiltrate,Lensa
keruh,Vitreous humor keruh,
-TIO : 59,1
TD:120/80 RR: 20x/menit
N: 84X/menit
S: 36,60 C
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
O : - meringis menurun
33
- bersikap protektif menurun
- klien kadang masih tampak memegangi daerah
yang nyeri
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi
9 03/09/2022 S : Klien mengatakan sudah tidak merasa cemas
dan khawatir karena ada keluarga yang
mendukung nya
O : .-verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
dihadapi menurun
- perilaku gelisah menurun
- perilaku tegang menurun
- pucat menurun
A: Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
34
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidaklangsung, yang
secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakinlama akan semakin
berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal inidisebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bolamata akan membesar dan bola
mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf
mata tidak mendapatkan aliran darahsehingga saraf mata akan mati
B. SARAN
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah .Jakarta:
EGC, 2010.
2. Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke
3 . Jakarta: EGC. 1999.3. Indriana dan N Istiqomah.
Pustaka jurnal
1. Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5% pada
glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun
2012-2014 . Manado: Fakultas Kedokteran Universitas SamRatulangi; 2016.
2. Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timololmaleat dan
dorsalamid pasien glaukoma . Semarang: Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro; 2014
https://www.academia.edu/37854485/Askep_glaukoma_docx
36