Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EPIDEMIOLOGI

“GLAUKOMA”

DISUSUN OLEH:
Apriani Utami (1702007)

REFRAKSI OPTISI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
WIDYA HUSADA
SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Glaukoma” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai ulkus kornea kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Semarang, 31 Juli 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 111
B. Saran ........................................................................................................................ 111
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 122
LAMPIRAN............................................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan pada masyarakat merupakan suatu masalah yang
sangat sering di jumpai, mulai dari masalah kesehatan fisik maupun mental.
Masalah kesehatan fisik sangat beragam, mulai dari masalah kesehatan yang
menyerang kelima system indera pada manusia, hingga menyerang bagian organ
dalam manusia.
Salah satu masalah kesehatan yang menyerang system indera adalah
masalah kesehatan yang menyerang indera pengelihatan. Misal, penyakit mata
glukoma yang kini banyak menyerang warga di kota metropolitan yaitu Jakarta.
Ini merupakan masalah masalah yang sangat serius bagi pemerintah, karena
glukoma adalah penyakit mata penyebab kebutaan no 3 di dunia sesuai dengan
yang dilampirkan pada jurnal yang berjudul “Kebutaan pada Pasien Glaukoma
Primer di Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta”.
Prevalensi glaukoma menurut hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun
2007 menunjukkan hasil bahwa prevalensi nasional glaukoma sebesar 0,5%.
Terdapat 10 provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi diatas prevalensi
nasional, yaitu DKI Jakarta (1,85%), Nanggroe Aceh Darussalam (1,28%),
Kepulauan Riau (1,26%), Sulawesi Tengah (1,21%), Sumatera Barat (1,14%),
Kalimantan Selatan (1,05%), Nusa Tenggara Barat (0,73%), Sumatera Selatan
(0,72%), Gorontalo (0,67%), dan Jawa Timur (0,55%) (Depkes RI, 2008).
Gelukoma dikategorikan menjadi glukoma primer, glukoma sekunder, dan
gelukoma konginental. Glukoma primer merupakan jenis glukoma yang paling
banyak dijumpai di Negara-negara di dunia seperti, India, Srilanka, Cina,
Malaysia, Burma, dan Filipina. (helda)
Glaukoma primer dibagi menjadi dua, yaitu gelukoma primer sudut
terbuka dan gelukoma primer sudut tertutup. Perbedaan antara glaukoma primer
sudut terbuka dan sudut tertutup yaitu glaukoma primer sudut terbuka bersifat kronis, dan

1
glaukoma primer sudut tertutup biasanya bersifat akut atau kronis. Hasil dari penelitian
untuk penyakit glaukoma yaitu prevalensi glaucoma primer sudut tertutup sebesar 1,89%,
glaucoma primer sudut terbuka 0,48%, dan glaukoma sekunder 0,16% (Kemenkes RI,
2015).
Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2008, prevalensi nasional
glaukoma sebesar 0,5%. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor kedua
setelah katarak yang bersifat permanen atau irreversible yang mengakibatkan
penderita glaukoma harus melakukan pengobatan secara terus-menerus.
Diperkirakan jumlah kebutaan akibat glaukoma pada tahun 2010 sebanyak
60.500.000 dan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. (Ananda,
2016)
Glaukoma menjadi masalah serius dikarenakan jumlah pasien penderita
glukoma mengalami peningkatan setiap tahunnya dan diduga masih banyak
penderita glaukoma yang belum terdeteksi dikarenakan gejala penyakit glaukoma yang
sering tidak disadari oleh penderitanya karena menyerupai gejala penyakit lain sehingga
berakibat pada diagnosis penyakit glaukoma yang terlambat yang mengakibatkan
terjadinya kebutaan total pada penderitanya. Maka dari itu penyakit glaukoma disebut
dengan pencuri penglihatan (Kemenkes RI, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari glaukoma?
2. Bagaimana patofisiologi penyakit glaukoma?
3. Bagaimana riwayat alamiah penyakit glaukoma?
4. Bagaimana penanggulangan dan rehabilitasi glaukoma?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu gelukoma
2. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit gelukoma
3. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit gelukoma
4. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan dan rehabilitasi gelukoma.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh kerusakan saraf mata yang
berkaitan dengan peningkatan tekanan bola mata dan gangguan lapang penglihatan.
Kerusakan yang diakibatkan bersifat permanen, dan dapat berakhir pada kebutaan.
Glaukoma dapat merusak penglihatan secara perlahan sehingga seringkali penderita
tidak menyadari akan kerusakan tersebut sampai akhirnya kerusakan yang terjadi
sudah pada tahap lanjut bahkan sudah tahap akhir (kebutaan). (https://jec.co.id, 2016)
Penyebab glaukoma adalah meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan
intraokular), baik akibat produksi cairan mata yang berlebihan, atupun akibat
terhalangnya saluran pembuangan cairan tersebut. Tekanan ini dapat merusak serabut
saraf retina atau jaringan saraf yang melapisi bagian belakang mata dan saraf optik
yang menghubungkan mata ke otak. Hingga saat ini, belum jelas kenapa produksi
cairan mata bisa berlebihan atau kenapa saluran pembuangannya bisa tersumbat.
(Marianti)
Gelukoma di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu gelukoma primer, gelukoma
sekunder, dan gelukoma konginetal.
1. Glaukoma Primer
Glaukoma primer di klasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu
a) Glaucoma sudut terbuka
Merupakan glaukoma yang meliputi kedua mata. Perkembangan gejalanya
sangat lambar. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan.
Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada,
kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.

3
b) Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit
sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan
menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris
ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di
ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO,
dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal.
Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani
akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma Sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma.
Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
Penyebab glaukoma sekunder antaralain yaitu:
a) Perubahan lensa
b) Kelainan uvea
c) Trauma
d) Bedah

3. Glaukoma kongenital
a) Primer atau infantil
b) Menyertai kelainan kongenital lainnya (worldhealth-bokepzz.blogspot.com)

Gelukoma sering sekali disebut sebagai pencuri pengelihatan karena kesulitan


dalam mengetahui gejalanya, tetapi ada beberapa gejala yang dapat di antisipasi :

1. Perhatikan sakit mata yang tiba-tiba atau sakit berat yang menyebabkan satu atau
kedua mata terasa berdenyut. Seringkali, nyeri akan dialami di ruang yang gelap
atau di malam hari. Stres juga bisa mendorong gejala yang membuat orang salah
melihatnya sebagai sakit kepala karena tegang.

4
2. Penglihatan kabur atau penglihatan menurun dari waktu ke waktu. Kadang-
kadang, orang mengalami apa yang disebut dengan 'efek halo' di sekitar benda-
benda tertentu, terutama pada lampu.
3. Mual dan muntah merupakan efek yang umum yang ditimbukan akibat masalah
penglihatan, terutama yang berkaitan dengan penyakit glaukoma.
4. Waspada dengan gejala yang datang dan pergi tapi kronis. Seseorang yang
menderita glaukoma sudut terbuka tak mengalami gejala sama sekali, tapi
kemudian penglihatannya kabut (tidak jelas) (www.liputan6.com, 2013)

5
BAB III
PEMBAHASAN

Glaukoma merupakan penyaki mata akibat meningkatnya tekanan intra okuler


pada mata yang mengakibatkan pengelihatan terganggu, dan dapat mengakibatkan
kebutaan, untuk mengetahui seseorang terkena glaucoma tidak mudah karena gejala-
gejalanya sangat sulit untuk diidentifikasi.

Glaukoma merupakan penyakit yang bertahap, Tahap riwayat alamiah penyakit dan
pencegahan glaukoma yaitu
1. Tahap kerentanan (stage of susceptibility)
Penyakit belum berkembang, faktor untuk timbulnya penyakit telah terjadi, faktor
risiko perlu diidentifikasi untuk kewaspadaan terhadap penyakit kronis, telah
terjadi interaksi antara host dan agent, belum ditemukan tanda-tanda penyakit,
daya tahan host masih kuat dan bisa menolak penyakit.
2. Tahap Presimtomatis (stage of presymptomatic)
Belum terjadi manivestasi penyakit, perubahan yang terjadi masih dibawah
horizon klinis, seperti; aterosklerosis
3. Tahap klinis (stage clinical disease)
Telah terjadi perubahan pada target organ, ada gejala dan tanda,
tahap pathogenesis (bersama denangan tahap presimptomatis) sub
tahap inkubasi (masa selang waktu/ periode saat agent masuk ke host dengan
keluarnya gejala klinis) penyakit dini (periode mulai timbul gejala penyakit,
namun masih ringan, host masih menjalankan aktivitas sehari-hari)
4. Tahap kecacatan dan kesembuhan (stage of disability of recovery)
Merupakan masa akhir penyakit yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
karier, kronis, letal.

6
Tahap Pencegahan glaukoma ada empat, mulai dari pencegahan primordial,
pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan yang terakhir adalah pencegahan
tersier.
1. Pencegahan primordial
Memerlukan adanya peraturan yang kuat dari pemerintah, menghindari
terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang diketahui mempunyai
kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit, seperti; peraturan larangan
merokok
2. Pencegahan primer
Mengurangi insiden penyakit dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan
risikonya, terdiri dari healthpromotion (penyuluhan), spesific protection
3. Pencegahan sekunder
Menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi, bentuk
early detection (deteksi dini), prompt treathment (pencegahan)
4. Pencegahan tersier
Menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu
penderitaan dan membantu penderitaan dan membantu penderita melakukan
adaptasi, terdiri dari disability limitation (membatasi kecacatan), rehabilitation
(tahap-riwayat-alamiah-penyakit-dan.html, 2013)

Glaukoma bisa ditangani dengan obat tetes mata, obat-obatan yang diminum,
pengobatan laser, atau prosedur operasi.

1. Obat tetes mata

Umumnya obat tetes mata sering menjadi bentuk penanganan pertama


untuk glaukoma yang disarankan oleh dokter. Obat tetes ini berguna melancarkan
pembuangan cairan mata (aqueous humour) atau mengurangi produksinya.

7
Beberapa jenis obat tetes mata untuk glaukoma adalah:

 Alpha-adrenergic agonists. Obat ini berfungsi meningkatkan aliran aqueous


humour dan mengurangi produksinya. Efek samping yang mungkin saja
terjadi setelah menggunakan alpha-adrenergic agonists adalah
pembengkakan, gatal, dan merah pada mata, badan terasa lelah, mulut kering,
hipertensi, dan detak jantung tidak teratur. Beberapa contoh obat ini adalah
brimonidine dan apraclonidine.
 Beta-blockers. Obat ini bekerja dengan cara memperlambat produksi aqueous
humour guna mengurangi tekanan intraokular pada mata. Efek samping yang
mungkin terjadi setelah mengonsumsi beta-blockers adalah mata terasa gatal,
tersengat, atau panas. Mata juga bisa menjadi kering. Beberapa contoh obat
ini adalah timolol, levobunolol hydrochloride, dan betaxolol hydrochloride..
 Prostaglandin analogue. Obat ini mampu memperlancar pengaliran aqueous
humoursehingga tekanan di dalam mata berkurang. Efek samping yang
mungkin terjadi setelah mengonsumsi prostaglandin analogue adalah sakit,
bengkak, dan merah pada mata, mata menjadi sensitif terhadap cahaya, mata
menjadi kering, menggelapnya warna mata, pembuluh darah pada bagian
putih mata menjadi bengkak, serta sakit kepala. Beberapa contoh obat ini
adalah travoprost, bimatoprost, latanoprost, dan tafluprost.
 Carbonic anhydrase inhibitors. Obat ini bekerja dengan cara mengurangi
produksi aqueous humour sehingga tekanan di dalam mata berkurang. Efek
samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi carbonic anhydrase
inhibitors adalah iritasi pada mata, mulut terasa pahit dan kering, serta mual.
Beberapa contoh obat ini adalah dorzolamide dan brinzolamide.
 Cholinergic agents atau miotic. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan
pengaliran aqueous humour. Efek samping yang mungkin terjadi setelah
mengonsumsi cholinergic agents atau miotic adalah penglihatan menjadi
buram dan pupil mengecil. Salah satu contoh obat ini adalah pilocarpine.

8
 Sympathomimetics. Obat ini mampu memperlancar pengaliran aqueous
humour sekaligus mengurangi produksinya. Efek samping yang mungkin
terjadi setelah mengonsumsi sympathomimetics adalah nyeri dan merah pada
mata. Salah satu contoh obat ini adalah brimonidine tartrate.

Obat tetes mata tidak boleh digunakan secara sembarangan tanpa resep atau
petunjuk penggunaannya dari dokter karena dikhawatirkan bisa berbahaya.
Contohnya adalah reaksi obat beta-blockers yang malah memperburuk kondisi orang
yang memiliki penyakit jantung dan asma.

2. Obat-obatan glaukoma yang diminum


Untuk melengkapi kinerja obat tetes atau jika obat tetes terbukti kurang
efektif, dokter kemungkinan akan meresepkan obat glaukoma yang diminum.
Salah satu contohnya adalah carbonic anhydrase inhibitor. Efek samping yang
mungkin terjadi setelah mengonsumsi obat ini adalah:
 Sakit perut

 Jari tangan atau kaki kesemutan

 Sering buang air kecil

 Batu ginjal

 Depresi

3. Terapi laser
Pada kasus glaukoma sudut tertutup, terapi laser ditujukan untuk membuka
penyumbatan aqueous humour. Sedangkan pada kasus glaukoma sudut tertutup
terapi laser ditujukan untuk memperlancar pengaliran cairan tersebut.
Berdasarkan tekniknya, terapi laser dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Trabeculoplasty. Sumbatan di area trabecular meshwork dibuka
menggunakan sinar laser.

9
b. Iridotomy. Aliran aqueous humour diperlancar dengan cara membuat lubang
kecil pada iris menggunakan sinar laser.
c. Cyclodiode Laser Treatment. Produksi aqueous humour dibatasi dengan cara
merusak sebagian kecil jaringan penghasil aqueous humour.

Prosedur operasi
Berikut ini adalah jenis-jenis operasi glaukoma jika diurutkan berdasarkan
penerapannya secara umum:

a. Trabeculectomy. Ini merupakan jenis operasi glaukoma yang paling umum.


Trabeculectomy bertujuan memperlancar aliran aqueous humour dengan cara
membuang sebagian dari trabecular meshwork.
b. Aqueous shunt implant. Ini merupakan prosedur operasi yang bertujuan
memperlancar aliran aqueous humour dengan cara memasang sebuah alat kecil
menyerupai selang pada mata.
c. Viscocanalostomy. Melalui operasi ini dokter akan membuang sebagian lapisan
luar berwarna putih yang menutupi bola mata (sclera) untuk meningkatkan
pembuangan aqueous humour.
d. Sclerectomy dalam. Operasi ini dilakukan guna memperlebar trabecular
meshworkmelalui pemasangan alat untuk melebarkan trabecular meshwork.
(glaukoma/pengobatan)

10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Glaukoma merupakan penyakit mata akibat meningkatnya tekanan intra
okuler pada mata yang mengakibatkan pengelihatan terganggu, dan dapat
mengakibatkan kebutaan. Glaukoma di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu
glaucoma primer, glaucoma sekunder, dan glaukoma kongenital.

Glaukoma sering disebut dengan pencuri pengelihatan karena gejalanya


yang sulit diidentifikasi, apabila seseorang sudah terkena glaukoma dapat
direhabiltasi menggunakan obat-obatan atau dioperasi sesuai dengan prosedur
dari dokter.

B. Saran
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan no 3 di dunia sehingga perlu
bagi masyarakat dan pemerintah utuk melakukan pemeriksaan mata yang berkala,
dan pensosialisasian penyebab glaukoma, agar kebutaan akibat glaukoma dapat
diminimailisir.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, E. P. (2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN, LAMA SAKIT DAN


TEKANAN. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga , 288.

Ananda, E. P. (2016). HUBUNGAN PENGETAHUAN, LAMA SAKIT DAN


TEKANAN INTRAOKULER TERHADAP KUALITAS HIDUP PENDERITA
GLAUKOMA. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga , 289.

glaukoma/pengobatan. (n.d.). Retrieved juli 31, 2018, from www.alodokter.com:


https://www.alodokter.com/glaukoma/pengobatan

helda, i. d. (n.d.). Kebutaan pada Pasien Glaukoma Primer di Rumah Sakit.

https://jec.co.id. (2016). Retrieved 07 31, 2018, from


/id/service/page/25/50/glaukoma: https://jec.co.id/id/service/page/25/50/glaukoma

Marianti, d. (n.d.). www.alodokter.com. Retrieved juli 31, 2018, from glaukoma:


https://www.alodokter.com/glaukoma

tahap-riwayat-alamiah-penyakit-dan.html. (2013, maret 16). Retrieved juli 31, 2018,


from dior339.blogspot.com: http://dior339.blogspot.com/2013/03/tahap-riwayat-alamiah-
penyakit-dan.html

worldhealth-bokepzz.blogspot.com. (n.d.). Retrieved juli 31, 2018, from


/2012/03/klasifikasi-glaukoma.html: http://worldhealth-
bokepzz.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-glaukoma.html

www.liputan6.com. (2013, februari 5). Retrieved juli 31, 2018, from kenali-gejala-
glaukoma-sebelum-merenggut-penglihatan-anda:
https://www.liputan6.com/health/read/504403/kenali-gejala-glaukoma-sebelum-merenggut-
penglihatan-anda

12
Lampiran

gambar 1. Anatomi mata normal dan mata glaukoma

gamabar 2. Mata normal

Gambar 3. Mata dengan glaukoma

13

Anda mungkin juga menyukai