1. Rista aguskurdani
2. Yuliana
3. Muhajirin
4. Zuliati ningsih
5. M. Mukti ali
TA. 2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Ns. Robistul Adawiyah, M.Kep dan teman–teman semua yang
telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur perspsi sensori Program
Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.
Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Tujuan penulisan ........................................................................................1
1. Tujuan umum .......................................................................................1
2. Tujuan khusus ......................................................................................1
A. Definisi glaukoma......................................................................................2
B. Klasifikasi glaukoma .................................................................................2
C. Etologi glaukoma........................................................................................4
D. Patofisiologi glaukoma...............................................................................4
E. Manifestasi klinisglaukoma........................................................................6
F. Pemeriksaan penunjang glaukoma..............................................................6
G. Penatalaksanaan glaukoma.........................................................................7
H. Asuhan keperawatan glaukoma..................................................................8
1. Pengkajian.............................................................................................8
2. Diagnosa ..............................................................................................9
3. Intervensi ..............................................................................................9
4. Evaluasi ..............................................................................................15
BAB IV PENUTUP...................................................................................................18
A. Kesimpulan ..............................................................................................18
B. Saran ........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lebih dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Apalagi dengan sempitnya
lapangan kerja, hanya orang-orang yang sempurna dengan segala indranya saja yang
mendapat kesempatan kerja termasuk matanya.mata merupakan anggota badan yang
sangat peka. Trauma seperti debu sekecil apapun yang masuk kedalam mata, sudah
cukup untuk menimbulkangangguan yang hebat, apabila keadaan ini diabaikan, dapat
menimbulkan penyakit yang sangat gawat.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
persepsi sensori dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
glaukoma dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
glukoma.
2. Tujuan khusus:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi glaukoma
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan
segalah akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah; 2004).
B. Klasifikasi glaukoma
1. Glaukoma primer
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam
mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi
akibat:
3. Glaukoma kongenital
C. Etiologi
Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi
sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara
lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.
D. Patofisiologi
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.(Tamsuri M, 2010 : 72-73).
Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka
panjang, miopia, trauma mata.
Nyeri
Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan
Kebutaan
E. Manifestasi klinis
F. Pemeriksaan penunjang
a. Tonometri
— Nonkontak pneumotonometri
Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian.Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai
berikut :
N : normal
N+1 : agak tinggi
N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
N–1 : lebih rendah dari normal
b. Gonioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.
c. Oftalmoskopi
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan
di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.
G. Penatalaksanaan
1. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).
2. Riwayat kesehatan
4. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa keperawatan
a. DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO). (Indriana N. Dan
Istiqomah; 2004).
3. Intervensi keperawatan
No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan - Tekanan pada mata
keperawatan - Pertahankan tirah meningkatkan jika
diharapkan nyeri baring ketat pada tubuh datar dan
dapat berkurang atau posisi semi-Fowler manuver valsalva
terkontrol. dan cegah tindakan diaktifkan seperti pada
Kriteria hasil: yang dapat aktivitas tersebut.
Klien dapat meningkatkan TIO
mengidentifikasi (batuk, bersin,
penyebab nyeri. mengejan) — Stres dan sinar akan
Klien dapat - Berikan lingkungan meningkatkan TIO yang
mengetahui faktor- gelap dan tenang. dapat mencetuskan
faktor yang dapat nyeri.
meningkatkan nyeri. — Mengidentifikasi
Klien mampu — Obsevasi tekanan kemajuan atau
melakukan tindakan darah, nadi dan penyimpanan dari hasil
untuk mengurangi pernapasan tiap 24 yang diharapkan.
nyeri. jam jika klientidak
menerimah agens
osmotik secara
intravena dan tiap 2
jam jika klien
menerimah agens
osmotik intravena. — Mengidentifikasi
— Observai derajat nyeri kemajuan atau
mata tiap 20 menit penyimpangan dari hasil
selama fase akut. yang diharapkan.
— Mengidentifikasi
— Observasi ketajaman kemajuan atau
pengelihatan setiap penyimpangan dari hasil
waktu sebelum yang diharapkan.
penetesan obat mata
yang diresepkan.
Koaborasi
— Berikan obat mata — Agens osmotik
yang diresepkan untuk intravena akan
glaukoma dan beri tau menurunkan TIO
dokter jika terjadi dengan cepat. Agens
hipotensi, haluaran osmitik bersifat
urin <24 ml/jam, nyeri hiperosmolor dan dapat
pada mata tidak hilang menyebabkan dehidrasi;
dalam waktu 30 menit manitol dapat
setelah terapi obat, mencetuskan
tajam pengelihatan hiperglikemis pada
turun terus menerus. pasien DM, tetes mata
miotik memperlancar
drainase akuos humor
dan menurunkan
produksinya.
Pengobatan TIO adalah
esensial untuk
memperbaiki
pengelihatan.
— Berikan analgesik — Mengontrol nyeri. Nyeri
narkotik yang berat akan mencetuskan
diresepkan jika klien manuver valsalva dan
mengalami nyeri hebat meningkatkan TIO.
dan evaluasi
keefektifannya.
(Doenges, marilynn E; 1999).
4. Evaluasi
Pada penelitian ini, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikat. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya faktor risiko lain yang harus dipertimbangkan dalam
pemberian terapi timolol maleat 0,5%, yaitu: usia >60 tahun, kecenderungan genetik,
karakteristik mata tertentu (seperti cacat pupil, kornea tipis, miopia), status
pendidikan yang rendah, merokok, dan masalah pemglihatan (seperti mata hipertensi,
rasio cup disk horizontal atau vertikal yang lebih besar, penyimpangan pola bidang
visual lebih besar, bidang visual asimetri, dan IOP).
Penelitian ini dilaksanakan di unit rawat jalan dan rawat inap bagian Ilmu
Kesehatan Mata RSUP. Dr. Kariadi Semarang dimulai bulan Januari 2014 sampai
bulan Juni 2014. Jenis penelitian retrospektif dengan rancangan penelitian cross
sectional. Jumlah sampel 42, Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, 35 sampel
menggunakan terapi timolol maleat dan 7 sampel menggunakan dorsolamid. Sampel
diperoleh dari catatan medik pasien glaukoma sudut terbuka pada bulan Januari 2011
– Desember 2013.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terapi timolol maleat selama 2
bulan dapat menurunkan tekanan intraokuler sebesar 20,24 mmHg (52,13%). Hal ini
lebih besar dari penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan terapi timolol 0,5%
penurunan tekanan intraokulernya sebesar 15,93%.19 Hasil penelitian yang lain juga
membuktikan bahwa penurunan intraokuler dengan terapi timolol maleat dan
kombinasi pilokarpin sebesar 17,87% sekitar ±9,01 mmHg. Hasil penelitian ini,
penurunan tekanan intraokuler dengan terapi timolol lebih besar dari teori yaitu 20-
30%.
Hasil penelitian ini pada 2 bulan setelah pemberian terapi timolol dan
dorsolamid tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam menurunkan tekanan
intraokuler. Hal ini disebabkan kadar obat sudah mencapai puncak, sehingga tidak
dapat menurunkan tekanan intraokuler dan cenderung stabil.
BAB IV
PENUTUP
A. Keimpulan
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin
lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini
disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola
mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di
belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah
sehingga saraf mata akan mati
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pada glaukomauntuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
Pustaka jurnal
1. Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5%
pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi;
2016.
2. Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol
maleat dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2014