Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GLAUKOMA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Klinik II

Disusun Oleh Kelompok III :

Cicilia Ridiyanti Hikmat Septiana


Rita Ria Manik Nurlianti Gustiani
Rahayu Dwi Tinda Rahmawati
Neneng Lesty Hesti Setianingrum
Ririn Oktarina Ipan Zaenal Haq
Ijang Dendi

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI

Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi – 40633Telp (022) 6631622-24


Fax (022) 6631624
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh swt kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat diberi kemudahan
dalam menyelesaikan makalah ini .

Banyak sekali kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, baik ditinjau dari
bentuk, maupun isinya. Namun inilah yang dapat penulis sajikan. Hal ini dikarenakan
ketidak sempurnaan penulis sebagai manusia, sebagai mahasiswa yang masih dalam tahap
belajar dan dengan bekal pengetahuan yang masih sangat terbatas. Sehingga tanpa bantuan
dari pihak-pihak tertentu makalah ini tidak akan pernah selesai.

Cimahi,Februari 2014

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
D. Metode Penulisan ................................................................................................................. 2
E. Sistematika Penulisan .......................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
TINJAUAN TEORI ........................................................................................................................ 3
A. Pengertian ............................................................................................................................ 3
B. Etiologi / Faktor Predisposisi ............................................................................................... 3
C. Pathway ................................................................................................................................ 4
D. Klasifikasi ............................................................................................................................ 5
E. Manifestasi Klinik ................................................................................................................ 6
F. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................................... 7
G. Penatalaksanaan ................................................................................................................... 8
BAB III ........................................................................................................................................... 9
ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................................................ 9
A. Pengkajian ............................................................................................................................ 9
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................... 10
C. Intervensi............................................................................................................................ 11
BAB IV ......................................................................................................................................... 15
PENUTUP..................................................................................................................................... 15

ii
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai peningkatan tekanan intra
okuler. Hal ini menyebabkan kebutaan terbesar di Amerika Serikat dan insidennya
meningkat pada sejumlah orang tua. Glaukoma merupakan factor priner mempunyai
predisposisi genetic. Glaukoma primer lebih banyak pada orang kulit hitam dibanding
kulit putih pada usia 45-64 tahun. Insiden pada kulit hitam 15 kali kulit putih karena pada
beberapa bentuk glaukoma dapat tidak nampak gejala awal. Beberapa orang tidak
menyadari bahwa dirinya tidak mempunyai glaukoma hingga terjadi kehilangan
penglihatan.

Angka presentasi kejadian glaucoma yang ditemui di Poliklinik Mata selama 6 bulan
terakhir yaitu 10,5%. Hal ini menunjukkan bahwa potensil kehilangan penglihatan masih
dapat dikatakan cukup tinggi. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus
ini, karena masih banyak klien yang kurang mengetahui cara pengamanan dan perawatan
penyakit tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan glaukoma ?
2. Apa saja faktor predisposisi/etiologi glaukoma ?
3. Bagaimana Manifestasi klinik glaukoma ?
4. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik glaukoma ?
5. Bagaimana Klasifikasi glaukoma ?
6. Bagaimana Penatalaksaan glaukoma ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Amputasi?

1
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep dasar amputasi dan asuhan keperawatan pada pasien
amputasi.

D. Metode Penulisan
Makalah ini bersumber dari berbagai macam referensi baik dari buku maupun internet.

E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN TEORI
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AMPUTASI
BAB IV KESIMPULAN

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Glaukoma adalah suatu keadaan akibat dari tidak adekuatnya drainage aqueus humus
dan bilik anterior mata. Peningkatan tekanan intra okuler menyebabkan atropi saraf optic
dan kebutaan bila tidak teratasi. (Marlynn E. Donges)
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan intra okuler meningkat disertai
dengan gangguan lapang pandang dan atropi pada pupil saraf optik.( Ibrahim Cristiana)

B. Etiologi / Faktor Predisposisi

Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah
pupil
c. Usia > 40 th
d. DM
e. Kortikosteroid jangka panjang
f. Miopia
g. Trauma mata

3
C. Pathway
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi jaringan peningkatan tekanan


Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepan


Cairan humor aqueous

Nyeri
TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan saraf optik tindakan operasi

Gangguan Anxietas Kurang pengetahuan


Perubahan penglihatan
persepsi
sensori
penglihatan 4
Perifer

Kebutaan

D. Klasifikasi
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata.
Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut
terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran
schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan
nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga
iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor
aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa
yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba
dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang
kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak
segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat
mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.

5
a. Perubahan lensa
b. Kelainan uvea
c. Trauma
d. Bedah
3. Glaukoma kongenital
a. Primer atau infantile
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolute
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan
total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma
absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta
ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar,
alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak
berfungsi dan memberikan rasa sakit.

E. Manifestasi Klinik
1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).
2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.

6
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Perimetri
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang disebabkan
oleh kerusakan saraf optik2. Beberapa perimetri yang digunakan antara lain8:
a. Perimetri manual: Perimeter Lister, Tangent screen, Perimeter Goldmann
b. Perimetri otomatis
c. Perimeter Oktopus
2. Tonometri
Alat ini digunakan untuk pengukuran TIO. Beberapa tonometri yang digunakan
antara lain tonometer Schiotz, tonometer aplanasi Goldman, tonometer Pulsair,
Tono-Pen, tonometer Perkins, non kontak pneumotonometer.
3. Oftalmoskopi
Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik
berdasarkan penilaian bentuk saraf optik2. Rasio cekungan diskus (C/D) digunakan
untuk mencatat ukuran diskus otipus pada penderita glaukoma. Apabila terdapat
peninggian TIO yang signifikan, rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau adanya
asimetris yang bermakna antara kedua mata, mengidentifikasikan adanya atropi
glaukomatosa.
4. Biomikroskopi
Untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.
5. Gonioskopi
Tujuan dari gonioskopi adalah mengidentifikasi kelainan struktur sudut,
memperkirakan kedalaman sudut bilik serta untuk visualisasi sudut pada prosedur
operasi.
6. OCT (Optical Coherent Tomography).
Alat ini berguna untuk mengukur ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf2
7. Pemeriksaan lapang pandang
a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan di
daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

7
8. Pemeriksaan lapang pandang sentral : mempergunakan tabir Bjerrum, yang meliputi
daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang ditemukan para
sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.
9. Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM.

G. Penatalaksanaan
1. Glaukoma Sudut Terbuka / Simplek / Kronik
a. Obat-obat miotik
 Golongan kolinergik (pilokarpin 1 – 4 % 5 kali / hari), karbakol (0,75–3 %)
 Golongan anti kolineoterase (demekarium bromid, hurmosal 0,25 %).
b. Obat-obat penghambat sekresi aquor humor (Adrenergik)
 Timolol (tetes 0,25 dan 0,5 % 2x / hari)
 Epinerprin 0,5 – 2 % 1 – 2 x / hari
c. Carbonucan hidrase intibitor
 Asetazolamid (diamol 125 – 250 mg 4 x / hari)
 Diklorfenamid (metazolamid)
d. Laser trabeculoplasty dimana suatu laser zat organ disorotkan langsung kejaringan
trabekuler untuk merubah susunan jaringan dan membuka aliran dari humor
Aguos dan iridektomi.
e. Tindakan bedah trabeculectomy.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
2. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS
Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien saat
ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien
sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya ataupun
tidak.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga.
6. Aktivitas / Istirahat :
Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
7. Makanan / Cairan :
Mual, muntah (glaukoma akut)
8. Neurosensori :
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda :
Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
Peningkatan air mata.
9. Nyeri / Kenyamanan :
Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)

9
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut).
10. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk
mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi
lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior
dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
- Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata,
sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi
terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang
mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
- Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angle
didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30
mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada
glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia
(perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.
Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup, sedang
pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
11. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan
muntah.
2. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status
organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

10
3. Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-
ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi,
ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti
instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

C. Intervensi
1. Dx 1 : Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual
dan muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka nyeri dapat berkurang
sampai hilang
Kriteria Standart :
Pasien menyatakan nyeri hilang / terkontrol
Wajah pasien tampak rileks dan tenang
Mampu tidur / istirahat dengan tepat
Pasien memahami nyeri fantom dan mampu / mengerti cara
menghilangkan

Intervensi :
 kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
 kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
 anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
 atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
 Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
 Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
 Berikan analgesik sesuai anjuran

11
2. Dx 2 : Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan
status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mendapatkan
penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Standart :
 Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
 Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan
lebih lanjut.
Intervensi :
 Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
 Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
kehilangan penglihatan
 Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti
jadwal, tidak salah dosis
 Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan
penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar
kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan
malam.
 Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi

3. Dx 3 : Ansietas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,


kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-
ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka cemas berkurang atau
hilang
Kriteria Standart :
 Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat
diatasi.
 Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
 Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :

12
 Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini.
 Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan
kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan
penglihatan tambahan.
 Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
 Identifikasi sumber/orang yang menolong.

4. Dx 4 : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan


pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat
mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Klien mengetahui
tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Standart :
 pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
 Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
 Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi :

 Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,


 Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
 Izinkan pasien mengulang tindakan.
 Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan
obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid
topikal.
 Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan
(penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll.
 Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
 Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men
dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.

13
 Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
 Tekankan pemeriksaan rutin.
 Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kelompok kami mengharapkan masukan dan kritikan yang
membangun demi kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai