Anda di halaman 1dari 35

Keperawatan Medikal Bedah III

GLAUKOMA

Di susun oleh :

Kelompok I

Robert Tangke (201901154)

Stela Maris Gimbo (201901160)

Ni Kadek Nuriyanti (201901149)

Hanifa ( 201901134)

Indo Nurjanah (201901141)

Ahmad Zaiful (201901125)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

Program Profesi Ners

Tahun 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya maka Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, rapih, dan
simetris sebagaimana yang sudah ditentukan.

Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik itu


secara langsung maupun tidak langsung sejak awal pembuatan Makalah mulai dari
pengumpulan data hingga selesainya pembuatan makalah ini. Semua kebaikan dan
kesetiaan Bapak/Ibu/Saudara(i) tersebut tidak dapat penulis balas hanya dengan
seuntai ungkapan rasa syukur sekalipun. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas
semua budi baik Bapak/Ibu/Saudara(i).

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari


Bapak/Ibu/Saudara(i) yang telah membaca makalah ini, karena hal itu akan
menjadikan pertimbangan dan motivasi penulis dalam pembuatan makalah
berikutnya.

Palu, 19 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. i

Kata Pengantar............................................................................................. ii

Daftar Isi...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................. 2
BAB II Tinjauan Teori................................................................................. 3

A. Konsep Medis................................................................................. 3
1. Definisi ..................................................................................... 3
2. Klasifikasi ............................................................................... 3
3. Etiologi .................................................................................... 10
4. Manifestasi klinis ..................................................................... 12
5. Patofisiologi ............................................................................. 12
6. Penatalaksanaan ....................................................................... 13
7. Pemeriksaan penunjang ........................................................... 16
8. Komplikasi .............................................................................. 20
B. Proses Keperawatan........................................................................ 20
1. Pengkajian................................................................................. 20
2. Diagnosa Keperawatan............................................................. 21
3. Intervensi Keperawatan............................................................ 22
C. Terapi Komplementer .................................................................... 29

BAB III Penutup.......................................................................................... 30


A. Kesimpulan...................................................................................... 30
B. Saran................................................................................................. 30
Daftar Pustaka.............................................................................................. 31
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan
mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf
optikus, dan menciutnya lapang pandang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat
sejumalah 0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan
pada 0,60% penduduk prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan
refraksi 24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut
kornea 0,34%, glaucoma 0,40%, retinopati 0,17%, strabismus 0,12%. Prevalensi
dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua
0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina 0,09%, kornea0,06%, dan lain-lain0,03%,
prevalensi total 1,47%. (Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika Serikat
ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Diantaranya mereka hamper
setenganya mengalami gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar
buta, bertambah sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis
memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C.
smeltzer.2001).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi glaukoma ?
2. Bagaiman klasifikasi glaukoma ?
3. Apa saja etiologi glaukoma ?
4. Apa saja manifestasi klinis glaukoma ?
5. Bagaimana patofisiologi glaukoma ?
6. Bagaimana penatalaksanaan glaukoma ?

1
7. Apa saja pemeriksaan penunjang glaukoma ?
8. Apa saja komplikasi glaukoma ?
9. Bagaiman asuhan keperawatan glaukoma ?
10. Apa perawatan komplementer glaukoma ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui asuhan keperawatan medical bedah
tentang glaukoma dan mampu melaksanakan asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu memahami konsep teori dari glaukoma,
b) Mampu memahami konsep asuhan keperawatan glaukoma

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teori
1. Definisi
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek
lapang pandanganmata.(Sidarta Ilyas,2000).Glaukoma adalah sekelompok
kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler

Gambar 10. Peningkatan Tekanan Intraokuler

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya


tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang
membentuk bagian-bagian retina dibelakang bola mata. Saraf optik
menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari
otak yang memproses informasi pengelihatan.
2. Klasifikasi Glaukoma
Glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer dan glaukoma
sekunder.Berikut penjelasannya.
a) Glaukoma Primer

3
Pada glaukoma primer, penyebab timbulnya glaukoma tidak
diketahui.Glaukoma primer dibagi atas 2 bentuk yaitu glaukoma sudut
tertutup atau glaukoma sudut sempit dan glaukoma sudut terbuka, yang
disebut juga sebagai glaukoma simpleks atau glaukoma kronik.
1) Glaukoma sudut tertutup
(a) Sudut Tertutup Akut/Sudut Sempit
Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit.Pada
glaukoma sudut tertutup terjadi penutupan pengaliran keluar
cairan mata secara mendadak. Tekanan yang mendadak ini akan
memberikan rasa sakit yang sangat di mata dan di kepala serta
perasaan mual dan muntah. Keadaan mata menunjukkan tanda-
tanda peradangan seperti kelopak mata bengkak, mata merah,
tekanan bola mata sangat tinggi yang mengakibatkan pupil lebar,
kornea suram dan edem, iris sembab meradang, penglihatan
kabur disertai dengan adanya halo (pelangi disekitar
lampu).Serangan glaukoma mudah terjadi pada keadaan ruang
yang gelap seperti bioskop yang memungkinkan pupil melebar,
dan akibat mengkonsumsi beberapa obat tertentu seperti
antidepresan, influenza, antihistamin, antimuntah serta obat yang
melebarkan pupil.Keluhan ini hilang bila pasien masuk ruang
terang atau tidur karena terjadi miosis yang mengakibatkan sudut
bilik mata terbuka.Hanya pembedahan yang dapat mengobati
glaukoma sudut tertutup akut.Tindakan pembedahan harus
dilakukan pada mata dengan glaukoma sudut tertutup akut karena
serangan dapat berulang kembali pada suatu saat.
(b) Sudut Tertutup Kronik
Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsurangsur menutupi
jalan keluar cairan mata tanpa gejala yang nyata. Pada keadaan
ini perlahan-lahan terbentuk jaringan parut antara iris dan jalur

4
keluar cairan mata. Tekanan bola mata akan naik bila terjadi
gangguan jumlah cairan keluar akibat bertambahnya jaringan
parut.
(c) Sudut Tertutup dengan Hambatan Pupil
Sudut tetutup dengan hambatan pupil adalah glaukoma dimana
ditemukan keadaan sudut bilik mata depan yang tertutup disertai
dengan hambatan pupil. Bila usia bertambah tua maka lensa akan
bertambah cembung sehingga bilik mata depan akan bertambah
dangkal. Posisi lensa yang kedepan akan mendorong iris ke
depan, oleh karena itu diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk
mendorong cairan mata (akuos humor) keluar melalui celah iris.
(d) Sudut Tertutup tanpa Hambatan Pupil
Glaukoma sudut tertutup tanpa hambatan pupil adalah glaukoma
primer yang ditandai dengan sudut bilik mata depan yang
tertutup, tanpa disertai dengan hambatan pupil. Pada umumnya
sudut bilik mata depan sudah sempit sejak semula (bersifat
herediter), sehingga menyebabkan gangguan penglihatan cairan
bilik mata depan ke jaring trabekulum. Hambatan aliran cairan
mata (aqueus humor) dapat terjadi karena penutupan sudut bilik
mata yang dapat terjadi sedikit demi sedikit sampai tertutup sama
sekali atau mendadak tertutup sama sekali. Masing-masing
keadaan memberikan gambaran klinik yang berbeda-beda antara
lain:
 Penutupan Sudut Mendadak (Acute Angle Closure)
Penutupan sudut terjadi secara mendadak atau tiba-tiba
sehingga aliran cairan mata (akuos humor) dari bilik mata
depan menjadi terhalang sama sekali. Faktor pencetus dapat
berupa keadaan emosi yang terlalu gembira, sesudah

5
menonton film di bioskop, berada dalam ruangan yang
gelap atau minum terlalu banyak.
 Penutupan Sudut Intermedit (Intermettent Angle
Closure)
Pada umumnya sudut bilik depan sudah sempit sejak semula
dan dapat menyebabkan gangguan aliran cairan mata (akuos
humor) menuju ke jarring trabekulum. Perjalanan penyakit
biasanya berupa serangan-serangan yang singkat dan hilang
timbul. Sesudah setiap kali serangan sudut bilik mata depan
terbuka kembali, akan tetapi keadaan sudut bilik mata depan
tidak terbuka kembali seperti semula (menjadi lebih
sempit).
 Penutupan Sudut Menahun (Chronic Angle Closure)
Dapat terjadi karena penutupan sudut yang perlahan-lahan
atau merupakan kelanjutan serangan intermitet yang sudah
menimbulkan sinekia (perlekatan iris dengan kornea pada
sudut bilik mata) yang luas. Dapat juga terjadi karena
serangan mendadak yang tidak diatasi dengan baik.
2) Glaukoma Sudut Terbuka
(a) Glaukoma Sudut Terbuka Kronik (Simpleks)
Glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) adalah glaukoma yang
penyebabnya tidak ditemukan dan disertai dengan sudut bilik
mata depan yang terbuka. Pada umumnya glakoma sudut terbuka
kronik (simpleks) ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun,
walaupun penyakit ini kadang kadang ditemukan pada usia yang
lebih muda. Diduga glaukoma diturunkan secara dominan atau
resesif pada kira-kira 50% penderita. Secara genetik penderitanya
adalah homozigot. Pada penderita glaukoma sudut terbuka kronik

6
(simpleks) 99% hambatan terdapat pada jarring trabekulum dan
kanal Schlemm. Mata tidak merah dan sering penderita tidak
memberikan keluhan sehingga terdapat gangguan susunan
anatomik tanpa disadari penderita. Gangguan akibat tingginya
tekanan bola mata terjadi pada kedua mata, sehingga ditemukan
gejala klinik akibat tekanan yang tinggi. Pada glaukoma simpleks
terdapat perjalanan penyakit yang lama, akan tetapi berjalan
progresif sampai berakhir dengan kebutaan. Glaukoma sudut
terbuka kronik (simpleks) dibagi lagi menjadi sebagai berikut:
(b) Glaukoma Steroid
Pemakaian kortikosteroid topikal ataupun sistemik dapat
mencetuskan glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks). Pada
pasien glaukoma steroid akan terjadi peninggian tekanan bola
mata dengan keadaan mata yang terlihat dari luar putih atau
normal. Pasien akan memperlihatkan kelainan funduskopi berupa
ekskavasi papil glaukomatosa dan kelainan pada lapang
pandangan. Bila steroid diberhentikan maka pengobatan
glaukoma steroid masih diperlukan sama seperti pengobatan pada
glaukoma lainnya.

(c) Glaukoma Tekanan Rendah (Normal)

Glaukoma bertekanan rendah (normal) adalah suatu keadaan


dimana ditemukan penggaungan papil saraf optik dan kelainan
lapang pandangan yang khas glaukoma tetapi disertai dengan
tekanan bola mata yang tidak tinggi (normal). Penyebab dari tipe
glaukoma bertekanan rendah (normal), berhubungan dengan
kekurangan sirkulasi darah di daerah saraf optik mata, yang dapat
mengakibatkan kematian dari sel-sel saraf optik yang bertugas
membawa impuls/rangsang dari retina menuju ke otak.

7
(d) Glaukoma miopi atau pigmen

Glaukoma miopi dan pigmen adalah glaukoma primer sudut


terbuka dimana pada pemeriksaan gonioskopi ditemukan
pigmentasi yang nyata dan padat pada jarring trabekulum. Pada
stadium permulaan ditemukan tekanan intraokuler (TIO) atau
tekanan di dalam bola mata, yang tinggi dan adanya halo (pelangi
disekitar lampu) karena adanya edema pada kornea. Sesudah
stadium permulaan dapat diatasi biasanya tekanan intraokuler
(TIO) atau tekanan di dalam bola mata dapat terkontrol.

b) Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebab
timbulnya. Glaukoma sekunder dapat disebabkan atau dihubungkan
dengan kelainan-kelainan atau penyakit yang telah diderita sebelumnya
atau pada saat itu, seperti : kelainan lensa, kelainan uvea, trauma,
pembedahan dan lain-lain.
(1) Glaukoma dibangkitkan lensa
Glaukoma dibangkitkan lensa merupakan salah satu bentuk daripada
glaukoma sekunder. Glauko ma ini terjadi bersamaan dengan
kelainan lensa, dimana terjadi gangguan pengaliran cairan mata
(aqueus humor) ke sudut bilik mata akibat mencembungnya lensa
mata.
(2) Glaukoma Neovaskuler
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan
oleh bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler (neovaskuler) di
permukaan iris. Neovaskuler ini menuju ke sudut bilik depan dan
berakhir pada jarring trubekulum. Glaukoma neovaskuler dapat
diakibatkan oleh berbagai hal, misalnya : kelainan pembuluh darah,

8
penyakit peradangan pembuluh darah, penyakit pembuluh darah
sistemik, serta penyakit tumor mata.

(3) Glaukoma Maligna


Glaukoma maligna adalah suatu keadaan peningkatan tekanan
intrakuler (TIO) atau tekanan pada bola mata oleh karena terdapatnya
hambatan siliar (ciliary block). Hambatan siliar pada glaukoma
maligna terjadi karena penempelan lensa dengan badan siliar atau
badan kaca dengan badan siliar. Hal ini menyebabkan terjadinya
penimbunan cairan mata (akuos humor) hasil produksi badan siliar di
bagian belakang yang mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan
mengakibatkan terjadinya pendangkalan bilik mata depan.

(4) Glaukoma dengan Hambatan Pupil

Glaukoma dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder yang


timbul akibat terhalangnya pengaliran cairan mata (aqueus humor)
dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Hambatan ini dapat
bersifat total dan relatif. Pada hambatan yang bersifat total, glaukoma
terjadi akibat perlekatan iris dengan lensa ataupun iris dengan badan
kaca. Hal ini biasanya terjadi sesudah peradangan. Pada hambatan
yang bersifat relatif, glaukoma terjadi akibat iris dan pangkal iris
terdorong kedepan, sehingga menutup sudut bilik mata depan.
Akibatnya terjadi tekanan yang lebih tinggi di bilik mata belakang
dibandingkan dengan bilik mata depan.

(5) Glaukoma Kongenital

Glaukoma kongenital merupakan suatu keadaan tingginya tekanan


bola mata akibat terdapatnya gangguan perkembangan embriologik
segmen depan bola mata. Gangguan perkembangan embriologik dapat

9
berupa kelainan akibat terdapatnya membran kongenital yang
menutupi sudut bilik mata depan pada saat perkembangan bola mata,
kelainan pembentukan kanal Schlemm, dan kelainan akibat tidak
sempurnanya pembentukan pembuluh darah bilik yang menampung
cairan bilik mata. Akibat pembendungan cairan mata, tekanan bola
mata meninggi pada saat bola mata sedang dalam perkembangan
sehingga terjadi pembesaran bola mata yang disebut sebagai
buftalmos. Gejala-gejala glaukoma kongenital biasanya sudah dapat
terlihat pada bulan pertama atau sebelum berumur 1 tahun. Kelainan
pada glaukoma kongenital terdapat pada kedua mata. Rasa silau dan
sakit akan terlihat pada bayi yang menderita glaukoma kongenital, hal
ini terlihat pada suatu sikap seakan-akan ingin menghindari sinar
sehingga bayi tersebut akan selalu menyembunyikan kepala dan
matanya.

(6) Glaukoma Absolut

Glaukoma absolut adalah suatu keadaaan akhir semua jenis glaukoma


dimana tajam penglihatan sudah menjadi nol atau sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi
lanjut. Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata
dangkal, mata keras seperti batu dan disertai dengan rasa sakit.

3. Etiologi
Kasus glaukoma dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu:
a) Penyumbatan saluran aqueous humour atau akibat dari produksi aqueous
humour yang berlebihan sehingga menyebabkan TIO
meningkat.Kebanyakan kasus glaukoma disebabkan oleh karena saluran
aqueous humour tersumbat dan aliran aqueous humour tidak lancar
sehingga tekanan bola mata naik. Tekanan yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan syaraf optik. Namun begitu perkembangan

10
Glaukoma belum difahami sepenuhnya. Ada orang yang mengalami
tekanan bola mata tinggi tetapi tidak mengalami kerusakan syaraf optik
mata. Orang lain mungkin mengalami tekanan mata yang normal tetapi
syaraf optik mengalami kerusakan.
b) Faktor yang lain seperti kekurangan pengaliran darah ke dalam syaraf
optik atau kelemahan syaraf optik juga memainkan peranan.
Berikut adalah berbagai faktor yang dapat menyebabkan glaukoma, yaitu :
a) Umur dan proses penuaan
Resiko glaukoma akan semakin tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma
b) Ras
Orang berkulit hitam akan semakin tinggi beresiko terkena glaukoma,
dibandingkan orang berkulit putih.

c) Faktor genetik

Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma, akan


meningkatkan resiko terjadinya glaukoma terhadap anggota keluarga
lainnya untuk glaukoma jenis tertentu.

d) Tekanan bola mata

Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena


glaukoma.Pengukuran tekanan bola mata dapat dilakukan di rumah
sakit, dan/atau dokter spesialis mata.

e) Kimia

Pemakaian obat secara terus menerus dan tidak terkontrol seperti


pemakaian steroid pada obat mata, obat inhaler untuk penderita asma
dapat memicu terjadinya glaukoma.

f) Trauma mata

11
g) Penyakit lain
Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainya, seperti riwayat penyakit dibetes,
hipertensi, dan migren.
4. Manifestasi klinis
a) Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga)
b) Pandangan kabut, melihat halo disekitar lampu

c) Mual, muntah, berkeringat

d) Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar

e) Visus menurun atau pandangan menurun

f) Edema kornea

g) Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma


sudut terbuka)
h) Pupil lebar lonjong, tidak ada reflek terhadap cahaya

i) Tekanan intra okuler meningkat

5. Patofisiologi
Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa,
terdapat/ bermuara aqueous humor, merupakan caira bening yang
menunjukan lympha. Aqueous humor diproduksi secara terus-menerus dalam
badan silianis yang terdapat dibagian posterior irisdan mengalir
melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous humordisalurkan
melalui canal Schlemm disekitar mata dan berada pada bagian sudut camera
okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris perifer dan kornea dalam
keadaan normal terjadi keseimbangan antara produksi dan
penyerapanaqueous humor, akan menyebabkan atau menjadikan tekanan
intra okuli relative konstan. TIO berkisar 10-20mmHg dan rata-rata

12
16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan naik sampai 5mmHg.
Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat menimbulkan
kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan
abstruksi/sumbatan dari penyerapan aqueous humor.

6. Penatalaksanaan
a) Terapi medikamentosa (Devid AL)
1) Agen osmotic
Agen ini lebih efektif untuk menurunkan tekanan intraocular. Agen
osmotic oral pada penggunaannya tidak boleh diencerkan dengan
cairan atau es agar osmolaritas dan efisiensinya tidak menurun.
Beberapa contoh agen osmotic antara lain:
 Gliserin oral; dosis efektif 1-1,5 g/kgBB dalam 50%cairan.
Dapat menurunkan tekanan intraocular dalam waktu 30-90
menit setelah pemberian dan bekerja selama 5-6 jam.
 Manitol oral; dosis yang dianjurkan adalah 1-2 g/kgBB dalam
50% cairan. Puncak efek hipotensif ocular terlihat dalam 1-3
jam dan berakhir 3-5 jam.
 Monitol intravena ; dosis 2 g/kgBB dalam 20% cairan selama 30
menit. Maksimal penurunan tekanan intraocular dijumpai
setelah 1 jam pemberian.
 Ureum intravena; agen ini merupakan alternative karena
kerjanya tidak seefektif manitol. Penggunaannya harus diawasi
dengan ketat karena memiliki efek kardiovaskuler.
2) Karbonik anhydrase inhibitor
Digunakan untuk menurunkan tekanan intraocular yang tinggi,
dengan menggunakan dosis maksimal dalam bentuk intravena, oral
atau topikal. Contoh obat golongan ini yang sering digunakan adalah

13
Asetazolamide efeknya dapat menurunkan tekanan dengan
menghambat produksi humour akuos sehingga dapat menurunkan
tekanan dengan cepat. Dosis inisial 2x250 mg oral. Dosis alternative
intravena 500 mg bolus penambahan dosis maksimal dapat diberikan
setelah 4-6 jam.
3) Miotik kuat
Sebagai inisial terapi, pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai
4 kali pemberian diindikasikan untuk mencoba menghambat serangan
awal glukoma. Penggunaannya tidak efektif pada serangan yang
sudah lebih dari 1-2 jam. Pilokarpin diberikan 1 tetes setiap 30 menit
selama 1-2 jam.
4) Beta bloker
Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani glukoma
sudut tertutup. Timolol merupakan beta bloker nonselektif dengan
aktifitas dan konsentrasi tertinggi di bilik mata belakang yang dicapai
dalam waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal. Sebagai inisial
terapi dapat diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan
dapat diulang dalam 4,8 dan 12 jam kemudian.
5) Apraklonidin
Merupakan agen agonis alfa-2 yang efektif untuk hipertensi ocular.
Apraklonidin 0,5% dan 1% menunjukkan efektifitas yang sama
dalam menurunkan tekanan ocular 34% setelah 5 jam pemakaian
tipikal.
b) Observasi respon terapi
Merupakan periode penting untuk melihat respon terapi yang harus
dilakukan minimal 2 jam setelah terapi medikomentosa secara intensif.
Meliputi:
1) Monitor ketajaman visus, edema kornea dan ukuan pupil
2) Ukur tekanan intraocular setiap 15 menit

14
3) Periksa sudut dengan gonioskopi, terutama bila tekanan intraocular
sudah turun dan kornea jernih.
Respon terapi:
1) Baik; ada perbaikan visus, kornea jernih, pupil kontriksi, tekanan
intraocular menurun dan sudutnya terbuka kembali. Dapat dilakukan
tindakan selanjutnya dengan laser iridektomi.
2) Sedang; visus sedikit membaik kornea agak jernih, pupil tetap dilatasi,
tekanan intraocular tetap tinggi (sekitar 30 mmHg), sudut sedikit
terbuka. Dilakukan pengulangan identasi ginioskopi untuk membuka
sudut, bila berhasil dilanjutkan dengan leser iridektomi atau laser
iridoplasti. Sebelumnya diberikan tetesan gliserin untuk mengurangi
edema kornea.
3) Jelek; visus tetap jelek, edema kornea, pupil dilatasi dan terfiksir,
tekanan intraocular tinggi dan sudutnya tetap tertutup. Tindakan
selanjutnya adalah laser iridoplasti.
c) Parasisntesis
Merupakan tekanan untuk menurunkan tekanan intraocular secara cepat
dengan cara mengeluarkan cairan akuos sebanyak 0,05 ml maka akan
menurunkan tekanan setelah 15-30 menit pemberian. Teknik ini masih
belum banyak digunakan dan masih dalam penelitian. (David AL)
d) Bedah laser
1) Laser iridektomi
Diindikasikan pada keadaan glaucoma sudut tertutup dengan blok
pupil, juga dilakukan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada
mata yang beresiko yang ditetapkan melalui evaluasi gonioskopi. Ini
juga dilakukan pada serangan glaucoma akut dan pada mata kontra
lateral dengan potensial glaucoma akut.
2) Laser iridoplasti

15
Pengaturan laser iridoplasti berbeda dengan laser iridektomi. Disini
pengaturannya dibuat untuk membakar iris agar otot sfingter iris
berkontraksi, sehingga iris bergeser kemudian sudut terbuka. Agar
laser iridoplasti berhasil maka titik tembakan harus besar, powernya
rendah dan waktunya lama. Aturan yang digunakan ukurannya 500
µm (200-500 µm) dengan power 500 mW (400-500 mW), waktunya
0,5 detik (0,3-0,5 detik).
e) Bedah insisi
1) Indektomi bedah insisi
Pupil dibuat miosis total menggunakan miotik tetes. Kemudian
dilakukan insisi 3 mm pada kornea-sklera 1 mm dibelakang limbus.
Insisi dilakukan agar iris prolaps. Bibir insisi bagian posterior ditekan
sehingga iris ferifer hamper selalu prolaps lewat insisi dan kemudian
dilakukan iridektomi. Luka insisi kornea ditutup dengan jahitan dan
balik mata depan dibentuk kembali dengan NaCl 0,9%.
2) Trabekulektomi
Indikasi tindakan ini dilakukan pada keadaan glaucoma akut yang
berat atau setelah kegagalan tindakan iridektomi perifer, glukoma
primer sudut tertutup, juga pada penderita dengan iris berwarna
coklat gelap (ras Asia atau Cina). Jika mungkin, tindakan ini akan
dikombinasikan dengan ekstrasi lensa.(American Academy of
Ophthalmology)
f) Ekstraksi lensa
Apabila blok pupil jelas terlihat berhubungan dengan katarak, ekstraksi
lensa dapat dipertimbangkan sebagai prosedur utama. (American
Academy of Ophthalmology)
g) Tindakan profilaksis
Tindakan ini terhadap mata normal kontra-lateral dilakukan iridektomi
laser prifilaksis. Ini lebih disukai dari pada perifer iridektomi bedah.

16
Dilakukan pada mata kontra-lateral yang tidak ada gejal. (American
Academy of Ophthalmology)
7. Pemeriksaan penunjang
a) Pengecekan terhadap kondisi syaraf mata digunakan alat Heidelberg
Retinal Tomography (HRT) atau Optical Coherence Tomography (OCT).
Pemberian obat tetes mata yang dilanjutkan pemberian obat tablet.
Fungsi obat-obatan tersebut untuk menurunkan produksi atau
meningkatkan keluarnya cairan akuos humor. Cara ini diharapkan dapat
menurunkan tekanan bagi bola mata sehingga dicapai tekanan yang
diinginkan. Agar efektif pemberian obat dilakukan secara terus menerus
dan teratur.

b) Pemasangan keran Ahmed Valve Untuk mengatasi glaukoma yang


kondisinya relatif parah, dokter akan memasang keran buatan yang
populer disebut ahmed valve. Nama ini berasal dari nama penemunya,
yakni Ahmed, warga Amerika Serikat (AS) asal Timur Tengah yang
pertama kali menciptakan klep tersebut sekitar 10 tahun silam. Alat ini
terbuat dari bahan polymethyl methacrylate (PMMA), yakni bahan dasar
lensa tanam. Ahmed valve ditanamkan pada bola mata dengan cara
operasi. Bila tekanan bola mata berada pada 18 mmHg maka klep
tersebut akan terbuka sehingga cairan yang tersumbat bisa keluar,
sehingga tekanan bola mata otomatis akan turun. Sebaliknya, klep akan
tertutup kembali bila tekanan sudah berada di bawah 18 mmHg.
c) Tonometri Schiotz Dasar
Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi atau menekan
permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada
sumbunya.

17
Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata
ke dalam dan mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea.
Keseimbangan tekanan tergantung pada beban tonometer.
Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi lebih dalam bila
tekanan mata lebih rendah dibanding mata dengan tekanan tinggi.
Pada tonometer schiotz bila tekanan rendah atau bola mata empuk
maka beban akan dapat mengidentifikasi lebih dalam disbanding bila
tekanan bola mata tinggi atau bola mata keras.

Tujuan
Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer
Alat
1. Obat tetes anestesi local (tetrakain)
2. Tonometer schiotz
Teknik
1. Pasien diminta melonggarkan pakaian termasuk dasi yang dipakai.
2. Pasien diminta tidur telentang ditempat tidur.
3. Mata ditetes tetrakain.
4. Ditunggu sampai pasien tidak merasa pedas.
5. Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan
tertekan bola mata pasien).
6. Pasien diminta meletakkan ibu jari tangannya di depan matanya
atau pasien melihat ke langit-langit ruangan pemerikasaan.
7. Telapak tonometer schiotz diletakkan pada permukaan kornea.
8. Setelah telapak tonometer menunjukkan angka yang tetap, dibaca
nilai tekanan pada skala busur schiotz yang berantara 015
Nilai
Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui bola mata
dalam millimeter air raksa.

18
1. Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg dicurigai adanya glaukoma.
2. Bila tekanan lebih daripada 25 mmHg pasien menderita
glaukoma.
d) Uji Tonometri Aplanasi
Pemeriksaan ini untuk mendapatkan tekanan intraokuler dengan
menghilangkan pengaruh kekakuan sclera (sclera rigidity) dengan
mendatarkan permukaan kornea.
Menurut Ilmu Alam tekanan adalah sama besar dengan tenaga dibagi luas
yang ditekan (P=F/A). Untuk mengukur tekanan mata harus diketahui
luas penampang yang ditekan alat sampai kornearata dan jumlah tenaga
yang diberikan pada Tonometer aplanasi Goldmann jumlah tekanan
dibagi penampang dikali sepuluh dikonversi langsung dalam mmHg
tekanan bola mata.
Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan sclera (sclera
rigidity) karena pada tonometer aplanasi pengembangan dalam mata 0,5
mm kubik sehingga tidak terjadi pengembangan sclera yang berarti. Pada
tonometer identasi Schiotz pergerakan cairan dalam bola mata sebanyak
7-14 mm kubik sehingga kekakuan sklera memegang peranan dalam
perhitungan tekanan bola mata.
Alat
1. Lampu celah (slitlamp) dengan sinar biru.
2. Tonometer aplanasi.
3. Fluoresein strip.
4. Obat tetes anestetik topikal (tetrakain).
Teknik
1. Mata diberi anestesi topikal dengan tetrakain pada mata yang akan
diperiksa.

19
2. Pada mata tersebut ditempelkan kertas fluoresein. Sinar oblik
warna biru dari lampu celah (slitlamp) disinarkan pada dasar
telapak prisma tonometer aplanasi Goldmann.
3. Pasien diminta duduk dan meletakkan dagunya pada lampu celah
(slitlamp) dan dahi tepat dipenyangganya.
4. Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan 10 mm.
5. Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahanlahan.
6. Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah lingkaran
pada kornea yang sudah diberi fluoresein terlihat bagian luar
berimpit dengan bagian dalam.
7. Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang
memberi gambaran setangah lingkaran berimpit. Tekanan tersebut
merupakan tekanan intra okuler dalam mmHg.
Nilai
Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih daripada 20
mmHg dianggap sudah menderita glaukoma.
8. Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan
bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan
yaitu kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi
(penggaungan) glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
Mata dengan kebutaan mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah
sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris yang dapat
menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan kebutaan ini dapat dilakukan
dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan
siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena
mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

20
a) Anamnesa
Anamnesa mencakup data demografi yang meliputi :
(1) Umur, glaucoma primer terjadi pada individu berumur >40 tahun.
(2) Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaucoma paling sedikit
5 kali dari kulit putih (dewit,1998).
(3) Pekerjaan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata.
(4) Riwayat penyakit mata saat ini (nyeri mata, epifora, fotofobia).
(5) Riwayat penyakit mata terdahulu (komplikasi post operasi mata).
(6) Riwayat medikasi, penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan glaucoma sudut tertutup).
(7) Riwayat keluarga dengan glaucoma
Glaukoma diturunkan secara herediter, mengakibatkan penyumbatan
sistem drainase pada mata oleh karena kamera okuli anterior
mengalami penyempitan secara anatomisnya.

(8) Riwayat trauma (terutama yang mengenai mata).


(9) Riwayat penyakit lain yang sedang diderita (diabetes mellitus,
arteriosklerosis, myopia tinggi).
(10) Riwayat psikososial mencakup adanya ansietas yang ditandai
dengan bicara cepat, mudah berganti topik, sulit berkonsentrasi dan
sensitive; berduka karena kehilangan penglihatan; RR meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO)
b) Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan ;
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang
progresif.
c) Ansietas b. d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan / kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan

21
ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian
hidup.
d) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan b.d kurang terpajan / tak mengenal sumber ditandai dengan ;
pertanyaan-pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi,
terjadi komplikasi yang dapat di cegah.
e) Nutrisi kurang adekuat b.d mual, muntah akibat kerusakan saraf vagal
oleh peningkatan TIO.

3. intervensi keperawatan dan rasional


No Masalah Tujuan dan
Intervensi Rasional
. Keperawatan Kriteria Hasil

1. Nyeri b/d Tujuan : 1. Observasi 1. Untuk


peningkatan Klien akan tipe menentuk
tekanan intra mengalami intensitas an dosis
okuler (TIO) pengurangan dan lokasi analgesik.
nyeri. nyeri.
2. Menurunk
Kriteria Hasil : 2. Anjurkan an stress
 Pasien istirahat dan
mendemons ditempat menghind
trasikan tidur dalam ari
pengetahua ruangan pembesara
n akan yang tenang, n pupil
penilaian hindari (midriasis)
pengontrola cahaya pada
n nyeri. gelap. keadaan
gelap.
 Pasien 3. Hindari
mengatakan mual, 3. Agar
nyeri muntah pasien
berkurang akibat tidak
atau hilang. peningkatan gelisah

22
TIO. dan
 Ekspresi merasa
wajah 4. Alihkan nyaman.
rileks. perhatian
pada hal-hal
 Mampu yang 4. Agar
melakukan menyenangk pasien
teknik an. tidak
distraksi/ stress
relaksasi. yang
berdampa
k pada
menurunn
ya sistem
imun atau
5. Berikan memperbu
obat-obat ruk
glaucoma kondisi
seperti B kesehatan
Blockers. pasien.

5. Menurunk
an TIO
dengan
menurunk
an sekresi
dari
aqueuos
humour.

2. Gangguan Tujuan : 1. Pastikan 1. Mengetah


persepsi Penggunaan derajat/tipe ui
sensori : penglihatan kehilangan perubahan
penglihatan yang optimal. penglihatan. berkurang
b.d gangguan nya
penerimaan ; Kriteria Hasil : lapang
gangguan  Pasien akan pandang
status organ berpartisipa 2. Dorong pasien.
ditandai si dalam mengekspre
dengan program sikan 2. Agar
kehilangan pengobatan. perasaan pasien
lapang tentang tidak

23
pandang  Pasien akan kehilangan / mengalam
progresif. mempertaha kemungkina i shock
nkan lapang n kehilangan menghada
ketajaman penglihatan. pi
penglihatan kemungki
tanpa nan /
kehilangan mengalam
lebih lanjut. i
pengalama
3. Tunjukkan n
pemberian kehilanga
tetes mata, n
contoh penglihata
menghitung n sebagian
tetesan, atau total.
mengikuti
jadwal, 3. Untuk
tidak salah menghind
dosis. ari efek
samping /
reaksi
merugikan
dari
pengobata
n
4. Lakukan (penuruna
tindakan n nafsu
untuk makan,
membantu mual /
pasien muntah,
menangani kelemahan
keterbatasan , jantung
penglihatan, tak teratur,
contoh: dll).
kurangi
kekacauan, 4. Menurunk
atur perabot, an bahaya
ingatkan keamanan
memutar b/d
kepala ke perubahan
subjek yang lapang
terlihat; pandang

24
perbaiki atau
sinar suram kehilanga
dan masalah n
penglihatan penglihata
malam. n dan
akomodasi
5. Kolaborasi pupil
obat sesuai terhadap
dengan sinar
indikasi. lingkunga
n.

5. Memperce
pat
penyembu
ahan
pasien

3. Ansietas b. d Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. Faktor ini


faktor Cemas hilang ansietas, mempeng
fisiologis, atau berkurang derajat aruhi
perubahan pengalaman persepsi
status Kriteria Hasil : nyeri / pasien
kesehatan,  Pasien timbul nya terhadap
adanya nyeri, tampak gejala tiba- ancaman
kemungkinan rileks dan tiba dan diri,
/ kenyataan melaporkan pengetahuan potential
kehilangan ansitas kondisi saat siklus
penglihatan menurun ini. insietas,
ditandai sampai dan dapat
dengan tingkat mempeng
ketakutan, dapat aruhi
ragu-ragu, diatasi. upaya

25
menyatakan medik
masalah  Pasien 2. Berikan untuk
tentang menunjukka informasi mengontro
perubahan n yang akurat l TIO.
kejadian ketrampilan dan jujur.
hidup. pemecahan Diskusikan 2. Menurunk
masalah. kemungkina an
n bahwa ansietas
 Pasien pengawasan b/d
menggunak dan ketidaktah
an sumber pengobatan uan /
secara mencegah harapan
efektif. kehilangan yang akan
penglihatan datang
tambahan. dan
memberik
an fakta
untuk
membuat
pilihan
info
tentang
pengobata
n.

4. Kurang Tujuan : 1. Diskusikan 1. Memberik


pengetahuan Klien perlunya an
(kebutuhan mengetahui menggunaka keyakinan
belajar tentang kondisi, nan bahwa
tentang prognosis, dan identifikasi. pasien
kondisi, pengobatannya. tidak
prognosis, sendiri
dan Kriteria Hasil : dalam
pengobatan  Pasien 2. Tunjukkan menghada
b.d kurang menyatakan tehnik yang pi
terpajan / tak pemahaman benar dalm masalah.
mengenal kondisi, pemberian
sumber prognosis, tetes mata. 2. Untuk
ditandai dan menghind
dengan ; pengobatan. ari efek
pertanyaan- 3. Ijinkan samping
pernyataan  Mengindent pasien obat

26
salah ifikasi mengulang seperti
persepsi, tak hubungan tindakan. hilangnya
akurat antar nafsu
mengikuti gejala / makan.
instruksi, tanda 4. Kaji
terjadi dengan pentingnya 3. Pasien
komplikasi proses mempertaha dapat
yang dapat di penyakit. nkan jadwal melakuka
cegah. obat, contoh n tindakan
 Melakukan tetes mata. medis
prosedur Diskusikan secara
dengan obat yang mandiri.
benar dan harus
menjelaska dihindari, 4. Dapat
n alasan contoh mempeng
tindakan. midriatik, aruhi
kelebihan rentang
pemakaian ketidakny
steroid amanan
toipikal. sampai
ancaman
5. Identifikasi kesehatan
efek berat.
samping /
reaksi
merugikan
dari
pengobatan
(penurunan
nafsu
makan,
mual /
muntah, 5. Dapat
kelemahan, mempeng
jantung tak aruhi
teratur, dll. rentang
ketidakny
6. Dorong amanan
pasien sampai
membuat ancaman
perubahan kesehatan
yang perlu berat.

27
untuk pola
hidup.

6. Pola hidup
tenang
menurunk
an respon
emosi
terhadap
stres,
mencegah
perubahan
okuler
yang
mendoron
g iris
kedepan,
yang
dapat
mencetusk
an
serangan
akut.

5. Nutrisi Tujuan : 1. Dorong 1. Kegiatan


kurang Memenuhi pasien berat
adekuat b.d kebutuhan menghindari dapat
mual, muntah nutrisi pasien. aktivitas , meningkat
akibat seperti kan
kerusakan Kriteria Hasil : mengangkat tekanan
saraf vagal Nutrisi pasien berat / TIO dan
oleh terpenuhi. mendorong, memperpa
peningkatan menggunaka rah
TIO. n baju ketat glaukoma.
dan sempit.

2. Tekankan
pemeriksaan
rutin.

28
2. Untuk
mengawas
i
kemajuan
penyakit
dan
memungki
nkan
intervensi
3. Anjurkan dini dan
anggota mencegah
keluarga kehilanga
memeriksa n
secara penglihata
teratur tanda n lanjut.
glaukoma.
3. Untuk
4. Diskusikan mengontro
pertimbanga l
n diet, glaukoma
cairan sedini
adekuat dan mungkin.
makanan
berserat

4. Memperta
hankan
konsistens
i feses
untuk
menghind
ari
konstipasi.

C. Terapi Komplementer
Efek elektroakupuntur terhadap tekanan intraokular pada penderita glaukoma
absolut atau glaukoma kronik lanjut

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan
tekanan intra okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkan
kebutaan. Glaukoma diklasifikasikan antara lain glaukoma primer, glaukoma
sekunder, glaukoma kongenital dan glaukoma absolut. Penyebabnya tergantung
dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena
aliran aquos humor terhambat yang bisa meningkatkan TIO. Tanda dan
gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri, lapang pandang menurun, dll.
Komplikasi dari glaukoma adalah kebutaan. Penatalaksanaannya dapat
dilakukan pembedahan dan obat-obatan.
B. Saran
Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma secara cepat melakukan
pemeriksaan dini agar glaukoma dapat ditangani.

30
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, 2015, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2, Jogjakarta, Media Action
Istana keperawatan, 2014, Buku Digital Keperawatan Kumpulan Asuhan
Keperawatan Glaukoma dan Katarak, Surabaya, Utama Corporation
Ilyas, Sidharta. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ilyas, Sidharta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

31

Anda mungkin juga menyukai